Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Keputusan investasi dan risiko investasi merupakan dua istilah yang oleh para
investor sering dipergunakan untuk menganalisis suatu proyek investasi yang akan
dikerjakan. Sebelum suatu proyek diputuskan oleh manajer investasi atau oleh perusahaan
untuk dikerjakan atau tidak, maka terlebih dahulu dipertimbangkan atau diproyeksi berbagai
risiko dan peluang yang menguntungkan dari investasi itu sendiri. Selain itu antara risiko dan
keputusan investasi saling dikonfirmasi sehingga membantu manajer dalam pengambilan
keputusan atau pemilihan investasi ini. Karena keputusan investasi berkaitan dengan return
dan risiko di masa datang, maka di dalam analisisnya diproyeksikan secara statistik berdasar
data dan informasi yang relevan dan sangat erat kaitannya dengan proyek investasi itu.
Data dan informasi yang berkenaan dengan investasi adalah data dan informasi yang
terkuantifikasi ke dalam data cash inflow dan data cash outflow dari penggunaan investasi
yang akan dipertimbangkan, maupun data-data ekonomi yang iain yang berasal dari luar yang
ada relevansinya dengan pembiayaan dan hasil investasi tersebut. Kemudian data ini kita
prediksi dan kumpulkan selama usia investasi. Akhirnya kita analisis berdasar perhitungan
statistik, logika ekonomi dan kita simpulkan kelayakan, pilihan dan keputusan investasi yang
akan kita tentukan di antara pilihan-pilihan investasi tersebut.
Sebagaimana kita mengetahui bahwa secara statistik nilai rata-rata, deviasi standar dan
koefisien variasi data-data dan informasi yang kita kumpulkan, secara angsung akan dapat
kita pergunakan untuk memprediksi return dan resiko yang bakal terjadi atau {expectation)
dari investasi itu sendiri di masa datang.

B. Rumusan Masalah
1. pengertian investasi dan keputusan investasi dalam analisis Resiko.
2. jenis- jenis investasi
3. karakteristik Investasi
4. Analisis risiko suatu proyek
5. rencana dan pengambilan keputusan investasi

1
C. Tujuan
untuk mengetahui perbedaan investasi dan keputusan investasi dalam suatu analisis
resiko,menyelesaikan persoalan dan berinvestasi serta menambah wawasan mengenai
pengambilan kepuusan invesasi suau analisis resiko.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian investasi dan keputusan Investasi dalam Analisis Resiko.


Investasi adalah Komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan
saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.
Keputusan Investasi adalah suatu kebijakan atau keputusan yang diambil untuk
menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang atau permasalahan bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana
kedalam bentuk–bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang
akan datang. Secara singkat keputusan investasi yaitu penggunaan dana yang bersifat jangka
panjang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi akan mempengaruhi dan menunjang
tingkat keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat
diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau
ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan mempengaruhi
pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan.
Menganalisis investasi-investasi yang akan dipilih ini digunakan dengan menghitung
atau mengevaluasi secara statistik dan membandingkan hasil evaluasi tersebut pada setiap
alternatif. Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
Pertama menghitung dan menentukan nilai yang diharapkan (U) yang merupakan estimasi
penerimaan uang (Cash inflow) dari setiap investasi berdasar pada informasi atau prediksi
yang telah dilakukan. Kedua menghitung atau memprediksi risiko yang dapat diperkirakan
dengan tingkat variabelitas dari hasil {cashflow) yang diperkirakan masuk. Kemudian
menghitung standar deviasi atau kemlesetan (Standart Error) yang merupakan ukuran risiko
setiap penerimaan Investasi. Standar deviasi yang lebih besar menunjukkan risiko kemlesetan
yang ebih besar dari penerimaan investasi. Sedangkan standar deviasi yang lebih kecil
menunjukkan risiko kemlesetan yang lebih kecil dari penerimaan investasi. Sedangkan risiko
per (uang/cash flow ) dari penerimaan yang diharapkan diukur ;engan koefisien varian (V).
Dari informasi dan data yang diolah secara statistik tersebut, maka yang menjadi
persoalan bagi manajer investasi atau perusahaan terfokus pada masalah investasi yang mana
yang akan dipilih. Untuk menjawab persoalan ini tidak mudah dan tergantung pada persepsi
investor atau perusahaan terhadap risiko. Bagi invesitor atau perusahaan yang pemberani
terhadap risiko yang lebih tinggi karena penerimaan yang lebih tinggi sudah selayaknya
memiliki risiko yang lebih tinggi Tergantung pada keyakinannya, seberapa besar tingkat
keyakinan investor dalam meraih penerimaan dari pada risikonya. Tetapi bagi investor yang
kurang berani terhadap risiko maka tentunya akan memilih investasi yang berisiko lebih
rendah daripada investasi yang berisiko lebih tinggi yang tercermin pada tingkat kerugian

3
lebih besar. Karena telah menjadi hukum alam bahwa risiko yag lebih rendah biasanya
mengandung konsekuensi penerimaan yang bakal diterima adalah lebih rendah Dengan
perkataan lain bahwa bagi investor yang moderat dan penuh kehati-hatian, maka investasi
yang dipilih adalah investasi yang berisiko lebih rendah, meski penerimaan yang diharapkan
lebih rendah, daripada memilih investasi yang berisiko lebih tinggi. Oleh karena itu return
yang lebih tinggi biasanya diikuti dengan risiko yang lebih besar. Sedangkan penerimaan
yang lebih rendah biasanya diikuti dengan risiko yang lebih rendah.
Maka dari itu pilihan secara ekonomi memang sesuatu yang ditetapkan. Tetapi yang
terpenting adalah pilihan itu dilakukan secara tepat, sesuai denga logika ekonomi dan
pengorbanan tertentu yang secara logis selalu diikuti dengan penerimaan dan pengorbanan
yang tertentu.

2. Jenis-jenis Investasi
Investasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) golongan, yakni sebagai berikut :
(1) Investasi yang tidak menghasilkan laba (non profit investemen).
Timbul karena adanya peraturan pemerintah atau syarat kontrak yang telah disetujui.
Contoh: pemasangan instalasi pembersih air limbah.
(2) Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non measurable profit investment)
• Tujuan investasi untuk menaikkan laba, tetapi laba yang diharapkan akan diperoleh
perusahaan dengan adanya inv ini sulit untuk dihitung secara teliti.
• Pedoman yang biasanya dipakai adalah : % tertentu dari hasil penjualan, % tertentu
dari laba bersih investasi yang sama yang dilakukan oleh perusahaan pesaing.
• Contoh investasi ini : pengeluaran biaya promosi, biaya penelitian dan pengembangan,
dan biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan.
(3) Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment)
• Informasi penting yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan penggantian mesin
adalah informasi akunt ansi diferensial yang berupa aktiva diferensial dan biaya
diferensial.
• Penggantian dapat dilakukan, jika biaya diferensial yang berupa penghematan biaya
yang diperoleh dari penggantian suatu mesin dan ekuipmen berjumlah pantas bila
dibandingkan dengan aktiva diferensial.
(4) Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment).
• Yakni merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi
menjadi lebih besar dari sebelumnya.
4
• Untuk menambah kapasitas akan diperlukan aktiva dife rensial berupa tambahan
investasi dan akan menghasilkan pendapatan diferensial.
Sedangkan menurut menurut Senduk bahwa produk-produk investasi yang tersedia di
pasaran antara lain:
a. Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu
yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya
memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.
b. Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak
dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah
menginap di bank selama jangkawaktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua
belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku bunga deposito
biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo,
uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank.
c. Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham,
berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami
keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang
disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih
tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita
membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat
dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.
d. Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah. Keuntungan
yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :
a) Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa.
b) Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
e. Barang-barang koleksi
Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain.
Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan
menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.

5
f. Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang
asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang
kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan
mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai
mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga emas biasanya
juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi
pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu
sendiri.
g. Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi dalam
mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai
mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-
benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang
bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.
h. Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah
maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek
pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik
investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito.
Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan
harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya.
Terdapat pengelompokan jenis-jenis investasi:
a. Deposito berjangka, Simpanan dalam mata uang Rupiah, dengan tingkat suku bunga
relatif lebih tinggi dibandingkan jenis simpanan lainnya. Tersedia dalam jangka
waktu 1,3, 6, 12, dan 24 bulan.
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan bagian
dari upaya BI untuk meredam dan menstabilkan likuiditas yang ada di pasar.
c. Saham, Surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberikan
berbagai hak menurut ketentuan anggaran dasar (shares, stock ).
d. Obligasi, Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga
tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna
pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran
belanjanya (debenture bond).
6
e. Sekuritas pasar uang, Sekuritas pasar uang merupakan surat-surat berharga
jangka pendek yang diperjualbelikan di pasar uang.
f. Sertifikat hutang obligasi, Merupakan bukti kepemilikan piutang kepada pihak
lain.Sertifikat ini dapat diperjualbelikan pada tingkat diskonto tertentu. Sertifikat
hutang obligasi ini merupakan bentuk investasi jangka panjang.
g. T anah/bangunan, Investasi ini tergolong investasi dalam bentuk property, investasi
ini biasanya untuk jangka waktu panjang karena mengharapkan adanya kenaikan dari
nilai tanah/bangunan yang telah dibelinya.
h. Reksa dana, Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor dimana uang
didalamnya diinvestasikan ke dalam berbagai produk investasi oleh sebuah
Perusahaan Manajemen Investasi (Mutual Fund).

3. Karakteristik Investasi
Karakteristik investasi jangka panjang ada tiga, yaitu:
a. Bahwa investasi jangka panjang dapat menyangkut aktiva yang dapat dan tidak dapat
di susutkan seperti mesin atau tanah.
b. Hasil yang diharapkan (expected return) dapat diperoleh dari suatu investasi meliputi
jangka waktu yang panjang sehinggga nilai waktu uang (time value of money) sangat
penting diperhitungkan.
c. Bagaimana menetukan rate of return minimal untuk menghitung nilai waktu uang .

4. Analisis Risiko Suatu Proyek


Analisis Risiko Proyek diartikan sebagai suatu analisis estimasi kemungkinan
terjadinya resiko atas proyek-proyek yang akan dipilih. Lebih spisifik lagi bahwa analisis
risiko dikuantifikasikan ke dalam variabilitas (fluktuasi variabilitas) dari berbagai pilihan
proyek atas cash flow-nya masing-masing proyek yang diharapkan.
Semakin besar variabilitas atau fluktuasi itu semakin tinggi risiko proyek tersebut.
Sebaliknya semakin kecil variabilitas (fluktuasi) cash flow suatu proyek, berarti semakin
rendah risiko proyek tersebut.
Bagi proyek yang dipertimbangkan oleh para manajer, kita dapat menyusun tentang arus kas
(cash flow) yang akan diperoleh dengan dasar berbagai lemungkinan arus kas yang terjadi
pada proyek itu sendiri. Sebagai contoh diasumsikan bahwa kita memiliki 2 pilihan proyek

7
yaitu proyek A dan proyek B yang masing-masing proyek diprediksi menghasilkan arus kas
sebagai berikut:
Tabel Arus Kas Proyek A dan Proyek B pada Berbagai Kondisi Ekonomi

Kondisi Ekonomi Proyek A Proyek B

Resesi buruk 4.000 3.000

Ressi sedang 4.500 4.000

Normal 5.000 5.000

Tumbuh tinggi 5.500 6.000

Tumbuh sedang 6.000 7.000

Berdasar atas dua pilihan proyek dimana cash flow-nya dihadapkan pada keadaan
ekonomi tersebut, misalnya memiliki kas atau kemungkinan (probabilitas) sebagai berikut:
a. Keadaan ekonomi dalam resesi buruk probabilitas sebesar 10%
b. Keadaan ekonomi dalam resesi sedang probabilitas sebesar 20%
c. Keadaan ekonomi normal probabilitas sebesar 40%
d. Keadaan ekonomi tumbuh tinggi probabilitas sebesar 20%
e. Keadaan ekonomi tumbuh sedang probabilitas sebesar 10%

Probabilitas keadaan ekonomi tersebut dapat kita nyatakan bahwa tingkat dispersi
(penyebaran) arus kas-arus kas untuk proyek B terlihat lebih besar daripada arus kas pada
proyek A Dari tingkat dispersi arus kas proyek B seperti itu kita dapat menyatakan bahwa
proyek B lebih berisiko daripada proyek A.
Untuk mendukung argumentasi ini kita perlu membuat distribusi probabilitas arus - untuk
proyek A dan proyek B seperti nampak berikut ini.
Dari perhitungan Sd (standar deviasi) kedua proyek tersebut terlihat bahwa proyek B
memiliki standar deviasi lebih besar daripada standar deviasi proyek A. Berdasar perhitungan
Sd ini kita dapat menentukan bahwa memilih proyek A lebih kecil risikonya daripada proyek
B yang lebih berisiko. Dengan asumsi estimasi ke masa depan tidak terdapat perubahan yang
berarti. Asumsi yang kita pergunakan mendekati ketepatan.

8
Koefisien variasi dari suatu usulan proyek menunjukkan kadar besar kecilnya risiko
dari proyek yang bersangkutan.

Standar Deviasi (Sd)


Koefisien Variasi (CV) = ___________________
Expected Value (^A)

Sda 547,72
Jadi CVa = _____=_________= 0,1095
^Aa 5.000

Sdb 1095,45
CVb = _____= ________= 0,21909
^Ab 5.000
Berdasar perhitungan CV dari proyek A dan proyek B tersebut terlihat bahwa proyek
berisikonya lebih besar daripada proyek A. Tentunya jika faktor risiko merupakan
pertimbangan utama, maka yang akan dipilih tentunya adalah proyek A sebab proyek A ini
lebih kecil resikonya.

5. Rencana Dan Pengambilan Keputusan Investasi


Bagi para manajer perusahaan atau investor, rencana investasi merupakan suatu policy
perusahaan yang strategis untuk mendiversifikasi usaha (bisnis) dan untuk meningkatkan
peluang usaha (bisnis) yang makin maju dan berkembang secara ebih terintegrasi tidak hanya
terfokus pada satu bidang usaha tertentu saja, melainkan dapat meningkatkan kegiatan usaha
di berbagai bidang atau investasi, sehingga mencapai suatu portofolio usaha yang saling
mendukung dan menguntungkan dalam jangka panjang. Karena peranan manajer investasi
makin penting dalam mengkaji peluang dan hambatan rencana investasi yang hendak
diusulkan. Rencana investasi, apakah itu rencana ekspansi usaha ataukah rencana pada
bidang yang baru, ini memerlukan suatu studi atau kajian khusus mengenai kelayakan usulan
investasi.
Di samping itu juga dilihat apakah usulan investasi ini memiliki peluang prospek
yang baik dan menguntungkan ataukah tidak untuk masa yang akan datang, maka hal ini
memerlukan suatu kajian yang bersifat prediktif yang cukup mendalam. Namun untuk

9
keperluan penilaian praktis dan kelayakan dalam arti fmansial dan kuantitatif dalam arti yang
terbatas, maka diperlukan suatu studi kelayakan.
Studi kelayakan dari rencana investasi dapat dilakukan dengan berbagai metode
sebagai berikut:
a. Metode Pay Back Pereod
b. Metode Average Return
c. Metode Internal Rate of Return
d. Metode Net Present Value
e. Metode Profitability Index

a. Metode Pay Back Period


Metode Pay Back Period merupakan metode untuk menilai suatu investasi yang
didasarkan pada periode kembalinya dana investasi yang akan dilakukan. Untuk mengetahui
berapa lama (periode) dana investasi dapat kembali, per tama kali yang harus diketahui
adalah besarnya dana investasi sampai dengan investasi itu siap dioperasionalisasikan. Kedua
adalah besarnya estimasi atau perkiraan cash flows per periodik (biasanya tahunan) yang
akan dihasilkan oleh investasi tersebut.
Sebagai contoh dapat dikemukakan dana investasi yang siap operasi misalnya sebesar
Rp 32.000.000,00. Diperkirakan pola cash flow per tahun sebesar Rp 4.500.000,00 selama
usia ekonomis investasi. Dari ilustrasi tersebut dana investasi akan kembali dalam waktu
selama:

Nilai dana Investasi


________________
Cash flow per tahun
32.000.000 = 7,11 tahun
4.500.000

Jika pola Cash Flow per tahun berbeda, maka perhitungan dana investasi kembali
sedikit agak rumit. Misalnya diperkirakan pola cash flow per tahun sebagai berikut:
tahun 1 Rp 5.000.000,00 tahun 5 Rp 5.500.000,00
tahun 2 Rp 4.500.000,00 tahun 6 Rp 6.000.000,00
tahun 3 Rp 4.500.000,00 tahun 7 Rp 4.500.000,00
tahun 4 Rp 6.000.000,00 tahun 8 Rp 5.000.000,00

10
Maka cara perhitungan pay back period atas dana investasi tersebut akan kembali
selama:
tahun 1 Rp 5.000.000,00
tahun 2 Rp 4.500.000.00
__________________
Rp 9.500.000,00
tahun 3 Rp 4.500.000,00
__________________
Rp 14.000.000,00
tahun 4 Rp 6.000.000.00
__________________
Rp 20.000.000,00
tahun 5 Rp 5.500.000,00
__________________
Rp 25.500.000,00
tahun 6 Rp 6.000.000,00
__________________ ]
Rp 31.500.000,00
tahun 7 Rp 4.500.000,00

Periode kembali dana investasi 6 tahun + 500.000 X 12 bulan = 1,33bulan


4.500.000
Jadi memerlukan waktu selama 6 tahun, 1,33 bulan.

Jika rencana investasi didasarkan pada Pay Back Period, ditambah dengan kondisi di
mana nilai Aktiva Investasi tersebut tidak semakin meningkat, maka tentunya pertimbangan
yang menjadi fokus utamanya adalah memilih investasi yang berusia kembalinya dana (Pay
Back Pereod) yang paling pendek.

b. Metode Average Return


Metode ini melihat perbandingan antara rata-rata return (cash inflow) selama usia
ekonomi suatu proyek dengan nilai proyek atau dana yang diinvestasikan.

11
Misalnya suatu proyek diestimasi per tahun mampu menghasilkan penerimaan (cash
flow) sebesar Rp 3.000.000,00. Sementara nilai dana yang diinvestasikan ke dalam proyek
ini sebesar Rp 30.000.000,00. Maka kita dapat menentukan Average Return-nya adalah
sebagai berikut:

3.000.000
Average Return = _______________
30.000.000

= 10%

Tetapi jika setiap tahun cash flow berbeda-beda jumlahnya maka kita terlebih dahulu
menghitung rata-rata return tersebut. Sebagai contoh dapat kita berikan bahwa suatu proyek
di atas diprediksi memiliki pola penerimaan (cash flow), tahun:
1. Rp 2.500.000,00
2. Rp 3.000.000,00
3. Rp 2.800.000,00
4. Rp 3.200.000,00
5. Rp 3.100.000,00
6. Rp 2.500.000,00
7. Rp 2.700.000,00
8. Rp 3.400.000,00
9. Rp 2.200.000,00
1 Rp 2.000.000,00
0
Rp 27.400.000,00

Average Return = Rp 27.400.000,00


10
= Rp 2.700.000,00

Rasio Average Return = 2.700.000


30.000.000
= 9%
12
Seandainya tersedia pilihan lebih dari satu, maka jika dinilai dengan berdasar metode
Average Return tentunya yang akan dipilih adalah proyek investasi yang memberikan rasio
average return tertinggi dari pilihan yang tersedia tersebut.

c. Unsur Time Value of Money


Rencana investasi yang akan dilakukan oleh manajer investasi sering
mempertimbangkan kemerosotan nilai mata uang (dana) yang ditanamkan. Sebab nilai dana
yang ditanamkan jika tidak mempertimbangkan keadaan dan dinamika perkembangan
ekonomi yang menyebabkan kemerosotan nilai dana atau uang tersebut dalam waktu yang
akan datang, maka dapat dipastikan bahwa dana investasi itu lama-kelamaan akan berkurang
atau merosot nilainya.
Dalam kenyataan perkembangan ekonomi ada konsekuensi yang tidak bisa
dihindarkan, yaitu terjadinya tingkat inflasi, sehingga time value of money dalam keputusan
investasi mesti dipertimbangkan agar supaya dana investasi yang ditanamkan tidak menjadi
merosot nilainya lantaran dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Oleh karena itu untuk menjaga
nilai dana tersebut dalam menghitung kelayakan suatu proyek, dipertimbangkan nilai
penghasilan (cash flow) yang termasuk di dalamnya adalah tingkat bunga atau rate of return
yang diberlakukan selama tahun-tahun usia investasi.
Time value of money dalam investasi dihitung dengan metode Future Value (FV)
dengan rumus:

FV=l+(l+r)n

Misalnya kalau uang Rp 1,00 sekarang diinvestasikan, dengan tingkat bunga yang
berlaku misal 10% per tahun, maka uang tersebut akan menjadi:
Tahun 1 menjadi FV = 1+ (1 + 0,10)' = 1,10
Tahun 2 menjadi FV = 1+ (1 + 0,10)2 = 1,210
Tahun 3 menjadi FV = 1+ (1 + 0,10)3 = 1,331
Tahun 4 menjadi FV = 1+ (1 + 0,10)4 = 1,464
Tahun 5 menjadi FV = 1 + ( 1 + 0,10)5 = 1,611 dst.

Dengan rumus tersebut kemudian dapat disusun tabel time value of money secara
akumulatif selama periode tahun tertentu dan prosentase interest (bunga) tertentu sebagai
berikut:
13
Tabel Nilai Akhir Rp 1,00 pada Akhir n Tahun
1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%
1 1,010 1,020 1,030 1,140
1,050 1,060 1,070 1,080
2 1,020 1,040 1,060 1,081
1,102 1,123 1,144 1,166
3 1,030 1,061 1,092 1,124
1,157 1,191 1,225 1,259
4 1,041 1,082 1,125 1,169
1,215 1,262 1,310 1,360
5 1,055 1,104 1,159 1,216
1,276 1,338 1,402 1,469
6 1,062 1,126 1,194 1,265
1,340 1,418 1,507 1,586
7 1,072 1,148 1,229 1,315
1,407 1,503 1,605 1,713
8 1,083 1,171 1,266 1,368
1,477 1,593 1,718 1,850
9 1,094 1,195 1,304 1,423
1,551 1,689 1,838 1,999
10 1,105 1,219 1,343 1,480
1,628 1,790 1,967 2,158
20 1,220 1,485 1,806 2,191
2,653 3,207 3,869 4,661
11,46 18,42 29,45
30 1,644 2,691 4,383 7,106 46,357
7 0 7

Pada metode Pay Back Period dan Average Rate of Return tidak memperhitungkan
time value of money. Jika investor ingin memperhitungkan kemerosotan nilai mata uang
(dana yang tertanam) tentunya tidak menggunakan metode Pay Back Period dan Average
Return, tetapi akan menggunakan metode yang lain, yaitu metode Internal Rate of Return
(Irr) dan metode Net Present Value (NPV) yang kita jelaskan berikut ini.

d. Metode Internal Rate of Return (IRR)


Metode Irr, diartikan sebagai suatu tingkat diskon (Descount Rate) yang
mempersamakan Present Value Net Cash Flow dari suatu proyek dengan Inisial Cost (Capital
Outlay) dari proyek itu sendiri. Hal ini dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
n Rn
Irr =  = Co
l=n (1 + r)"

di mana : Rn merupakan Cash in Flow tahun ke n


r merupakan tingkat bunga yang berlaku
Co merupakan inisial cost (capital outlay) atau dana yang ditanam

Misalnya suatu proyek diprediksi memiliki informasi keuangan cash flow sebagai
berikut:

14
Tabel Estimasi Rugi Laba suatu Proyek Investasi
Tahun
Perkiraan
1 2 3 4 5
Sales 126.675 137.479 137.479 137.479 137.479
Biaya-biaya
- Operasi 51.674 56.329 58.754 63.652 66.190
- Depresiasi 35.840 35.840 35.840 35.840 35.840
Total Biaya 87.514 92.169 94.694 99.493 102.030

EBIT 39.161 45.310 42.785 37.986 35.449


Bunga 20% 7.832 9.062 8.557 7.597 7.089
EBIT 31.329 36.248 34.228 30.389 28.360
Pajak 25% 7.832 9.062 8.557 7.597 7.090
EAT 23.497 27.186 25.671 22.792 21.270

Dari perkiraan rugi laba proyek ini, dapat dihitung Net Cash Flow sebagai berikut:
Tabel Perkiraan Pola Cash Flow Proyek

Tahun EAT + Depresiasi Bunga (1-Pajak) = Net Cash Flow


1 23.497 + 35.840 + 7.832 (0,75) = 65.211
2 27.186 + 35.840 + 9.062 (0,75) = 69.822
3 25.671 + 35.840 + 8.557 (0,75) = 67.928
4 22.792 + 35.840 + 7.597 (0,75) = 64.329
5 21.270 + 35.840 + 7.089 (0,75) = 62.426

Seandainya Inisial Cost (Capital Outlay) proyek ini sebesar Rp 200.000,00 maka kita
teruskan proses perhitungannya dengan trial and error dengan menggunakan antara tingkat
bunga tertentu yang hasilnya mendekati nilai sekarang net cash flowsnya, seperti akan kita
lakukan pada tabel berikut yang menggunakan tingkat bunga antara 19 % dan 20 %. Karena
cash flow berubah-ubah setiap tahun maka menghitung nilai sekarang cash flow kita kalikan
dengan tabel Discount Faktor (DF) pada 19% dan 20% tersebut.

15
Tabel Nilai Sekarang Net Cash Flow dengan Discount Rate 19% dan 20%
Disc Rate 19% Disc Rate 20%
Tahun NCF
DF PV DF PV
1 65.211 0,833 54.320 0,840 54,77
2 69.822 0,694 48.456 0,706 49,294
3 67.428 0,579 39.058 0,593 39,984
4 64.329 0,482 31.006 0,499 32,100
5 62.426 0,402 25.095 0,419 26,156
Total PV. of NCF 197.935 202.310

Kita ikhtisarkan untuk interpolasi akan terlihat, pada.

discount Rate (r) 19% PV of NCF 197 935


discount Rate (r) 20% PV of NCF 202.310

Selisih 1% 4.375
2.310
Interpolasi Irr = 19% +
4.375
= 19% + 0,523 %
= 19,528%
= 19,53%

Jadi Irr = 19,53 %.

Jika Irr telah dihitung dan ditemukan angkanya, maka bagi para manajer yang
merencanakan investasi atau merencanakan menggarap proyek yang bersangkutan, maka
tentunya yang akan dipilih atau diterima adalah investasi atau proyek yang Irr-nya lebih
tinggi daripada Cost of Capitalnya. Jika Irr-nya lebih rendah daripada Cost of Capitalnya
maka investasi atau proyek tersebut jelas tidak menguntungkan. Alias proyek tersebut tidak
diterima oleh investor.
Pengertian Cost of Capital di sini berkaitan dengan biaya-biaya yang diperhitungkan
yang melekat pada dana yang dipergunakan untuk investasi itu. Misalnya biaya bunga utang
(kredit), kalau dana investasi dibiayai dengan utang (kredit bank). Atau biaya oportunity
kalau dana investasi dibiayai dengan modal sendiri, dll.
Oleh karena itu memperbandingkan Irr dengan Cost of Capital diartikan sebagai
memperbandingkan antara harapan tingkat rate of return (keuntungan) proyek tersebut yang

16
memperthitungkan Time Value of Money dengan Cost of Capitalnya dari proyek yang
bersangkutan. Dari kerangka ini kemudian dapat kita rumuskan bahwa :
1. Jika Irr proyek > Cost Of Capital dana yang kita pergunakan membiayai proyek itu, maka
proyek investasi itu kita terima.
2. Jika Irr proyek < Cost Of Capital dana yang kita pergunakan membiayai proyek itu, maka
proyek ini kita tolak, karena tidak menguntungkan.

e. Metode Net Present Value (NPV)


Merencanakan investasi dapat dibantu dengan alat analisis Net Present Value (NPV).
Alat ini sering juga disebut dengan Net Present Value of Proceed. Yang dimaksud dengan
metode Net Present Value adalah suatu metode kreteria kelayakan investasi yang diukur dari
Proceed (penerimaan) investasi (proyek) itu selama usia ekonomis, dengan
mempertimbangkan nilai waktu dari dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi
tersebut. Dana yang ditanamkan pada investasi tentunya diharapkan dapat menghasilkan
penerimaan keuntungan dalam waktu yang akan datang. Karena perjalanan waktu
mengandung risiko merosotnya uang atau dana lantaran inflasi, tingkat suku bunga (cost of
capital), oportunity cost, dll yang diperhitungkan dalam metode ini.
Cara menghitung metode Net Present Value (NPV) adalah mengestimasi akumulasi
penerimaan investasi selama usia ekonomisnya yang dihitung nilai sekarangnya. Kemudian
nilai sekarang penerimaan dari investasi diperbandingkan dengan nilai sekarang atas dana
yang ditanamkan ke dalam proyek investasi tersebut. NPV akan positif manakala nilai
sekarang istimasi penerimaan proyek itu lebih besar daripada nilai sekarang atas dana yang
ditanamkan. Atau dalam rumusannya dapat ditulis: NPV = PV of Proceed - PV of Outlay.
Jika NPV positif, artinya PV of Proceed > PV of Outlay, maka proyek investasi itu
menguntungkan. Dengan demikian dapat kita terima. Namun jika NPV negatif, artinya PV of
Proceed < PV of Outlay, maka proyek ini merugikan, dengan demikian kita menolaknya.

Rumus NPV dinyatakan sebagai berikut:


Rn
∑nn=1 − C𝑜
(1+r)nr

di mana: Rn merupakan Penerimaan (proceed)


r merupakan tingkat Discount Faktor
C o merupakan dana investasi (outlay)

17
Berdasar tabel di mana Net Cash Flow dan tingkat Discount Faktor 18%, maka NPV
dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

Tabel Menghitung NPV dengan Discount Faktor 18%


Net Cash How Disc Factor PV of Proceed
65.211 0,847 55.234
69.822 0,718 50.132
67.928 0,609 41.368
64.329 0,516 33.194
62.426 0,437 27.280
Total PV of Proceed 207.208
Total PV of Outlay 200.000
Net Present Value 7.208

Karena NPV positif, maka investasi atau proyek ini dapat diterima atau dikerjakan,
karena jelas menguntungkan dengan keuntungan tertentu. Hal ini terlihat pada bukti bahwa
PV of Proceed lebih besar daripada PV of Outlaynya. Atau NPV-nya positif. Tetapi jika kita
dihadapkan pada dua pilihan atau lebih investasi atau proyek, maka jika kita gunakan metode
NPV solusinya tentu memilih yang NPV-nya positif yang terbesar di antara berbagai pilihan
investasi atau proyek yang tersedia ini.

6). Metode Profit Ability Index


Motode ini merupakan cara lain dari kriteria investasi yang menyatakan dengan
memperbandingkan antara Present Value dari Cash Flows investasi dengan inisial Cost
(Capital Outlay)-nya. Dengan demikian metode ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

P V of Proceed
Profit ability Index (PI) =
PV of Outlay

Jadi dengan demikian perhitungan dengan Profit Ability Index mencerminkan ratio
antara PV of Proceed dan PV of Outlay.

18
Berdasar hasil perhitungan tabel 9.9, dengan discount rate 18%, maka kita dapat
menghitung PI sebagai berikut:

207.208
PI =
200.000
= 1,035
Jika PI > 1 maka proyek ini menunjukkan menguntungkan dan dapat kita terima
untuk kita garap. Namun jika PI < 1 maka ini menunjukkan bahwa proyek ini merugikan dan
kita tidak menerimanya untuk digarap.
Jika pilihan proyek yang akan kita hadapi lebih dari satu pilihan, maka kalau kita
menggunakan metode Profit Ability Index ini, maka tentunya yang kita pilih adalah proyek
investasi yang Profit Abilitynya tertinggi.

19
CONTOH STUDI KASUS :

Sebagai contoh misalnya ada dua investasi yang harus kita putuskan untuk dipilih,
yakni investasi I dan investasi II. Data yang tersedia menunjukkan bahwa kedua investasi
memerlukan pengeluaran kas {outlays) masing-masing sebesar Rp 100 juta. Usia masing-
masing investasi selama 5 tahun. Perputaran uang (Rp) saling bergantung pada tingkat-
tingkat inflasi yang akan terjadi pada periode 5 tahun yang akan datang. Terjadinya tingkat
inflasi tersebut kita tidak dapat mengetahuinya secara pasti dan tepat. Hal ini hanya dapat
diperkirakan dengan cara menentukan tingkat probabilitas terjadi tingkat inflasi, misalnya
secara ekonomis tingkat inflasi diperkirakan relatif tidak terjadi atau sangat lermah, angka
probabilitynya sebesar 0,20. Probability terjadinya atau adanya tingkat inflasi pada angka
tertentu yang moderat adalah 0,50. Sedangkan probability terjadinya angka inflasi yang
sangat rapid (sangat tinggi) adalah sebesar 0,30.
Sementara aspek lain yang diperkirakan akan terjadi adalah return atau penerimaan
yang diharapkan (expected). Aspek ini diartikan sebagai nilai sekarang net profit investasi
selama 5 tahun di masa datang. Return atau penerimaan ini bagi masing-masing investasi
juga merupakan proyeksi atau prediksi berdasar perkiraa-perkiraan atau ramalan-ramalan
yang dalam jangka waktu yang akan datang ( 5 tahun) sedikit banyak dipengaruhi oleh
tingkat inflasi yang diperkirakan tersebut. Misalnya proyeksi penerimaan dari setiap investasi
ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel Distribusi Probabilitas Dua Alternatif Investasi


Keterangan Probability llasil (X,)
Investasi I
Inflasi rendah 0,20 100
Inflasi moderat 0,50 200
Inflasi cepat 0,30 400
Investasi II
Inflasi rendah 0,20 150
Inflasi moderat 0,50 200
Inflasi cepat 0,30 250

20
Menganalisis investasi-investasi yang akan dipilih ini digunakan dengan menghitung atau
mengevaluasi secara statistik dan membandingkan hasil evaluasi tersebut pada setiap
alternatif.

Evaluasi secara statistik pada setiap alternatif investasi iapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Investasi 1 :
U1 = EP1n . X1
= 0,2(100) + 0,5(200) + 0,3(400) = 240
i=1
SE1 = √ΣP1 (X1 − U)2
i=1
= √0,2(100 − 240)2 + 0,5(200 − 240)2 + 0,3(400 − 240)2
= 111,36

V1 = SE1 . U1
= 111,36/240
= 0,46
Investasi 2 :
U2 = 0,2(150) + 0,5(200) + 0,3(250) = 205
SE2 = √0,2(150 − 205)2 + 0,5(200 − 205)2 + 0,3(250 − 105)2
= 35,00
V2 = SE2 . U2
= 35,00/205
= 0,17

Penerimaan yang diharapkan pada investasi-1 sebesar 240 juta, lebih daripada penerimaan
pada investasi-2 yang hanya sebesar 205 juta. Tetapi investasi-1 memiliki risiko kemlesetan
yang lebih besar yang ditunjukkan dengan standar deviasi sebesar 111,36 daripada risiko
investasi-2 yang standar deviasinya hanya sebesar 35,00. Demikian juga jika dilihat dari
risiko per penerimaan maka dari return yang diharapkan pada investasi-1 yang tercermin dari
V-2nya set 0,46. Angka ini lebih besar daripada V-2nya investasi-2 yang besarnya hanya 0.1
Ini menunjukkan bahwa investasi-1 lebih besar risiko yang dihadapinya dibanding dengan
investasi-2. Namun jika dilihat dari sudut return yang akan diterima perusahaan tentunya
investasi-1 lebih besar daripada investasi-

21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :

Keputusan Investasi adalah suatu kebijakan atau keputusan yang diambil untuk
menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang atau permasalahan bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana
kedalam bentuk–bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang
akan datang. Sedangkan . Secara singkat keputusan investasi yaitu penggunaan dana yang
bersifat jangka panjang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi akan mempengaruhi
dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut
tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau
ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan mempengaruhi
pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan.
Menganalisis investasi-investasi yang akan dipilih ini digunakan dengan
menghitung atau mengevaluasi secara statistik dan membandingkan hasil evaluasi tersebut
pada setiap alternatif.

22
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Muslich,MM.Ekonomi Manajerial.Yogyakarta:Ekonosia.1997


http://sholihinassyarif.blogspot.co.id/2013/04/ekonomi-manajerial.html

http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-ekonomi-manajerial-dan-ruang-
lingkupnya.html

http://intanayudew.blogspot.com/2013/12/softskill-kelompok-2-bagian-1.html

23

Anda mungkin juga menyukai