Bab Ii Skripsi PDF
Bab Ii Skripsi PDF
BAB II
PERHUBUNGAN
bagian dari hukum yang khusus. Hukum Administrasi Negara dalam studi
satu aspek dari administrasi, yakni bahasan mengenai aspek hukum dari
materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana. Dalam Pasal 1
kekuasaan pemerintahan.
Negara mengandung dua aspek yaitu pertama, aturan aturan hukum yang
hukum;
20
Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 26.
21
Ibid, hlm. 33.
26
pemerintahan.
Negara sangat sulit untuk dapat memberikan suatu definisi yang dapat
berikut:23
itu.”
penguasa sendiri.”
hukum administrasi, dalam arti tidak terikat pada bidang tertentu. HAN
administrasi umum dan khusus menjadi suatu hal yang tidak dapat
24
Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 13.
29
Hukum menurut isinya dapat dibagi dalam Hukum Privat dan Hukum
25
Ibid, hlm. 18.
26
W.F. Prins dan Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1983, hlm. 3.
30
relatif muda jika dibandingkan dengan hukum perdata dan hukum pidana
27
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2005, hlm. 17.
31
a. Penetapan (Beschikking)
c. Pelayanan Masyarakat
Secara garis besar bersifat luas dan memiliki arti yang sangat
administrasi. 28
28
Ibid, hlm. 37.
32
tugas Pemerintah sendiri merupakan tugas yang paling luas karena jelas
pemerintah;
undang-undang;
29
Lutfi Effendi, Pokok-pokok Hukumm Administrasi Negara, Bayumedia Publishing, Semarang,
2003, hlm. 12.
33
sebagian besar adalah tugas yang bersifat terus menerus dan terancang
baik teori dan konsep, dalam artian sudah lama ada dan terus menerus
30
Ridwan HR, op.cit., hlm. 18.
34
luas daripada Tata Usaha Negara. Pendapat tersebut didasari karena secara
Negara. Administrasi Negara dengan demikian lebih luas dari Tata Usaha
35
Administrasi Negara. 31
nelakang keilmuannya.
beberapa arti, dan adanya perbedaan orang tentang sumber hukum, maka
“The term sources of law has many meanings and is a frequent couse
31
Ibid, hlm. 19.
32
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, Armico, Bandung, 2006, hlm. 9.
36
sebagainya.
hukum.
Kata sumber hukum juga dipakai dalam arti lain, yaitu untuk
aturan hukum yang mengatur kehidupan kita itu.” Sumber dalam arti kata
33
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum , Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1996, hlm. 19.
37
dapat dibagi atas dua yaitu Sumber Hukum Materiil dan Sumber Hukum
dari hukum itu, ini dapat ditinjau dari segi sejarah, filsafat, agama,
sosiologi, dll. Sumber Hukum Formil, yaitu sumber hukum yang dilihat
sumber hokum menjadi dua yaitu sumber hukum materiil dan sumber
hukum formil. Sumber Hukum Materiil, ialah tempat dimana hukum itu
34
Ibid, hlm. 30.
38
yaitu:36
tindakan hukum TUN. Hal ini belum dikodifikasi, tapi tersebar dalam
terkenal dengan Asas Umum Pemerintahan yang Baik atau lebih biasa
35
Ibid, hlm. 38.
36
Diana Halim Koentjoro, op.cit, hlm. 58.
39
b. Asas keseimbangan,
c. Asas kesamaan,
e. Asas motivasi,
h. Asas keadilan/kewajaran,
l. Asas kebijaksanaan,
dalam rangka kebebasan bertindak. Hal ini juga berarti sebagai sarana
40
yang menjadi acuan untuk bertindak dalam hal Administrasi Ngara, maka
harus tetap berada dalam suatu koridor hukum, dengan maksud agar
37
Diana Halim Koentjoro, op.cit, hlm. 79.
41
baik secara moral maupun secara hukum. Administrasi Negara di sisi lain
juga harus diberi perlindungan atas sikap tindakannya yang baik dan benar
dari segi hukum tertulis maupun dari segi hukum tidak tertulis
dan kompleks. 38
penjaga dan pengatur lalu lintas kehidupan masyarakat agar tidak terjadi
38
Ridwan HR, op.cit., hlm. 24.
42
masyarakat lainnya, apabila hal itu sudah tercapai, tugas Negara telah
selesai dan sempurna. Pada suasana seperti itu HAN tidak berkembang
batas tertentu (sekecil, sesederhana dan seotoriter apapun) tidak ada lagi
Negara yang tidak turut ambil bagian dalam kehidupan warga negaranya.
Dalam hal pelaksanaan pendirian bangunan tidak sesuai dengan izin yang
kekuasaan.39
39
Ridwan HR, op.cit, hlm. 27-28.
43
asas negara hukum adalah asas weten rechtmatigheid van bestuur. Dengan
sebagai instrument. Dalam kaitan ini asas efektifitas dan efisiensi dalam
40
C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 47.
44
disuatu daerah atau Negara itu berbeda tuntutan dan kebutuhan; kedua,
yuridis bidang administrasi lainya tidak hanya terletak pada satu tangan
HAN tidak dapat dikodifikasi. HAN karena tidak dapat dikodifikasi, maka
TAP MPR, dan UU adalah hukum yang mengatur seluk beluk organisasi
dan fungsi administrasi Negara. Penulis HAN lain, membagi bidang HAN
menjadi HAN umum dan HAN khusus. HAN umum berkenaan dengan
41
Ibid, hlm. 78.
45
berlaku untuk semua bidang hukum administrasi, dalam arti tidak terikat
administrasi umum dan khusus menjadi suatu hal yang tidak dapat
42
Ibid, hlm. 86.
43
Ridwan HR, op.cit, hlm. 54.
46
B. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi
44
Bohari, Pengawasan Keuangan Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, hlm. 3.
47
telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekarno. K. yaitu
penyimpangan48.
2. Fungsi Pengawasan
45
Sujanto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 2.
46
Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, Bandar Lampung, 2009, hlm. 8.
47
Ibid, hlm. 82.
48
Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Glora Madani Press, Jakarta, 2004, hlm.
127.
48
serta berkurang.
49
Ibid, hlm. 82.
50
Soewarno Handayadiningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Bumi
Aksara, Jakarta, 1981, hlm. 145.
49
3. Tujuan Pengawasan
maksimal.
yang digariskan
bekerja.
perbaikan.
51
Soekarno K, Dasar-Dasar Management, Firma Tekad, 1965, hlm. 27.
50
kegiatan;
satu bulan sekali, satu semester sekali atau satu tahun sekali.
5. Tahap-Tahap Pengawasan
b. Mengukur pelaksanaan;
52
Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm. 245.
53
Ibid, hlm. 246.
51
penyimpangan.
52
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan
3. Walaupun memenuhi persyaratan baik formal dan materil tetapi tetap ada
4. Dalam hal ini Retribusi Daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu
tetapi dalam banyak hal retribusi tidak lebih dari pengembalian biaya yang
masyarakat.
Retribusi parkir merupakan salah satu bagian dari retribusi jasa umum,
yakni retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek
54
http://Djkd.kemendagri.go.id diakses melalui internet pada tanggal 4 Juni 2016.
53
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
mengawasi proses dari pada retribusi parkir itu apakah sudah berjalan sesuai
tertentu yang perlu dikendalikan lalu lintasnya dan merupakan salah satu
Prinsip dan sasaran tarif retribusi parkir bisa saja berbeda sesuai
di tepi jalan umum yang rawan kemacetan dapat ditetapkan lebih tinggi dari
pada di tepi jalan umum yang kurang rawan kemacetan dengan sasaran
55
Ahmad Yani, op.cit, hlm. 56.
56
Marihot Pahala Siahaan, Pajak daerah dan Retribusi Daerah, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hlm. 49.
57
Ahmad Yani, op.cit, hlm. 64.
54
terdiri atas:
daerah yang hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya
retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah
persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak
dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah
masyarakat.
dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang
motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu
pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan
60
Ibid, hlm. 21.
56
bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum,
dan dana alokasi khusus. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah
pendapatan daerah dari sumber lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada
yang berlaku.61
daerah yakni:
yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segi daerah masing–masing tetapi
61
Ibid, hlm. 22.
62
Pasal 16 Angka 3 Undang –Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
63
Pasal 1 Angka 15 Undang –Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
57
Retribusi parkir sesuai dengan Pasal 10 ayat (2) huruf (c) Undang-
capai pungutan, jika target pencapaian tinggi maka manfaat retribusi terhadap
PAD akan besar pula, target capai pungutan retribusi parkir diartikan sebagai
Bandung yang telah di tetapkan setiap tahunnya yang dilihat dari target
efektif dan efisien maka setiap daerah harus secara kreatif mampu
64
Rahardjo Adisasmita, op.cit, hlm. 55.
58
Tentang Pemerintah Daerah. Retribusi parkir selain sebagai salah satu sumber
efektif dan efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu
otonomi daerah secarah utuh pada daerah kabupaten dan kota. Pemungutan
retribusi parkir di kota Bandung adalah salah satu dari pelaksanaan otonomi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang dimaksud dalam
65
Ibid, hlm. 40.
59
adalah merupakan bagian dari sub sistem lalu lintas angkutan jalan yang
penataan lingkungan, ketertiban, dan kelancaran arus lalu lintas serta sebagai
diartikan sebagai suatu usaha untuk melancarkan arus lalu lintas dan
meningkatkan produktifitas sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
dimiliki oleh negara. Perparkiran pada dasarnya dapat dikatakan sebagai usaha
dasar untuk meningkatkan sumber daya alam, dan sumber daya manusia, dan
mengubah masa lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik. 67
66
Ibid, hlm. 57.
67
Sugianto, Pajak dan Retribusi Daerah (Pengelolaan Pemerintah Daerah Dalam Aspek
Keuangan, Pajak dan Retribusi Daerah), PT Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2008, hlm. 48.