Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zelvianty

Stambuk : N10114043

Kelompok : 5

Methylprednisolone Intramuskular

Komposisi:

- Methylprednisolone 125 mg
Tiap vial mengandung:
Metilprednisolon natrium suksinat setara dengan
Metilprednisolon 125 mg

- Methylprednisolone 500 mg
Tiap vial mengandung:
Metilprednisolon natrium suksinat setara dengan
Metilprednisolon 500 mg

Indikasi:

- Abnormalitas fungsi adrenokortikal


- Gangguan alergi
- Gangguan kolagen
- Dermatomiositis sistemik (polimiositis)
- Gangguan pada kulit
- Gangguan saluran pencernaan
- Gangguan darah
- Penyakit hati
- Inflamasi non rheumatik
- Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan)
- Sindroma nefrotik
- Neurotrauma
- Gangguan pada mata
- Perikarditis
- Gangguan pernafasan
- Profilaksis
- Gangguan rheumatik
- Arthritis reumatoid (termasuk arthritis pada anak-anak)
- Pengobatan shock
- Pengobatan tiroiditis non supuratif.
- Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ

Kontraindikasi:

- Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat


- Bayi prematur
- Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan peptikum, osteoporosis
berat, penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes.
- Pasien yang sedang diimunisasi.

Efek samping:

- Insufisiensi adrenokortikal:
Dosis tinggi untuk periode lama dapat terjadi penurunan sekresi endogeneous
kortikosteroid dengan menekan pelepasan kortikotropin pituitary insufisiensi
adrenokortikal sekunder.
- Efek muskuloskeletal:
Nyeri atau lemah otot, penyembuhan luka yang tertunda, dan atropi matriks protein
tulang yang menyebabkan osteoporosis, retak tulang belakang karena tekanan,
nekrosis aseptik pangkal humerat atau femorat, atau retak patologi tulang panjang.
Gangguan cairan dan elektrolit:
Retensi sodium yang menimbulkan edema, kekurangan kalium, hipokalemik
alkalosis, hipertensi, serangan jantung kongestif.
- Efek pada mata:
Katarak subkapsular posterior, peningkatan tekanan intra okular, glaukoma,
eksoftalmus.
- Efek endokrin:
Menstruasi yang tidak teratur, timbulnya keadaan cushingoid, hambatan pertumbuhan
pada anak, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia, bahaya diabetes mellitus.
- Efek pada saluran cerna:
Mual, muntah, anoreksia yang berakibat turunnya berat badan, peningkatan selera
makan yang berakibat naiknya berat badan, diare atau konstipasi, distensi abdominal,
pankreatitis, iritasi lambung, ulceratif esofagitis.
Juga menimbulkan reaktivasi, perforasi, perdarahan dan penyembuhan peptik ulcer
yang tertunda.
- Efek sistem syaraf:
Sakit kepala, vertigo, insomnia, peningkatan aktivitas motor, iskemik neuropati,
abnormalitas EEG, konvulsi.
- Efek dermatologi:
Atropi kulit, jerawat, peningkatan keringat, hirsutisme, eritema fasial, striae, alergi
dermatitis, urtikaria, angiodema.
- Efek samping lain:
Penghentian pemakaian glukokortikoid secara tiba-tiba akan menimbulkan efek mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi,
deskuamasi, mialgia, kehilangan berat badan, dan atau hipotensi.

Peringatan dan perhatian:

- Wanita hamil dan ibu menyusui


Dapat menyebabkan kerusakan fetus bila diberikan pada wanita hamil. Kortikosteroid
dapat berdifusi ke air susu dan dapat menekan pertumbuhan atau efek samping
lainnya pada bayi yang disusui.
- Anak-anak
Pemberian dosis farmakologi glukokortikoid pada anak-anak bila mungkin sebaiknya
dihindari, karena obat dapat menghambat pertumbuhan tulang. Jika terapi diperlukan
harus diamati pertumbuhan bayi dan anak secara seksama. Alternate-day therapy,
yaitu pemberian dosis tunggal setiap pagi hari, meminimalkan hambatan pertumbuhan
dan sebaiknya diganti bila terjadi hambatan pertumbuhan. Dosis tinggi glukokortikoid
pada anak dapat menyebabkan pankreatitis akut yang kemudian menyebabkan
kerusakan pankreas.
- Pasien lanjut usia.
Dapat terjadi hipertensi selama terapi adrenokortikoid. Pasien lanjut usia, terutama
wanita postmenopausal, akan lebih mudah terkena osteoporosis yang diinduksi
glukokortikoid.
Sementara pasien menerima terapi kortikosteroid, dianjurkan tidak divaksinasi
terhadap Smalpox juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi, untuk
mencegah kemungkinan bahaya komplikasi neurologi.
- Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC laten atau tuberculin reactivity
perlu dilakukan pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali penyakit yang
dapat terjadi.
Tidak dianjurkan pada pasien dengan ocular herpes simplex karena kemungkinan
terjadi perforasi korneal.
- Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinik dari suatu penyakit infeksi.
Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
infeksi.

Anda mungkin juga menyukai