Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia adalah pemenuhan kebutuhan pokok yang

bersifat manusiawi dan menjadi syarat untuk kelangsungan hidup. Salah satu

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Kenyamanan adalah suatu keadaan terbebas dari rasa nyeri (Susanto dan

Fitriana, 2017).

Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan

yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah

terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah

atau nyeri) (Kolcaba 1992, dalam Kasiati dan Rosmalawati, 2016). Salah satu

yang dapat mempengaruhi kenyamanan adalah tindakan operasi post sectio

caesarea.

Tindakan operasi post sectio caesarea mengakibatkan terjadinya

perubahan kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan sehingga

menyebabkan gangguan rasa nyaman nyeri (Dahlan & Umrah, 2013).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual dan potensial

yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh (Nurarif & Kusuma, 2016). Nyeri

merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, persepsi nyeri

seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya.

Persepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif. Oleh karena itu, suatu

1
rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda

bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh satu orang

karena keadaan emosionalnya yang berbeda (Zakiyah Ana, 2015).

Dampak apabila nyeri pada pasien post operasi tidak segera ditangani

akan mengakibatkan proses rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi

pasien akan lebih lama, tingkat komplikasi yang lebih tinggi dan

membutuhkan banyak biaya. Hal ini karena pasien memfokuskan seluruh

perhatiannya pada nyeri yang dirasakan (Smeltzer & Bare, 2008). Selain itu

juga nyeri dapat mengakibatkan pasien mengalami gelisah, imobilisasi,

menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, stress dan

ketegangan yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis (IASP, 2012;

Potter & Perry, 2006).

Namun demikian dalam luka post section caesarea sedini mungkin

dibutuhkan usaha dan tindakan perawat untuk mengurangi nyeri dari post

section caesarea (Nurarif & Hardhi, 2015). Intervensi Keperawatan Lakukan

pengkajian nyeri secara komprehensif, observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan, kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, kurangi faktor

prefitasi nyeri, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, ajarkan tentang teknik non

farmakologi, tingkatkan istirahat, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Prevalensi kejadian post sectio caesarea di Badan Layanan Umum

Daerah Rumah Sakit Konawe Tahun 2017 periode januari s/d desember

berjumlah 362 orang, tahun 2018 periode januari s/d april berjumlah 108

orang (Medical Record, 2018).

2
Berdasarkan data dan uraian di atas, peneliti tertarik untuk pengelolaan

studi kasus “asuhan keperawatan dengan gangguan rasa nyaman nyeri akut

pada pasien post sectio caesarea di ruang delima Badan Layanan Umum

Daerah Rumah Sakit Konawe”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada

pasien post sectio caesarea dengan gangguan rasa nyaman : nyeri akut?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami post sectio caesarea dengan gangguan rasa nyaman nyeri akut

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang

mengalami gangguan rasa nyaman nyeri akut dengan post sectio

caesarea di ruang Delima Badan Layanan Umum Daerah Rumah

Sakit Konawe

b. Untuk menetapkan diagnoasa keperawatan pada klien yang

mengalami gangguan rasa nyaman nyeri akut dengan post sectio

caesarea di ruang Delima Badan Layanan Umum Daerah Rumah

Sakit Konawe.

c. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang

mengalami gangguan rasa nyaman nyeri akut dengan post sectio

3
caesarea di ruang Delima Badan Layanan Umum Daerah Rumah

Sakit Konawe.

d. Untuk melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami gangguan rasa nyaman nyeri akut dengan post sectio

caesarea di ruang Delima Badan Layanan Umum Daerah Rumah

Sakit Konawe.

e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami

gangguan rasa nyaman nyeri akut dengan post sectio caesarea di

ruang Delima Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi

ilmu keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan klien dengan post

sectio caesarea dengan masalah keperawatan nyeri akut.

b. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Perawat

Sebagai acuan dan referensi, serta dapat menjadi masukan bagi

perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan perawat

dalam asuhan keperawatan dan menambah pengalaman kerja serta

pengetahuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di masa

mendatang

b. Bagi Institusi Pendidikan

1) Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam

meningkatkan mutu pendidikan pada masa mendatang

4
2) Sebagai bahan bacaan di perpustakaan

3) Sebagai sumber informasi bagi peneliti sebelumnya.

c. Bagi Rumah Sakit

1) Dapat memberikan masukan bagi rumah sakit untuk mengambil

langkah-langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan terutama yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan pada pasien post sectio caesarea

d. Bagi Klien Dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarganya mengenai

perawatan dan pengobatan masalah kebutuhan rasa nyaman : nyeri

pada pasien post sectio caesarea

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kebutuhan Rasa Nyaman

1. Pengertian Kenyamanan

Menurut Kiasti dan Rosmalawati (2016) Kenyamanan/rasa nyaman

adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu

kebutuhan akan ketentraman suatu kepuasan yang meningkatkan

penampilan sehari-hari, kelegaan, atau kebutuhan telah terpenuhi, dan

transenden yaitu keadaan tentang suatu yang melebihi masalah atau nyeri.

Kenyamanan dipandang secara holistik yang mencakup empat

aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dangan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

sosial.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah

lainnya.

2. Etiologi gangguan kebutuhan rasa nyaman

Menurut Kolcaba (2015), etiologi dari gangguan kebutuhan rasa

nyaman adalah sebagai berikut:

a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakan jaringan akibat bedah

atau cedera.

6
b. Iskemik jaringan.

c. Spasme otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau

tak terkendali dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya

terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya

ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi

yang tetap dalam waktu yang lama.

d. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan

local dan juga karena ada pengeluaran zat histamine dan zat kimia

bioaktif lainnya.

e. Post operasi

f. Tanda dan gejala fisik

Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya

untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting

untuk mengkaji tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk

mengobservasi keterlibatan saraf otonom.

g. Efek perilaku

Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan

gerakan tubuh yang khas dan bersepon secara vocal serta mengalami

kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali meringis,

mengerutkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami

ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai

dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya

focus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

7
h. Pengaruh pada Aktivitas Sehari-hari

Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu

berpartisipasi dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam

melakukan tindakan hygen normal dan dapat mengganggu aktivitas

sosial dan hubungan seksual.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Kolcaba (2015) tanda dan gejala dari gangguan kebutuhan

rasa nyaman adalah sebagai berikut :

a. Tekanan darah meningkat : Tekanan darah lebih dari 120/80 mmhg

b. Nadi meningkat : Nadi berdetak lebih dari 90x/m

c. Pernafasan meningkat : Pernafasan lebih dari 20 x/m

d. Raut wajah kesakitan (Menangis, merintih) : Pasien nampak

menyeringai, meringis.

e. Posisi berhati-hati : Pasien nampak terlihat menghindari nyeri,

melindungi daerah nyeri.

4. Ruang Lingkup Rasa Nyaman

Menurut Kolcaba (2015), kenyamanan mesti dipandang secara

holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

sosial.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).

8
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah

lainnya.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan

Menurut Kasiati dan Rosmalawati (2016) mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan antara lain :

a. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan

mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.

b. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran

menurun memudahkan terjadinya resiko injury.

c. Gangguan Persepsi Sensori

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya

seperti gangguan penciuman dan penglihatan.

d. Keadaan Imunitas

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang

sehingga mudah terserang penyakit.

e. Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respons akan menurun terhadap rangsangan,

paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.

f. Informasi dan Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tiak dapat membaca

dapat menimbulkan kecelakaan.

9
g. Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat

diprediksi sebelumnya.

h. Penggunaan Antibiotic Yang Tidak Rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

i. Status Nutrisi

Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemhan dan mudah

menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap

penyakit tertentu.

j. Usia

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia

anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

k. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.

l. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.

B. Nyeri Pada Post Sectio Caesarea

1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau

potensial,digambarkan dengan istilah kerusakan sedemiakaian rupa. Disisi

lain,penderitaan adalah ketegangan atau beban pribadi dan sering terjadi

10
antara orang menjelang ajal,bahkan pada mereka yang tidak mengalami

masalah fisik. Baik orang yang mengalami nyeri maupun tidak mengalami

nyeri (Kemp, C,2010 dalam Nainggolan,2017).

2. Etiologi Nyeri

Menurut Sutanto & Fitriana (2017) Penyebab rasa nyeri dapat

digolongkan menjadi dua bagian, yaitu nyeri yang berhubungan dengan

fisik dan nyeri psikologis.

a. Nyeri Fisik

Nyeri fisik disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan

terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan

tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang

terletak lebih dalam. Penyebab nyeri fisik antara lain:

1) Trauma Mekanik : Menimbulkan rasa nyeri karena ujung-ujung

saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun

luka.

2) Trauma Termis : Menimbulkan rasa nyeri karena ujung saraf

reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin

3) Trauma Kimiawi : Terjadi karena sentuhan zat asam atau basa

yang kuat

4) Trauma Elektrik : Menimbulkan rasa nyeri karena pengaruh aliran

listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri

5) Neoplasma : Menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan dan

kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga

karena tarikan, jepitan, dan metastase.

11
6) Nyeri Pada Peradangan : Nyeri karena kerusakan ujung-ujung saraf

reseptor akibat adanya peradangan atau jepitan oleh

pembengkakan.

b. Nyeri Psikologis

Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang

dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma

psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai

pada kasus yang termasuk kategori psikomotik. Nyeri karena faktor ini

disebut psychogenic pain.

3. Fisiologi Nyeri

Fisiologi nyeri sangat kompleks dan dalam beberapa hal

tidak dipahami sepenuhnya. Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat

dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat

dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif.

Sensivitas dari komponen sistem nosiseptif dapat dipengaruhi oleh

sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang

terpajan terhadap stimulus yang sama (post section caesarea, sebagai

contoh) mengalami intensitas nyeri yang sama (Nainggolan, 2017).

Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak

terasa bagi orang lain. Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat

mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu lain.

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang

berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak.

Nyeri nosiseptif terjadi jika terdapat cedera pada struktur permukaan atau

12
dalam yang disertai kerusakan jaringan menyebabkan pelepasan zat-zat

stimulatorik, misalnya prostaglandi, serotonin, dan histamin (Nainggolan,

2017).

Kondisi ini menimbukan eksitasi pada ujung saraf sensorik, yang

menyebarkan dan mengirimkan implus nosiseptif (pesan nyeri) melalui

sistem saraf tepi jalur serat delta A yang berkonduksi lambat dan tidak

bermielin ( keduanya adalah nosiseptor). Implus ini bergerak menuju

kornu dorsalis medula spinalis, asam amino eksitatorik, dan zat-zat

lainnya. Neurotransmiter menyebabkan eksitasi dalam traktus nervus

asendes yang menuju batang otak dan medula kemudian ke talamus,

tempat persepsi kognitif dan emosi implus terjadi. Nyeri viseral dan

somatik merupakan contoh dari nyeri nosiseptif. Nyeri non-nosiseptif

(nyeri neuropati) terjadi jika ada perubahan patologis atau fungsional

dalam sistem saraf tepi atau pusat (Nainggolan, 2017).

Gambar 2.1 Fisiolgi Nyeri


(Bahrudin, 2017)

13
4. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu :

1) Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak

dan cepat menghilang. Tidak lebih dari enam bulan , serta ditandai

dengan adaya peningkatan tegangan otot

2) Nyeri Kronis

Merupakan nyeri yang timbul secara berlahan-lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih

dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis

adalah nyeri terminal, syndrome nyeri kronis, dan nyeri

psikosomatis (Musrifatul dan Hidayat.2008 dalam Padila, 2014)

5. Skala Nyeri

a. penilaian skala numeric

Salah satu acara untuk mengukur tingkat nyeri adalah dengan

menggunakan skala nyeri Numerik berdasarkan penilaian objektif

(Ellen, 2000 dalam Padila, 2014).

Gambar 2.2 Skala nyeri (Padila, 2014)

14
Keterangan :

a. Skala 0 = tidak nyeri

b. Skala 1-3 = nyeri ringan

Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik,

tindakan manual dirasakan sangat membantu

c. Skala 4-6 = nyeri sedang

Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat

mendeskripsikannya nyeri, klien dapat mengikuti dengan baik dan

responsive terhadapan tindakan manual

d. Skala 7-9 = nyeri berat

Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti tapi masih

responsif terhadap tindakan manual, dapat menujukkan lokasi nyeri

tapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi dengan

alih posisi, nafas panjang, distruksi, dan lain-lain.

e. Skala 10 = nyeri sangat berat (panik tidak terkontrol)

Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan baik,

berteriak, dan histeris. Klien tidak dapat mengikuti perintah lagi,

selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik-narik apa saja

yang digapai, dan tidak dapat menunjukkan lokasi nyeri.(Barbara,

1998 dalam Padila, 2014)

b. Skala Analog Visual

Skala analog visual atau disebut Visual Analog Scale

(VAS) tidak melabel subdivisi. VAS merupakan satu garis lurus, yang

15
mewakili intensitas nyeri yang terus- menerus dan memiliki alat

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS dapat merupakan

pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih

satu kata atau satu angka. Skala VAS dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.3 Skala Pengukur Nyeri Analog Visual


Sumber : (Maciel, Cunha, Laraia, & Trevisan, 2014)

c. Face Rating Scale

Wong Baker Faces Pain Rating Scale digunakan pada

pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan

intensitas nyerinya dengan angka (Yudianta, 2015).

Gambar 2.4 Skala Pengukur Nyeri Wajah Wong Baker


Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2015)

16
a) Skala Deskriptif

Skala pendeskripsian verbal yang disebut Verbal Descriptor

Scale (VDS) yaitu sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima

kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama

disepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa

nyeri sampai nyeri yang tak tertahankan. Perawat menunjukkan

klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas

nyeri terbaru yang dirasakan pasien. Perawat juga menanyakan

seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsi nyeri. Skala ini digambarkan sebagai berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri


Nyeri Ringan Sedang Berat Tak
Tertahan
Kan
Gambar 2.5 Skala Pengukur Nyeri VDS
Sumber : (Potter & Perry, 2006, http://repository.umy.ac.id, diperoleh tanggal 08
Juni 2018)
6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Kiasti & Rosmalawati (2016) Pengalaman nyeri

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

17
a. Arti Nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir

sebagian arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti

membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial

budaya, dan pengalaman.

b. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif

tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini

dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimuli nociceptor

c. Toleransi Nyeri

Toleransi erat kaitannya dengan intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang

dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain : alkohol,

obat-obatan, hipnotis, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang dapat

menurunkan intensitas nyeri antara lain : kelelahan, rasa marah, bosan,

cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

d. Reaksi Terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk renspons seseorang

terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan

menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi

nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan

fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

18
7. Penatalaksanaan Nyeri

Menurut (Asmadi, 2008) Metode dan teknik yang dapat dilakukan

dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain sebagai berikut :

a. Distraksi

Adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Tehnik distraksi

yang dapat dilakukan yaitu :

1) Bernafas lambat dan berirama secara teratur

2) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya

3) Mendengarkan music

4) Guided imagery (mendorong untuk menghayal)

b. Massage

Beberapa tehnik massase yang dapat dilakukan yaitu :

1) Remasan. Usap otot bahu yang dikerjakan secara bersama

2) Selang-seling tangan. Memijat punggung dengan tekanan pendek,

cepat, dan bergantian tangan.

3) Gesekan. Memijat punggung dengan ibu jari, gerakannya memutar

sepanjang tulang punggung dari sacrum kebahu

4) Eflurasi. Memijat punggung dengan kedua tangan, tekanan lebih

halus dengan gerakan keatas untuk membantu aliran balik vena

5) Petriasi. Menakan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda,

dengan arah yang berlawanan, dengan menggunakan gerakan

meremas-remas

6) Tekanan menyikat. Secara halus, tekan punggung dengan ujung-

ujung jari untuk mengakhiri pijatan

19
c. Tehnik relaksasi

Tehnik ini didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon

pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi

penyakitnya. Tehnik relaksasi dapat menurunkan ketegangan

fisiologis. Tehnik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam

posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan tehnik relaksasi adalah klien dengan posisi nyaman, klien

dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang.

d. Hipnotis

Adalah suatu tehnik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar

diri yang dicapai melalui gagasan-gagasan yang disampaikan oleh

pehipnotisan

e. Obat analgesik

Dapat mengurangi persepsi seseorang tentang rasa nyeri, terutama

lewat daya kerjanya atas system saraf sentral dan mengubah respon

seseorang terhadap rasa sakit

C. Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

1. Pengkajian

Pengkajian Keperawatan adalah suatu komponen dari proses

keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam

menggali permasalahan dari pasien meliputi pengumpulan data tentang

status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan

berkesinambungan (Nainggolan, 2017, http://repositori.usu.ac.id/handle/1

23456789/2914.pdf, diperoleh 27 mei 2018).

20
Menurut Prasetyo (2010) mengatakan tindakan perawat yang perlu

dilakukan oleh perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien nyeri

akut adalah:

a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul).

b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.

c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan

saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya

perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu

sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di

dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. (Girton,

1984, dalam prasetyo, 2010), mengidentifikasi komponen-komponen

tersebut, diantaranya:

a. Penentuan ada tidaknya nyeri:

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus

mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam

observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap

nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada

beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa

nyerinya untuk menghindari pengobatan.

b. Karakteristik Nyeri (Metode P, Q, R, S, T)

1) Faktor Pencetus (P: Provocate)

21
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulas-stimulus

nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan

observasi bagian - bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila

perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus

dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-

perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.

2) Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang

diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri

dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-

pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-

tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri

yang dirasakan.

3) Lokasi (R: Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien

untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak

nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka

perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik

yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri

yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

4) Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan

karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien

22
diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri

ringan, nyeri sedang, atau berat.

5) Durasi (T: Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan

durasi, dan rangkaian nyeri.

c. Respon Fisiologis

Tabel 2.1. Respon fisiologis yang timbul akibat nyeri antara lain:
Respon fisiologis terhadap nyeri
Respon simpatik Peningkatan frekuensi pernapasan
Dilatasi saluran bronkiolus
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan
darah)
Peningkatan kadar glukosa darah
Diaforesis
Peningkatan tegangan otot
Dilatasi pupil
Penurunan motilitas saluran cerna
Respon Pucat
parismpatik Ketegangan otot
Penurunan denyut jantung atau tekanan darah
Pernafasan cepat dan tidak teratur
Mual dan muntah
Kelemahan atau kelelahan
d. Respon Perilaku

Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien

antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit,

menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi,

menunjukkan ekspresi wajah meringis,mengerutkan alis, ekspresi

verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.

e. Respon Afektif

Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di

dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa

nyeri.

23
f. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien

Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan

dalam kegiatan sehari-hari.

g. Persepsi Klien Tentang Nyeri

Dalam hal ini, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang

ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau

lingkungan disekitarnya.

h. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri

Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa

klien gunakan saat klien menjalani perawatan di rumah sakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon

individu, keluarga, komunitas, terhadap masalah kesehatan yang aktual

dan potensial, atau proses kehidupan (Potter dan Perry. 2005 dalam

Nainggolan 2017).

Diagnosa keperawatan SDKI mungkin muncul pada klien dengan

masalah nyeri dan kenyamanan adalah (PPNI, 2016).

a. Gangguan Rasa Nyaman

Faktor yang berhubungan:

1) Gejala penyakit

2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan

3) Ketidak adekuatan sumber daya (mis:dukungan financial, sosial,

dan pengetahuan).

4) Kurangnya privasi

24
5) Gangguan stimulus lingkungan

6) Efek samping terapi (mis: medikasi, radiasi, kemoterapi)

7) Gangguan adaptasi kehamilan

Batasan Karakteristik:

Gejala dan tanda mayor:

1) Subyektif : Mengeluh tidak nyaman

2) Obyektif : Gelisah

Gejala dan tanda minor :

1) Subyektif : Tidak mampu rileks, mengeluh sulit tidur.

2) Obyektif : Iritabilitas, menunjukkan gejala distress, tampak

merintih/ menangis.

b. Ketidaknyamanan Pasca Partum

Faktor yang berhubungan:

1) Trauma perineum selama persalinan dan kelahiran

2) Involusi uterus, proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran

semula

3) Pembengkakan payudara dimana alveoli mulai terisi ASI

4) Kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan

5) Ketidaktepatan posisi duduk

6) Faktor budaya

Batasan karakteristik:

Gejala dan tanda mayor :

1) Subyektif : Mengeluh tidak nyaman

25
2) Obyektif : Tampak meringis,terdapat kontraksi uterus, luka

episiotomi,payudara bengkak.

Gejala dan tanda minor :

1) Subyektif :Tidak tersedia

2) Obyektif :Tekanan darah meningkat, frekuensi nadi

meningkat, berkeringat berlebihan, menangis/merintih,

haemorroid.

c. Nausea

Faktor yang berhubungan:

1) Gangguan biokimiawi

2) Gangguan pada esophagus

3) Distensi lambung

4) Iritasi lambung

5) Gangguan pancreas

6) Peregangan kapsul limpa

7) Tumor terlokalisasi (mis:neuroma akustik, tumor otak primer, atau

sekunder, metastasis tulang didasar tengkorak)

8) Peningkatan tekanan intra abdoinal

9) Peningkatan tekanan intra cranial

10) Peningkatan tekanan intraorbital (mis.glaukoma)

11) Mabuk perjalanan

12) Kehamilan

13) Aroma tidak sedap

14) Rasa makanan/minuman yang tidak enak

26
15) Stimulus penglihatan yang tidak menyenangkan

16) Faktor psikologis

17) Efek agen farmakologis

18) Efek toksin

Batasan karakteristik :

Gejala dan tanda mayor :

1) Subyektif : Mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak

berminat makan.

2) Obyektif : (tidak tersedia)

Gejala dan tanda minor :

1) Subyektif : Merasa asam dimulut ,sensasi panas/dingin, sering

menelan

2) Obyektif : Saliva meningkat, pucat, diaphoresis, takikardia,

pupil dilatasi.

d. Nyeri Akut

Faktor yang berhubungan:

1) Agen cedera fisiologis (mis:inflamasi, iskemia, neoplasma)

2) Agen pencedera kimiawi (mis:terbakar, bahan kimia iritan)

3) Agen pencedera fisik (mis:abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan).

Batasan karakteristik :

Gejala dan tanda mayor :

1) Subyektif : (tidak tersedia)

27
2) Obyektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,

frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

Gejala dan tanda minor :

1) Subyektif : (tidak tersedia)

2) Obyektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,

nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,

berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.

e. Nyeri Kronis

Faktor yang berhubungan:

1) Kondisi musculoskeletal kronis

2) Kerusakan system saraf

3) Penekanan saraf

4) Infiltrasi tumor

5) Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuro modulator, dan

reseptor.

6) Gangguan imunitas (mis: neuropati terkait HIV, virus varicella-

zoster)

7) Gangguan fungsi metabolik

8) Riwayat posisi kerja statis

9) Peningkatan indeks massa tubuh

10) Kondisi pasca trauma

11) Tekanan emosional

12) Riwayat penganiayaan (mis:fisik, psikologis, seksual)

13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat.

28
Batasan karakteristik:

Gejala dan tanda mayor :

1) Subyektif : Mengeluh nyeri, merasa depresi(tertekan)

2) Obyektif : Tampak meringis, gelisah, tidak mampu

menuntaskan aktifitas

Gejala dan tanda minor :

1) Subyektif : Merasa takut mengalami cedera berulang

2) Obyektif : Bersikap protektif, waspada, pola tidur berubah,

anoreksia, focus menyempit, berfokus pada diri sendiri.

f. Nyeri Melahirkan

Faktor yang berhubungan

1) Dilatasi seviks

2) Pengeluaran janin

Batasan karakteristik :

Gejala dan tanda mayor :

1) Subyektif : Mengeluh nyeri, perineum terasa tertekan.

2) Obyektif : Ekspresi wajah meringis, berposisi meringankan

nyeri, uterus teraba membulat.

Gejala dan tanda minor:

1) Subyektif : Mual, nafsu makan menurun/meningkat

2) Obyektif : Tekanan darah meningkat, frekuensi nadi

meningkat,ketegangan otot meningkat, pola tidur berubah, fungsi

berkemih berubah, diaphoresis, gangguan perilaku, perilaku

ekspresif, pupil dilatasi, muntah, fokus pada diri sendiri

29
3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan

dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter

& Harry, 2005 dalam Nainggolan, 2017). Berikut contoh asuhan

keperawatan pada klien dengan masalah nyeri berdasarksn intervensi NIC

dan kriteria hasil NOC dengan diagnosa gangguan rasa nyaman.

30
31
32
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah satus

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Dinasti & Mulyanti,

2017).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah membandingkan secara sistematik

dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan

dengan kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan

lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian

proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan

keperawatanyang telah dilakukan tercapai atau perlu tindakan lain (Dinarti

& Mulyanti, 2017). Evaluasi terdiri dari dua macam yaitu:

a. Evaluasi formatif (berjalan)

1) Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera

pada saat/ setelah dilakukan tindakan keperawatan.

2) Ditulis pada catatan keperawatan

Contoh : membantu pasien duduk semifowler,pasien dapat duduk

selama 30 menit tanpa merasa pusing

33
b. Evaluasi sumatif (akhir)

Menurut (Putra A J, 2014) Rekapitulasi dan kesimpulan dari

observasi dan analisa status kesehatan sesuai yang ada pada tujuan dan

ditulis pada catatan perkembangan.

1) S : Data Subjektif, yaitu perkembangan keadaan yang didasarkan

pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

2) O : Data Objektif, yaitu perkembangan yang bisa ditandai dan

diukur oleh perawat atau tim kesehatan lainnya

3) A : Analisis, yaitu penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif

maupun objektif), apakah perkembangan kearah perbaikan atau

kemunduran.

4) P : Perencanaan, yaitu rencana penanganan klien yang didasarkan

pada hasil analisis diatas yang berisi (melanjutkan)perencana-

an sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Jenis peneltian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus yang bertujuan mendeskripsikan perubahan

gangguan rasa nyaman nyeri akut dengan asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang Delima

Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini yaitu pasien yang dirawat di ruang Delima

Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe yang mengalami post

sectio caesarea dengan nyeri akut berjumlah 2 orang.

1. Kriteria sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karekteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Adapun

kriteria inklusi peneliti adalah :

1) Pasien yang dirawat di ruang Delima selama 3 hari dengan post

sectio caesarea

2) Pasien setelah operasi post sectio caesarea

3) Primigravida dengan tindakan post sectio caesarea

4) Nyeri sedang sampai berat

5) Pasien yang 6 jam post sectio caesarea

35
b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab. Adapun kriteria eksklusi peneliti adalah :

1) Pasien yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian

2) Pasien yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman nyeri akut pada pasien post sectio caesarea

D. Definisi operasional

1. Kenyananan adalah bebas dari nyeri dan hipo/hipertermia, dan dapat

membuat manusia hidup lebih tentram.

2. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang. Tidak lebih dari enam bulan , serta ditandai dengan adanya

peningkatan tegangan otot

3. Sectio caesarea adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan

dimana irisan dilakukan diperut ibu untuk mengeluarkan bayi.

E. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada juli tahun 2018 selama 3 hari

perawatan yang bertempat di Ruang Delima Badan Layanan Umum Daeah

Rumah Sakit Konawe

36
F. Pengumpulan data

1. Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah format

asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,

(terdapat pada rincian tabel NOC dan NIC diagnosa nyeri akut),

implementasi, dan evaluasi.

2. Pengumpulan Data

a. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Pada pasien gangguan kebutuhan rasa

nyaman : nyeri akut post sectio caesarea.

b. Langkah Pengumpulan Data

1) Mengurus surat pengambilan data awal dengan institusi

pendidikan yaitu Akper Pemkab Konawe.

2) Mengurus perijinan dengan institusi terkait yaitu Litbang Kab.

Konawe untuk melakukan penelitian.

3) Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian pada kepala

ruangan atau perawat penanggung jawab di tempat penelitian dan

meminta persetujuan untuk melibatkan subyek dalam penelitian.

4) Mengidentifikasi pasien yang akan diberikan asuhan keperawatan

pada klien yang mengalami post sectio caesarea dengan nyeri

akut.

5) Disepakati pasien yang akan dijadikan subyek.

37
6) Melakukan pengkajian terhadap pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman : nyeri akut pasien post sectio caesarea.

7) Memetapkan diagnosa keperawatan yang akan muncul pada post

sectio caesarea.

8) Menetapkan rencana keperawatan yang dapat diberikan kepada

pasien yang dijadikan subyek.

9) Melaksanakan tindakan terhadap pemenuhan nyeri akut.

10) Melaksanakan evaluasi serta pendokumentasian terhadap nyeri

akut pasien.

G. Analisis dan Penyajian Data

Pada penelitian ini, analisis dan penyajian data dilakukan secara

deskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan keperawatan

terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian meliputi kejujuran dalam pengumpulan data,

pelaksanaan dan metodedari penelitian yang dilakukan setelah mendapat

persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Lemabar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa

dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

38
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan

dalam penelitian. Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset.

4. Justice (keadilan)

Penelitian yang dilakukan harus memperhatikan prinsip keadilan

antara responden yang satu dengan yang lainnya sehingga hasil

penelitian yang dilakukan, tingkat keakuratan dapat dipertanggung

jawabkan.

5. Nonmalesifience (terhindar dari cedera)

Dalam penelitian, baik peneliti maupun responden agar terhindar

dari cedera.

6. Benefience (bermanfaat)

Diharapkan penelitian yang dilakukan bermanfaat baik bagi

peneliti.

39

Anda mungkin juga menyukai