Anda di halaman 1dari 2

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN – LINK AND MATCH – PEDOMAN PEMBINAAN

2017

PERMENPERIN NO. 03/M-IND/PER/1/2017; LL KEMENPERIN: 8 HLM

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN DAN


PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERBASIS KOMPETENSI YANG
LINK AND MATCH DENGAN INDUSTRI

ABSTRAK : - Dalam rangka penyiapan tenaga kerja industri yang terampil dan kompeten,
diperlukan pendidikan kejuruan berbasis kompetensi yang link and match
dengan industri, untuk mewujudkan hal tersebut perlu peran industri dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan agar dapat menghasilkan tenaga kerja
sesuai kebutuhan industri, maka perlu ditetapkan Peraturan Menteri
Perindustrian tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah
Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link dan Match dengan
Industri.

- Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah: UU No.20 Tahun 2003, UU No.3
Tahun 2014, PP No.17 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan PP
No.66 Tahun 2010, PP No.19 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan
PP No.13 Tahun 2015, PP No.41 Tahun 2015, PERPRES No.8 Tahun 2012,
PERPRES No.29 Tahun 2015, KEPPRES No.121/P Tahun 2014
sebagaimana telah diubah dengan PERPRES No.83/P Tahun 2016,
PERMENPERIN No.107/M-IND/PER/11/2015,
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link
dan Match dengan Industri, dengan menetapkan batasan istilah yang
digunakan dalam pengaturanya. Peraturan Menteri ini sebagai pedoman bagi
SMK dalam membangun dan menyelenggarakan pendidikan kejuruan yang
berbasis kompetensi yang Link and Match dengan industri dan untuk
pembinaan dan pengembangannya difalisitasi oleh Perusahaan Industri atau
Perusahaan Kawasan Industri. Program keahlian pada SMK disesuaikan
dengan kebutuhan industri. Kurikulum pendidikan pada setiap keahlian
disusun berbasis kompetensi mengacu pada Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) bidang industri yang penyusunannya dilakukan
dengan melibatkan Asosiasi Industri, Perusahaan Industri atau Perusahaan
Kawasan Industri. SMK harus memiliki guru Bidang Studi Produktif sesuai
dengan kebutuhan program keahlian. Untuk menunjang praktikum
pembelajaran berbasis kompetensi, SMK dilengkapi dengan teaching factory,
workshop, dan laboratorium serta harus dilenglapi pula dengan insfrastruktur
kompetensi berupa SKKNI, LSP, TUK dan asesor kompetensi yang difasilitasi
oleh Kementerian. SMK menyelenggarakan Sertifikasi melalui uji kompetensi
yang dilaksanakan oleh LSP di TUK yang dimilliki oleh SMK atau Perusahaan
Industri dan Perusahaan Kawasan Industri. Praktek Kerja Industri untuk siswa
dan Pemagangan Industri untuk guru Bidang Studi Produktif difasilitasi oleh
Perusahaan Industri dan/atau Perusahaan Kawasan Industri serta
memberikan sertifikat kepada siswa dan guru yang telah menyelesaikan
Praktek Kerja Industri dan/atau Pemagangan Industri. Perusahaan Industri
atau Perusahaan Kawasan Industri yang melakukan pembinaan dan
pengembangan SMK sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini
dapat diberikan insentif sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

CATATAN : - Peraturan Menteri inii mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, 27 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai