Anda di halaman 1dari 11

- August 26, 2015

A. Latar Belakang
Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian
seiring dengan fungsinya untuk menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai dana (surplus
of funds) kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana (lack of funds).2 Apabila sistem
keuangan tidak bekerja dengan baik maka perekonomian menjadi tidak efisien dan
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu kesinambungan
pelaksanaan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kestabilan dan kekuatan
sistem keuangan.
Pertumbuhan jasa manajemen risiko yang cepat menunjukkan bahwa manajemen
dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan risiko keuangan. Jika nilai
perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang
aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan.
Pertama, manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas
perusahaan. Aliran kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba sehingga
meningkatkannilai kini ekspektasi arus kas. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan
perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama.
Para pemberi pinjaman, karyawan dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari
manajemen eksposur. Akhirnya karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko harga dan suku
bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi,
manajemen eksposur membatasi resiko yang dihadapi oleh konsumen.
B. Pengertian Risiko Keuangan
Resiko keuangan adalah segala macam resiko yang berkaitan dengan keuangan, biasanya
diperbandingkan dengan resiko non keuangan, seperti resiko operasional. Jenis resiko keuangan
misalnya adalah resiko nilai tukar, resiko suku bunga, dan resiko likuiditas.
Resiko keuangan adalah resiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan sebuah
usaha atau ukuran keuangan usaha. Target keuangan usaha adalah besaran target yang ditetapkan
oleh wirausaha dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan ukuran keuangan usaha adalah kondisi
keuangan usaha yang bisa berupa arus kas, laba usaha, dan pertumbuhan penjelasan (Bramantyo
Djohamputera).

C. Tujuan Manajemen Risiko Keuangan


Tujuan utama manajemenrisiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian
yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas dan ekuitas.
Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan
pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan
seorang pelaku pasa untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-
pihak lawan.
Risiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk, risiko-risiko lainnya :
- Risiko likuiditas timbul karena tidak semua produk manajemen risiko keuangan dapat
diperdagangkan secara bebas. Pasar yang sangat tidak likuid ini misalnya real estate dan saham
dengan kapasitas kecil
- Diskontinuitas pasar mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga
secara bertahan, kejatuhan pasar saham pada tahun 2000 merupakan suatu contoh kasus.
- Risiko kredit merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak
dapat memenuhi kewajibannya. Sebagai contoh pihak lawan yang menyepakati penukaran euro
Prancis menjadi dolar Kanada mungkin gagal untuk menyerahkan euro pada tanggal yang
dijanjikan.
- Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena pihak otomatis public melarang
penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh bursa efek Kuala
lumpur tidak mengizinkan penggunaan short sales sebagai alat lindung nilai terhadap penurunan
harga ekuitas.
- Risiko pajak merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tidak dapat memperoleh perlakuan
pajak yang diinginkan. Sebagai contoh, perlakuan kerugian valuta asing sebagai keuntungan modal
ketika laba disukai.
- Risiko akuntansi adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai
bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai. Contohnya adalah ketika keuntungan atas
lindung nilai terhadap komitmen pembelian diperlakukan sebagai “laba lain-lain” dan bukan
sebagai pengurang biaya pembelian.
Pentingnya Manajemen Resiko Keuangan :
a. Pertumbuhan jasa manajemen resiko yang cepat menunjukan bahwa manajemen
dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan resiko keuangan.
b. Adanya harapan yang besar dari investor pihak-pihak berkepentingan lainya, agar
manajer keuangan mampu mengidentifikasikan dan mengelola resiko pasar yang
dihadapi secara aktif.
Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensial
resiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan :
1. Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspetasi arus kas perusahaan. Aliran
arus kas yang stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai kini
ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan resiko gagal bayar dan
kebangkrutan atau resiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang
kontraktual.
2. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perushaan untuk berkonsentrasi pada
resiko bisnisnya yang utama. Dengan demikian, suatu perusahaan manufaktur dapat
melakukan lindung nilai resiko suku bunga dan mata uang dan berkonsentrasi pada prosuksi
dan pemasaran.
3. Para pemberi pinjaman, karyawan dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari
manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi resiko yang lebih
rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan
untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk
derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelolah pemberi kerja memperoleh
imbalan yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan untuk berinvestasi dalam instrumen
tertentu tanpa harus membeli atau menjual instrument terkait secara nyata. Akhirnya, karena
kerugian yang ditimbulkan oleh resiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada
pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi resiko
yang dihadapi oleh konsumen.
D. Jenis – Jenis Resiko Keuangan
a. Resiko nilai tukar

Resiko nilai tukar atau resiko mata uang adalah suatu bentuk resiko yang muncul karena
perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain. Suatu perusahaan atau
pemodal yang memiliki aktiva atau operasi bisnis lintas Negara akan memperoleh risiko ini jika
tidak menerapkan lindung nilai (hedging).
Resiko nilai tukar yang terkait dengan instrument mata uang asing penting dalam investasi
asing. Resiko ini muncul karena perbedaan kebijakan moneter dan pertumbuhan produktivitas
nyata, yang akan mengakibatkan perbedaan laju inflasi.

b. Resiko suku bunga


Resiko suku bunga adalah resiko yang timbul karena nilai relative aktiva berbunga, seperti
pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Secara umum, jika suku
bunga meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian juga sebaliknya. Resiko
suku bunga umumnya diukur dengan jangka waktu obligasi, teknik paling tua yang sekarang
digunakan untuk mengelola resiko suku bunga. Pengelolaan harta dan kewajiban adalah suatu
nama umum yang digunakan untuk rangkaian lengkap teknik-teknik yang digunakan untuk
mengelola resiko dalam suatu kerangka kerja manajemen resiko perusahaan.

c. Resiko likuiditas
Resiko likuiditas adalah resiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar
kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai meskipun pihak tersebut memiliki asset yang cukup
bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika asset tersebut dikatakan tidak likuid.
Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya
pihak lain di pasar yang berminat membelinya; hal ini berbeda dengan penurunan drastis harga
aktiva, karena pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat bahwa aktiva tersebut tak bernilai.
Tidak adanya pihak yang berminat menukar aktiva kemungkinan hanya disebabkan karena
kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya, resiko likuiditas biasanya lebih besar
kemungkinan terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil.
Resiko likuiditas merupakan suatu resiko keuangan karena adanya ketidakpastian
likuiditas. Suatu lembaga dapat berkurang likuiditasnya jika peringkat kreditnya turun, mengalami
pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lainnya yang menyebabkan pihak lain
menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke lembaga tersebut, suatu perusahaan juga
dapat terpapar terhadap resiko likuiditas jika pasar yanga diiuktinya mengalami penurunan
likuiditas.
Beberapa sebab yang melatar belakangi terjadinya risiko likuiditas pada perusahaan,
yaitu :
a. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. yang artinya utang perusahaan sudah
berada dalam kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri.

b. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang saat jatuh tempo sudah begitu besar, baik utang
diperbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang, baik utang diperbankan, leasing, mitra bisnis,
utang dagang, utang dalam bentuk bunga obligasi yang sudah jatuh tempo harus secepatnya
dibayar, dan berbagai bentuk tagihan lainnya.

c. Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh pada
kerugian yang bersifat jangka pendek dan panjang.

d. Kepemilikan asset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yaitu sudah
terlalu banyak asset yang dijual sehingga jika asset yang tersisa tersebut masih ingin dijual maka
itu tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.

e. Penjualan dan hasil keuntungan yang diperoleh adalah terjadi penurunan yang sistematis serta
fluktuatif, jika penjualan dan keuntungan diperoleh bersifat fluktuatif, maka artinya perusahaan
harus melakukan perubahan konsep sebelum terlambat. Karena jika keterlambatan akan
menyebabkan perusahaan memperoleh profit secara fluktuatif, sementara kondisi profit yang baik
adalah yang bersifat “konstan bertumbuh”. Konstan bertumbuh artinya penjualan dan keuntungan
perusahaan mengalami pertumbuhan yang stabil dari waktu ke waktu tanpa mengalami fluktuatif
yang membahayakan.

Jenis – Jenis Resiko Keuangan Menurut Bramantyo Djohamputera


a. Resiko likuiditas.
Resiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahan tidak dapat
memenuhi kewajiban jangka pendek atau pengeluaran tak terduga. Resiko ini terjadi bila
perusahaan kekurangan yang tunai, karena semua modal berbentuk : surat berharga, bangunan, dll.
Resiko ini menimbulkan kebangkrutan bagi usaha.

b. Resiko kredit
Resiko kredit adalah resiko bahwa pembeli secara kredit tidak mampu membayar hutang
dan memenuhi kewajiban seperti yang tertuang dalam kesepakatan.
Risiko kredit atau sering pula disebut dengan default risk merupakan suatu risiko akibat
kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari
bank beserta bunganya dengan sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.

Dalam menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit pada suatu


bank dapat dilihat yaitu:
a. Lingkungan kredit, lingkungan kredit yang kurang memadai akan mengakibatkan tingginya resiko
kredit yang ditanggung oleh bank tersebut, misalnya semakin tinggi suku bunga yang diterapkan
suatu bank terhadap kredit yang diberikan maka akan semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi
dengan kata lain akan semakin tinggi tingkat counterparty dari nasabah bank tersebut.
Dalam lingkungan kredit ini, itikad baik serta kemampuan pegawai/pejabat bank sangat
mempengaruhi risiko kredit yang dihadapi oleh suatu bank dimana jika pegawai/pejabat suatu
bank tidak memiliki itikad baik atau tidak memiliki kemampuan dalam menanggulangi
permasalahan perkreditan maka tingkat risiko kredit yang dihadapi bank tersebut akan semakin
besar dan begitu pula sebaliknya.
b. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit Dalam hal kebijakan dan prosedur pemberian kredit
terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi risiko kredit yaitu:

1) Perencanaan kredit

2) Persetujuan kredit

3) Pengkajian ulang kredit

4) Pengadministrasian file kredit

c. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat berpengaruh terhadap tingkat risiko kredit
yang dihadapi oleh bank, dimana dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi suatu negara akan
mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan yang menjadi nasabah debitur. Dengan
menurunnya tingkat pendapatan tersebut akan menyebabkan nasabah tidak akan mampu
mengembalikan pinjaman yang diberikan bank.
c. Resiko permodalan
Resiko permodalan adalah resiko yang dihadapi wirausaha berupa kemungkinan tidak
mampu menutupi kerugian. Misalkan : jika wirausaha meminjam uang untuk meningkatkan
kinerjanya. Tetapi tidak mampu mengembalikan uang tersebut.

d. Resiko Pasar
Resiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpanan hasil keuangan karena pergerakan
variable pasar selama periode likuidasi dan harus melakukan penyesuaian dengan pasar.
Risiko pasar secara umum ada 2 bentuk yaitu :
a. General market risk (risiko pasar secara umum)
General market risk disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait
yang mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis. Contohnya
pada saat bank sentral suatu negara melakukan kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat)
dengan berbagai instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate. Dimana kebijakan
menaikkan BI rate ini akan membawa pengaruh secara menyeluruh pada seluruh sektor bisnis
yang berhubungan dengan interest rate related (berbagai instrument yang berhubungan dengan
suku bunga). Bahwa salah satu pihak yang paling urgen dianggap langsung berhubungan dekat
dengan interest rate related instrument adalah perbankan. Dengan begitu mereka mengambil
kredit dan mendepositokan sejumlah uangnya ke bank.
b. Specific Market Risk (Risiko Pasar Secara Spesifik)
Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami secara khusus pada satu
sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh. Contohnya : Produk yang terjual oleh
suatu perusahaan dianggap mengandung bahan yang berbahaya atau bersifat haram. Contoh suatu
produk makanan yang mengandung lemak babi. Secara Islam makanan yang mengandung lemak
babi haram hukumnya. Ketika hal itu diekspose oleh media massa baik cetak maupun elektronik
akan menyebabkan terjadinya penurunan drastic pada penjualan produk perusahaan yang
berpengaruh pada penurunan laba perusahaan.

D. Peranan Akuntansi
Akuntan manajemen membantu dalam mengidentifikasi eksposur pasar, mengkuantifikasi
keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensial yang
dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan
mengevaluasi efektifitas program lindung nilai.
a. Identifikasi Risiko Pasar

Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market yang
berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas
hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Dan
biasanya disebut sebagai kubus pemetaan risiko. Istilah pemicu nilai mengacu pada kondisi
keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan.
Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta harga komoditas dan ekuitas.
Dimensi ketiga dari kubus pemetaan risiko, melihat kemungkinan hubungan antara risiko pasar
dan pemicu nilai untuk masing-masing pesaing utama perusahaan
b. Menguantifikasi Penyeimbang
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen risiko meliputi
proses kuantifikasi penyeimbang yang berkaitan dengan alternative strategi respons risiko.
Akuntan harus mengukur manfaat dari lindung nilai dan dibandingkan dengan biaya plus biaya
kesempatan berupa keuntungan yang hilang dan berasal dari spekulasi pergerakan pasar
c. Manajemen Risiko di Dunia Dengan Kurs Mengambang
Risiko kurs valuta asing (valas) adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan
dihadapi oleh perusahaan multinasional. Dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko
mencakup :
a) Antisipasi pergerakan kurs
b) Pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan
c) Perancangan strategi perlindungan yang memadai, dan
d) Pembuatan pengendalian manajemen risiko internal

a) Peramalan atas Perubahan Kurs


Informasi yang sering kali digunakan dalam membuat peramalan kurs yaitu depresiasi mata
uang berkaitan dengan perubahan dalam faktor-faktor berikut ini :
- Perbedaan inflasi (inflation differential), kebijakan moneter (monetary policy)
- Neraca perdagangan (balance of trade)
- Neraca pembayaran (balance of payment)
- Cadangan moneter dan kapasitas utang luar negeri (international monetary reserve and debt
capacity)
- Anggaran nasional (national budget)
- Kurs forward (forward exchange quotations)
- Kurs tidak resmi (inofficial rates)
- Perilaku mata uang terkait (behavior of related currencies)
- Perbedaan suku bunga (interest rate differentials)
- Harga opsi ekuitas luar negeri (foreign equity options prices)

b) Manajemen Potensi Risiko


Menyusun struktur permasalahan perusahaan untuk meminimalkan pengaruh buruk kurs
memerlukan informasi mengenai potensi terhadap risiko valas yang dihadapi. Potensi terhadap
risiko valas timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba dan arus
kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat
pada dua jenis potensi risiko : translasi dan transaksi.
a. Potensi Risiko Translasi
Potensi risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen
mata uang domestic atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh
perusahaan. Sebagai contoh, sebuah induk perusahaan AS yang mengoperasikan anak perusahaan
yang dimiliki sepenuhnya di Ekuador (dengan mata uang fungsional dolar AS) mengalami
perubahan nilai dolar atas aktiva moneter bersih di ekuador jika nilai tukar AS mengalami
perubahan relative terhadap dolar. Aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing menghadapi
potensi risiko kurs jika suatu perubahan dalam kurs menyebabkan nilai ekuivalen dalam mata uang
induk perusahaan berubah.
Kelebihan antara aktiva terpapar risiko dengan kewajiban terpapar (yaitu pos-pos dalam
mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs ini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva
terpapar bersih. Potensi ini disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata uang asing relative
terhadap mata uang pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing
menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki posisi kewajiban
terpapar bersih atau potensi risiko negative apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva
terpapar. Devaluasi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi.
b. Potensi Risiko Transaksi
Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing.
Tidak seperti keuntungan dan kerugian translasi, keuntungan dan kerugian transaksi memiliki
dampak langsung terhadap arus kas.
Kontrol terpusat terhadap keseluruhan potensi risiko mata uang suatu perusahaan masih
dimungkinkan. Agar terlaksana, masing-masing perusahaan afiliasi luar negeri harus mengirimkan
laporan potensi risiko multi mata uang kepada kantor pusat perusahaan secara terus-menerus.
Sekali potensi risiko telah digabungkan berdasarkan mata uang dan negara, perusahaan dapat
melakukan kebijakan lindung nilai terkoordinasi secara terpusat untuk menghilangkan kerugian
potensial.
E. Lindung Nilai Investasi Bersih Dalam Operasi Luar Negeri
Kapan saja sebuah anak perusahaan luar negeri yang memiliki posisi aktiva bersih terpapar
hendak dikonsolidasikan dengan induk perusahaan, maka akan timbul kerugian translasi jika nilai
uang asing mengalami penurunan relative terhadap mata uang induk perusahaan. Kerugian
translasi juga terjadi jika anak perusahaan luar negeri memiliki posisi kewajiban bersih terpapar
dan nilai mata uang asing meningkat relative terhadap mata uang induk perusahaan. Salah satu
cara untuk meminimalkan kerugian ini adalah dengan membeli kontrak forward. Strategi ini
berarti menggunakan keuntungan transaksi yang direalisasikan dari kontrak forward untuk
mengimbangi kerugian translasi.

F. Berspekulasi Dalam Mata Uang Asing


Peluang untuk meningkatkan laba dilaporkan dengan menggunakan kontrak forward dan
opsi dalam pasar valas. Kontrak forward yang dibeli untuk spekulasi pada awalnya dicatat sebesar
kurs forward (kurs forward merupakan indikator kurs spot yang terbaik yang berlaku jika kontrak
telah jatuh tempo). Keuntungan dan kerugian translasi yang diakui sebelum penyelesaian
bergantung antara kurs forward dan kurs yang tersedia untuk periode kontrak yang tersisa.
Kesulitan dalam pengukuran nilai wajar dan perubahan dalam nilai instrument lindung nilai
terjadi apabila derivatif kuangan tidak diperdagangkan secara aktif. Sebagai contoh pengukuran
keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan kontrak opsi akan bergantung pada apakah opsi
tersebut diperdagangkan pada suatu bursa efek utama atau diluar bursa efek utama. Penilaian opsi
dapat dengan mudah dilakukan jika opsi dicatat pada sebuah bursa efek utama.

PENUTUP
Kesimpulan
a. Resikokeuangan adalah segala macam resiko yang berkaitan dengan keuangan, biasanya
diperbandingkan dengan resiko non keuangan, seperti resiko operasional. Jenis resiko keuangan
misalnya adalah resiko nilai tukar, resiko suku bunga, dan resiko likuiditas.
Resiko keuangan adalah resiko yang timbul akibat ketidak pastian target keuangan sebuah usaha
atau ukuran keuangan usaha.
b. Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari prubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas dan ekuitas. Risiko
volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar.
c. Jenis – Jenis Resiko Keuangan

- Resiko nilai tukar


- Resiko suku bunga
- Resiko likuiditas
- Resiko kredit
- Resiko permodalan
- Resiko Pasar
d. Peranan Akuntansi
- Identifikasi Risiko Pasar
- Menguantifikasi Penyeimbang
- Manajemen Risiko di Dunia Dengan Kurs Mengambang

DAFTAR PUSTAKA
http:///www.google. Risiko Keuangan.
http://adnantandzil.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai