Teori Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan
Puji dan syukur ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “Teori Konsep Kepemimpinan Manajemen Keperawatan” dapat
terselesaikan.
Makalah ini akan membahas tentang Konsep Teori Kepemimpinan Menejemen
Keperawatan. Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat
mengetahui tentang kepemimpinan menejemen keperawatan.
Makalah ini masih memerlukan koreksi dari semua pihak, maka dari itu kritik dan saran
sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya khususnya bagi mereka
yang ingin lebih tahu mengenai teori konsep kepemimpinan dalam manajemen keperawatan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ISI
A. Teori kepemimpinan
B. Syarat kepemimpinan
C. Peran Kepemimpinan
D. Asas asas kepemimpinan
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
ISI
A. Teori kepemimpinan
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas
dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Ghizeli dan
Stogdil:
1. Kecerdasan
2. Kemampuan mengawasi
3. Inisiatif
4. Ketenangan diri
5. Kepribadian
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain: terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita
renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai
berbagaio rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
Kecerdasan
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan
kemampuan pribadi pemimpin. Karena itu, timbul usaha dari para ahli untuk meneliti
dan merinci kualitas seorang pemimpin yang berhasil melaksanakan tugas
kepemimpinannya, kemudian hasilnya diformulasikan ke dalam sifat-sifat umum
seorang pemimpin. Usaha tersebut berkembang menjadi teori kepemimpinan yang
disebut “teori sifat kepemimpinan” (Robbins, at.al., 1994: 469).
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian
tujuan. Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada
dasasrnya ada dua yaitu berorientasi pada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi
yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).
Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada
dua dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur
inisiasi. Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya
tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.
Teori Gaya Keperilakuan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)
Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa perilaku pemimpin yang efektif melakukan
konsiderasi tergantung pada aspek berikut:
Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat konsiderasi yang ditunjukkan
oleh pemimpin.
Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak
menyenangkan dan mendesak, dari pada ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak
mendesak.
Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi struktur yang lebih
banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya.
Konsiderasi yang diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik akan meningkatkan
kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan
factor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
a. Teori Kontingensi
Struktur Tugas
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Kekuatan posisi
Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Kuat Kuat Lemah
b. Teori Normatif
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa
atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya
serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui
ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai
manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.Selain itu, orientasi
utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
e. Teori Path-Goal
Tokoh-tokoh dari teori ini adalah Georgepoulos (Univ. Michigan), Martin Evans
dan Robert House. Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin
yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Jalan itu seperti:
Perhatian utama model ini adalah perilaku pimpinan dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang
harus diselesaikan oleh bawahannya.
B. Syarat pemimpin
Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
Mempunyai kemampuan untuk menentukan priorotas
Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi
(S.Suarli, hal 23)
Menurut R.L.Khan mengemukaaan bahwa seorang pemimpin menjalankan
pekerjaannya dengan baik bila :
Memberikan kepuasan kebutuhan langsung para bawahannya.
Menyusun jalur pencapaian tujuan
Menghilangkan hambatan – hambatan pencapaian tujuan
Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris.
2. Fungsi
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 fungsi pokok
kepemimpinan,yaitu:
Fungsi instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikastor yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara menjalankan perintah), bila mana (waktu memulai,
melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang
yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
Fungsi konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebgai komunikasi dua arah. Hal
tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usahan menetapkan keputusan
yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang – orang
yang dipimpinnya
Fungsi partisipatif
Dalam menjalankanufngsi artisipatif pemimpin berusaha mengaktifkan ornag –
orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas –
tugas pokok, sesuai dengan posisi masing – masing.
Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan pelimpahan wewenag
membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah
kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk
pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
3) Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang
lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup
tiga dimensi; pimpinan, bawahan dan situasi. Masing-masing dari dimensi tadi saling
mempengaruhi misalnya, pencapaian tujuan tergangtung bukan karena hanya sifat pribadi dari
seorang pemimpin, tetapi juga tergantung dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu
keadaan.
B. Saran
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang
model-model kepemimpinan dalam keperawatan. Agar menjadi pedoman kita sebagai perawat.
TUGAS
KEPERAWATAN MANAGEMENT
“Teori Kepemimpinan”