Anda di halaman 1dari 13

Kajian Tentang Kerusakan Infrastruktur SDA (Sumberdaya Air)

Unit Air Baku dan Air Tanah

Tugas kelompok
Mata kuliah infrastruktur publik
Kelas : Keairan
Dosen : Dr. Ery Setiawan, ST., MT.

Disusun oleh :

Dadi Rahman
I2I 019 004

Resmasji Probo Diwandono


I2I 019 018

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2019

1
DAFTAR ISI

1. Klasifikasikan infrastruktur SDA .................................................................. 3


2. Justifikasi/pertimbangan yang melandasi klasifikasi ...................................... 7
3. Matrik jenis dan evaluasi infrastruktur pada tahapan kajian dan rehabilitasi . 7
4. Pembahasan..................................................................................................... 12
5. Kesimpulan kajian .......................................................................................... 13

2
1. Klasifikasikan infrastruktur SDA : Unit Air Baku Sitem Serepak
1.1 Sitem Serepak Serepak
Sungai Serepak terletak di Desa Duman Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
Sungai Serepak berada pada elevasi 785 m dpl. Daerah pelayanan air meliputi Kecamatan
Gunungsari dan Kecamatan Senggigi. Pada penambahan kapasitas sebesar 150 lt/dtk, air
baku dari Sungai Serepak dialirkan secara gravitasi ke reservoir distribusi kapasitas 2.000
m3, melalui 6 unit BPT, menggunakan pipa PVC Ø 250 mm sepanjang ± 6.500 m.
Dari reservoir distribusi kapasitas 2000 m3, air dialirkan secara gravitasi ke awal daerah
pelayanan Kabupaten Lombok Barat Bagian Utara melalui pipa PVC Ø 350 mm sepanjang
9000 m.

Gambar 1. Rantai pasok


1.2 Sumber Air Baku
1.2.1 Sungai Serepak (Air Permukaan)
Sumber air baku yang digunakan pada system ini adalah Sungai Serepak yang berada
dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Sistem penyadapan masih
menggunakan intake sederhana berupa pemasangan pipa sadap berlubang di lokasi ceruk
sungai yang dilengkapi dengan bendung yang terbuat dari bronjong yang memotong alur
sungai yang bertujuan untuk menaikan level muka air.

3
Gambar 2.a Lokasi Pipa Sadap (Intake) Sungai Serepak

Gambar 2.b Bendung Bronjong Intake Sungai Serepak

1.2.2 Sumur Bor Langko (Air Bawah Tanah)


Sumur bor ini teletak di reservoar langko sebanyak 2 buah dengan kapasitas pompa sebesar
10 l/s. Suplay air dari sumur bor langsung dimasukkan ke dalam reservoar langko untuk
menambah kapasitas pada musim kemarau.

1.3 Pipa Transmisi


Pipa transmisi yang digunakan untuk mengalirkan air dari Intake ke Reservoir Distribusi
adalah pipa HDPE Ø 300 mm sepanjang ± 8.562 m. Pemasangan pipa transmisi tidak
seluruhnya tertanam khususnya sebelum lokasi Bak Pelepas Tekan I (BPT I) sepanjang ±
2.296 m dimana medan yang dilalui memang sulit untuk dilakukan penanaman sehingga
dibeberapa lokasi harus dipasang kawat sling untuk menggantung pipa agar tidak terlepas.
Sedangkan sisanya tertanam sepanjang ± 6.266 m sampai dengan lokasi reservoir
distribusi, namun karena kedalamannya kurang sehingga di beberapa tempat terdapat pipa
yang muncul kepermukaan akibat tergerusnya tanah oleh air hujan.

4
Gambar. 3 Pipa Transmisi

1.4 Bak Pelepas Tekan (BPT)


Sepanjang jalur pipa transmisi terdapat 3 (tiga) buah Bak Pelepas Tekan (BPT) yang
berfungsi untuk mereduksi tekanan dalam pipa sehingga terhindar dari terjadinya pecah
pipa. Ketiga Bak Pelepas Tekanan tersebut memiliki kapasitas yang sama yaitu 16 m 3
dengan lokasi sebagai beriut :
 Bak Pelepas Tekan I terletak pada koordinat 80 30’ 2,2” Lintang Selatan dan 1160 10’
10,0” Bujur Timur berada pada elevasi + 622.05 mdpl dan berjarak 2.296 m dari
Intake.
 Bak Pelepas Tekan II terletak pada koordinat 80 30’ 11,6” Lintang Selatan dan 1160
10’ 4,1” Bujur Timur berada pada elevasi + 558.20 mdpl dan berjarak 3.699 m dari
Intake.
 Bak Pelepas Tekan III terletak pada koordinat 80 32’ 4,3” Lintang Selatan dan 1160
10’ 0,4” Bujur Timur berada pada elevasi + 284.76 mdpl dan berjarak 6.995 m dari
Intake.
Adapun dimensi ktiga Bak Pelepas Tekan tersebut adalah sebagi berikut :
- Panjang : 3,40 m
- Lebar : 2,40 m
- Tinggi : 2,00 m
- Pipa Inlet : GIP Ø 300 mm
- Pipa Outlet : GIP Ø 300 mm
- Pipa Penguras : GIP Ø 200 mm
- Pipa Peluap : GIP Ø 200 mm
- Pipa Ventilasi : GIP Ø 50 mm
5
Gambar. 4 Bak Pelepas Tekan

1.5 Reservoir Distribusi


Setelah melewati Bak Pelepas Tekan I, II dan III, selanjutnya air dialirkan secara gravitasi
ke Reservoir Langko dengan kapasitas 2000 m3 (2 x 1000 m3) yang terletak di Dusun
Langko Desa Duman Kabupaten Lombok Barat, terletak pada koordinat 80 33’ 1,2” Lintang
Selatan dan 1160 09’ 13,6” Bujur Timur berada pada elevasi sekitar +210 m di atas
permukaan air laut (dpl). Reservoir ini dibangun pada tahun 2010 dengan konstuksi terbuat
dari beton bertulang yang terdiri dari dua kompartemen.
Dimensi Reservoir Langko adalah sebagai berikut :
- Panjang : 32,20 m
- Lebar : 21,00 m
- Tinggi : 3,00 m
- Pipa Inlet : GIP Ø 300 mm
- Pipa Outlet : GIP Ø 300 mm
- Pipa Peluap : GIP Ø 250 mm
- Pipa Penguras : GIP Ø 250 mm
- Pipa Ventilasi : 63,5 mm (4 unit)
- Manhole : 0.8 x 0.8 (4 unit)
Air dari Sungai Srepak dialirkan ke Reservoir Langko sebesar ± 100 L/D, kemudian dari
Reservoir Langko didistribusikan ke daerah pelayanan Kecamatan Lingsar dan Kecamatan
Gunung Sari sebesar ± 64 L/D, dan ke daerah pelayanan Kecamatan Batulayar/Senggigi
sebesar ± 36 L/D.

6
Gambar. 5 Reservoir Langko

1.6 Pipa Distribusi


Jaringan pipa distribusi pada sistem Serepak terdiri dari pipa Ø 250 mm sampai yang
melayani daerah Gunungsari dan pipa Ø 200 melayani daerah senggigi

4.7 Daerah Pelayanan


Daerah pelayanan yang dilayani oleh sistem Serepak adalah Kecamatan Gunung Sari dan
Kecamatan Batu Layar. Jumlah sambungan yang dilayani di Kecamatan Gunung Sari
adalah sebanyak 8.439 unit SR sedangkan di Kecamatan Batu Layar sebanyak 3.979 unit
SR.

2. Justifikasi/pertimbangan yang melandasi klasifikasi


Pertimbangan yang melandasi klasifikasi antara lain :
1. Unit air baku merupakan infrastruktur yang penting dalam pemenuhan kebutuhan
air bersih baik domestik maupun non domestik.
2. Sitem SPAM Serepak sering terjadi penurunan kapasitas produksi dan tuntutan
pelayanan dari masyarakat tinggi.
3. Untuk mengetahui kondisi terkini infrastruktur tersebut.

3. Matrik jenis dan evaluasi infrastruktur pada tahapan kajian dan rehabilitasi
3.1. Kondisi Infrastruktur
Informasi mengenai kondisi infrastruktur sangat perlu dilakukan mengingat selama ini
PDAM yang tidak mengetahui kondisi infrastruktur sebenarnya dan jenis pemeliharaan apa

7
saja yang telah dilakukan terhadap infrastruktur tersebut. Kondisi infrastruktur
menginformasikan antara lain:
a. Tanggal terpasang
b. Tanggal Operasi
c. Perkiraan Usia Manfaat,
Ini akan menginformasikan umur rencana asset. Perkiraan umur rencana asset bisa
didapatkan dari standar yang berlaku atau berdasarkan standar. Umur rencana yang
biasa digunakan dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1. Potensi Usia Efektif


d. Nilai keandalan,
Ini akan menginformasikan apakah infrastruktur yang telah ditanam sesuai dengan
yang direncanakan atau sesuai dengan spesifikasi pabrikasi atau belum. Nilai
keandalan diberi score sesuai dengan kondisi infrastruktur yang ada. Nilai keandalan
1 diberikan apabila infrastruktur tersebut hampir tidak pernah rusak sebelum umur
rencana habis. Nilai keandalan 2 diberikan apabila infrastruktur tersebut rusak

Tabel 2. Waktu kegagalan

8
Ini akan menginformasikan kondisi infrastruktur yang sebenarnya, sehingga dapat
ditentukan tingkat pemeliharaannya. Misalnya infrastruktur dengan kondisi baru
tingkat pemeliharaannya adalah pemeliharaan preventif biasa, infrastruktur yang
mengalami kerusakan kecil (non fungsional) tingkat pemeliharaannya preventif dan
pemeliharaan korektif kecil, sedangkan untuk infrastruktur yang tidak bisa diperbaiki
tindakan yang akan dilakukan dengan cara rahabilitasi hingga penggantian
infrastruktur.

Tabel 3. Penilaian Kondisi


e. Kinerja
Dari kondisi infrastruktur yang telah dianalisa akan terlihat kinerja suatu infrastruktur
itu sendiri. Apabila kinerja infrastruktur masih dalam kondisi > 80% artinya kinerja
infrastruktur sama atau melebihi target kinerja infrastruktur. Kondisi infrastruktur >
60% artinya adanya penyimpangan target kinerja yang tak siginifikan, sedangkan <
20% artinya kinerja suatu infrastruktur sudah sama sekali tidak mencapai target
apapun.

9
f. Riwayat Pemeliharaan
Ini akan menginformasikan jenis pemeliharaan apa saja yang telah dilakukan bahkan
apabila ada perbaikan dan penggantian komponen dari suatu infrastruktur dapat dilihat
dalam riwayat pemeliharaan infrastruktur.

3.2 Analisa Risiko / Kekritisan


Analisa risiko bertujuan menganalisis setiap kemungkinan risiko dan pengelolaannya, sehingga
sistem penyediaan air minum mampu berfungsi dengan baik dan secara berkelanjutan. Serta
mengidentifikasi tingkat kekritisan/kegagalan fungsi infrastruktur untuk prioritas perlakuan
infrastruktur. Kategori resiko dapat dibagi menjadi 3 tingkatan :
1. Tingkat I
- Resiko Kesehatan Masyarakat.
Infrastruktur menjadi peranaan penting untuk penyediaan air minum didalam mencegah
dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.
- Resiko Lingkungan
Kegagalan infrastruktur didalam penyediaan air minum bisa menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
2. Tingkat II
- Risiko Keuangan
Infrastruktur merupakan risiko yang ditimbulkan akibat operasi dan manajemen
penyedia air minum sebagai perusahaan bisnis.
- Resiko Komersial
Kegagalan infrastruktur dapat berdampak kepada penyediaan air minum yang tidak
berkelanjutan akibat dari kesalahan bisnis yang tidak efisien.
3. Tingkat III
- - Risiko Reputasi,

10
Kegagalan infrastruktur dapat menimbulkan kepercayaan pelanggan dan pemangku
kepentingan terhadap pelayanan penyediaan air minum berkurang.
- Risiko Terhadap Peraturan
Undang-undang dan peraturan mengatur standar minimum terhadap kualitas air untuk
itu kondisi serta kinerja infrastruktur perlu diperhatikan sehingga risiko tersebut tidak
terjadi. Untuk mengatasi tingkat risiko diatas perlu dilakukan analisis dengan
menentukan faktor redundansi untuk mengurangi risiko infrastruktur, probabilitas
kegagalan infrastruktur, dampak kegagalan, nilai risiko dan prioritas infrastruktur.
3.3. Dampak Kegagalan
Terkait dengan konsekuensi kegagalan dihitung berdasarkan persentase. Berikut contoh
persentase dampak kegagalan berdasarkan tingkatannya.

Tabel Dampak Kegagalan


3.4. Prioritas Penanganan
penentuan scoring terhadap infrastruktur yang harus diperbaiki ataupun diganti berdasarkan
nilai risiko yang ada.

11
5. Pembahasan
a. Analisa kondisi Infrastruktur
Analisis yang terlebih dahulu dilakukan adalah analisis kondisi infrastruktur sebagai berikut :
No Uraian Tahun Tahun Usia Waktu Nilai Dampak Probabiltas
pasang Operasi Manfaat kegagalan Keandalan
Pasang (per
tahun)
1 Intake 75
2 Pipa 60
Transmisi
3 Bak 75
Pelepas
Tekan
(BPT)
4 Reservoar 75
5 Jaringan
Distribusi
6 Jaringan
Tersier

12
7 Pipa
Services
8 Rangkaian
SR
9 Sumur 30
Bor
10 Pompa
11 Genset
12 Panel
Pompa
dan
Genset
13 Meter
Induk
14 Sensor
Level
Reservoar
15 PLC
16 Sensor
Analyzer
kekeruhan

Matriks

5. Kesimpulan

13

Anda mungkin juga menyukai