Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA

(HOSPITAL DISASTER PLAN)

BLUD RSD Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO


TANJUNG SELOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Bencana bisa terjadi dimana saja, baik di dalam Rumah Sakit maupun di luar rumah sakit,
merupakan suatu potensi ataupun suatu resiko yang harus kita terima. Hal ini bisa terjadi karena
faktor alam, yang disebut bencana alam, serta bencana industri, yang disebabkan karena human
error, atau kecelakaan karena sifat bahan / material yang diolah dan sifat pekerjaan yang
mengandung sumber bahaya.
Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir berupa kerugian moril,
materiil, begitu juga banyaknya korban akibat bencana tersebut. Kehilangan anggota keluarga,
kehilangan sumber pencaharian, kehilangan rumah, mobil, bahkan kehilangan nyawa, belum lagi
gangguan psikologis akibat trauma yang ditimbulkan bencana tersebut. Untuk dapat mengurangi
jumlah korban jiwa manusia akibat bencana ini perlu adanya usaha pertolongan medik darurat
(pra-rumah sakit dan atau di rumah sakit) yang melibatkan berbagai unsur kesehatan dari
berbagai instansi pemerintah maupun swasta secara terpadu dan terintegrasi. Sehingga
diperlukan adanya suatu upaya kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam memberikan pertolongan
medik darurat terutama di rumah sakit (Hospital disaster Planning).
Dalam usaha efektivitas pelaksanaan penanggulangan bencana tersebut maka dengan ini di
susun buku Pedoman Penanggulangan Bencana yang diberlakukan di Rumah Sakit BLUD
dr.H.Soemarno sosroatmodjo

I.2 TUJUAN
1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi,baik dari dalam
maupun dari luar rumah sakit yang mengenaipegawai, pasien, pengunjung dan masyarakat
sekitar.
2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada saat
terjadinya bencana.
3. Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional dalam
penanggulangan kegawat daruratan.
BAB II
BATASAN DISASTER / BENCANA

II.1 PENGERTIAN
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara berlanjut yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau kerusakan ekosistem sehingga
diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan manusia beserta
lingkungannya.
Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana terdapat korban
manusia, kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber daya lokal, dan terganggunya
mekanisme kehidupan sehari-hari. Korban massal adalah banyaknya korban dengan penyebab
kejadian yang sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih memadai dalam hal
fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.

II.2 JENIS BENCANA / KEADAAN DARURAT


Rumah sakit mengidentifikasi jenis-jenis bencana yang untuk masing-masing bencana
diberikan kode guna mencegah timbulnya kepanikan dan memudahkan komunikasi antara
petugas terkait dengan penanggulangan bencana meliputi :
a. Kebakaran : RED CODE
Termasuk didalamnya pembahasan tentang kebakaran eksterna dan kegagalan alarm
kebakaran. Dibahas lebih lanjut dalam pedoman pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
b. Gempa Bumi : GREEN CODE
Merupakan pemberitahuan adanya kejadian gempa bumi.
c. Ancaman Bom : BLACK CODE
Merupakan pemberitahuan bila ada ancaman bom dirumah sakit.
d. Jumlah pasien melebihi kapasitas penanganan : PURPLE CODE
Merupakan kode dari IGD dimana terjadi luapan jumlah pasien dalam waktu yang hampir
bersamaan dimana semua pasien tidak bisa ditangani sesuai prosedur rutin.

e. Epidemik / wabah : PINK CODE


Merupakan kondisi dimana ada penyakit menular dengan tingkat penularan tinggi,terutama
penyakit air-bone atau penyakit lain yang ditetapkan oleh komite pencegahan dan pengendali
infeksi Rumah Sakit, atau pimpinan Rumah Sakit maupun otoritas kesehatan (dinas
kesehatan / departemen kesehatan).
f. Kejadian Henti Jantung dan Kegawatdaruratan Medik Lainya : BLUE CODE
Pemberitahuan adanya seseorang dengan kondisi henti nafas / jantung yang memerlukan
tindakan resusitasi jantung paru (RJP). Dibahas lebih lanjut dalam pedoman CODE BLUE.

II.3 PENATALAKSANAAN
Sistem Penatalaksanaan korban bencana massal adalah satu kelompok yang terdiri dari
unit-unit, organisasi dan sektor-sektor yang bekerjasama dengan menggunakan tatacara tetap
untuk meminimalkan tingkat kematian dan kecacatan korban bencana massal dengan
menggunakan segala sumber daya yang ada secara efisien.
Sistem penatalaksanaan korban bencana massal didasarkan pada :
1. Tatacara penilaian awal, dipergunakan dalam prosedur kegawatdaruratan rutin
yang dapat diadaptasi untuk kecelakaan-kecelakaan besar.
2. Penggunaan sumber daya secara maksimal.
3. Persiapan dan respon multi sektoral.
4. Koordinasi yang terencana baik dan teruji.

Triase
adalah tindakan pemilihan korban sesuai kondisi kesehatannya untuk mendapat label tertentu dan
kemudian dikelompokkan serta mendapatkan pertolongan / penanganan sesuai dengan
kebutuhan.
Korban akan terbagi dalam lima kondisi kesehatan, sebagai berikut :
a. Label Hijau
Korban yang tak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda,
mencakup korban dengan :
- Fraktur minor
- Luka minor, luka bakar minor

b. Label Kuning
Korban dengan cidera berat yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan kemudian
dapat dipulangkan atau dirawat di rumah sakit atau dirujuk ke rumah sakit lain, termasuk
dalam kategori ini :
- Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen
berat)
- Fraktur disable
- Luka bakar luas
- Gangguan kesadaran / trauma kepala

c. Label merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau perlu tindakan
operasi. Dengan kemungkinan harapan hidup yang masih besar dan memerlukan
perawatan rumah sakit atau rujuk ke rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini :
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal missal

d. Label hitam
Korban yang sudah meninggal dunia. Ditempatkan di kamar jenazah rumah sakit.

Siaga
Adalah suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban di rumah sakit dalam
jumlah yang besar sehingga memerlukan penanggulangan khusus, dan dapat terjadi di dalam
maupun di luar jam kerja.
Pesan Siaga dari Pusat Komunikasi (dibagian umum) harus disampaikan langsung kepada
IGD (melalui telepon) informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter jaga,
kemudian berkoordinasi dengan direktur, manajer pelayanan dan koordinator perawat
mengaktifkan rencana penanggulangan bencana rumah sakit. Setelah itu operator akan
memanggil/memobilisasi tenaga penolong yang tercantum dalam daftar.
Berdasarkan kondisi dan kemampuan Rumah Sakit, maka kondisi siaga dibagi menjadi
dua tingkat :

a. Siaga III (Tiga) : jumlah korban yang datang 3 – 4 orang


- Jumlah korban tidak melebihi kapasitas IGD BLUD RSD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo.
- Dokter IGD dan Perawat IGD yang berdinas dibantu oleh perawat poliklinik agar
dapat memenuhi kebutuhan tenaga.
b. Siaga II (Dua) : jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
- Jumlah korban melebihi kapasitas IGD BLUD RSD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo, sehingga harus dibantu dengan memobilisasi petugas dari unit kerja
lain, tapi masih terbatas di dalam lingkungan rumah sakit.
- Pekerjaan rutin sebagian tertunda, sebagian masih dapat dilakukan tanpa
terganggu.
c. Siaga I (Satu) : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang
- Jumlah korban melebihi kemampuan pelayanan IGD, sehingga harus
memobilisasi sebagian besar petugas BLUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo termasuk
karyawan yang sedang tidak bertugas

II.4 KATEGORI BENCANA / DISASTER


Yang termasuk dalam kategori bencana / disaster di Rumah Sakit :
1. Intern
Bencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpa rumah sakit dengan segala obyek
vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan dokumen.
Contoh :
a) Kegagalan Teknologi (Techniological Events)
1) Kegagalan Listrik
2) Kegagalan Generator
3) Kegagalan Transportasi
4) Kegagalan Air
5) Kegagalan Gas Medik
6) Kegagalan Komunikasi
7) Kebakaran Internal Eksposur Bahan Berbahaya, Internal
8) Kerusakan Struktur Bangunan
b) Terjadi Terkait Orang (Human Related Events)
1) Kejadian Kecelakaan Massal (Trauma)
2) Kejadian Kecelakaan Massal (Medis / Infeksius)
3) Terorisme, Biologi
4) Penculikan Bayi
5) Situasi Penyanderaan
6) Gangguan Sipil / Kerusuhan
7) Aksi / Demonstrasi Buruh
8) Ancaman BOM
c) Kejadian Terkait Bahan Berbahaya
1) Paparan Radiologi Internal
2) Tumpahan Sedang-Besar Internal
3) Paparan Bahan Kimia, Eksternal

2. Ekstern
Bencana bersumber berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat mendatangkan
korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata keadaan biasa sehingga memerlukan
penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.
Contoh:
1) Korban keracunan massal
2) Korban kecelakaan missal
3) Bencana alam, dll.

BAB III
ORGANISASI DAN TATA KERJA

III.1 KEPENGURUSAN
1. Jabatan ketua Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari profesi medis yang senior dan
mempunyai pengalaman di bidang penanganan bencana serta benar-benar ahli dalam mengelola operasi
penanggulangan bencana.
2. Koordinator Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari pimpinan unit pelanan umum, pelayanan
medik, manajer logistik, manejer keuangan dan humas, yang terampil serta punya kemampuan, skill dan
pengetahuan yang memadai.

III.2 MASA KERJA


Masa kerja dari Ketua Tim Penanggulangan Bencana tidak tak terbatas, dan bisa ditetapkan untuk masa kerja 5
tahun dan dapat dipilih kembali.
III.3 KEDUDUKAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA
1. Tim penanggulangan bencana adalah wadah non struktural di bawah Kepala Rumah Sakit
2. Tim Penanggulangan Bencana dipimpin oleh Ketua Tim sebagai pemegang komando (Incident
Commander)
3. Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana terdiri dari 10 koordinator, yaitu :
1..................................................................................................................................Koordi
nator Penanggulangan Bencana
2..................................................................................................................................Koordi
nator Evakuasi
3..................................................................................................................................Koordi
nator Medik dan Keperawatan
4..................................................................................................................................Koordi
nator Logistik
5..................................................................................................................................Koordi
nator Transport
6..................................................................................................................................Koordi
nator Pengaman Data (Rekam Medik dan IT)
7..................................................................................................................................Koordi
nator Pengamanan Fasilitas
8..................................................................................................................................Koordi
nator Pengaman Aset
9..................................................................................................................................Koordi
nator Pengaman Instalasi
10................................................................................................................................Koordi
nator Keamanan
TUGAS FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB
No Jabatan Fungsional Tugas dan Tanggung jawab
1 Koordinator Penanggulangan -...............................................................................................................
Bencana Membuat perencanaan penanganan bencana di
Rumah Sakit termasuk rencana penanganan
kejadian gempa bumi;
-...............................................................................................................
Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait
dengan penanggulangan gempa sesuai dengan
rencana kerja;
-...............................................................................................................
Melakukan koordinasi dengan departemen / instansi
terkait dalam kegiatan penanggulangan kejadian
gempa;
-...............................................................................................................
Memimpin proses penanggulangan kejadian gempa
dengan dibantu seluruh jajaran team code green;
-...............................................................................................................
Merencanakan proses pelatihan / staff development
terkait dengan pencegahan dan penanggulangan
kejadian gempa berkoordinasi dengan staff
development unit;
- Mengevaluasi proses penanganan bencana di
Rumah Sakit termasuk rencana pengendalian
gempa serta program pelatihan yang ada.
2 Koordinator Evakuasi -...............................................................................................................
Memimpin proses evakuasi gempa;
-...............................................................................................................
Membawahi koordinator transport, medik dan
keperawatan, logistik, dan pengamanan data;
-...............................................................................................................
Melakukan koordinasi dengan koordinator
pengamanan fasilitas.
3 Koordinator Medik dan -...............................................................................................................
Keperawatan Menyiapkan pelayanan medik dan keperawatan di
area tujuan evakuasi (assembly area);
-...............................................................................................................
Melakukan analisis terhadap jumlah pasien yang
akan dievakuasi.
4 Koordinator Logistik -..............................................................................................................
Menyiapkan logistik di area evakusai untuk
keperluan kesinambungan pelayanan medik dan
keperawatan pasien rawat inap meliputi :
................................................................................................................
Tempat tidur, kasur, bantal, dan selimut;
................................................................................................................
Meja, kursi, lemari, dan trolley seperlunya guna
membawa dan menempatkan perlengkapan;
................................................................................................................
Kertas dan dokumen terkait guna dokumentasi
pelayanan yang diberikan selama evakuasi;
................................................................................................................
Alat kesehatan dan bahan habis pakai yang
diperlukan di area evakuasi;
................................................................................................................
Tenda dan sarana evakuasi lain.
-..............................................................................................................
Menyiapkan logistik terkait pelayanan nutrisi dan
obat-obatan pasien rawat inap;
-..............................................................................................................
Menyiapkan makanan untuk petugas terkait di area
evakuasi.
5 Koordinator Transport -...............................................................................................................
Memimpin proses pemindahan pasien sesuai
prosedur di bawah;
-...............................................................................................................
Berkoordinasi dengan koordinator medik dan
keperawatan serta koordinator logistik.
6 Koordinator Pengaman Data -...............................................................................................................
(Rekam Medik dan IT) Mengamankan berkas rekam medik pasien yang
sedang dirawat inap;
-...............................................................................................................
Mengamankan data-data di server IT.
7 Koordinator SDM dan -...............................................................................................................
Pengamanan Fasilitas Mengkoordinir penyediaan SDM di Rumah Sakit;
-...............................................................................................................
Memimpin proses pengamanan seluruh fasilitas
rumah sakit;
-...............................................................................................................
Membawahi koordinator pengaman aset, pengaman
instalasi, keamanan.
8 Koordinator Pengaman Aset -...............................................................................................................
Memimpin tim penagaman aset rumah sakit.
9 Koordinator Pengaman -...............................................................................................................
Instalasi Memimpin tim pengaman instalasi;
-...............................................................................................................
Memastikan seluruh sistem yang diperlukan untuk
evakuasi berfungsi dengan baik;
-...............................................................................................................
Memastikan seluruh sistem yang terancam bahaya
atau yang mengancam bahaya diamankan;
-...............................................................................................................
Mengamankan instalasi gas medik mudah terbakar
dan meledak;
-...............................................................................................................
Mengecek ulang fungsi instalasi gas medik sebelum
proses pengembalian pasien ke ruangan masing-
masing pasca evakuasi;
-...............................................................................................................
Mengamankan instalasi gas masuk (LPG);
-...............................................................................................................
Mengamankan fungsi peralatan listrik dan genset
dengan baik.
10 Koordinator Keamanan -...............................................................................................................
Pelaksanaan evakuasi penghuni bangunan ke
tempat aman dari bahaya gempa;
-...............................................................................................................
Pelaksanaan penyelamatan penghuni / pengguna
bangunan yang terperangkap di daerah gempa ke
tempat yang aman dan kepada orang-orang lanjut
usia, cacat, sakit, dan ibu-ibu hamil harus diberikan
cara penyelamatan khusus;
-...............................................................................................................
Mengamankan daerah gempa agar tidak dimasuki
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab;
-...............................................................................................................
Menangkap orang yang mencurigakan sesuai
prosedur yang berlaku, seperti dengan borgol,
diturunkan lewat tangga darurat, dibawa ke pos
keamanan untuk diperiksa dan selanjutnya
diserahkan ke polisi;

III.4 PENGELOLALAAN SDM


1. Kesiapan sebelum penugasan
2. Prosedur penugasan
3. Prosedur demobilisasi

Kesiapan Sebelum Penugasan


- Persiapkan diri sebelum ada penugasan.
- Ikuti pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
- Mengenali posisi apa yang akan anda tempati dalam organisasi penanggulangan
insiden, akan membantu dalam persiapan.
- memiliki daftar periksa / Checklist untuk semua kebutuhan yang diperlukan ini.
- Sebuah “Go Kit” sebelumnya akan menghemat waktu antara pengerahan dan
check in.

Go Kit anda diharapkan terdiri dari barang-barang yang akan diperlukan dalam setiap
insiden:
o Tanda pengenal
o Pena, pensil, spidol
o Kertas
o Formulir-formulir ICS dan lainnya
o Kebijakan, prosedur, dan instruksi yang akan diperlukan dalam penanganan
insiden
o Peta/tata letak
o Selotip dan paku tancap
o Clipboard

Beberapa barang-barang keperluan pribadi yang juga perlu dimasukkan dalam Go Kit
anda diantaranya adalah sebagai berikut:
o Satu atau lebih pakaian ganti (termasuk sepatu), khususnya jika anda akan
dikerahkan beberapa periode waktu.
o Jaket
o Lampu senter
o Obat-obatan
o Makanan ringan
o Bacaan dan radio tape player untuk pengisi waktu istirahat.

Prosedur Penugasan
Cari atasan langsung anda untuk mendapatkan informasi penting untuk melakukan pekerjaan
anda:
- Apa status terkini?
- Apa tanggung jawab kerja anda yang khusus
- Kapan anda harus melapor dan dimana?
- Apa penugasan anda?
- Kepada siapa anda akan melapor (nama, jabatan)?
- Berapa lama anda akan ditugaskan?
- Apa peran anda? Apakah anda punya otoritas untuk mengambil keputusan?
Apakah anda seorang Supervisor? Jika ya, berapa orang yang akan anda awasi?
- Prosedur apa yang berlaku untuk menghubungi Supervisor anda sehari-hari?
- Bagaimana keluarga anda dapat menghubungi anda bila dalam keadaan darurat?
- Buat catatan selama briefing, khususnya bila anda memiliki bawahan yang juga
perlu mendapatkan briefing dari anda.
- Buat catatan terhadap kegiatan-kegiatan yang anda lakukan, yang mungkin akan
diperlukan dikemudian hari.

Prosedur Demobilisasi
- Persiapkan diri sebelum ada penugasan.
- Demobilisasi tidak hanya sekedar pulang ke rumah.
- Semua pekerjaan yang sedang berlangsung harus sudah selesai, kecuali ada
arahan lain.
- Pastikan semua catatan dan dokumen anda sudah diperbaharui
- Berikan penjelasan pada pengganti anda atau Supervisor anda tentang status dari
semua pekerjaan
- Berikan penjelasan pada bawahan anda dan perkenalkan pengganti anda, jika
diperlukan.
- Kembalikan atau alihkan semua peralatan yang menjadi tanggung jawab anda.
- Ikuti prosedur check out yang berlaku sebelum meninggalkan lokasi

BAB IV
PERENCANAAN LOGISTIK, KOMUNIKASI, DAN KOORDINASI

IV.1 PERENCANAAN LOGISTIK


 Pos Komando Penanggulangan Insiden
- Tempat yang berfungsi sebagai pusat komando utama.
- Seorang Incident Commander bertempat di sini.
- Tanggungjawab pertama seorang Incident Commander adalah memberikan
perintah.
- Dengan memberikan perintah, berarti juga memberikan arahan dan otoritas /
kewenangan serta komunikasi yang jelas dalam penanggulangan insiden.
- Sebuah syarat dimana seorang Incident Commander dapat memberikan perintah
adalah dengan mendirikan Incident Commando Pos (ICP) pada setiap insiden
- Lokasi ICP harus diumumkan kepada semua penanggungjawab dan
disebarluaskan sehingga semua personil mengetahui lokasinya.

 Staging Areas
- Lokasi-lokasi yang didirikan di daerah insiden dimana sumber daya (orang,
peralatan, dll) ditempatkan sambil menunggu penugasan.
- Staging Area dikelola dibawah koordinator perencanaan dan operasional.
- Apabila insiden berkembang, tambahan sumberdaya diperlukan untuk
penanggulangan insiden. Untuk menghindari masalah yang dapat terjadi dari
penumpukan terlalu banyak sumberdaya dan untuk mengelola sumber daya yang tersedia
secara efektif, Ketua Tim akan mengidentifikasi kebutuhan untuk satu atau lebih Staging
Area.
- Sama dengan ICP, Staging Area diberikan nama dan identifikasi.
- Staging Area dapat dipindahkan jika diperlukan, tetapi harus selalu dapat
diidentifikasi dengan jelas.
 Base
- Base memberikan pelayanan utama dan aktivitas pendukung untuk
penanggulangan insiden.
- Base digunakan untuk menyediakan tempat untuk sumberdaya yang out-of-
service.
- Base adalah tempat dimana Koodinator Logistik /Logistic Section dan barang –
barang supply ditempatkan.
- Kebutuhan atau fasilitas lain yang mungkin diperlukan, bergantung pada faktor-
faktor khusus dalam sebuah insiden.

 Camp
- Camp terpisah dari Incident Base, dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga untuk
menyediakan makanan, air, tempat tidur dan sanitasi untuk personil penanggulangan
insiden

 Peralatan
- Set Penanggulangan Bencana Bag.
- Alat komunikasi telepon, yang dapat dipergunakan untuk hubungan dengan
seluruh satuan kerja Rumah Sakit dan juga hubungan dengan luar Rumah Sakit.
BAB V
PERENCANAAN KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PROSES
PENGAKTIFAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA

V.1 PENERIMA BERITA PERTAMA


- Bila jam kerja bisa langsung melaporkan kepada TPB (Tim Penanggulangan Bencana).
- Bila diluar jam kerja, penerima berita bisa menyampaikan berita tersebut kepada
supervisor, kemudian supervisor meneruskan berita kepada Ketua TPB.
- Komandan Tim penanggulangan bencana (TPB) :
a. Menginformasikan kepada koordinator – koordinator dibawahnya untuk
mempersiapkan semua persiapan TPB (sesuai uraian tugas diatas).
b. Mengkoordinasikan situasi dan kondisi bencana kepada unit – unit terkait untuk
langkah-langkah berikutnya.

V.2 EVALUASI
Koordinator humas segera melakukan evaluasi penanganan bencana sebagai berikut :
1. Mengadakan penelitian dan laporan yang telah dilakukan terhadap korban selama
proses penanganan korban bencana.
2. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan kepada pasien pasca
bencana.
3. Mengevaluasi proses kegiatan dan kendala – kendala yang dihadapi Tim
Penanggulangan Bencana untuk perbaikan apabila terjadi bencana selanjutnya

BAB VI
PROSEDUR PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT DAN
PENATALAKSANAAN KORBAN BENCANA MASSAL RUMAH SAKIT

VI.1 PROSES PENYIAGAAN


Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Instalasi Gawat Darurat
(melalui telepon atau radio). Informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter
jaga. Kemudian bekerja sama dengan petugas administrasi (perawat dibagian administrasi,
Kepala RS, Direktur Bidang Medis), keputusan mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban
bencana massal di rumah sakit, akan dibuat. Setelah itu operator telepon Rumah Sakit akan mulai
memanggil/memobilisai tenaga penolong yang tercantum dalam daftar

Mobilisasi
1. Tim Siaga Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit
Jika kecelakaan terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim Siaga
Penanggulangan Bencana di RS akan segera di berangkatkan ke lokasi kejadian.
Jika kecelakaan tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari RS, tim tersebut
hanya akan diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan Daerah.

2. Petugas Rumah Sakit


a. Petugas Kunci
Bila terjadi bencana massal, rumah sakit harus segera menghubungi tenaga utama
Rumah Sakit tersebut (Direktur Rumah Sakit, Kepala Pelayanan Medik, Kepala Urusan
Rumah Tangga, Petugas Gudang, dan semua anggota tim Hospital Disaster Plan)

b. Pengerahan Petugas
Mobilisasi Internal Petugas Rumah Sakit Petugas Unit Gawat Darurat yang
diberangkatkan ke lokasi kecelakaan harus segera digantikan dengan petugas dari
keperawatan lain. Petugas dari bagian lain juga harus membantu mempersiapkan ruangan
yang akan dipergunakan untuk menampung korban kecelakaan massal tersebut.
Mobilisasi Sentripetal Petugas Rumah Sakit
Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam penanggulangan kecelakaan massal
di rumah sakit, yaitu unit gawat darurat, unit bedah, kamar operasi, laboratorium, radiologi
dan unit perawatan intensif, dan petugas-petugas lain seperti Kepala Perawat, petugas dapur,
ruang cuci, petugas gudang, petugas keamanan dan operator telepon harus pula dimobilisasi.

c. Koordinasi dengan sektor lain


Sesuai dengan rencana penatalaksanaan korban bencana massal nasional, rumah sakit akan
berkoordinasi dengan sektor-sektor berikut :
1. Kepolisian
Rencana penatalaksanaan korban bencana massal nasional mencakup pengiriman
langsung tenaga kepolisian dalam jumlah memadai ke rumah sakit segera setelah adanya
bencana massal diumumkan secara resmi.
Tenaga kepolisian ini akan membantu pengamanan rumah sakit dengan perhatian utama
untuk mengamankan daerah dimana korban diterima dan semua pintu masuk ke rumah
sakit. Jika dalam 15 menit setelah bencana massal diumumkan Polisi tidak menghubungi
rumah sakit, operator telepon harus menghubungi pusat komunikasi, pusat penanggulangan
gawat darurat, atau markas besar kantor polisi di daerah tersebut.
2. Koordinasi dengan Palang Merah
Palang Merah akan mengirimkan dua tim sukarelawan yang telah dilatih khusus ke
rumah sakit dimana tim pertama akan bekerja di unit gawat darurat sedangkan tim lainnya
dapat ditempatkan dimana saja tenaga mereka dibutuhkan.
3. Operator Radio Amatir
Operator radio amatir akan menghubungi Kepala Rumah Sakit dan akan menempatkan
peralatan dimana dibutuhkan. Jika palang merah dan asosiasi radio amatir tidak
menghubungi Rumah Sakit dalam 30 menit setelah kejadian bencana diumumkan, kepala
rumah sakit menghubungi melalui Pusat Komunikasi Gawat Darurat Pos Komando di
Rumah Sakit
Disetiap rumah sakit harus disediakan satu ruangan yang akan difungsikan sebagai Pos
Komando selama bencana massal terjadi. Sebaiknya ruangan ini sudah dilengkapi dengan radio
dan telepon, atau telah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi tersebut. Ruangan ini
harus mudah ditemukan/dicapai, dan cukup untuk menampung hingga 10 petugas.
Tim inti dari Pos Komando di Rumah Sakit ini beranggotakan :
a. Kepala Rumah Sakit
b. Kepala Bidang Pelayanan Medik
c. Kepala Urusan Rumah Tangga
d. Sekretaris
e. Humas (yang akan berhubungan dengan keluarga korban dan media massa)

Pengosongan Fasilitas Penerima Korban


Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di rumah sakit untuk menampung
korban bencana massal yang akan dibawa ke rumah sakit tersebut. Untuk menampung korban,
pos komando rumah sakit harus segera memindahkan para penderita rawat inap yang kondisinya
telah memungkinkan untuk dipindahkan.

Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit


Daya tampung rumah sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah tempat tidur yang
tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban. Dalam suatu kecelakaan
massal, “permasalahan” yang muncul dalam penanganan korban adalah kapasitas perawatan
Bedah dan Unit.

Perawatan Intensif
Korban dengan trauma multipel, umumnya akan membutuhkan paling sedikit dua jam
pembedahan. Jumlah kamar operasi efektif (mencakup jumlah kamar operasi, dokter bedah, ahli
anestesi dan peralatan yang dapat berjalan secara simultan) merupakan penentu kapasitas
perawatan bedah, dan lebih jauh kapasitas rumah sakit dalam merawat korban.

Perkiraan kapasitas rumah sakit dalam menolong korban bencana massal harus segera
diputuskan oleh Komandan Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit, dan segera
menginformasikannya kepada Pos
Komando dilapangan sehingga korban dengan status “merah” dapat dibawa ke fasilitas
kesehatan lainnya jika jumlah korban sudah melampaui kapasitas rumah sakit dalam menerima
korban bencana massal.
VI.2 PENERIMAAN KORBAN
Lokasi
Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat dimana triase dilakukan. Untuk
itu dibutuhkan :
1. Akses langsung dengan tempat dimana ambulans menurunkan korban.
2. Merupakan tempat tertutup.
3. Dilengkapi dengan penerangan yang cukup.
4. Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti Unit Gawat Darurat, Kamar
Operasi, dan Unit Perawatan Intensif.

Jika penatalaksanaan pra-Rumah sakit dilakukan secara efisien, jumlah korban yang
dikirim ke rumah sakit akan terkontrol sehingga setelah triase korban dapat segera dikirim ke
unit perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. Tetapi jika hal ini gagal akan sangat banyak
korban yang dibawa ke rumah sakit, sehingga korban-korban tersebut harus ditampung dulu
dalam satu ruangan sebelum dapat dilakukan triase. Dalam situasi seperti ini daya tampung
rumah sakit akan segera terlampaui.

Tenaga Pelaksana
Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban untuk konfirmasi triase yang
telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan kategorisasi ulang status penderita. Jika
penatalaksanaan pra-rumah sakit cukup adekuat, triase di rumah sakit dapat dilakukan oleh
perawat berpengalaman di unit gawat darurat. Jika penanganan pra-rumah sakit tidak efektif,
sebaiknya triase di rumah sakit dilakukan oleh dokter gawat darurat atau oleh ahli anastesi yang
berpengalaman.
Hubungan dengan Petugas Lapangan
Jika sistem penatalaksanaan korban bencana massal telah berjalan dengan baik akan
dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antara pos komando rumah sakit, pos medis
lanjutan, dan pos komando lapangan. Dalam lingkungan rumah sakit, perlu adanya aliran
informasi yang konstan antara tempat triase, unit-unit perawatan utama dan pos komando rumah
sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di rumah sakit lima menit sebelum
ketibaannya di rumah sakit.
VI.3 TEMPAT PERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Tempat Perawatan Merah
Untuk penanganan korban dengan trauma multipel umumnya dibutuhkan pembedahan
sedikitnya selama 2 jam. Di kota-kota atau di daerah-daerah kabupaten dengan jumlah kamar
operasi yang terbatas, hal ini mustahil untuk dilakukan sehingga diperlukan tempat khusus
dimana dapat dilakukan perawatan yang memadai bagi korban dengan status “merah”. Tempat
perawatan ini disebut “Tempat Perawatan Merah” yang dikelola oleh ahli anastesi dan sebaiknya
bertempat di Unit Gawat Darurat yang telah dilengkapi dengan peralatan yang memadai dan
disiapkan untuk menerima penderita gawat darurat.

Tempat Perawatan Kuning


Setelah triase korban dengan status “kuning” akan segera dipindahkan ke perawatan
bedah yang sebelumnya telah disiapkan untuk menerima korban kecelakaan massal. Tempat ini
dikelola oleh seorang dokter. Di tempat perawatan ini secara terus menerus akan dilakukan
monitoring, pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala usaha untuk mempertahankan
kestabilannya. Jika kemudian kondisi korban memburuk, ia harus segera dipindahkan ketempat
“merah”.

Tempat Perawatan Hijau


Korban dengan kondisi “hijau” sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit, tetapi cukup ke
puskesmas atau klinik-klinik. Jika penatalaksanaan prarumah sakit tidak efisien, banyak korban
dengan status ini akan dipindahkan ke rumah sakit. Tempat khusus untuk korban dengan status
“hijau” ini berada jauh dari unit perawatan utama lainnya. Jika memungkinkan, korban dapat
dikirim ke puskesmas atau klinik terdekat.

Tempat Untuk Korban Dengan Hasil Akhir / Prognosis Jelek


Korban-korban seperti ini, hanya akan membutuhkan perawatan suportif, sebaiknya
ditempatkan di perawatan / bangsal yang telah dipersiapkan untuk menerima korban bencana
massal
Tempat Untuk Korban Yang Meninggal Dunia
Sebagai bagian dari rencana penatalaksanaan korban bencana massal di rumah sakit harus
disiapkan suatu ruang yang dapat menampung sedikitnya sepuluh korban yang telah meninggal
dunia.

VI.4 EVAKUASI SEKUNDER


Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah sakit terlampaui, atau
korban membutuhkan perawatan khusus (misalnya bedah saraf), korban harus dipindahkan ke
rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan seperti ini
dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi lain, atau
bahkan ke negara lain.
Pos komando rumah sakit akan mengirim berita tentang permintaan evakuasi korban dari
rumah sakit kepada petugas medik di pusat penanggulangan gawat darurat yang akan melakukan
kontak dengan rumah sakit tujuan dan mengatur pelaksanaan pemindahan korban tersebut.

BAB VII
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
DARI LUAR RUMAH SAKIT
VII.1 METODOLOGI
Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat massal,
karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan korban massal dibagi
menjadi 3 tingkat yaitu
1. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3 – 4 orang
2. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
3. Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat itu, yang
selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Tim Disaster plan dan Direktur Rumah Sakit. Triage
dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh
dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawat dari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Triase bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
Penilaian triage saat bencana sedikit berbeda dengan triage pada kondisi normal, disesuaikan
dengan jumlah korban dan kemampuan kapasitas RS dalam melakukan pertolongan korban.
Untuk triase digunakan kartu kode warna setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan
penderita. Kartu warna yang dipergunakan disini adalah :

Label Merah (Immediate)


Korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan kemungkinan bertahan hidup yang
paling besar jika dilakukan tindakan segera. Butuh tindakan operasi segera atau intervensi life-
saving lainnya, merupakan prioritas utama untuk tim bedah atau evakuasi/transportasi ke fasilitas
yang lebih baik.
Termasuk korban-korban dengan :
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal massif

Label Kuning (Observation)


Korban dengan kondisi stabil saat datang, perawatan dapat ditunda sementara,tetapi
membutuhkan observasi ketat dan re-triage ulang oleh petugas medis yang berpengalaman.
Dalam kondisi normal, kemungkinan merupakan penderita yang memerlukan tindakan segera.
Termasuk dalam kategori ini :
a. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen berat)
b. Fraktur multiple
c. Fraktur femur / pelvis
d. Luka bakar luas
e. Gangguan kesadaran / trauma kepala
f. Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap timbulnya
komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.

Label Hijau (Wait / Walking Wounded)


Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda,
mencakup korban dengan :
a. Fraktur minor
b. Fraktur minor, luka bakar minor.

Label Hitam
Korban yang telah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban, umur, jenis kelamin,
alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”.

VII.2 ORGANISASI
Dalam keadaan bencana / disaster plan seperti ini maka secara otomatis pengorganisasian
penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif.

VII.3 PERENCANAAN SDM


Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan bencana
ditentukan berdasarkan :
1. Jumlah korban yang ada pada saat itu
2. Jumlah tenaga yang ada pada saat itu.

Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai berikut :


1. Siaga III (Tiga) : Jumlah korban yang datang 3-4 orang
Dokter IGD dan Perawat IGD yang berdinas dibantu oleh perawat poliklinik agar dapat
memenuhi kebutuhan tenaga.
2. Siaga II (Dua) : Jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
Diperlukan tambahan tenaga perawat dari Ruang Perawatan sesuai kebutuhan.
3. Siaga I (Satu) : Jumlah korban lebih dari 10 orang
Diperlukan tambahan tenaga dari unit pelayanan perawatan serta perawat yang sedang
tidak berdinas (di asrama maupun di rumah).

VII.4 PERENCANAAN KOMUNIKASI


Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat
penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu
- Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar
- Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isi berita
yang menyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban, tindakan yang telah
dilakukan.
- Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan
mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.

Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :


- Pagging
- Airphone/intercom
- Telepon
- Faximile
- Pesawat HT
- Handphone

VII.5 PERENCANAAN LOGISTIK


Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat
diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung
logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu.

VII.6 PERENCANAAN TRANSPORTASI


Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh
karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk
korban kerumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan 118.

VII.7 PELAPORAN
Informasi cepat tentang jumlah / beratnya korban- korban harus segera di dapat dalam 2
s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim Disaster,
selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.

BAB VIII
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
DARI DALAM RUMAH SAKIT

VIII.1 METODOLOGI
Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak menyebabkan kerugian dan korban
adalah kebakaran. Oleh karenanya metodologi ini dititik beratkan pada penganggulangan
kebakaran, selanjutnya bencana lain tinggal mengikutinya.
Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :
- Kebakaran Ringan : Kebakaran yang melibatkan area yang sempit, dengan api
yang kecil.
- Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat lokal
dengan besarnya api sedang.
- Kebakaran Berat : kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api yang
besar.

VIII.2 ORGANISASI
Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif sesuai ketentuan yang berlaku.

VIII.3 PERENCANAAN SDM


Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan bencana
ditentukan berdasarkan :
- Golongan Kebakaran.
- Jumlah korban yang ada pada saat itu.

Dengan demikian dapat dibuatkan perencanaan SDM sebagai berikut :


a. Berdasarkan Golongan Kebakaran
 Kebakaran Ringan :
Untuk memadamkan api diperlukan 1 – 2 orang dari pegawai yang dinas atau yang
berada disekitar kejadian saja dengan menggunakan 1-2 APAR.
 Kebakaran Sedang :
Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari pegawai yang dinas dengan APAR
yang jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk evakuasi pasien, dokumen, ataupun
barang berharga lainnya yang ada di ruangan / lokasi kejadian.
 Kebakaran Berat :
Untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas kebakaran, dengan mengerahkan
seluruh pegawai yang berdinas saat itu untuk melakukan evakuasi.

b. Berdasarkan Jumlah Korban yang ada pada saat itu


Berdasarkan jumlah korban pada saat itu maka untuk memobilisasi perencanaan SDM dapat
digunakan ketentuan pada penanggulangan bencana massal.

VIII.4 PERENCANAAN LOGISTIK


Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat
diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung
logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi saat itu.

VIII.5 PERENCANAAN KOMUNIKASI


Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting.
Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
- Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar
- Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isi berita
yang menyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban, tindakan yang
telah dilakukan.
- Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan
mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.

Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :


- Pagging
- Airphone/intercom
- Telepon
- Faximile
- Pesawat HT
- Handphone

VIII.6 PERENCANAAN TRANSPORTASI


Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh karena itu
pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk korban ke rumah
sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan 118.

VIII.7 PELAPORAN
Informasi tentang jumlah / beratnya korban dan kerusakan harus segera didapat dalam 2 s/d 4
jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim Disaster,
selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai