Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “Teori Konsep Kepemimpinan Manajemen Keperawatan” dapat
terselesaikan.
Makalah ini akan membahas tentang Konsep Teori Kepemimpinan Menejemen
Keperawatan. Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat
mengetahui tentang kepemimpinan menejemen keperawatan.
Makalah ini masih memerlukan koreksi dari semua pihak, maka dari itu kritik dan saran
sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya khususnya bagi mereka
yang ingin lebih tahu mengenai teori konsep kepemimpinan dalam manajemen keperawatan.

Palu, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ISI
A. Teori kepemimpinan
B. Syarat kepemimpinan
C. Peran Kepemimpinan
D. Asas asas kepemimpinan
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
ISI
A. Teori kepemimpinan

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh


mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini
akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :

1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas
dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Ghizeli dan
Stogdil:

1. Kecerdasan
2. Kemampuan mengawasi
3. Inisiatif
4. Ketenangan diri
5. Kepribadian

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain: terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita
renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai
berbagaio rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

 Kecerdasan
 Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
 Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
 Sikap Hubungan Kemanusiaan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan
kemampuan pribadi pemimpin. Karena itu, timbul usaha dari para ahli untuk meneliti
dan merinci kualitas seorang pemimpin yang berhasil melaksanakan tugas
kepemimpinannya, kemudian hasilnya diformulasikan ke dalam sifat-sifat umum
seorang pemimpin. Usaha tersebut berkembang menjadi teori kepemimpinan yang
disebut “teori sifat kepemimpinan” (Robbins, at.al., 1994: 469).

Teori Sifat atau Pembawaan


(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

Bakat-bakat kepemimpinan: merepresentasikan karakteristik


personal yang membedakan para pemimpin dari bawahannya.
 Temuan historis menunjukkan bahwa pemimpin dan bawahan
dibedakan berdasarkan:
- intelijensi,
- dominasi
- kepercayaan diri
- tingkat energi dan aktivitas
- pengetahuan yang relevan dengan tugas
 Temuan kontemporer menunjukkan bahwa:
- orang cenderung mempersepsikan seseorang selaku pemimpin
ketika menunjukkan bakat yang berhubungan dengan
intelijensi, maskulinitas dan dominasi
- orang mengharapkan pemimpin tersebut menjadi kredibel
- pemimpin yang kredibel adalah pemimpin yang jujur,
berpandangan jauh ke depan dan cakap.

Teori Lahirnya Pemimpin


 TEORI GENETIK
Seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena ia dilahirkan
dengan bakat-bakat kepemimpinan
Pemimpin itu dilahirkan (Leaders are born)
 TEORI SOSIAL
Siapapun dapat ditempa menjadi pemimpin yang efektif, melalui berbagai
pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.
Pemimpin itu dibentuk (Leaders are made)
 TEORI EKOLOGIS
Seorang bisa muncul sebagai pemimpin yg efektif bila dilandasi bakat yg
dibawa sejak lahir serta diberi kesempatan menduduki jabatan pimpinan dan
kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan.
(Leader are born and made)

2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian
tujuan. Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:

 Konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan


memiliki cirri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih meningkatkan tugas organisasi.
 Berorientasi kepada bawahan dan produksi

Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada baawahan ditandai oleh


penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi
teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta
pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada
dasasrnya ada dua yaitu berorientasi pada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi
yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).

Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada
dua dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur
inisiasi. Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya
tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.
Teori Gaya Keperilakuan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

 Studi Ohio State University mengidentifikasi dua dimensi


penting perilaku pemimpin
(1) Konsiderasi: menciptakan respek dan kepercayaan timbal-
balik dengan bawahan
(2) Inisiasi struktur: mengorganisir dan meredefinisi apa-apa
yang akan dikerjakan oleh anggota kelompok
 Studi Michigan University mengidentifikasi dua gaya
kepemimpinan yang sama dengan studi yang dilakukan oleh
Ohio State University.
= salah satu gaya terfokus pada pekerja dan gaya yang satunya
terfokus pada pekerjaan
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu gaya
kepemimpinan yang terbaik. Efektivitas gaya kepemimpinan
tertentu tergantung pada situasi di mana gaya tersebut
diterapkan.

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa perilaku pemimpin yang efektif melakukan
konsiderasi tergantung pada aspek berikut:
 Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat konsiderasi yang ditunjukkan
oleh pemimpin.
 Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak
menyenangkan dan mendesak, dari pada ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak
mendesak.
 Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi struktur yang lebih
banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya.
 Konsiderasi yang diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik akan meningkatkan
kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.

Sedangkan perilaku pemimpin yang efektif melakukan inisiasi struktur adalah:


 Inisiasi struktur yang memperjelas peran tambahan akan meningkatkan kepuasan.
 Inisiasi struktur akan menyurutkan kepuasan pengikut ketika struktur tersebut sudah tersedia.
 Inisiasi struktur akan meningkatkan kinerja ketika tugas tidak jelas.
 Inisiasi struktur tidak akan mempengaruhi kinerja ketika tugas jelas(Leadership, 2001: 2).
Uraian di atas memperjelas bahwa teori kepemimpinan perilaku mencoba menjelaskan
keunikan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang efektif, atau memahami sifat-sifat pekerjaan
pemimpin. Sepuluh peran manajerial dari Henry Minzberg merupakan salah satu contoh teori
kepemimpinan perilaku. Peneliti perilaku menekankan pada penemuan cara mengklasifikasikan
perilaku yang dapat memberikan pemahanan mengenai kepemimpinan.

3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan
factor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:

 Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas


 Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
 Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
 Norma yang dianut kelompok
 Rentang kendali
 Ancaman dari luar organisasi
 Tingkat stress
 Iklim yang terdapat dalam organisasi

kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi


dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu memenuhi
tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan
menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntunan situasi tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:

a. Teori Kontingensi

Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana


kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi
tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya
kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya.
Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-
sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi
antara Pemimpin dan situasinya.

Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler


(1967) . Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both
the motivasional system of the leader and the degree to which the leader has control and
influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73).
Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi
oleh sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan
dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.

Representasi Model Kontingensi Fiedler


(Sumber: diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

Pengendalian Pengendalian Situasi Pengendalian Situasi Pengendalian


Situasional Tinggi Moderat Situasi Rendah

Hubungan Baik Baik Baik Baik Buruk Buruk Buruk Buruk


Pemimpin-Anggota

Struktur Tugas
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah

Kekuatan posisi
Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Kuat Kuat Lemah

Situasi I II III IV V VI VII VIII

Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan


Kepemimpinan Memotivasi Memotivasi Memotivasi
Optimal Tugas Hubungan Timbal- Tugas
Balik

b. Teori Normatif

Vroom dan Yetton (1973) mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam


3 kunci utama: metode taksonomi kepemimpinan, atribut-atribut permasalahan, dan
pohon keputusan (decision tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi
(Vroom & Yetton, 1973):
1) Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini
terdapat pada pemimpin.
2) Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat
pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari
penyampaian informasi yang mereka berikan.
3) Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan,
mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok;
lalu membuat keputusan.
4) Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran
mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5) Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi
kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh
kelompok.

c. Teori Siklus Hidup


Konsep dasar teori siklus kehidupan adalah strategi dan perilaku pemimpin harus
situasional dan didasarkan pada kedewasaannya dan para pengikutnya. Kedewasaan
adalah kemampuan individu atau kelompok dalam menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat
dicapai, ada kemampuan mereka untuk mengambil tanggung jawab. Perilaku tugas
adalah tingkat dimana pemimpin cenderung untuk mengorganisasikan dan menentukan
peranan-peranan para pengikut, menjelaskan setiap kegiatan yang dilaksanakan, kapan
dan dimana, dan bagaimana tugas diselesaikan.Perilaku Hubungan berkenaan dengan
hubungan pribadi pemimpin dengan individu atau para anggota kelompoknya.

Menurut Paul Hersey dan Blachard (1995:34) mengemukakan bahwa hubungan


antara pemimpin dengan bawahannya berjalan melalui 4 (empat) tahap menurut
perkembangan dan kematangan bawahan yaitu :
1) Gaya Penjelasan (telling style) yaitu pada saat bawahan pertama kali memasuki organisasi,
orientasi tugas yang tinggi dan orientasi hubungan yang rendah paling tepat. Bawahan harus
lebih banyak diberi perintah dalam pelaksanaan tugasnya dan diperkenalkan dengan aturan-
aturan dan prosedur organisasi.
2) Gaya Menjual (selling style) yaitu pada tahap ini bawahan mulai mempelajari tugas-tugasnya.
Kepemimpinan orientasi tugas yang tinggi masih diperlukan, karena bawahan belum bersedia
menerima tanggung jawab yang penuh. Tetapi kepercayaan dan dukungan pemimpin terhadap
bawahan dapat meningkat. Di mana pemimpin dapat mulai menggunakan perilaku yang
berorientasi hubungan yang tinggi.
3) Gaya Partisipasi (participating style) yaitu tahap ini kemampuan dan motivasi pestasi
bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mulai mencari tanggung jawab yang lebih
besar. Di mana perilaku pemimpin adalah orientasi hubungan tinggi dan orientasi tugas
rendah.
4) Gaya Pendelegasian (delegating style) yaitu tahap ini bawahan secara berangsur-angsur
menjadi lebih percaya diri, dapat mengarahkan diri sendiri, cukup berpengalaman, dan
tanggung jawabnya dapat diandalkan. Di mana gaya pendelegasian yang tepat yaitu orientasi
tugas dan hubungan rendah.
d. Teori Kontinum
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa
pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara
yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa
atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya
serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui
ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai
manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.Selain itu, orientasi
utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau


wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan
tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan
kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima
saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi
diskusi dan keputusan kelompok.

e. Teori Path-Goal

Tokoh-tokoh dari teori ini adalah Georgepoulos (Univ. Michigan), Martin Evans
dan Robert House. Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin
yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Jalan itu seperti:

 Mengetahui dan atau menumbuhkan kebutuhan para bawahan untuk menghasilkan


sesuatu yang dapat dikontrol pemimpin.
 Memberikan insentif kepada bawahan yang mampu mencapai hasil dalam bekerja.
 Membuat jalan yang mudah dilewati bawahan dalam menaikkan prestasinya.
 Membantu karyawan dengan menjelaskan apa yang dapat diterapkan.
 Mengurangi halangan yang dapat membuat frustasi.
 Menaikkan kesempatan untuk pemuasan karyawan yang memungkinkan tercapainya
efektifitas kerja.

Perhatian utama model ini adalah perilaku pimpinan dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang
harus diselesaikan oleh bawahannya.
B. Syarat pemimpin
Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
 Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
 Mempunyai kemampuan untuk menentukan priorotas
 Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi
(S.Suarli, hal 23)
Menurut R.L.Khan mengemukaaan bahwa seorang pemimpin menjalankan
pekerjaannya dengan baik bila :
 Memberikan kepuasan kebutuhan langsung para bawahannya.
 Menyusun jalur pencapaian tujuan
 Menghilangkan hambatan – hambatan pencapaian tujuan
 Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris.

C. Peran dan fungsi pemimpin


1. Peran
Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal. Kegiatan
tersebut mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan, menyupervisi, mengawasi
tindakan anak buah, mengoordinasikan kegiatan yang sedang atau akan dilakukan,
dan mempersatukan usaha dan berbagai individu yang memiliki karakteristik yang
berbeda (Gillies,1994). (Dengan demikian, kegiatan kepemimpinan selalu
bersinggungan dengan kegiatan dalam manajemen.
Brosten, Hayman dan Naylor (1979) menyebutkan bahwa kegiatan
kepemimpinan paling sedikit mencakup 4 hal yang terkait dengan kegiatan
manajerial, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian.

2. Fungsi
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 fungsi pokok
kepemimpinan,yaitu:
 Fungsi instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikastor yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara menjalankan perintah), bila mana (waktu memulai,
melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang
yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
 Fungsi konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebgai komunikasi dua arah. Hal
tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usahan menetapkan keputusan
yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang – orang
yang dipimpinnya
 Fungsi partisipatif
Dalam menjalankanufngsi artisipatif pemimpin berusaha mengaktifkan ornag –
orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas –
tugas pokok, sesuai dengan posisi masing – masing.
 Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan pelimpahan wewenag
membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah
kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk
pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
 Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

D. Asas asas kepemimpinan


Pada hakikatnya asas kepemimpinan merupakan pedoman bagi seorang pemimpin.
Asas-asas kepemimpinan tersebut, yaitu :

1) Kemanusiaan: mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusia


oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi
tujuan-tujuan bersama.

2) Efisien: efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber,


materi dan jumlah manusia; atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta
asas-asas manajemen modern.

3) Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang
lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup
tiga dimensi; pimpinan, bawahan dan situasi. Masing-masing dari dimensi tadi saling
mempengaruhi misalnya, pencapaian tujuan tergangtung bukan karena hanya sifat pribadi dari
seorang pemimpin, tetapi juga tergantung dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu
keadaan.

B. Saran
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang
model-model kepemimpinan dalam keperawatan. Agar menjadi pedoman kita sebagai perawat.
TUGAS
KEPERAWATAN MANAGEMENT
“Teori Kepemimpinan”

Nama : Nadila Yuninda


201601029

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU


PRODI NERS
2019-2020

Anda mungkin juga menyukai