Slide HPP
Slide HPP
Oleh
Pembimbing
Dr. Lilis H, Sp.OG
0
DAFTAR ISI
Halaman
0
BAB I
PENDAHULUAN
melebihi 500 ml. Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian ibu
menjadi perdarahan post partum primer dan perdarahan post partum sekunder.1
Menurut perkiraan WHO, PPH menjadi penyebab kematian dan morbiditas ibu
paling banyak di seluruh dunia dan bertanggung jawab atas hampir seperempat
tahunnya. Setengah dari total kematian ibu terjadi di Afrika dan Asia, di mana PPH
adalah salah satu penyebab utama kematian ibu melahirkan. Menurut angka WHO
terbaru, 10,5% dari semua kelahiran hidup dipersulit dengan PPH, dan sekitar
13.795.000 wanita menderita PPH dengan 13.200 kematian ibu di tahun 2000.
Karena tingginya angka kejadian HPP dan tingginya mortalitas dari penyakit
mengenai pasien dengan perdarahan post parum. Kasus yang akan dibahas yaitu
Anemia + R/ ROJ
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Uterus
Uterus terbentuk seperti buah avokad atau buah peer yang sedikit gepeng,
ke arah antefleksi (depan belakang): ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm,
lebar sekitar 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam
dengan vagina, demikian pula korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan
serviks uteri).4
2
Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri
adalah bagian uterus proksimal. Korpus uteri merupakan bagian uterus yang
terbesar sebagai tempat janin berkembang, rongga yang terdapat di korpus uteri
disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis serviks
uteri yang dinamakan porsio, pars supravaginalis serviks uteri yaitu bagian serviks
sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Pintu saluran serviks sebelah dalam
disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Secara histologi uterus terdiri atas endometrium di korpus uteri dan endoserviks di
seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang
wanita dalam masa reproduksi. Pada masa haid, endometrium sebagian besar
dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi pada fase proliferasi dan selanjutnya ke
fase sekretorik.
luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, dan lapisan ini paling penting pada persalinan oleh karena
3
Uterus dalam rongga pelviks disokong oleh jaringan ikat dan ligament yang
atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian
menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan
ikat.
Isthmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, yang diliputi
oleh peritoneum viserale. Di tempat inilah dinding uterus dibuka saat seksio sesarea
peritoneum viserale yang membentuk suatu rongga yang disebut kavum Douglasi
4
yang menonjol jika ada cairan (darah atau asites) atau ada tumor di daerah
tersebut.4,6
terdiri dari ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari
ascendens arteri uterine disebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama-sama
B. Definisi HPP
500 ml setelah persalinan per vaginam dan > 1000 ml setelah operasi caesar.2
C. Klasifikasi
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
5
2. Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH
rahim yang tidak baik (subinvolusio uteri) atau sisa plasenta yang
tertinggal.
D. Insidensi
ibu paling banyak di seluruh dunia dan bertanggung jawab atas hampir seperempat
127.000 kematian setiap tahunnya. Setengah dari total kematian ibu terjadi di
Afrika dan Asia, di mana PPH adalah salah satu penyebab utama kematian ibu
melahirkan. Menurut angka WHO terbaru, 10,5% dari semua kelahiran hidup
dipersulit dengan PPH, dan sekitar 13.795.000 wanita menderita PPH dengan
6,09% dan PPH ≥1000 ml sebanyak 1,86%. Prevalensi PPH ≥500 ml berkisar antara
2,55% di Asia sampai 10,45% di Afrika. Juga prevalensi PPH primer dan sekunder
dari 2,3% pada tahun 1994 menjadi 2,9% di tahun 2006. Statistik nasional AS juga
6
menunjukkan bahwa sekitar 8% dari total kematian ibu disebabkan oleh PPH. Dari
PPH bisa diakibatkan berbagai penyebab yang secara luas dibagi menjadi :
faktor yaitu kelemahan tonus uterus untuk menghentikan perdarahan dari bekas
insersi plasenta (tone), robekan jalan lahir dari perineum, vagina, sampai uterus
(trauma), sisa plasenta atau bekuan darah yang menghalangi kontraksi uterus yang
7
F. Faktor risiko
Faktor risiko PPS dapat muncul saat antepartum maupun intrapartum dan saat
faktor risiko tersebut terdeteksi hal ini dapat menentukan mengenai pemilihan
tempat dan carav persalinan. Penelitian terbaru di US menemukan bahwa berat bayi
risiko 12 kali); solusio plasenta baik yang masih berupa kecurigaan maupun yang
plasenta, grand multipara (kehamilan 4 kali atau lebih), Asian ethnic (risiko 2x
lipat), adanya abnormalitas uterus, usia ibu > 40 th) dan anemia pada ibu.3,9
4x lipat), retensi plasenta (risiko 5x lipat), episiotomy (risiko 5x lipat), berat bayi >
4kg (risiko 2x lipat), demam pada ibu saat melahirkan (2x lipat).3,9
Risiko PPH akan meningkat pada wanita dengan BMI > 40.
G. Patofisiologi
8
Pada saat kehamilan, rahim dan plasenta menerima 500-800 mL darah per
menit melalui sistem pembuluh darah uterin dengan resistansi rendah. Aliran
tinggi ini merupakan predisposisi terjadinya perdarahan yang signifikan bagi uterus
jika tidak dikendalikan secara fisiologis atau medis. Pada trimester ketiga, volume
darah ibu meningkat sebesar 50%, yang meningkatkan toleransi tubuh akan
mengurangi volume darah . Hal ini memungkinkan plasenta untuk memisahkan diri
dari permukaan uterus dan memperlihatkan pembuluh darah ibu yang terhubung
ligatur".10
Jika rahim gagal berkontraksi, atau plasenta gagal berpisah atau lahir, maka
Penyebab utama lainnya meliputi keterikatan plasenta yang abnormal atau retensi
9
plasenta, laserasi jaringan atau pembuluh darah di panggul dan saluran genital, dan
H. Diagnosis
darah yang hilang setelah persalinan. Namun pada praktek klinisnya, perkiraan
kehilangan darah sulit dinilai jika hanya dilihat dari banyaknya darah yang keluar.
perkiraan jumlah darah yang hilang. Oleh karena itu, penilaian jumlah darah yang
hilang perlu diimbangi dengan pemeriksaan gejala dan tanda vital, karena gejala
dan tanda vital yang muncul berbanding lurus dengan jumlah darah yang keluar.2,11
10
hemodinamik akan tergantung pada kondisi wanita yang sudah ada sebelumnya.
Kompromi hemodinamik lebih mungkin terjadi pada kondisi seperti anemia (mis.,
Defisiensi besi, talasemia) atau status yang dikontrak dengan volume (mis.,
11
I. Tatalaksana
Menejemen Inisiasi
Ask For Help Penilaian Etiologi
Resusitasi
- Pastikan ABC aman 1. Uterus lunak, tidak keras - Terapi Langsung
- Brikan masker O2 -> Atony uterus
2. Plasenta tidak terpisah
- Pasang IV 2 jalur
atau hanya sebagian terpisah 1. Atonia Uteri Terapi Lanjut
- Berikan ciran koloid atau (dengan atau tanpa • Masase uterus
kristaloid segera perdrahan) --> Retensio/sisa • Uterotonik 1. Atonia Uteri
- Observasi ketat TD, HR, plasenta 2. Retensio/sisa Plasenta
RR • nonsurgical uteri
3. Perdarahan banyak, atau • Semua plasenta di uterus : compression
- Kosongkan kandung kemih shock segera setelah
• uterotonika, controlled • kompresi uteri bimanual
dan monitor pengeluaran urin melahirkan namun kontraksi
uterus baik --> Trauma di cord traction, injeksi di • kompresi aorta eksternal
- Periksa laboratorium jalan lahir atau ruptur uteri vena intraumbilical • temponade balon (condom)
Darah lengkap • Sebagian plasenta di uterus • Jika masih perdarahan -->
4. Fundus uteri tidak teraba
Faktor koagulan • Aspirasi vacum manual kompresi sutura
atau terlihat benolan di mulut
vagina --> inversia uteri • Eksplorasi manual • B-Lynch
Crossmatch darah
• Kuretase • kompresi vertkal
5. Gangguan faktor
pembekuan datah 3. Trauma • cho square
• Trauma jalan lahir --> • embolisasi artei uterus
repair dan jahit bagian yang • jika masih perdarahan -->
terkena laserasi • Ligasi arteri uterine,
• Ruptur uteri --> hipogastric
Laparotomy : primar repair, • Histerectomi (subtital,
histerektomi total)
4. Inversi uteri 2. Retensi Plasenta
Betulkan letak inversi dalam • Plasenta masih ada -->
general anastesi plasenta akreta
5. Gangguan pembekuan • Removal Manual
darah : terapi sesuai • Jika masih berdarah -->
gangguan darah yang terjadi Laparotomy untuk
mengangkat plasenta
• Histerektomi
4. Inversio uteri
• Jika perbaikan uterus gagal,
pastikan uterus tetap
berkontraksi dengan
pemberian infus oksitosin.
• Langkah berikutnya :
perbaikan lewat laparotomy,
histerektomy
12
1. Ask for Help
bidan/PKM. Kehadiran ahli obstetri, bidan, ahli anestesi, dan hematologis menjadi
pemberian cairan. Monitoring elektrolit dan parameter koagulasi adalah data yang
Penting sekali segera menilai jumlah darah yang keluar seakurat mungkin dan
dimonitor.2,12
Saat memasang jalur infus dengan abocath 14G-16G, harus segera diambil
13
penentuan golongan darah, serta crossmatch (RIMOT = Resusitasi, Infus 2 jalur,
Monitoring keadaan umum, nadi dan tekanan darah, Oksigen, dan Team approach).
Diberikan cairan kristaloid dan koloid secara cepat sambil menunggu hasil
crossmatch.2,12
14
4. Masase Uterus
Perdarahan banyak yang terjadi setelah plasenta lahir harus segera ditangani
dengan masase uterus dan pemberian obat-obatan uterotonika. Bila uterus tetap
tangan di dalam untuk menekan forniks anterior sehingga terdorong ke atas dan
telapak tangan di luar melakukan penekanan pada fundus belakang sehingga uterus
terkompresi
Gambar 5. Teknik pijat bimanual untuk atonia rahim. Pijat kompresi rahim bimanual
dilakukan dengan menempatkan satu tangan di vagina dan mendorong tubuh dari rahim
sementara tangan lainnya memampatkan fundus dari atas melalui dinding perut. Aspek
posterior rahim dipijat dengan tangan perut dan aspek anterior dengan tangan vagina.
15
5. Oxytocin infusion/ prostaglandins – IV/ per rectal/ IM/ intramyometrial
dengan kecepatan 125 cc/jam (peringkat bukti IA, rekomendasi A). Hindari
kelebihan cairan karena dapat menyebabkan edema pulmoner hingga edema otak
yang pada akhimya dapat menyebabkan kejang karena hiponatremia. Hal ini timbul
karena efek antidiuretic hormone (ADH) - like effect dan oksitosin; sehingga
monitoring ketat masukan dan keluaran cairan sangat esensial dalam pemberian
Pemberian ergometrin sebagai lini kedua dari oksitosin dapat diberikan secara
intramuskuler atau intravena. Dosis awal 0,2 mg (secara perlahan), dosis lanjutan
0,2 mg setelah 15 menit bila masih diperlukan. Pemberian dapat diulang setiap 2-4
jam bila masih diperlukan. Dosis maksimal adalah 1 mg atau 5 dosis per hari.
Bila PPS masih tidak berhasil diatasi, dapat diberikan misoprostol per rektal
800-1000ug. Pada perdarahan masif perlu diberikan transfusi darah, bahkan juga
pembekuan yang turut hilang. Direkomendasikan pemberian 1 liter FFP (15 mL/kg)
setiap 6 unit darah. Pertahankan trombosit di atas 50.000, bila perlu diberikan
16
Jenis uterotonika dan cara pemberiannya2,13
Jenis dan Cara Oksitosin Ergometrin Misoprostol
Dosis dan cara IV: 20 U dalam 1 IM atau IV (lambat): Oral atau rektal 400
pemberian awal L larutan garam 0,2 mg mg
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 U
Dosis lanjutan IV: 20 U dalam 1L Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2-4 jam
larutan garam setelah 15 menit setelah dosis awal
fisiologis dengan 40 Bila masih
tetes/menit diperlukan, beri
IM/IV setiap 2-4 jam
Dosis maksimal Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3
per hari larutan fisiologis dosis
Kontraindikasi Pemberian IV secara Preeklampsia, Nyeri kontraksi
atau hati-hati cepat atau bolus vitium kordis, Asma
hipertensi
(konservatif; non-pembedahan)
Bila perdarahan masif masih tetap terjadi, segera evakuasi pasien ke ruang
selaput ketuban. Bila diduga ada sisa jaringan, segera lakukan tindakan kuretase.
17
membantu mengurangi perdarahan. Tindakan ini juga dapat memberi kesempatan
mencoba setiap prosedur bedah konservatif, harus dinilai ulang keadaan pasien
ruang operasi. Penting sekali kerja sama yang baik dengan ahli anestesi untuk
menilai kemampuan pasien bertahan lebih lanjut pada keadaan perdarahan setelah
rekomendasi B)2
18
J. Pencegahan
PPH adalah salah satu komplikasi tahap ketiga yang dihadapi setiap dokter
kandungan satu kali dalam hidupnya dan sangat menantang sebagian besar waktu.
Meskipun ada perbaikan dalam manajemen, PPH awal masih menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu di negara berkembang yang signifikan [47,48]. Salah
satu cara untuk mencegah PPH adalah pengelolaan aktif tahap ketiga kerja
(AMTSL). Hal ini dianggap sebagai "standar emas" untuk mengurangi kejadian
melahirkan bayi,
c. Traksi tali pusat dengan traksi counter uterus saat rahim berkontraksi dengan baik
(manuver Brandt-Andrews).
19
Gambar 6. Kunci intervensi pencegahan Perdarahan pascapersalinan
20
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Suami
Nama : Tn. A
Umur : 30 th
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Swasta
Anamnesis
15.00 WITA)
21
1. Keluhan utama : Perdarahan setelah melahirkan
Pasien datang ke RSUD Ulin pada tanggal 5 Februari 2019 pukul 02.00
mengedan, pukul 04.20 Pasien melahirkan bayi laki-laki, dengan berat 3290 gr
penuh) dan tidak berhenti. TD saat post partum 100/70. Pasien dalam keadaan
sangat lemah.
HT (-), DM (-), Asma (-), riwayat perdarahan sulit berhenti (-), riwayat
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita
keluhan yang sama, serta juga tidak ada riwayat tekanan darah tinggi,
5. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Lama : 5 hari
Siklus : 28 hari
22
HPHT : 05 Mei 2017
6. Riwayat Perkawinan:
7. Riwayat Kontrasepsi:
Tidak pernah
8. Riwayat Obstetri:
1. 2018/Laki-laki/3200gr/spontan/bidan/meninggal
2. Hamil ini
B. Pemeriksaan
3. Tanda Vital
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
23
tidak ada gangguan pendengaran.
Hidung : Bentuk normal, tidak tampak defiasi septum, tidak ada sekret,
Mulut : Bibir dan mukosa normal, perdarahan gusi tidak ada, tidak
5. Thoraks
Paru
Jantung
Perkusi : batas jantung normal, ICS V LMK kiri dan ICS II LPS
kanan.
24
Bawah : Akral dingin (-/-), edema (-/-), gerak normal (-/-)
8. Status Obstetri
TFU : 3 jbpst
Kontrasi uterus : hilang timbul
V/V : fluxus (+)
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
MID% 9 4,00-11,0 %
MID# 0,9
KIMIA
25
Laboratorium 5 Februari 2019 pukul 09.00
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
MID# 1,07
Diagnosis
P2A0 PP SPTBK + HPP ec Atonia Uteri + Anemia (Hb 7,7 g/dl) + R/ROJ
26
Tatalaksana
Po cefadroxil 2x500mg
PO SF 2x30 mg
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
MID# 1,42
27
LAPORAN PARTUS
04.10
N: 80x/m
RR: 24x/m
S: 36,6oC
DJJ: 148x/m
ROJ
04.20
04.30
S) perdarahan 1 underpad
28
TD: 100/70 mmHg
N: 100x/m
RR: 22x/m
S: 36,5oC
P) O2 2 lpm
29
Follow Up
Tgl/Jam S O A P
30
V/v : fluxus (-)
Po cefadroxil 2x500mg
Follow up Perdarahan (-), TD = 110/70 P2A0 pp SPT BK H0 dg
Po as. Mefenamat
8/02/2019 Lemas (-) mmHg r/ HPP e.c Hipotonia uteri
3x500mg
06.00 Pusing(-) RR = 20 kali/menit + anemia terkoreksi (Hb
PO SF 2x30 mg
N = 82 kali/menit 8,7)
BLPL
T = 36,7oC
Status Obstetri
TFU : 2 jbpst
Kontrasi : (+) baik
V/v : fluxus (-)
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang wanita berusia 27 tahun datang ke rumah sakit
Kala I + TBJ 3100 g. Pasien kemudian ingin mengedan 2 jam setelah masuk rumah
sakit dan dipimpin mengedan. Pasien melahirkan bayi laki-laki dengan berat 3290
gram dan langsung menangis saat lahir. Plasenta dilahirkan dalam keadaan lengkap,
dan saat proses melahirkan, dilakukan episiotomy dan periniorafi. Pada pasien
Diagnosis hemoragic post partum ditegakkan dari jumlah darah yang hilang
dan juga tanda vital. Menurut perkiraan, jumlah darah yang keluar > 500 ml. HPP
pada pasien termasuk ke dalam HPP primer yakni terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio
Pada banyak kasus HPP, etiologi paling sering dikarenakan atonia uteri.
Hampir 70% kasus HPP dikarenakan atonia uteri. Pada pemeriksaan fisik saat
pasien mengalami perdarahan didapatkan tanda vital yang masih dalam batas
normal. Pada status obstetri didapatkan TFU 2 jari di bawah pusat dengan kontraksi
uterus hilang timbul, fluxus (+) dan luka perineum derajat 2. Pasien segera
32
dilahirkan lengkap dan tidak ada yang tertinggal. Dari hasil pemeriksaan tersebut
berkontraksi setelah placenta lahir. Atonia uteri dapat disebabkan oleh disfungsi
anestesi yang dalam dan lama, penatalaksanaan yang salah pada kala plasenta. Pada
pasien kemungkinan penyebab dari atonia uteri yakni karena adanya disfungsi
anemia, grande multipara, overdistended abdomen pada bayi besar, gmelli, atau
dan masih banyak lagi. Namun pada pasien ini belum ditemukan faktor risiko
tersebut.
33
Gambar 7. Tatalaksana HPP
Penanganan awal pada pasien ini adalah segera dilakukan resusitasi. Saat
resusitasi pasien diberikan oksigen dan dipasang infus 2 jalur, rehidrasi dengan RL
1500 mL. Hal tersebut sesuai dengan teori langkah penanganan awal untuk
resusitasi cairan dengan mengganti cairan sebanyak 3x jumlah cairan yang hilang.
karena diperkirakan kehilangan cairan 500 ml, maka pegantian cairan yang
34
diperlukan adalah 1500ml. Monitoring keadaan umum, tanda vital dan urine output
pasien ini terjadi hipotoni uterus. Kontraksi uterus memegang peranan penting
ergometrin dan misoprostol (PG2). Pada pasien ini diberikan oksitosin 2 ampul / 10
IU drip IV, dan misoprostol tablet perectal untuk memperbaiki kontraksi uterus dan
tranexamat dapat digunakan untuk penanganan PPH lebih lanjut. Asam tranexamat
Penanganan lainnya pada pasien juga dilakukan massage uterus. Jika uterus
teraba lunak, pemijatan uterus harus dilakukan dengan menempatkan satu tangan
di vagina dan menekan melawan badan uterus dimana satu tangan lainnya menekan
fundus dari atas melewati dinding perut. Aspek posterior uterus dipijat dengan yang
35
Gambar 8. Teknik untuk pijat uterus bimanuil
Setelah keadaan pasien stabil, pasien lakukan ekplorasi jalan lahir untuk
mengetahui apakah ada penyebab perdarahan lain selain atonia uteri. Penyebab lain
yang dapat terjadi adalah Tissue, atau adanya sisa plasenta diuterus yang juga dapat
menganggu kontraksi, dan membuat perdarahan tidak berhenti. Selain itu perlu
(+), juga robekan diportio arah jam 5 kurang lebih 2 cm. Dari hasil pemeriksaan,
membaik, kontraksi uterus membaik, fluxus (-). Dari hasil pemeriksaan dan
pasien ini adalah hipotonia uteri, yang membaik dengan pemberian uterotonika.
36
BAB V
PENUTUP
diagnosis P2A0 post partum SPT BK + HPP ec hipotoni uteri + anemia (Hb 7.7) +
r/ ROJ. Pasien ini telah dirawat oleh Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUD Ulin Banjarmasin selama 4 hari dari tanggal 5 Februari sampai tanggal 8
dan penanganan perdarahan obstetri serta syok hipovolemik dan identifikasi dan
dan masase uterus. Pasien juga ditransfusi PRC sebanyak 1 kantung. Kondisi
pasien telah mengalami perbaikan dan pasien dipulangkan pada hari jumat, 8
Februari 2019.
37
DAFTAR PUSTAKA
[Internet]. 2008;22(6):999–1012.
38
12. Leduc D, Senikas V, Lalonde AB, Ballerman C, Biringer A, Delaney M, et
al. Active Management of the Third Stage of Labour: Prevention and
Treatment of Postpartum Hemorrhage. J Obstet Gynaecol Canada [Internet].
2009;31(10):980–93.
13. Sentilhes L, Vayssière C, Deneux-Tharaux C, Aya AG, Bayoumeu F, Bonnet
MP, et al. Postpartum hemorrhage: Guidelines for clinical practice from the
French College of Gynaecologists and Obstetricians (CNGOF): In
collaboration with the French Society of Anesthesiology and Intensive Care
(SFAR). Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2016;198:12–21.
39