Abstract.
Saat ini alat-alat radiologi adalah alat diagnostik yang sangat diperlukan dalam
perawatan medis. Jenis citra yang digunakan untuk kepentingan diagnosa penyakit
dihasilkan dari peralatan medis seperti X-ray, USG, CT scan, MRI, dan PET. Manfaat
dari pemeriksaan radiologi adalah untuk mendiagnosis penyakit, pengobatan, dan
sebagai sarana komunikasi antara dokter dan pasien. Namun, paparan radiasi juga dapat
merusak sel. Oleh karena itu, dokter harus mensosialisasikan tentang pemeriksaan
radiologi pada masyarakat.
Nowadays radiological devices are diagnostic tools that are very necessary in medical
care. The type of image used for the purpose of diagnosing disease is produced from
medical equipment such as X-rays, USG, CT scan, MRI, and PET. The benefits of
radiology examinations are to diagnose disease, treatment, and means of communication
between doctors and patients. However, radiation exposure can damage cells. Therefore,
a doctor is required to socialize about radiological examination to public.
1. PENDAHULUAN
Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Penemuan sinar-X
ini dipengaruhi oleh hasil percobaan sebelumnya dari J.J. Thomson mengenai tabung katoda
dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan tersebut mengamati gerak electron
yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam tabung kaca yang hampa udara.
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,
panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang yang sangat pendek
Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat. Aplikasi ini telah cukup beragam mulai dari radiasi untuk diagnostik
sampai penggunaan radiasi untuk terapi (Ferry, 2008; Toto et al., 2009).
Saat ini alat-alat radiologi adalah alat diagnostik yang sangat diperlukan dalam
perawatan medis, terutama dalam keadaan darurat, onkologi dan Departemen Pediatrik.
Pencitraan radiologi memiliki manfaat untuk tindak lanjut pasien serta signifikansi diagnostik.
Alat radiologi telah banyak membantu dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit. Jenis citra
yang digunakan untuk kepentingan diagnosa penyakit ini merupakan jenis citra khusus yang
dihasilkan dari peralatan medis seperti X-ray, USG (Ultrasonography), CT (Computed
Tomography) scanner, MRI (Magnetic Resonance Imaging), PET (Positron emission
Tomography). Dalam 15 tahun terakhir, teknik pencitraan yang canggih dalam neuroradiology
memberikan data yang sangat penting dari otak seperti metabolit dengan spektroskopi MR,
mikrovaskularitas dengan pencitraan perfusi, integritas materi putih dengan pencitraan tensor
difusi dan jaringan korteks dengan pencitraan fungsional. Teknik ini dilakukan untuk
pemantauan pada pasien onkologis dan evaluasi pra operasi serta diagnosis dini stroke (Reddy,
2017; Toto et al., 2009).
Banyak manfaat dari prosedur yang memanfaatkan radiasi pengion. Prosedur ini sudah
berkembang dan diterima dengan baik oleh masyarakat yang berprofesi di bidang medis dan
masyarakat luas. Di sisi lain, terdapat risiko yang terkadang merugikan yang sulit untuk
diperkirakan dan diukur.
Beberapa pasien salah menafsirkan risiko radiasi dan menolak pemeriksaan yang
bermanfaat atau berpotensi menyelamatkan nyawa karena takut akan radiasi. Ada bukti yang
menjelaskan risiko yang ditimbulkan tidak akan merugikan pasien, bahkan ketika risiko ini
dijelaskan kepada pasien dalam kelompok usia yang peka terhadap radiasi (Reddy, 2017).
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian
kualitatif melibatkan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman
pribadi, instropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan
visual (Galang, 2016). Dan dalam penelitian ini, data didapatkan dari wawancara dengan dokter
spesialis radiologi dan studi literatur.
4. SIMPULAN
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat manfaat besar dari pemeriksaan
radiologi, seperti membantu ketepatan diagnosis dan membantu komunikasi antara dokter dan
pasien. Namun, disamping itu juga terdapat risiko bahwa radiasi dapat merusak sel. Dokter
harus menjelaskannya pada pasien sebelum dilakukan pemeriksaan. Dan jika pada akhirnya
pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan, dokter harus menghormati keputusan pasien
tersebut.
5. SARAN
Masyarakat sangat butuh penjelasan terperinci tentang pemeriksaan radiologi, baik
tentang cara kerja alat, prosedur, manfaat, dan risiko dari pemeriksaan radiologi. Oleh karena
itu, sebaiknya diadakan sosialisasi atau penyuluhan agar masyarakat paham dan tidak salah
mengerti tentang pemeriksaan radiologi. Dan dari penyuluhan ini juga diharapkan dapat
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
6. DAFTAR PUSTAKA
Finzia PZ dan Ichwanisa N. (2017). Gambaran pengetahuan radiografer tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Aceh Medika, 1(2): 67-73.
Gumilang, Galang Surya. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan
konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2): 144-159.
Hidayatullah, Rahmat. (2017). Dampak tingkat radiasi pada tubuh manusia. Jurnal Mutiara
Elektromedik, 1(1): 16-23.
Ravikanth, Reddy. (2017). Effective radiological imaging for the good of patients: Weighing
benefits and risks. World Journal of Nuclear Medicine, 16(2): 85-87.
Scatliff JH dan Morris PJ. (2014). From rontgen to magnetic resonance imaging: The history of
medical imaging. NC Medical Journal, 75(2): 111-113.
Sunarno S, Setiowati E, Lestari L. (2012). Aplikasi alat radiografi digital dalam pengembangan
layanan foto rontgen. Jurnal MIPA, 35(2): 145-150.
Suyatno, Ferry. (2008). Aplikasi radiasi sinar-x di bidang kedokteran untuk menunjang
kesehatan masyarakat. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, 503-510.
Suyatno, Ferry. (2010). Aplikasi radiasi dan radioisotop dalam bidang kedokteran. PRPN-
BATAN, 507-514.
Trikasjono T, Marjanto D, Timorti B. (2009). Analisis keselamatan pesawat sinar-x di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. PTNBR – BATAN, 278-289.
TRANSKRIP WAWANCARA
Identitas Narasumber
Wawancara