Anda di halaman 1dari 3

B.

Kelebihan Metode Ijmali dan Tahlili

1. Kelebihan Metode Ijmali


Kelebihan metode ijmali antara lain, adalah :1
a. Praktis dan mudah dipahami
Tafsir yang menggunakan metode ini terasa lebih praktis dan mudah dipahami.
Tanpa berbelit-belit pemahaman al-Qur’an segera dapat diserap oleh pembacanya.
Pola penafsiran serupa ini lebih cocok untuk para pemula. Tafsir dengan metode
ini banyak disukai oleh ummat dari berbagai strata sosial dan lapisan masyarakat.
b. Bebas dari penafsiran israiliah
Dikarena singkatnya penafsiran yang diberikan, maka tafsir ijmali relatif murni
dan terbebas dari pemikiran-pemikiran Israiliat yang terkadang tidak sejalan
dengan martabat Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang Maha Suci. Selain
pemikiran-pemikiran Israiliat, dengan metode ini dapat dibendung pemikiran-
pemikiran yang terkadang terlalu jauh dari pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an
seperti pemikiran-pemikiran spekulatif yang dikembangkan oleh seorang teologi,
sufi, dan lain-lain.
c. Akrab dengan bahasa Al-Qur’an
Tafsir ijmali ini menggunakan bahasa yang singkat dan padat, sehingga pembaca
tidak merasakan bahwa telah membaca kitab tafsir. Ksrena tafsir dengan metode
global mengguanakan bahsa yang disingkat dan akrab dengan bahasa arab
tersebut. Kondisi serupa ini tidak dijumpai pada tafsir yang menggunakan metode
tahlili, muqarin dan maudhu’i. Sehingga pemahaman kosakata dari ayat-ayat suci
lebih mudah didapatkan dari pada penafsiran yang menggunakan tiga metode
lainnya.

2. Kelebihan Metode Tahlili


Kelebihan metode tahlili antara lain, adalah :2
Pertama, metode ini meneliti setiap bagian nash al qur‟an secara detail, tanpa
meninggalkan sesuatupun. Sehingga metode ini memberi pengetahuan yang
komprehensif mengenai ayat yang dibahas baik kata atau kalimat. Di mana metode ini
menyajikan makna dan hukum yang terkandung dalam nash.

1
Nashruddin Baidan, 1988, Kamus Bahasa Indonesia, cet- Ke-1, Jakarta : Pustaka Pelajar, hlm. 13
2
Muhammad Husain Adz-Dzahabi. Tafsir wa al-Mufassiran. hlm. 48., dalam Muqawin, hlm. 7.
Kedua, metode ini menyeru peneliti dan pembacanya untuk
mempelajari/mendalami ilmu-ilmu al qur‟an yang beragam.Untuk itu mufasir
menjelaskan ayat dari berbagai segi dengan metode tahlili ini.
Ketiga, metode ini memperdalam pemikiran, dan menambah kuat dalam
menyelami makna ayat, serta tidak puas hanya melihat makna gelobal saja.Sehingga
metode ini dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan untuk ber-istinbat,
memilih ragam makna, memilih pendapat yang kuat dari pendapat para ulama.
Keempat, dari metode ini, seorang alim dapat menggunakan informasi dalam
tafsir tahlili menjadi sebuah pembahasan tersendiri, seperti metode tafsir
maudhui.Oleh karena itu tafsir tahlili menjadi pengantar atau asas untuk tafsir
maudhui.
Adapun kesimpulan kelebihan metode tafsir tahlili dapat dijelaskan menjadi dua
bagian, diantaranya :
a. Ruang lingkup yang luas
Metode analisis mempunyai tuang lingkup yang termasuk luas. Metode ini dapat
digunakan oleh mufassir dalam dua bentuknya yaitu, ma’tsur dan ra’yi dapat
dikembangkan dalam berbagai penafsiran sesuai dengan keahlian masing-masing
mufassir.
1. Tafsir tahlili bil ma‟tsur
Dalam hal ini, metode tafsir tahlili berusaha menjelaskan ayat-ayat secara
terperinci dengan menggunakan pendekatan tafsir bil ma‟tsur. Adapun yang
dimaksud dengan tafsir bil ma‟tsur adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an
berlandaskan pada penjelasan dalam ayat yang lain, dan pada hadits-hadits
nabawi, dan pada perkataan para sahabat dan tabi‟in.
Di antara tafsir tahlili yang menggunakan pendekatan tafsir bil ma‟tsur yaitu;
a. Tafsir Jami‟ al-Bayan fi Ta‟wil ayat al Qur‟an, b. Ma‟alim Tanzil al-Bagawi.C.
tafsir al-Qur‟an al-Adzim, Ibnu Kathir.D, al-Durr al-Ma‟tsur fi al Tafsir bi al-
Ma‟tsur Suyuti. E,
2. Tafsir tahlili bil ra‟yi
Ragam tafsir tahlili yang kedua adalah penggunaan pendekatan tafsir bil
Ra‟yi.Yakni dalam penjelasan tafsir tahlili ini, mufasir menggunakan sumber
ra‟yu yang didukung dengan kaidah-kaidah tafsir dan cabang-cabang ilmu tafsir.
Di antara tafsir tahlili yang menggunakan pendekatan tafsir bil ra‟yi yaitu; a.
Tafsir al-Khazin, al-Khazin. B, Anwar Tanzil wa Asrar Al-Ta‟wil,al-Baydhawi.
C, Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur‟an, Thanthawi Jauhari.D. tafsir al-Manar,
Muhammad Rasyi

b. Memuat berbagai ide


Metode analitis relatif memberikan kesempatan yang luas kepada mufassir
untuk mencurahkan ide-ide dan gagasannya dalam menafsirkan Al-Qur’an. Itu
berarti pola penafsiran metode ini dapat menampung berbagai ide yang terpendam
dalam bentuk mufassir termasuk yang ekstrim dapat ditampungnya. Dengan
terbukanya pintu selebar-lebarnya bagi mufassir untuk mengemukakan pemikiran-
pemikirannya dalam menafsirkan Al-Qur’an, maka lahirlah kitab tafsir berjilid-
jilid seperti kitab Tafsir al-Thabari (15 jilid), Tafsir Ruh al-Ma’ani (16 jilid),
Tafsir al-Fakhr al-Razi (17 jilid), Tafsir al-Maraghi (10 jilid) dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai