Hubungan Malaria Di Kabupaten Mandailing
Hubungan Malaria Di Kabupaten Mandailing
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Malaria adalah salah satu penyakit yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Malaria masih merupakan masalah kesehatan yang
menjadi perhatian pemerintah dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis dan
memiliki beberapa daerah endemis malaria diantaranya Kabupaten Mandailing
Natal. Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya malaria.
Lokasi penelitian di Kabupaten Mandailing Natal dengan menggunakan
data sekunder dari tahun 2011-2015 di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing
Natal dan BMKG Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan temperatur, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin
dengan kejadian malaria di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2011-
2015.Penelitian ini merupakan desain studi ekologi dimana unit analisisnya
berupa waktu yaitu selama 5 tahun. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariatdengan menggunakan uji korelasi pearson dan regresi linier sederhana.
Hasil penelitian ini adalah ada hubungan signifikan temperatur dengan
kejadian malaria tahun 2011 (p=0,002) dan hubungan yang sangat kuat berpola
negatif (r=-0,806). Ada hubungan signifikan kelembaban dengan kejadian malaria
tahun 2011 (p=0,004) dan hubungan yang sangat kuat berpola positif (r=0,766).
Ada hubungan signifikan antara curah hujan dengan kejadian malaria tahun 2011
(p= 0,001) dan hubungan sangat kuat berpola positif (r = 0,925). Ada hubungan
signifikan temperatur dengan kejadian malaria tahun 2012 (p=0,011) dan
hubungan yang kuat berpola negatif (r=-0,704). Ada hubungan signifikan
kelembaban dengan kejadian malaria tahun 2012 (p=0,045) dan hubungan yang
sangat kuat berpola positif (r=0,588). Ada hubungan signifikan antara curah
hujan dengan kejadian malaria tahun 2012 (p= 0,025) dan hubungan sangat kuat
berpola positif (r=0,640). Tidak ada hubungan yang signifikan antara temperatur,
kelembaban, dan curah hujan dengan kejadian malaria tahun 2013-2015. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara kecepatan angin dengan kejadian malaria di
Kabupaten Mandailing Natal tahun 2011-2015.
Perlu adanya kerjasama lintas program antara Dinas Kesehatan dengan
instansi terkait lainnya untuk memanfaatkan data variasi iklim khususnya
temperatur , kelembaban, dan curah hujan untuk mencegah terjadinya peningkatan
kejadian malaria di masa yang akan datang. Masyarakat diharapkan untuk tetap
menggunakan kelambu anti nyamuk waktu tidur dan tetap menjaga sanitasi
lingkungan di sekitar .
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Malaria is a disease that is transmitted through the bite of a female
Anopheles mosquito. Malaria is still a health problem government attention
because Indonesia is a tropical country and has several malaria endemic areas
including Mandailing Natal District. Climate is one of the factors that influence
the occurrence of malaria.
Research locations in Mandailing Natal District using secondary data
from 2011-2015 at the Mandailing Natal District Health Office and BMKG North
Sumatra Province. This study aims to determine the relationship of temperature,
humidity , rainfall and wind speed with the incidence of malaria in Mandailing
Natal District in 2011-2015 . This study is an ecological study design in which the
unit of analysis is in the form of time for 5 years. Analysis of the data univariate
and bivariat using Pearson correlation test and simple linear regression.
The results of this study were that there was a significant relationship
between the temperature and malaria incidence in 2011 (p=0.002) and strong
relationship at negative pattern (r=-0.806).There was a significant relationship
between humidity and malaria in 2011(p=0.004) and strong relationship is
positively patterned (r=0,766). There is a relationship significant between rainfall
with malaria incidence in 2011 (p=0.001) and strong relationships at positive
patterned (r=0.925) . A significant relationship between temperature and malaria
incidence in 2012 (p=0.0 11) and strong relationship negative pattern (r -0, 704 ).
There is a significant relationship of humidity with malaria incidence in 2012
(r=0.045) and a very strong relationship with a positive pattern (r=0,588). There
is a relationship significant between rainfall with malaria incidence in 2012
(p=0.025) and strong relationships (r=0,640). There is no significant relationship
between temperature, humidity, and rainfall with malaria incidence in 2013-2015
. There is no significant relationship between the speed of wind and the incidence
of malaria in Mandailing Natal District 2011-2015.
There needs to be cross-program collaboration between the Health Office
and other relevant agencies to utilize climate variation, especially temperature,
humidity, and rainfall to prevent an increase in the incidence of malaria in the
future. The community is expected to keep using mosquito nets during sleep and to
maintain environmental sanitation in the vicinit.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
Tahun 2011-2015”. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
Natal.
bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penulis
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si. selaku Pimpinan Fakultas Kesehatan
3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam
5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
menyelesaikan skripsi.
v
Universitas Sumatera Utara
6. Dra. Nurmaini, MKM., Ph.D selaku Dosen Penguji I yang telah
7. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Penguji II yang telah
Sumatera Utara dan seluruh staf yang telah membantu penulis dalam
penelitian.
11. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mandailing Natal dan
12. Orangtua tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan
13. Saudara - saudaraku yang selalu memberikan doa dan semangat dalam
kerjasamanya.
15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang ikut
vi
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
Penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
RIWAYAT HIDUP............................................................................................ xvi
viii
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Dampak Perubahan Iklim Bagi Kesehatan........................ 33
2.4.2 Pengaruh Iklim Terhadap Kejadian Malaria ..................... 35
2.5 Kerangka Konsep .................................................................... 39
ix
Universitas Sumatera Utara
Gambaran Korelasi Kejadian Malaria dengan Curah Hujan di
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ................................. 67
Analisis Regresi Linier Sederhana.............................................. 68
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 69
Gambaran Kejadian Malaria di Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2011-2015 ............................................................................................... 71
Temperatur udara .......................................................................... 72
Kelembaban Udara ....................................................................... 74
Curah Hujan .................................................................................. 77
Kecepatan Angin .............................................................................. 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 80
Kesimpulan ............................................................................................. 80
Saran 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84
LAMPIRAN
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit Malaria .....................................................13
Kebermaknaan .................................................................................47
2011-2015........................................................................................50
xi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Variabel-Variabel Penelitian
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xii
i
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2011-2015 ............................................................................. 50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Universitas Sumatera Utara
xvi
RIWAYAT HIDUP
Protestan, tinggal di Jalan Sering Nomor 91B Medan Pancing, Medan. Penulis
Janjimatogu pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2008, Sekolah Menengah
Pertama SMP Sw. Berkat Aek Bingke pada tahun 2008 sampai dengan tahun
2011, Sekolah Menengah Atas SMA N 1 Panyabungan pada tahun 2011 sampai
tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) di
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit malaria menurut Arsin (2012 adalah salah satu penyakit yang
malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae. Malaria adalah salah satu
masalah kesehatan penting di dunia. Secara umum ada 4 jenis malaria, yaitu
tropika, tertiana, ovale dan quartana. Di dunia ada lebih dari 1 juta meninggal
setiap tahun.
Berdasarkan WHO tahun 2013, kasus malaria di dunia yang terdaftar pada
di Afrika, dan diikuti oleh regional lain seperti Asia Tenggara, Amerika Latin,
memiliki beberapa daerah endemis malaria. Dilaporkan oleh GHO tahun 2013,
tercatat bahwa 194.126 jiwa penduduk Indonesia mengalami kasus malaria, dan
Incidence (API) Nasional tahun 2011 adalah 1,75‰. API adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kasus malaria per 1.000 penduduk. Provinsi dengan API
tertinggi adalah Papua Barat 32,25‰, Papua 23,34‰ dan NTT 14,75‰. Masih
terdapat 11 Provinsi lagi dengan angka API diatas angka nasional seperti Maluku
pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9% menurun dibanding tahun
penderita malaria yaitu prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0%. Lima provinsi
dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa
Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi
Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%). Dari 33 provinsi di
dilaporkan masih cukup tinggi antara lain di provinsi Kalimantan Barat, Bangka
kasus malaria (API 6,88 ‰), berikutnya Kabupaten Batubara dengan jumlah
penderita sebanyak 1.882 jiwa (API 2,97 ‰ ) serta Kabupaten Asahan sebanyak
823 jiwa (API 1,40 ‰) (Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2015).
mikroba yang memiliki potensi timbulnya penyakit, maka manusia akan jatuh
Lampung Selatan menyatakan bahwa, suhu tidak ada hubungan dengan penyakit
kepadatan nyamuk Anopheles per orang per malam (MBR), dan terdapat
penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti demam berdarah dan malaria.
Menurut Martens yang dikutip oleh Suwito, dkk (2010), model matematis
menunjukkan bahwa peningkatan suhu global 30C menjelang tahun 2100 dapat
kolam ikan, saluran irigasi untuk persawahan, sungai dan hutan. Kondisi seperti
Mandailing Natal beriklim hujan tropis dengan suhu udara berkisar antara 23-320
C dan kelembaban udara antara 80-85%. Curah hujan dipengaruhi oleh keadaan
topografi dan perputaran arus udara. Oleh karena itu curah hujan bervariasi
sebesar 3.421 kasus malaria klinis, sedangkan pada tahun 2014 jumlah kasus
sebesar 5.298 kasus. Kasus tertinggi di tahun 2014 terjadi pada bulan September
yaitu 637 kasus, sedangkan kasus malaria terendah terjadi pada bulan Juli yaitu
260 kasus. Kasus tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu 441
kasus, sedangkan kasus terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 165 kasus
kecepatan angin dan temperatur perlu untuk diteliti terhadap peningkatan kasus
Rumusan Masalah
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui
Mandailing Natal masih berada di atas angka API nasional. Faktor iklim yang
nyamuk malaria. Untuk itu peneliti ingin meneliti adakah hubungan iklim
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perubahan Iklim (temperatur, kelembaban, curah
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kasus malaria selama kurun waktu lima
Mandailing Natal selama kurun waktu lima tahun yaitu tahun 2011-
2015.
Hipotesis
dengan kejadian malaria di Kabupaten mandailing Natal selama kurun waktu lima
Manfaat Penelitian
1. Berguna bagi Kantor Pusat Penanggulangan malaria Kabupaten
penyakit malaria.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Malaria
Malaria berasal dari kata Italia yaitu mal artinya buruk dan area artinya
udara. Jadi secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah
dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk. Abad ke-19, Laveran
malaria. Setelah itu, diketahui bahwa malaria disebabkan oleh plasmodium yang
(Sorontou, 2013).
Penyakit malaria telah dikenal sejak tahun 1753 dan 1880. Parasit
Plasmodium, yakni siklus skizogoni eritrosik yang disebut siklus golgi. Siklus
parasit tersebut dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Bignami (1989)
(Sorontou, 2013).
7
Universitas Sumatera Utara
8
disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini senantiasa
mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya, yaitu vektor nyamuk dan inang
menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia, dan hewan pengerat (Achmadi,
2014).
dan splenomegali.
Demam
Demam yang terjadi secara periodik pada infeksi malaria berhubungan
kemudian memasuki aliran darah yang disebut sporulasi. Demam mulai timbul
(Tumor Necrosis Factor). TNF dapat dibawa aliran darah ke hipotalamus yang
bersifat tersiana. Skizon menjadi matang setiap 50 jam pada malaria ovale,
sedangkan skizon menjadi matang dengan interval 72 jam pada malaria kuartana
Plasmodium ovale dalam satu hari, dan Plasmodium malariae dalam 2 hari.
attack). Setiap serangan terjadi atas beberapa serangan demam yang timbulnya
pada jumlah parasit (pyrogenic level, fever therhold). Berat infeksi pada individu
ditentukan dengan hitung jumlah parasit (parasite count) pada sediaan darah.
biasanya dimulai dengan gejala prodormal, yaitu lesu, sakit kepala, tidak nafsu
makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah. Serangan demam yang
hingga menggigil. Penderita menutupi seluruh tubuhnya dengan baju tebal dan
selimut. Nadi penderita cepat, namun lemah, bibir dan jari tangannya menjadi
sering menyertai gejala ini pada anak. Stadium ini berlangsung 15 menit
sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam, dimulai saat klien merasa dingin sekali, kemudian
berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa
panas seperti terbakar, sakit kepala semakin hebat, disertai mual dan muntah,
nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali, terutama pada saat suhu
tubuh naik sampai 410 C (1060 F) atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2
sampai 6 jam.
berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu tubuh turun dengan
dapat tidur dengan nyenyak, dan saat terbangun penderita merasa lemah,
yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah
itu, terjadi stadium apireksia. Lama serangan untuk gejala demam ini untuk
setiap spesies malaria tidak sama. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah
karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak. Demam timbul dalam
panjang) yang timbul karena parasit dari hati (daur eksoeritrosit) masuk ke dalam
darah dan menjadi banyak sehingga demam timbul lagi dalam 24 minggu atau
menunjukkan gejala di antara serangan pertama dan relaps, keadaan ini disebut
periode laten klinis, walaupun ada mungkin parasitemia (parasit di dalam darah)
dan parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi. Akan tetapi, stadium
eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati. Serangan demam semakin lama
seperti pada stadium rigor, penderita menggigil, meskipun suhu tubuh penderita di
atas normal. Pada stadium panas, kulit penderita menjadi kering, muka merah, dan
denyut nadi meningkat. Penderita juga mengeluh pusing, mual, dan kadang-
kadang muntah. Demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang pada anak.
Penderita merasa lela dan lemah pada stadium berkeringat akibat keluarnya cairan
yang berlebihan.
Anemia
Anemia pada penderita malaria terjadi karena pecahnya sel darah merah
menginfeksi semua jenis sel darah merah. Anemia dapat terjadi pada infeksi akut
dan kronis. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale yang hanya menginfeksi sel
darah merah muda yang jumlahnya hanya 2 ⁄ dari seluruh jumlah sel darah
merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang
jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Anemia yang disebabkan oleh
anemia yang disebabkan oleh penyakit malaria adalah anemia hemolitik, anemia
hormokrom, dan anemia normositik. Pada serangan akut hemoglobin turun secara
yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit terjadi di dalam
limpa yang sangat dipengaruhi oleh faktor autoimun; 2) „Reduced survival time”
atau eritrosit normal yang tidak mengandung parasit yang tidak dapat hidup lama;
Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Plasmodium yang
menginfeksi organ ini dapat difagosit oleh sel-sel makrofag dan limfosit.
limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria kronis. Perubahan pada limpa
hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit
dalam kapiler dan sinusoid hati. Eritrosit yang tampaknya normal dan
mengandung parasit dan granula hemozoid tampak dalam histiosit di pulpa dan
sel epitel sinusoid hati. Pada malaria kronis, jaringan ikat semakin bertambah
Masa Inkubasi
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa
prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai
parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik.
jumlahnya kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang
pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vektor mempunyai waktu
nyamuk dan membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit
menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk
b. Secara mekanik
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang
Pencegahan Malaria
Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat,
1. Mengobati penderita dan penduduk yang peka dan pendiam di daerah endemik
endemis malaria
nyamuk Anopheles
tidur, atau menggunakan repelent yang diusapkan pada kulit, jika berada diluar
Epidemiologi Malaria
berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah penyakit malaria di
masyarakat secara umum dan secara khusus, terbatas pada sasaran individu
dua bagian yakni host definitif yaitu nyamuk Anopheles betina sebagai vektor, dan
intermediated adalah usia, jenis kelamin, ras, sosial, status, riwayat penyakit
sebelumnya, cara hidup, hereditas atau keturunan, status gizi, dan tingkat
dalam tubuh nyamuk. Manusia ada yang rentan (susceptible), yang dapat ditulari
dengan malaria, namun terdapat pula yang lebih kebal dan tidak mudah ditulari
malaria. Berbagai bangsa atau ras mempunyai kerentanan yang berbeda-beda atau
faktor ras. Pada umumnya pandangan baru ke daerah endemis, lebih rentan
penjamu intermediated (manusia) adalah usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi,
status, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas (keturunan), status gizi,
a. Usia, merupakan faktor yang penting bagi manusia untuk terjadinya penyakit.
Penyakit malaria lebih sering menyerang anak-anak dan lanjut usia, karena
mereka lebih rentan terhadap penyakit malaria. Selain itu daya imunitas anak
belum sempurna, sedang pada lanjut usia, daya imunitas tubuhnya menurun.
oleh perbedaan cara hidup, kebiasaan sosial, dan nilai-nilai sosial serta
malaria dan tidak berobat sampai sembuh, penyakit malaria ini akan kambuh
e. Cara hidup, ini dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
ras atau golongan etnis. Kebiasaan hidup di luar rumah mempunyai peluang
f. Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi erat hubungannya dengan cara hidup.
Apabila keadaan sosial ekonominya cukup, cara memilih sandang, papan dan
g. Hereditas, pengaruh faktor keturunan berkaitan dengan ras atau golongan etnis.
h. Status gizi, faktor gizi sangat mempengaruhi penderita yang terinfeksi oleh
parasit malaria. Individu yang memiliki gizi baik akan mempunyai daya
imunitas tubuh yang kuat sehingga parasit dapat mati di dalam tubuh.
Sebaliknya, jika gizinya buruk, parasit malaria akan berkembang dengan cepat
karena bila imunitasnya baik atau sempurna, penyakit malaria pun tidak akan
berkembang.
Faktor manusia lainnya adalah angka kematian yang tinggi akibat malaria,
penyakit ini, dan lingkungan hidup serta cara hidup penduduk di daerah malaria
(Sorontou,2013).
biasa juga hidup di daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Antartika.
Nyamuk Anopheles jarang ditemukan pada ketinggian dataran lebih dari 2000-
tempat berkembang biak nyamuk (breeding places), panjang umur nyamuk, dan
efektivitas sebagai vektor penular, serta jumlah spoorozoit yang diinokulasi setiap
kali menghisap darah penderita donor maupun resipien. Efektivitas vektor untuk
menghisap darah yang bergantung pada suhu, jika suhu panas nyamuk akan sering
sehingga menjadi infektif), lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni
nyamuk Anopheles betina menggigit pada waktu senja dan subuh, dengan
lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya (bleeding place). Apabila kecepatan
angin kuat, nyamuk dapat terbawa sejauh 30 km. Nyamuk dapat terbawa pesawat
terbang atau kapal laut dan menyebarkan penyakit malaria ke daerah yang non
endemik.
sedangkan nyamuk jenis ini yang dapat menularkan malaria adalah kira-kira 60
Di dunia terdapat 422 spesies nyamuk dan ada sekitar 67 spesies yang
1. Umur nyamuk
menjadi sporosoit yakni bentuk parasit yakni bentuk parasit yang siap
menginfeksi manusia sehat. Apabila umur nyamuk lebih pendek dari proses
sporogoni, yakni replikasi parasit dalam tubuh nyamuk (sekitar 5-10 hari),
maka dapat dipastikan bahwa nyamuk tersebut tidak dapat menjadi vektor.
apalagi nyamuk di daerah hutan. Namun harus diwaspadai pada nyamuk yang
memiliki sifat zoofilik, meskipun lebih suka menghisap darah binatang, bila
tidak dijumpai ternak juga menggigit manusia. Pada kesempatan inilah nyamuk
kapasitas perut nyamuk itu sendiri, perut biasanya meletus dan mati karenanya.
rumah.
6. Kepadatan nyamuk
Umur nyamuk serta pertumbuhan gametosit di dalam perutnya, dipengaruhi
suhu. Suhu lingkungan yang dianggap kondusif berkisar antara 25-300 C dan
sekitar tidak ada, maka akan merugikan populasi nyamuk itu sendiri.
Sebaliknya bila pada satu wilayah populasi cukup padat, maka akan
lebih banyak.
7. Lingkungan
Faktor lingkungan sangat berperan dalam timbulnya nyamuk sebagai vektor
oleh sebab itu pada musim hujan populasi nyamuk ini berkurang. Faktor lain,
kadar garam dalam air yang kondusif bagi pertumbuhan antara 12%-18%.
malaria. Spesies parasit malaria tetap hidup dan berkembang dan harus ada di
dalam tubuh manusia. Penularan malaria bermula dari stadium gametosit dalam
tubuh manusia, yang kemudian dapat membentuk stadium infektif atau sporozoid
di dalam nyamuk. Sifat spesies parasit berbeda-beda dari satu daerah dan daerah
lain. Hal itu dapat mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis. Masa infektif
beriklim dingin, subtropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari
ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasinya antara 12-17 hari dan
berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria cerebral dan fatal.
Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala,
pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan gagal
ginjal.
3. Plasmodium ovale, masa inkubasi 12-17 hari, dengan gejala demam setiap 48
memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat
berlangsung tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria
Lingkungan (Environment)
1. Lingkungan Fisik
adalah kondisi suhu, udara, musim, kelembaban udara, cuaca hujan, hujan panas,
angin, sinar matahari, arus air dan kondisi geografis serta geologinya. Selain itu,
iklim juga mempengaruhi ada atau tidaknya parasit malaria. Di daerah yang
beriklim dingin, transmisi parasit malaria tidak dapat terjadi, namun transmisi
tersebut terjadi pada musim panas. Masa inkubasi parasit malaria dapat
terpengaruh oleh iklim. Di daerah yang kurang baik untuk biologi vektor,
kemungkinan terjadi infeksi parasit malaria lebih kecil. Daerah pegunungan pada
tempat perindukan vektor. Hal ini sangat memengaruhi keadaan malaria dan dapat
berdampak positif atau negatif terhadap keadaan malaria di daerah tersebut. Suhu
udara, kelembaban, dan curah hujan merupakan faktor untuk transmisi penyakit
malaria.
2. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi terdiri atas ikan pemakan jentik nyamuk atau tumbuh-
tumbuhan yang berfungsi sebagai biokontrol. Ikan pemakan jentik nyamuk seperti
ikan kepala timah, ikan mujair, ikan mas, ikan nila, dan ikan air tawar lainnya
dapat digunakan biokontrol larva atau jentik nyamuk. Kolam ikan bandeng
sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, dll), nilai-nilai sosial, dan kemiskinan dapat
yang memiliki kebiasaan hidup di luar rumah berpeluang digigit nyamuk lebih
tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di dalam rumah. Akan tetapi, peluang
untuk digigit pun tinggi bila tempat tinggal atau rumah tersebut tidak memenuhi
syarat kesehatan.
5. Lingkungan Kimia
Aliran air yang diberi insektisida seperti abate memang pada awalnya
membunuh jentik nyamuk. Akan tetapi, jentik yang mampu bertahan dapat
berkembang menjadi spesies nyamuk atau Aedes yang kebal terhadap senyawa
insektisida, suhu, udara, kelembaban, curah hujan merupakan faktor penting untuk
Iklim
Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup
lama, minimalnya 30 tahun yang sifatnya tetap. Klimatologi ataupun ilmu yang
cuaca menekankan pada proses fisika yang terjadi di atmosfer, misalnya hujan,
evaporasi, tekanan udara, dan angin. Unsur-unsur itu berbeda pada tempat yang
satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena adanya faktor iklim
1. Ketinggian tempat,
3. Daerah tekanan,
5. Permukaan tanah
masalah yang berat bagi manusia serta makhluk hidup. Masalah tersebut
manusia. Manusia tidak mungkin mengalahkan hukum alam, kita hanya mampu
dari keadaan faktor – faktor cuaca seperti suhu udara, kelembaban udara relatif,
curah hujan, kecepatan angin, dan ketinggian permukaan air laut. Berikut kita
bahas mengenai unsur – unsur yang berperan penting dalam penentuan iklim baik
Temperatur (suhu)
rata dari molekul-molekul. Jika energi panas diberikan pada air, molekul-
molekulnya akan bergerak lebih cepat dan suhunya naik; sebaliknya jika energi
1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim.
8. Pengaruh sudut datang sinar matahari. Sinar yang tegak lurus akan
190C. Makin tinggis uhu (pada batas tertentu) makin pendek masa inkubasi
ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa
Kelembaban (Humidity)
Kelembaban udara adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi
air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada
tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan sering menggigit, sehingga meningkatkan
Curah Hujan
(evaporasi) dari air yang ada di permukaan bumi kemudian menjadi awan dengan
proses kondesasi di udara. Awan yang terbentuk terdiri dari butiran uap air.
Butiran awan yang masih sedikit, terlalu ringan untuk bisa mencapai permukaan
bumi. Untuk jatuh sebagai butiran air, awan tersebut membutuhkan proses
sebagai berikut :
Samudra Pasifik di sebelah timur laut dan Samudra Indonesia di sebelah barat
daya. Kedua samudra ini merupakan sumber udara lembab yang akan
Antara bulan Oktober sampai Maret, angin muson timur laut akan
melintasi garis ekuator dan mengakibatkan hujan lebat, sedangkan antara bulan
April sampai September angin akan bergerak dari arah tengggara melintasi benua
Australia sebelum sampai ke wilayah Indonesia dan angin ini sedikit sekali
tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis nyamuk dan jenis tempat perindukan.
nyamuk Anopheles.
Kecepatan Angin
Angin merupakan gerakan atau perpindahan massa udara dari suatu tempat
ke tempat lain secara horizontal. Massa udara adalah udara dalam ukuran yang
sangat besar yang mempunyai sifat fisik (temperatur dan kelembaban) yang
seragam dalam arah yang horizontal. Sifat massa udara ditentukan oleh:
1. Daerah atau tempat dimana massa udara terjadi. Jika berasal dari daerah yang
banyak air maka massa udara bersifat lembab. Bila berasal dari daerah kering
bersifat kering,
2. Jalan yang dilalui oleh massa udara. Bila melalui massa udara yang basah maka
akan bersifat semakin lembab karena akan mengisap air dari daerah yang
dilaluinya, dan
3. Umur dari massa udara, artinya waktu yang diperlukan mulai dari terbentuk
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan
ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Angin tidak
Perubahan Iklim
variabilitas iklim yaang menetap dalam jangka waktu yang lama (satu dekade)
atau seterusnya.
Menurut Miller dan Spoolman (2010), poin penting yang sering diteliti
sekarang terkait masalah perubahan iklim baik itu secara global, regional maupun
lokal adalah mengenai curah hujan dan suhu rata – rata. Atmosfer berfungsi
menjaga kestabilan suhu permukaan bumi. Perubahan iklim tersebut dipicu karena
mulai berubahnya konsentrasi beberapa gas dalam atmosfer. Gas – gas yang
beperan dalam proses perubahan iklim tersebut lebih sering dikenal dengan istilah
green house gases. Isu climate change sering diarahkan kepada peningkatan
komposisi karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya. CO2 merupakan
gas yang efektif menyerap radiasi dan gelombang panas yang dilepaskan oleh
matahari.
2010; Kidd & Kidd, 2006, aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar
dioksida, gas methane dan nitrogen oksida ke atmosfer. Atmosfer bumi adalah
suatu sistem yang sifatnya beragam dengan variabilitas yang terjadi pada kisaran
yang sangat besar baik dalam skala waktu maupun jarak. Variasi – variasi yang
kecil sekalipun dalam sirkulasi umum hampir selalu tercermin dalam perubahan
menjadi lebih panas sedangkan pada daerah lain menjadi lebih dingin. Perberdaan
mengenai hujan dan suhu udara sering kali cukup mampu mengubah batas – batas
suhu tahunan Indonesia diketahui telah mengalami peningkatan sejak tahun 1990.
Hasil observasi yang telah dilakukan, peningkatan suhu rata - rata tahunan
juga mempengaruhi curah hujan yang terjadi di Indonesia. Dampak tersebut dapat
lingkungan yang akan dihadapi oleh manusia. Perubahan iklim global akan
Bappenas, (2010).
Bappenas, (2010)
langsung terhadap kesehatan manusia. WHO (2003) dalam buku Climate change
and human health: risk and reaponses menjelaskan bahwa perubahan iklim yang
gelombang panas. Selain itu juga terjadi kejadian alam yang ekstrim seperti badai,
banjir, kekeringan, dan angin topan yang dapat merugikan kesehatan manusia
dalam banyak cara yang bervariasi. Dampak kesehatan yang tidak langsung yang
terjadi akibat perubahan iklim antara lain, terjadinya gangguan atau permasalah
dalam produksi dan suplai makanan. Menurunnya panen bahan makanan pokok
seperti sereal diperkirakan 790 juta jiwa akan terancam kekurangan nutrisi. Selain
berdampak terhadap produksi dan suplai bahan pangan, perubahan iklim global
ini juga berdampak pada berubahnya pola penularan beberapa penyakit terhadap
penyebaran terkait dengan perubahan iklim ini, yaitu penyakit yang ditularkan
perubahan iklim terdapat beberapa penyakit yang menyebar dari suatu daerah ke
daerah lain. Virus West Nile pertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1937.
Penyakit tropis ini memasuki negara Amerika pada tahun 1999. Pada tahun 2010
Pemanasan suhu dan kedatangan awal musim semi telah terlibat dalam penyebab
wabah . Penyakit yang di tularkan vektor nyamuk lain yang kemungkinan akan
sering dikaitkan dengan curah hujan dan kelembaban. Di samping itu adanya
parasit dan penyakit baik yang ditularkan langsung maupun yang ditularkan oleh
malaria dan yellow fever akan lebih ke utara atau keselatan katulistiwa seiring
dengan pemanasan global. Iklim dan kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap
masa inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk. Contohnya, suhu lingkungan yang
lebih hangat akan menyebabkan lebih cepatnya pengaktifan virus dengue di dalam
tubuh nyamuk.
penyakit yang disebabkan oleh vektor yang berkembang di air, atau vektor yang
tergantung pada ketersediaan air untuk berkembang biak. Vektor tersebut antara
lain adalah nyamuk yang bisa menyebabkan penyakit malaria, demam berdarah,
dan yellow fever. Banyak bukti yang telah menunjukkan adanya keterkaitan
perkembangan nyamuk dan curah hujan. Penyakit jenis ini lebih sering dikenal
dengan istilah vektor borne disease, atau penyakit yang ditularkan melalui vektor
mempengaruhi siklus hidup nyamuk yang semakin singkat. Selain itu juga suhu
juga mempengaruhi masa inkubasi patogen seperti parasit malaria, virus dengue.
(WHO, 2003).
terjadinya banyak tempat untuk perindukan nyamuk. Vektor borne diseases yang
demam berdarah dengue, dan yellow fever. Selain itu, perubahan iklim juga
dan perubahan iklim yang ekstrim menyebabkan daratan tinggi menjadi lebih
tempat yang lebih tinggi dan berkembang biak. Maka daratan tinggi yang tadinya
dahulu tidak terjangkiti malaria mulai menemukan masalah baru. Kasus malaria di
daerah tropis meningkat pesat. Setiap tahun setidaknya 200 juta orang terjangkit
malaria dan dari jumlah itu sekitar 2 juta orang meninggal. Sebagian besar adalah
anak-anak yang tinggal di daerah tropis dan subtropis, termasuk Afrika tengah,
berpengaruh terhadap keadaan malaria dan dapat mempunyai dampak yang positif
atau negatif terhadap keadaan malaria di daerah itu. Suhu udara, kelembaban
udara dan curah hujan merupakan faktor penting untuk transmisi malaria. Di
pengaruh yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Di Jawa Barat
Lampung Selatan menyatakan bahwa, suhu tidak ada hubungan dengan penyakit
kepadatan nyamuk Anopheles per orang per malam (MBR), dan terdapat
Kerangka Konsep
Temperatur
Kelembaban
Kejadian malaria
Curah hujan
Kecepatan Angin
METODE PENELITIAN
studi ekologi menurut waktu (ecological time trend study). Studi ekologi menurut
waktu adalah pengamatan dari waktu ke waktu mengenai korelasi frekuensi angka
kesakitan dan kematian karena suatu penyakit tertentu yang terjadi di masyarakat
(Chandra,B. 2008).
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2018
Kabupaten Mandailing Natal dari tahun 2011 sampai 2015 yang bersumber dari
Natal, data hasil pengukuran temperatur (suhu udara), kelembaban, curah hujan,
dan kecepatan angin selama tahun 2011-2015 yang bersumber dari Badan
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh total data pada populasi.
40
Universitas Sumatera Utara
41
dari Kabupaten Mandailing Natal terkait kasus penyakit Malaria tiap bulannya
kelembaban, curah hujan, hari hujan, dan kecepatan angin selama tahun 2011-
2015 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Mandailing
Natal.
Aspek Pengukuran
sehingga tingkat risiko penularan malaria juga semakin tinggi. Suhu udara
udara dibawah 60% umur nyamuk pendek sehingga potensi sebagai vektor
semakin menurun.
nyamuk. Pada saat musim penghujan dimana curah hujan yang sedang
dalam jangka waktu panjang, maka hal ini dapat memicu banyaknya
vektor nyamuk untuk menular dari satu orang ke orang lain dalam jarak
Variabel Defenisi Hasil ukur Alat ukur Cara ukur Skala ukur
Dependen
Kasus Jumlah kasus malaria di Jumlah Laporan Kasus Analisis data Dinas Rasio
Kabupaten Mandailing Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten
malaria Natal selama kurun waktu kasus Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal
lima tahun yaitu tahun Mandailing Natal
2011-2015
Independen
Temperatur Suatu keadaan dingin atau Dalam Laporan BMKG Analisis data BMKG Rasio
panas udara yang diperoleh
pertahun dari hasil pengukuran per satuan 0C Sumatera Utara Sumatera Utara
hari selama satu bulan
kemudian dirata-ratakan
setiap tahun (Januari 2011-
Desember 2015)
Kelembaban Keadaan uap air per hari di Dalam Laporan BMKG Analisis data BMKG Rasio
dalam udara ambient yang
diperoleh dari hasil
Curah hujan Jumlah rata-rata air hujan Dalam Laporan BPS Analisis data BPS Rasio
yang turun ke bumi yang
pertahun diperoleh dari hasil satuan mm Kabupaten Kabupaten
pengukuran harian selama
satu bulan kemudian dirata- Mandailing Natal Mandailing Natal
ratakan setiap tahun
(Januari 2011-Desember
2015)
Kecepatan Laju pergerakan angin yang Dalam Laporan BMKG Analisis data BMKG Rasio
diperoleh dari hasil
angin pengukuran per hari selama satuan knot Sumatera Utara Sumatera Utara
satu bulan kemudian dirata-
pertahun ratakan setiap tahun
(Januari 2011-Desember
2015)
Temperatur Suatu keadaan dingin atau Dalam Laporan BMKG Analisis data BMKG Rasio
panas yang diperoleh dari
udara hasil pengukuran per hari satuan 0C Sumatera Utara Sumatera Utara
selama satu bulan kemudian
dirata-ratakan menurut
Kecepatan Laju pergerakan angin yang Dalam Laporan BMKG Analisis data BMKG Rasio
diperoleh dari hasil
angin pengukuran per hari selama satuan knot Sumatera Utara Sumatera Utara
satu bulan kemudian dirata-
perbulan ratakan menurut bulan
selama lima tahun (Januari
2011-Desember 2015)
variasi iklim (temperatur, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin) dengan
Analisis Univariat
Univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing –
masing variabel dependen dan variabel independen, yaitu jumlah kasus malaria
dan distribusi frekuensi faktor iklim (temperatur, kelembaban udara, curah hujan,
Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
dependen dalam hal ini data kasus malaria dengan variabel independen yaitu
variasi iklim. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan regresi linier dan
uji korelasi untuk mengetahui derajat/keeratan hubungan, uji korelasi dapat juga
untuk mengetahui arah hubungan dua variabel. Hubungan dua variabel dapat
berpola positif maupun negatif. Hubungan positif terjadi bila kenaikan suatu
hubungan negatif dapat terjadi bila kenaikan suatu variabel independen diikuti
variabel.
Kebermaknaan
0,76-1,00
mengetahui bentuk hubungan dua variabel atau lebih. Tujuan analisis regresi
adalah untuk membuat perkiraan (prediksi) nilai variabel kasus malaria (variabel
HASIL PENELITIAN
Keadaan Geografis
Sumatera Barat. Mandailing Natal terletak pada 0010‟ – 1050‟ lintang utara dan
permukaan laut. Kabupaten Mandailing Natal memiliki luas 6.620,70 km2, dengan
170 Km dan mempunyai 24 pulau kecil dimana 4 diantara pulau pulau tersebut
49
Universitas Sumatera Utara
50
Keadaan Demografis
2011 408.731
2012 410.931
2013 413.475
2014 416.932
2015 430.894
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal
Natal mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 meningkat. Jumlah
penduduk terendah pada tahun 2011 yaitu 408.731 jiwa dan yang tertinggi pada
2011-2015
Gambaran kejadian malaria tiap bulannya dari tahun 2011 sampai dengan
Dari tabel diatas diketahui bahwa malaria pada tahun 2011 tertinggi terjadi
pada bulan November yaitu 598 kejadian dan terendah terjadi pada bulan Juli
yaitu 97 kejadian. Pada tahun 2012 kejadian malaria tertinggi terjadi pada bulan
November yaitu 857 kejadian dan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 327
kejadian. Pada tahun 2013 kejadian malaria tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu
904 kejadian dan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 365 kejadian. Pada
tahun 2014 kejadian malaria tertinggi terjadi pada bulan September yaitu 637
kejadian dan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 260 kejadian. Pada tahun 2015
kejadian malaria tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 441 kejadian dan
2011-2015
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.3.
2011tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu 26,8 0C dan terendah terjadi pada bulan
25,6 0C. Pada tahun 2012 temperatur udaratertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu
26,7 0C dan terendah terjadi pada bulan Feburari, April dan November yaitu 25,6
0
C. Pada tahun 2013 temperatur udaratertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu 26,7
0
C dan terendah terjadi pada bulan Feburari 25,50C. Pada tahun 2014 temperatur
udaratertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 26,9 0C dan terendah terjadi pada
bulan Oktober yaitu 25,6 0C. Pada tahun 2015 temperatur udaratertinggi terjadi
pada bulan Juni yaitu 27,2 0C dan terendah terjadi pada bulan April dan
dari tahun 2011 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.4.
tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember yaitu 83 % dan terendah
terjadi pada bulanJuli yaitu 79%. Pada tahun 2012 kelembaban udara tertinggi
terjadi pada bulan Oktober dan Desember yaitu 85 % dan terendah terjadi pada
bulanJanuari, Mei dan Juli yaitu 80 %. Pada tahun 2013 kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Agustus, November, dan Desember yaitu 85 % dan
terendah terjadi pada bulan Juni yaitu 79 %. Pada tahun 2014 kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan Desember yaitu 84 % dan terendah
terjadi pada bulan Februari yaitu 79 %. Pada tahun 2015 kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 83 % dan terendah terjadi pada bulan
Juni yaitu 77 %.
2011-2015
Tabel 4.5 Data Curah Hujan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-
2015 (mm)
Bulan 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6
Jan 1446 584 1760 1127 1823
Feb 1130 2602 3004 171 569
Mar 1720 1026 960 823 625
Apr 2341 2024 2120 2373 2200
Mei 1372 760 1004 2120 1363
Jun 1169 1282 778 985 150
1 2 3 4 5 6
Jul 328 851 552 540 885
Agu 1206 1116 1384 1195 1877
Sep 1574 1278 1753 2079 1134
Okt 2241 2117 2589 3013 1535
Nov 3234 3070 3107 2921 2389
Des 1781 3140 3226 1384 1120
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2015.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa curah hujanpada tahun 2011
tertinggi terjadi pada bulan November yaitu 3234 mmdan terendah terjadi pada
bulan Juli yaitu 328 mm. Pada tahun 2012 tertinggi terjadi pada bulan November
yaitu 3070 mmdan terendah terjadi pada bulan Januari yaitu 584 mm.Pada tahun
2013 tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 3226 mmdan terendah terjadi
pada bulan Juli yaitu 552 mm. Pada tahun 2014 tertinggi terjadi pada bulan
November yaitu 2921 mmdan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu 171 mm.
Pada tahun 2015 tertinggi terjadi pada bulan November yaitu 2389 mmdan
2011-2015
tahun 2011 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.6.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata kecepatan angin pada tahun
2011 tertinggiterjadi pada bulan Juli dan Oktober yaitu 8 Knot dan terendah
terjadi pada bulan Mei 5Knot. Pada tahun 2012 kecepatan angin tertinggi terjadi
pada bulan September yaitu 8 Knot dan terendah terjadi pada kecepatan angin 6
Knot. Pada tahun 2013 kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu
8 Knot dan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 5 Knot. Pada tahun 2014
kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu 9 Knot dan terendah terjadi
pada bulan Januari, Juli dan September yaitu 6 Knot. Pada tahun 2015 kecepatan
angin tertinggi terjadi pada pada kecepatan angin 8 Knot dan terendah terjadi pada
Uji normalitas pada sebuah data dimaksudkan untuk menguji apakah data
berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat menentukan jenis uji statistik yang
Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa semua variabel penelitian pada tahun
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa semua variabel penelitian pada tahun
Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa semua variabel penelitian pada tahun
Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa semua variabel penelitian pada tahun
Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua variabel penelitian pada tahun
Hasil uji korelasi data temperatur udara, kelembaban udara, curah hujan,
Mandailing Natal pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.12. Berdasarkan
kelembaban udara, curah hujan, mempunyai hubungan yang kuat dan berkorelasi
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi Data Variabel-Variabel Penelitian Tahun 2012
Variabel Kejadian Malaria
Keterangan
Independen Nilai p R
1 2 3 4
Hubungan kuat,
berpola negatif dan
Temperatur 0,011 -0,704
berkorelasi
signifikan
Hubungan kuat,
berpola positif dan
Kelembaban 0,045 0,588
berkorelasi
signifikan
1 2 3 4
Hubungan kuat,
berpola positif dan
Curah Hujan 0,025 0,640 berkorelasi
signifikan
Kecepatan Angin 0,062 -0,554 Tidak Signifikan
Hasil uji korelasi data temperatur udara, kelembaban udara, curah hujan,
Mandailing Natal pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.13. Berdasarkan
kelembaban udara, curah hujan, mempunyai hubungan yang kuat dan berkorelasi
Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Data Variabel-Variabel Penelitian Tahun 2013
Variabel Kejadian Malaria
Keterangan
Independen Nilai p R
Temperatur 0,946 0,022 Tidak Signifikan
Kelembaban 0,283 -0,338 Tidak Signifikan
Curah Hujan 0,325 -0,311 Tidak Signifikan
Kecepatan Angin 0,202 -0,396 Tidak Signifikan
Hasil uji korelasi data temperatur udara, kelembaban udara, curah hujan,
Mandailing Natal pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.14. Berdasarkan
kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin tidak berkorelasi signifikan
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Data Variabel-Variabel Penelitian Tahun 2014
Variabel Kejadian Malaria
Keterangan
Independen Nilai p R
Temperatur 0,237 -0,370 Tidak Signifikan
Kelembaban 0,684 0,132 Tidak Signifikan
Curah Hujan 0,132 0,460 Tidak Signifikan
Kecepatan Angin 0,858 -0,058 Tidak Signifikan
Hasil uji korelasi data temperatur udara, kelembaban udara, curah hujan,
Mandailing Natal pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.15. Berdasarkan
kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin tidak berkorelasi signifikan
Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi Data Variabel-Variabel Penelitian Tahun 2015
Variabel Kejadian Malaria Keterangan
Independen Nilai p R
Temperatur 0,724 -0,114 Tidak Signifikan
Kelembaban 0,158 -0,435 Tidak Signifikan
Curah Hujan 0,796 -0,084 Tidak Signifikan
Kecepatan Angin 0,865 -0,055 Tidak Signifikan
kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin dengan kejadian malaria di
hujan, dan kecepatan angin tidak berkorelasi signifikan dengan kejadian malaria.
600
hubungan
500
temperatur dengan
400 kejadian malaria
tahun 2011
300
Linear (hubungan
200 temperatur dengan
kejadian malaria
100 tahun 2011)
0
25,5 26 26,5 27
dengan kejadian malaria pada tahun 2011. Berdasarkan grafik tersebut diketahui
bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara temperatur udara dengan
kejadian malaria dan berpola negatif yang artinya semakin tinggi temperatur udara
600
500
hubungan kelembaban
400 dengan kejadian malaria
tahun 2011
300
Linear (hubungan
200 kelembaban dengan
kejadian malaria tahun
100
2011)
0
78 79 80 81 82 83 84
dengan kejadian malaria pada tahun 2011. Berdasarkan grafik tersebut diketahui
bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara kelembaban udara dengan
kejadian malaria dan berpola positif yang artinya semakin tinggi kelembaban
600
0
0 1000 2000 3000 4000
Berdasarkan grafik 4.4 dapat dilihat hubungan antara curah hujan dengan
kejadian malaria pada tahun 2011. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa
terdapat hubungan yang sangat kuat antara curah hujan dengan kejadian malaria
dan berpola positif yang artinya semakin tinggi curah hujan maka kasus malaria
400
Linear (hubungan
300 temperatur dengan
kejadian malaria
200
tahun 2012)
100
0
25,5 26 26,5 27
dengan kejadian malaria tahun 2012. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa
terdapat hubungan yang kuat antaratemperatur udara dengan kejadian malaria dan
berpola negatif yang artinya semakin tinggi temperatur udara maka kasus malaria
dengan kejadian malaria pada tahun 2012. Berdasarkan grafik tersebut diketahui
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kelembaban udara dengan kejadian
malaria dan berpola positif yang artinya semakin tinggi kelembaban udara maka
100
0
0 1000 2000 3000 4000
Berdasarkan grafik 4.7 dapat dilihat hubungan antara curah hujan dengan
kejadian malaria pada tahun 2012. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara curah hujan dengan kejadian malaria dan
berpola positif yang artinya semakin tinggi curah hujan maka kasus malaria
variabel temperatur udara, kelembaban udara dan curah hujan pada tahun 2011dan
tahun 2012. Ukuran yang penting dan sering digunakan dalam analisis regresi
variasi variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independen (X). atau
Besarnya nialai R square antara 0 s.d. 1 atau antara 0% s.d. 100% (Hastono, S
2006).
Dari tabel diatas diketahui p value lebih kecil dari pada alpa (<0,05) yaitu
sebesar 0,002 dengan demikian persamaan tersebut bisa untuk digunakan atau
kasus malaria menunjukkan hubungan kuat (r=0,806) dan berpola negatif, artinya
dan nilai R square 0,649, artinya sebesar 64,9% variasi temperatur dapat
Dari tabel diatas diketahui p value lebih kecil dari pada alpa (<0,05) yaitu
sebesar 0,004 dengan demikian persamaan tersebut bisa untuk digunakan atau
kasus malaria menunjukkan hubungan sangat kuat (r=0,766) dan berpola positif,
5919,517 dan nilai R square 0,586, artinya sebesar 58,6% variasi kelembaban
Dari tabel diatas diketahui p value lebih kecil dari pada alpa (<0,05) yaitu
sebesar 0,001 dengan demikian persamaan tersebut bisa untuk digunakan atau
signifikan secara statistik. Hubungan antara curah hujan dengan kejadian kasus
malaria menunjukkan hubungan sangat kuat (r=0,925) dan berpola positif, artinya
peningkatan curah hujan meningkatkan kasus malaria sebesar 34,170 dan nilai R
square 0,856, artinya sebesar 85,6% variasi curah hujan dapat menjelaskan kasus
malaria.
Dari tabel 4.18 diketahui p value lebih kecil dari pada alpa (<0,05) yaitu
sebesar 0,011 dengan demikian persamaan tersebut bisa untuk digunakan atau
kasus malaria menunjukkan hubungan kuat (r=0,704) dan berpola negatif, artinya
dan nilai R square 0,495, artinya sebesar 49,5% variasi temperatur dapat
Dari tabel diatas diketahui p value lebih kecil dari pada alpa (<0,05) yaitu
sebesar 0,045 dengan demikian persamaan tersebut bisa untuk digunakan atau
kasus malaria menunjukkan hubungan kuat (r=0,588) dan berpola positif, artinya
nilai R square 0,345, artinya sebesar 34,5% variasi kelembaban dapat menjelaskan
kasus malaria.
Dari tabel diatas diketahui p value lebih kecil dari pada alpa (<0,05) yaitu
sebesar 0,025 dengan demikian persamaan tersebut bisa untuk digunakan atau
signifikan secara statistik. Hubungan antara curah hujan dengan kejadian kasus
peningkatan curah hujan meningkatkan kasus malaria sebesar 482,203 dan nilai R
square 0,410, artinya sebesar 41,0% variasi curah hujan dapat menjelaskan kasus
malaria.
PEMBAHASAN
2011-2015
tahun. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
kasus malaria selalu berfluktuasi dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Jika
tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 534 kejadian dan April yaitu 515,8
kejadian. Kejadian terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 327,2 kejadian dan
Agustus yaitu 332,4 kejadian. Jumlah kejadian malaria pertahun tertinggi terjadi
pada tahun 2012 yaitu 641,3 dan terendah pada tahun 2015 yaitu 285,08 kejadian.
Kejadian malaria tertinggi terjadi pada bulan Januari, Maret, dan April hal
tersebut dapat dikarenakan musim penghujan yang terjadi dari bulan Desember
nyamuk, penyemprotan rumah penduduk, dan pmbagian obat anti malaria (Dinas
71
Universitas Sumatera Utara
72
Temperatur Udara
suatu wilayah sangat memengaruhi pola dan tingkatan transmisi malaria. Waktu
lambung nyamuk sekitar 10 hari, namun bisa saja lebih pendek atau lama
bergantung pada temperatur. Kurang dari sepuluh hari jika suhu meningkat dari
21°C ke 27°C dengan 27°C merupakan suhu optimum. Suhu maksimal untuk
perkembangan parasit adalah 40°C. Siklus hidup P. falciparum terbatas jika suhu
berada di bawah 18°C. Transmisi malaria terkadang muncul pada suhu di bawah
18°C, karena suhu yang lebih hangat di dalam rumah dibandingkan di luar
kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 sampai tahun 2015 tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara temperatur udara dengan kejadian malaria. Faktor yang
malaria pada tahun 2013 sampai pada tahun 2015 tidak terdapat hubungan yang
nyamuk Anopheles tinggi dan masih banyak kasus malaria yang terjadi tidak
kabupaten Mandailing Natal tahun 2011 menunjukkan korelasi yang sangat kuat
(sempurna) dan berpola negatif yang berarti semakin tinggi temperatur udara
akan berkurang sebesar 6718,405 jika nilai temperatur udara naik satu satuan.
Dengan kata lain jika nilai temperatur udara naik atau turun sebesar satu satuan,
maka mengakibatkan perubahan jumlah kasus malaria naik atau turun sebesar
6718,405.
kabupaten Mandailing Natal menunjukkan korelasi yang kuat dan berpola negatif
yang berarti semakin tinggi temperatur udara maka kejadian malaria semakin
secara statistik terdapat korelasi yang signifikan antara temperatur udara dengan
akan berkurang sebesar 6764,495 jika nilai temperatur udara naik satu satuan.
Dengan kata lain jika nilai temperatur udara naik atau turun sebesar satu satuan,
maka mengakibatkan perubahan jumlah kasus malaria naik atau turun sebesar
6764,495.
Raharjo (2003) bahwa suhu udara dan kejadian malaria memiliki korelasi secara
negatif, hal itu memberikan gambaran bahwa semakin tinggi suhu udara maka
Sebaliknya semakin rendah suhu udara sampai pada suhu tertentu yang sesuai
Kelembaban Udara
kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan sering menggigit,
di kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 sampai tahun 2015 tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian malaria. Faktor
malaria pada tahun 2013 sampai pada tahun 2015 tidak terdapat hubungan yang
nyamuk Anopheles tinggi dan masih banyak kasus malaria yang terjadi tidak
kabupaten Mandailing Natal tahun 2011 menunjukkan korelasi yang sangat kuat
(sempurna) dan berpola positif yang berarti semakin tinggi kelembaban udara
akan bertambah sebesar 5919,517 jika nilai kelembaban udara naik satu satuan.
Dengan kata lain jika nilai kelembaban udara naik atau turun sebesar satu satuan,
maka mengakibatkan perubahan jumlah kasus malaria naik atau turun sebesar
5919,517.
kabupaten Mandailing Natal menunjukkan korelasi yang kuat dan berpola positif
yang berarti semakin tinggi kelembaban udara maka kejadian malaria semakin
akan bertambah sebesar 2733,416 jika nilai kelembaban udara naik satu satuan.
Dengan kata lain jika nilai kelembaban udara naik atau turun sebesar satu satuan,
maka mengakibatkan perubahan jumlah kasus malaria naik atau turun sebesar
2733,416.
lebih banyak dan penularannya juga lebih tinggi karena kelembaban udara yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suwito, dkk pada
Curah Hujan
tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis nyamuk dan jenis tempat perindukan.
nyamuk Anopheles.
tidak terdapat hubungan yang signifikan. Salah satu faktornya adalah curah hujan
di kabupaten Mandailing Natal tidak terlalu berfluktuasi atau curah hujan hampir
sama setiap tahunnya dalam periode 2013-2015. Faktor lainnya adalah adanya
walaupun persebaran nyamuk Anopheles tinggi dan masih banyak kasus malaria
yang terjadi tidak berhubungan secara signifikan dengan tingginya curah hujan
Mandailing Natal tahun 2011 menunjukkan korelasi yang sangat kuat (sempurna)
dan berpola positif yang berarti semakin tinggi curah hujan maka kejadian malaria
bahwa secara statistik terdapat korelasi yang signifikan antara curah hujan dengan
bertambah sebesar 34,170 jika nilai curah hujan naik satu satuan. Dengan kata lain
jika nilai curah hujan naik atau turun sebesar satu satuan, maka mengakibatkan
kabupaten Mandailing Natal menunjukkan korelasi yang kuat dan berpola positif
yang berarti semakin tinggi curah hujan maka kejadian malaria semakin tinggi
statistik terdapat korelasi yang signifikan antara curah hujan dengan kejadian
bertambah sebesar 482,203 jika nilai curah hujan naik satu satuan. Dengan kata
lain jika nilai curah hujan naik atau turun sebesar satu satuan, maka
mengakibatkan perubahan jumlah kasus malaria naik atau turun sebesar 2733,416.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Suwito,dkk pada tahun 2010 yaitu curah hujan mempunyai hubungan bermakna
Kecepatan Angin
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan
ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Arsin (2012) yang
yang besar dalam pola penyebaran serangga. Berdasarkan hasil uji korelasi
jumlah kontak antara nyamuk dengan manusia. Kecepatan angin 11-14 m/det atau
sama dengan 1,15 mil/jam dimana kecepatan angin tertinggi adalah 7,4 Knot sama
dengan 8,51 mil/jam. Tetapi menurut hasil penelitian tidak ada hubungan yang
signifikan antara kecepatan angin dengan kejadian malaria, hal ini bisa disebabkan
kebiasaan menggigit nyamuk Anopheles pada malam hari dan bersifat eksofagik
dimana tidak banyak aktivitas yang dilakukan di luar rumah dan adanya
Kesimpulan
1. Kejadian malaria tahun 2011 tertinggi terjadi pada November yaitu 598
kejadian dan terendah pada Juli yaitu 97 kejadian. Pada tahun 2012
kejadian malaria tertinggi terjadi pada November yaitu 857 kejadian dan
terendah pada Agustus yaitu 327 kejadian. Tahun 2013 kejadian malaria
tertinggi terjadi pada Mei yaitu 904 kejadian dan terendah pada Agustus
yaitu 365 kejadian. Pada tahun 2014 kejadian malaria tertinggi terjadi pada
September yaitu 637 kejadian dan terendah pada Juli yaitu 260 kejadian.
Tahun 2015 kejadian malaria tertinggi terjadi pada Januari yaitu 441
2. Temperatur udara tahun 2011 tertinggi terjadi pada Juli yaitu 26,8 0C dan
terendah pada 25,6 0C. Pada tahun 2012 temperatur udara tertinggi terjadi
pada Mei yaitu 26,7 0C dan terendah pada Feburari, April dan November
yaitu 25,6 0C. Pada tahun 2013 temperatur udara tertinggi terjadi pada Juni
yaitu 26,7 0C dan terendah pada Feburari 25,5 0C. Tahun 2014 temperatur
udara tertinggi terjadi pada Februari yaitu 26,9 0C dan terendah pada
Oktober yaitu 25,6 0C. Tahun 2015 temperatur udara tertinggi terjadi pada
Juni yaitu 27,2 0C dan terendah pada April dan November yaitu 25,8 0C.
80
Universitas Sumatera Utara
81
Desember yaitu 83 % dan terendah pada Juli yaitu 79 %. Pada tahun 2012
% dan terendah pada Januari, Mei dan Juli yaitu 80 %. Tahun 2013
Desember yaitu 85 % dan terendah pada Juni yaitu 79 %. Pada tahun 2014
tertinggi terjadi pada Desember yaitu 83 % dan terendah pada Juni yaitu
77 %.
4. Curah hujan tahun 2011 tertinggi terjadi pada November yaitu 3234 mm
dan terendah pada Juli yaitu 328 mm. Pada tahun 2012 tertinggi terjadi
pada November yaitu 3070 mm dan terendah pada Januari yaitu 584 mm.
Tahun 2013 tertinggi terjadi pada Desember yaitu 3226 mm dan terendah
pada Juli yaitu 552 mm. Tahun 2014 curah hujan tertinggi terjadi pada
November yaitu 2921 mm dan terendah pada Februari yaitu 171 mm.
Tahun 2015 tertinggi terjadi pada November yaitu 2389 mm dan terendah
5. Kecepatan angin tahun 2011 tertinggi terjadi pada Juli dan Oktober yaitu 8
Knot dan terendah pada Mei yaitu 5 Knot. Pada tahun 2012 kecepatan
angin tertinggi terjadi pada September yaitu 8 Knot dan terendah terjadi
pada kecepatan angin 6 Knot. Pada tahun 2013 kecepatan angin tertinggi
terjadi pada Agustus yaitu 8 Knot dan terendah pada Desember yaitu 5
Knot. Pada tahun 2014 kecepatan angin tertinggi terjadi pada Juni yaitu 9
Knot dan terendah terjadi pada Januari, Juli dan September yaitu 6 Knot.
Tahun 2015 kecepatan angin tertinggi terjadi pada pada kecepatan angin 8
7. Ada hubungan kuat yang signifikan (p = 0,004) dan hubungan sangat kuat
8. Ada hubungan kuat yang signifikan (p = 0,001) dan hubungan sangat kuat
10. Ada hubungan kuat yang signifikan (p = 0,045) dan hubungan kuat (r = -
11. Ada hubungan kuat yang signifikan (p = 0,025) dan hubungan kuat (r =
0,640), berpola positif antara variabel curah hujan dengan kejadian malaria
Saran
dengan curah hujan yang tinggi agar peningkatan kasus pada bulan-bulan
tidur agar terhindar dari gigitan nyamuk Anopheles yang dapat menularkan
Alethea, T. 2016. Skripsi Hubungan Antara Curah Hujan dan Tata Guna
Lahan Terhadap Kejadian Malaria Pada Periode Bulan Oktober 2014
– Oktober 2015 di Kota Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
84
Universitas Sumatera Utara
85
PEACE. (2007). Indonesia and Climate Change : Curent Status and Policies.
Jakarta.
World Health Organization (WHO). 2003. World Malaria Report. WHO Press.
Geneva.
World Health Organization (WHO). 2013. World Malaria Report. WHO Press.
Geneva.
Lampiran 1
Lampiran 2
LAMPIRAN 3
Correlations
kejadian Pearson
1 -,806** ,766** ,925** -,261
malaria tahun Correlation
2011 Sig. (2-
,002 ,004 ,000 ,413
tailed)
N 12 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
kecepatan
kejadian angin
malaria temperatur kelembaban curah hujan tahun
tahun 2012 tahun 2012 tahun 2012 tahun 2012 2012
kejadian Pearson
1 -,704* ,254 ,640* -,554
malaria Correlation
tahun 2012 Sig. (2-tailed) ,011 ,426 ,025 ,062
N 12 12 12 12 12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
kejadian Pearson
1 ,022 -,338 -,311 -,396
malaria Correlation
tahun 2013 Sig. (2-
,946 ,283 ,325 ,202
tailed)
N 12 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
kecepatan
kejadian curah angin
malaria temperatur kelembaban hujan tahun
tahun 2014 tahun 2014 tahun 2014 tahun 2014 2014
kejadian Pearson
malaria Correlatio 1 -,370 ,132 ,460 -,058
tahun 2014 n
Sig. (2-
,237 ,684 ,132 ,858
tailed)
N 12 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
kecepata
kejadian curah n angin
malaria temperatur kelembaban hujan tahun
tahun 2015 tahun 2015 tahun 2015 tahun 2015 2015
kejadian Pearson
1 -,114 -,435 -,084 ,055
malaria Correlation
tahun 2015 Sig. (2-
,724 ,158 ,796 ,865
tailed)
N 12 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Model Summary
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
temperatur
-246,426 57,268 -,806 -4,303 ,002
tahun 2011
Model Summary
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
kelembaban
76,567 20,345 ,766 3,763 ,004
tahun 2011
Model Summary
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
curah hujan
,156 ,020 ,925 7,697 ,000
tahun 2011
Model Summary
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Model Summary
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Model Summary
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regressio
83435,105 1 83435,105 6,946 ,025b
n
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.