Anda di halaman 1dari 8

JURNAL HUTAN LESTARI (2018)

Vol. 6 (1) : 48 - 55

KANDUNGAN KLOROFIL DAUN PADA EMPAT JENIS POHON DI


ARBORETUM SYLVA INDONESIA PC. UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(Leaf Chlorophyll Content In Four Tree Species at Arboretum Sylva Indonesia


PC. Universitas Tanjungpura)

Miftahul Zakiyah, Togar Fernando Manurung, Reine Suci Wulandari


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol Pontianak, 78124
Email : zakiyah.mifta10@gmail.com

Abstract
Photosynthesis is the process of changing inorganic compounds (CO 2 and H2O) into organic
compounds (carbohydrates) and O2 with the help of sunlight. Chlorophyll is a major factor
affecting photosynthesis. Chlorophyll is a green pigment found in most plants, algae, and also
cyanobacteria. The aim of this research was to know and compared the difference of chlorophyll
content of 4 (four) tree species consisting of Fast Growing Species is Macaranga pruinosa &
Acacia mangium and Slow Growing Species is Shorea seminis and Shorea balangeran at the
Sylva Arboretum Indonesia PC. Universitas Tanjungpura. This research use Purposive Sampling
method. The value of leaf chlorophyll content in each tree species were Macaranga pruinosa
41,63 (chlorophyll / mm2), Acacia mangium 50,21 (chlorophyll / mm2), Shorea seminis 59,09
(chlorophyll / mm2), and Shorea balangeran of 61.58 (chlorophyll / mm2). The average value of
chlorophyll content in the fast growing species was 45.92 (chlorophyll / mm2) and in the group of
slow growing species was 60.33 (chlorophyll / mm2). The difference of chlorophyll content in the
group of Fast Growing Species and Slow Growing Species give a significant at 5% significance
level to chlorophyll content. The chlorophyll value of the Fast Growing Species has a smaller
chlorophyll content of 45.92 (chlorophyll / mm2) compared to the chlorophyll value of Slow
Growing Species that was equal to 60,33 (chlorophyll / mm2). Difference in chlorophyll content
in both groups are influenced by environmental factors such as light intensity, temperature and
humidity.
Keywords: Chlorophyll, Fast Growing Species, Slow Growing Species

PENDAHULUAN berakibat terganggunya iklim secara global


CO2 merupakan salah satu penyebab (global warming (Hidayati, 2001).Salah
utama terjadinya apa yang disebut efek satu upaya dari pemerintah untuk
rumah kaca (greenhouse effect). Sejak mengurangi GRK (Gas Rumah Kaca) yaitu
revolusi industri sampai sekarang, gas dengan penghutanan dan pemeliharaan
penyebab efek rumah kaca yang hutan erat kaitannya dengan hutan tropis
terakumulasi di atmosfer bumi disebabkan yang dapat melakukan fungsi sebagai
oleh gas CO2 sebesar 50%. Selanjutnya pengeleminasi kuantitas gas CO2, dengan
kontribusi hingga terkecil diberikan oleh kata lain bertindak sebagai carbon sink
gas-gas CFC lebih kurang 20%, CH4 sebenarnya, melakukan pelayanan
(Metana) sebesar 15% , O3 sebesar 8%, dan internasional membersihkan bumi dari CO2
NO 7% memerangkap radiasi panas (Goeritno, 2000). Tanaman membutuhkan
matahari dan menaikkan suhu bumi yang CO2 untuk pertumbuhannya. Peningkatan

48
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 48 - 55

konsentrasi CO2 di atmosfer akan kawasan arboretum yang telah terbentuk


merangsang proses fotosintesis, lama telah memiliki karakteristik khas
meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan dengan adanya struktur tajuk yang berlapis-
peningkatan kandungan klorofil pada daun lapis. Struktur tajuk yang berlapis-lapis
(June, 2008). Pertumbuhan tanaman menyebabkan perbedaan intensitas cahaya
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah yang diterima pada setiap stratum. Cahaya
satunya intesitas cahaya. Intesitas cahaya yang dapat menembus tajuk lapisan atas
berperan penting dalam penerimaan energi dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang
bagi tanaman melalui fotosintesis dengan berada dibawahnya. Adanya perbedaan
penyerapan langsung foton oleh molekul- cahaya yang datang dan struktur tajuk yang
molekul pigmen seperti klorofil. Klorofil berlapis ini menyebabkan persaingan untuk
merupakan pigmen hijau yang ditemukan mendapatkan cahaya dan ruang tumbuh
pada kebanyakan tumbuhan, alga, dan juga sehingga mempengaruhi tumbuhan dalam
cyanobacteria. Setiap jenis daun pada setiap pembentukan klorofil. Dengan demikian,
tumbuhan memiliki kandungan klorofil belum tersedia data dan informasi
yang berbeda. Klorofil sangat vital dalam mengenai kandungan klorofil daun empat
proses fotosintesis, karena membuat jenis pohon berdasar sifat pertumbuhannya
tanaman mendapatkan energi dari cahaya. yaitu fast growing species dan slow
Ada dua sifat pertumbuhan yang growing spesies di Arboretum Sylva
dimiliki oleh setiap jenis tanaman, yaitu ada Indonesia PC. Universitas Tanjungpura
yang memiliki pola pertumbuhan yang Pontianak.
cepat (fast growing species) dan ada yang Penelitian ini bertujuan untuk
memiliki pertumbuhan yang lambat (slow mengetahui dan membandingkan
growing species). Spesies cepat tumbuh perbedaan kandungan klorofil empat jenis
cenderung memiliki tingkat fotosintesis pohon yang terdiri dari kelompok pohon
yang lebih tinggi, tetapi juga menggunakan cepat tumbuh (fast growing species) yaitu
energi pernapasan lebih efisien untuk Macaranga pruinosa & Acacia mangium
pemeliharaan, pertumbuhan dan dan kelompok pohon lambat tumbuh (slow
penyerapan ion dibanding spesies lambat growing species) yaitu Shorea seminis dan
tumbuh. Peningkatan jumlah klorofil akan Shorea balangeran di Arboretum Sylva
meningkatkan kemampuan tanaman dalam Indonesia PC.Universitas Tanjungpura
menangkap cahaya matahari dan ini akan Pontianak.
semakin mempercepat laju fotosintesis METODE PENELITIAN
(Anonim, 2016). Selain sebagai tempat Penelitian ini dilaksanakan di
pelestarian plasma nutfah, arboretum Arboretum Sylva Indonesia PC.
berfungsi sebagai salah satu hutan kota Universitas Tanjungpura Pontianak selama
yang berada di Pontianak yang berfungsi 2 minggu dilapangan. Penentuan sampel
dalam penyerapan CO2 dari emisi pohon ditetapkan secara purposive
kendaraan yang berada disekitarnya. Selain sampling yaitu dengan cara memilih
itu umumnya vegetasi yang ada pada sampel dengan secara sengaja berdasarkan

49
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 48 - 55

tujuan dan pertimbangan tertentu. Langkah mesofil daun dan menghindari tulang daun.
awal penelitian ini adalah melakukan Pengukuran klorofil daun pada penelitian
survey awal untuk mencari informasi ini, berdasarkan arah cahaya matahari yang
mengenai keberadaan 4 (empat) jenis dapat dilihat menggunakan kompas yaitu
pohon yaitu Macaranga pruinosa, Acacia arah timur pada saat pengukuran pagi dan
mangium, Shorea seminis dan Shorea arah barat pada saat pengukuran sore hari.
balangeran yang telah ditentukan dengan Pada pengukuran pagi hari dilakukan pada
menjelajahi setiap blok. Dimana terdapat rentang antara jam 8.00-10.00 pagi
20 petak blok yaitu blok A-T yang masing- kemudian dilanjutkan pada saat sore hari
masing setiap petak blok dibatasi oleh parit- antara jam 16.00-18.00 sore (WIB).
parit. Setiap jenis diperlukan 3 pohon yang Analisis data yang digunakan dalam
dijadikan sebagai bahan sampel, kemudian penelitian ini yaitu uji-t sampel independen
diberi tanda atau label yang telah diberikan untuk melihat perbedaan rerata kandungan
kode sebagai tanda bahwa pohon tersebut klorofil pada dua kelompok pohon. Agar
merupakan kandidat sampel yang akan lebih akurat, analisis ini menggunakan
dilakukan pengukuran. perhitungan manual dan menggunakan
Pengukuran kandungan klorofil dalam software IBM SPSS 24.
penelitian ini menggunakan alat HASIL DAN PEMBAHASAN
Chlorophyll Meter Konica Minolta seri Perhitungan kandungan klorofil ini
SPAD-502. Sampel daun dari empat jenis dilakukan dengan bantuan
pohon tersebut masing-masing diukur Chlorophyllmeter SPAD-502 dengan cara
dengan tiga kali pengukuran untuk membagi daun menjadi tiga bagian yaitu
mendapatkan satu nilai klorofil total per pangkal, tengah, dan ujung. Daun yang
daun. Sampel daun diambil dari cabang diukur adalah daun yang memenuhi kriteria
lateral yang terletak pada pertengahan yaitu umur daun menjelang dewasa, daun
tinggi pohon dari arah timur dan barat terluar dan daun menghadap keatas serta
(Utomo, 2011). Setiap cabang diambil satu tidak ternaungi oleh daun lain pada batang
helai daun yang berasal dari pasangan daun yang sama. Kandungan klorofil
nomor dua dari pangkal tangkai daun. Daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu
yang akan diukur kadar klorofilnya intensitas cahaya, suhu dan kelembaban
dijepitkan pada bagian sensor dari alat udara. Nilai kandungan klorofil karena
tersebut. Sensor SPAD ditempatkan faktor pengaruh lingkungan dapat dilihat
dibagian pangkal, tengah dan ujung daun pada Tabel 1.
secara acak hanya pada bagian jaringan

50
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 48 - 55

Tabel 1. Pengaruh Keadaan Lingkungan Terhadap Kandungan Klorofil (The


Influence of Environmental Conditions on Chlorophyll Content)
Rerata
Intensitas Kandungan
Jenis Suhu Kelembaban Kandungan
Kelompok Cahaya Klorofil
Pohon (0C) Udara (%) Klorofil
(Klux) (Klorofil/mm2)
(Klorofil/mm2)
Macaranga
Fast 1,86 28,78 83,78 41,63
Pruinosa
Growing 45,92
Acacia
Species 1,80 28,67 84,11 50,21
Mangium
Shorea
Slow 0,56 28,67 85,56 59,09
Seminis
Growing 60,33
Shorea
Species 0,63 28,56 86,89 61,58
Balangeran

Berdasarkan Tabel 1 menunjukan Mahang (Macaranga pruinosa)


bahwa intensitas cahaya yang diterima merupakan jenis pohon yang mudah
lebih besar pada jenis Macaranga tumbuh dan cepat menyebar.
pruinosa dan Acacia mangium yaitu Peningkatan pemanjangan batang sering
sebesar 1,86 Klux dan 1,80 Klux. Hal itu menguntungkan tumbuhan dalam
berbanding lurus dengan memiliki suhu persaingan memperebutkan cahaya
udara yang tinggi akibat dari penyinaran dalam hal ini strata tajuk pada kelompok
intensitas cahaya matahari yang agak spesies cepat tumbuh umumnya berada
besar. Pada suhu tinggi laju respirasi pada posisi paling atas. Sehingga
meningkat dan suhu tinggi tersebut intensitas cahaya yang diterima setiap
optimal maka ini akan mempercepat daun akan diproses dalam pembentukan
pertumbuhan dan perkembangan tunas fotosintesa dan pembentukan klorofil.
(Kozlowski et al., 1991). Pada intensitas Intensitas Cahaya berada di tingkat
cahaya yang rendah seperti pada jenis cahaya jenuh (tajuk lebih terbuka) yang
Shorea seminis dan Shorea balangeran mencapai titik maksimal bagi
yaitu sebesar 0,56 Klux dan 0,63 Klux pertumbuhan diameter sehingga akan
maka konsentrasi CO2 sulit untuk meningkatkan suhu udara. Peningkatan
meningkat, sifat ini didukung oleh sifat cahaya bagi mahang dan akasia secara
morfologi jenis Shorea yang luas berangsur-angsur akan meningkat proses
daunnya lebih kecil sehingga sulit untuk fotosintesis hingga tingkat kompensasi
menangkap intensitas cahaya dan CO2 cahaya, yaitu tingkat cahaya pada saat
dengan maksimal. Mooney dan pengambilan CO2 sama dengan
Ehrelinger (1977) menyebutkan bahwa pengeluaran CO2, apabila cahaya terus
CO2 adalah bahan utama fotosintesis, menerus meningkat fotosintesis akan
kecepatan fotosintesis meningkat dengan terus naik sampai mencapai tingkat
meningkatnya konsentrasi CO2 cahaya jenuh (Daniel et al., 1989).
intraseluler. Besar kecilnya intensitas cahaya ini
juga akan mempengaruhi tinggi

51
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 48 - 55

rendahnya suhu. Pada pagi hari intensitas intensitas cahaya rendah, cahaya yang
cahaya relatif lebih rendah begitu juga datang lebih banyak diserap dan
dengan suhu, kemudian pada siang hari digunakan.
terjadi peningkatan intensitas cahaya Suhu merupakan salah satu faktor
yang diikuti oleh kenaikan suhu luar yang mempengaruhi pembentukan
kemudian berangsur-angsur turun pada atau sintesa klorofil didalam daun.
sore hari. Namun dalam kawasan Berdasarkan pengamatan Pack (1921)
arboretum, peningkatan suhu yang dalam Butar (2005), dikatakan bahwa
terjadi pada siang hari tidak terlalu sintesa klorofil terjadi pada tenggang
signifikan hingga terjadinya penurunan (range) suhu terpanas dimusim kemarau.
suhu pada sore hari,. Hanya pada hari- Selain itu masuknya intensitas cahaya
hari tertentu seperti pada hari cerah yang besar dan tinggi suhu akan
sehingga menghasilkan rata-rata harian menyebabkan penguapan yang tinggi.
yang tidak berbeda nyata. Pada saat hari Penguapan yang tinggi jika tidak disertai
berawan sampai hujan suhu konstan sistem perakaran yang dapat menyerap
berada pada 290 C - 310 C. Hal tersebut air secara optimum akan menimbulkan
dikarenakan umumnya tutupan tajuk di dehidrasi.
arboretum memiliki karakteristik yang Daun berbagai spesies (bahkan
sama atau dengan kerapatan sedang. ketika dewasa) dapat beradaptasi sedikit
June (2008) menyebutkan bahwa terhadap perubahan suhu, jika daun
pada lingkungan cahaya yang rendah, tersebut terpajang pada berbagai suhu
tanaman harus dapat menyerap cahaya yang berbeda selama beberapa hari, ini
yang cukup untuk tetap hidup oleh membantu tumbuhan untuk
karenanya tumbuhan tersebut harus menyesuaikan diri terhadap perubahan
dapat memaksimumkan jumlah cahaya musim (Salisbury et al., 1995).
yang diserap. Pada intensitas cahaya Berdasarkan data kandungan klorofil
yang tinggi, cahaya yang datang lebih pada Tabel 1, maka dilakukan analisis
banyak yang dilewatkan melalui daun perhitungan menggunakan Uji-t seperti
dan dipantulkan sedangkan pada pada Tabel 2 berikut :

52
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 48 - 55

Tabel 2. Hasil Analisis Uji-t Kandungan Klorofil pada Kelompok Fast Growing
Species dan Slow Growing Species Dengan Software IBM SPSS 24 (Results
of Analysis of-T Chlorophyll Contents in Growing Species and Slow Growing
Species With IBM SPSS 24 Software)
Grup Statistik
Kelompok N Rata-rata Standar Deviasi Standar Error
Kandungan Fast Growing Species 14 45,9214 1,93441 ,51699
Klorofil
Slow Growing Species 14 60,3364 2,23834 ,59822

Uji Sampel Bebas


Uji Lavene
untuk
persamaan
varians Uji-t untuk persamaan rata-rata
Perbed
Selisih taraf
Derajat Sig. aan
kepercayaan 95%
bebas (2- Perbedaan std.
F Sig. t (Df) ekor) rata-rata Error Bawah Atas
Kandu- Disumsi ,353 ,558 -18,231 26 ,000 -14,41500 ,79066 -16,04024 -12,78976
ngan kan varians
Klorofil sama
Disumsi -18,231 25,465 ,000 -14,41500 ,79066 -16,04190 -12,78810
kan varians
tdk sama

Tabel 2 menunjukkan nilai t hitung pohon tersebut. Spesies cepat tumbuh


untuk kandungan klorofil adalah 18,231 cenderung memiliki tingkat fotosintesis
kemudian diujikan pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi juga
signifikansi 5%, suatu nilai t tabel yaitu menggunakan energi pernapasan lebih
2,056. Karena t hitung > t tabel, maka efisien untuk pemeliharaan,
kesimpulannya adalah terdapat pertumbuhan dan penyerapan ion.
perbedaan nyata antara nilai kandungan Fotosinteis pada tanaman cenderung
klorofil daun kelompok Fast Growing meningkat selama masa pembentukan
Species dan Slow Growing Species. daun tanaman. Pada saat tanaman
Berdasarkan hasil analisa mengalami pertumbuhan daun, maka
perhitungan, kelompok pohon Fast klorofil pada daun juga berangsur-
Growing Species dan Slow Growing angsur meningkat. Peningkatan jumlah
Species memiliki perbedaan rata-rata klorofil akan meningkatkan kemampuan
yang nyata terhadap kandungan klorofil tanaman dalam menangkap cahaya
daun. Salah satu faktor yang matahari dan ini akan semakin
mempengaruhi perbedaan tersebut mempercepat laju fotosintesis. Daun
diantaranya adanya perbedaan sifat yang sudah tua pada umumnya memiliki
tumbuh yang dimiliki beberapa jenis klorofil yang jauh lebih sedikit sehingga

53
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 48 - 55

kemampuan dalam menangkap cahaya Macaranga pruinosa sebesar 41,63


dan melakukan fotosintesis juga (klorofil/mm2), Acacia mangium
berkurang (Anonim, 2016). sebesar 50,21 (klorofil/mm2), Shorea
Data kandungan klorofil daun pada seminis sebesar 59,09 (klorofil/mm2),
spesies cepat tumbuh memiliki nilai dan Shorea balangeran sebesar 61,58
yang lebih rendah dibandingkan dengan (klorofil/mm2).
kelompok spesies lambat tumbuh. Hal 2. Perbedaan kandungan klorofil daun
tersebut dikarenakan umur daun pada pada kelompok Fast Growing Species
pohon yang menjelang tua memiliki dan Slow Growing Species
kemampuan fotosintesis yang lebih memberikan taraf nyata terhadap nilai
rendah dibandingkan pada daun muda. kandungan klorofil daun dimana nilai
Selain itu, struktur daun pada sampel klorofil kelompok pohon Fast
pohon Mahang dan Akasia memiliki Growing Species memiliki
ketebalan daun yang lebih tipis kandungan klorofil yang lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok pohon dibandingkan dengan nilai klorofil
pada jenis Shorea . Secara fisiologi kelompok pohon Slow Growing
warna daun pada spesies cepat tumbuh Species.
memiliki warna hijau muda dan Saran
memiliki luas daun yang lebih kecil. Dari hasil penelitian yang didapatkan
Menurut Sestak (1981) dalam dengan stabilnya pertumbuhan tingkat
Salisbury et al. (1995) menyebutkan pohon pada kelompok Fast Growing
bahwa sejalan dengan pertumbuhan Species maupun Slow Growing Species,
daun kemampuannya untuk maka disarankan dalam waktu
berfotosintesis juga meningkat sampai pengukuran kandungan klorofil daun
daun berkembang penuh, dan kemudian dibutuhkan waktu yang sedikit lebih
mulai menurun secara perlahan. Daun lama agar perbedaan yang signifikan
tua yang hampir mati, menjadi kuning terhadap kandungan klorofil daun dapat
dan tidak mampu berfotosintesis karena terlihat jelas. Dalam rangka mengurangi
rusaknya klorofil dan hilangnya fungsi emisi CO2 dan efek gas rumah kaca,
kloroplas. Tapi daun konifer yang penanaman dan perbanyakan pohon
tampak sehat, yang bertahan beberapa pada kelompok Shorea lebih baik karena
tahun, biasanya menujukan penurunan tingkat kandungan klorofilnya lebih
laju fotosintesis secara perlahan selama banyak sehingga memungkinkan dalam
beberapa kali musim panas. Sejumlah penyerapan karbon yang lebih banyak
faktor mengendalikan fotosintesis neto pula.
selama perkembangan daun. DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP Anonim, 2016. Fast Growing Versus
Kesimpulan Slow Growing Plants. Australian
1. Nilai kandungan klorofil pada Society of Plant Scientists, New
masing-masing jenis pohon yaitu Zealand Society of Plant
Biologists, and New Zealand

54
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 48 - 55

Institute of Agricultural and oleh Diah R, Lukman dan


Horticultural Science 2010–2016. Sumaryono. Institut Teknologi
http://plantsinaction. science. Bandung, Bandung.
uq.edu.au/content/652-fast-
growing-versus-slow-growing-
plants (07 April 2017)
Butar-butar, O. 2005. Pengaruh Ukuran
Celah dan Intensitas Cahaya
Terhadap Kandungan Klorofil
Daun Pada Anakan Meranti
(Shorea spp) di Areal TPTI
Intensif PT. Suka Jaya Makmur
Ketapang Kalimantan Barat.
Skripsi. Fakultas Kehutanan.
Universitas Tanjungpura.
Pontianak.
Daniel TW, Helms JA, dan Baker FS.
1989. Prinsip-prinsip silvikultur.
Marsono D, diterjemahkan oleh
Soesono OH, editor. Gadjah Mada
University. Yogyakarta.
Goeritno, A. 2000. Kemungkinan
Pengenaan Pajak Terhadap Emisi
CO2 Industri. Pusat
Pengembangan Pengelolaan
Limbah Radioaktif, BATAN.
Jakarta.
Hidayati, R. 2001. Masalah Perubahan
Iklim di Indonesia Beberapa
Contoh Kasus, Makalah Falsafah
Sains, Program Doktor, IPB.
Bogor.
June, T. 2008. Kenaikan CO2 Dan
Perubahan Iklim : Implikasinya
Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
http://members.tripod.com/~buleti
n/tania/tania1.htm (20 Mei 2017).
Kozlowski TT, Kramer PJ, and Pallardy
SG. 1991. The Physiological
Ecology of Woody Plants.
Academic Press, Inc. San Diego.
Salisbury, Frank.B., dan Cleon W Ross.
1995. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan Jilid 1, diterjemahkan

55

Anda mungkin juga menyukai