Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ISU DAN TREND KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

Disusun oleh : kelompok dua (2)

1. Benny Ginola 113063C118005

2. Gita Glory Sabatini 113063C118011

3. Hellena I. F. Reyaan 113063C118013

4. Krisna 113063C118017

5. Nadia 113063C118025

Dosen Pengampu :

Dania Relina Situmpol, S.Kep., NERS, M.KEP

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin

Prodi Sarjana Keperawatan

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dapat terwujud berkat
partisipasi dan kerja sama kelompok dua (2), kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Dania Relina Sitompul, S.Kep., NERS, M.KEP selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Dasar II yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami membuat makalah dengan judul Trend dan Issu Komunikasi Terapeutik pada
Lansia yang kami sajikan berdasarkan bahan dari berbagai buku dan jurnal tentang
Komunkasi trapeutik pada Lansia. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar
menjadikan kami lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah ini dapat diterima
dengan semestinya dan bermanfaat bagi pembaca (mahasiwa dan para dosen). Terimakasih.

Banjarmasin, 10 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3
BAB I....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
B. Tujuan ........................................................................................................................................ 5
BAB II.................................................................................................................................................. 6
ISI ........................................................................................................................................................... 6
A. Definisi Trend dan Issu Keperawatan .................................................................................... 6
B. Fenomena Demografi ............................................................................................................ 6
C. Permasalahan Pada Lansia .................................................................................................... 7
D. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia ...................................................... 7
E. Masalah Kesehatan Gerontik................................................................................................. 8
F. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia ..................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 13
BAB IV .................................................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................................................. 19
A. KESIMPULAN. ....................................................................................................................... 19
B. SARAN .................................................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan
kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu menggunakannya dalam berinteraksi dengan
manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya seseorang
adalah komunikasi, tertawanya seseorang adalah komunikasi dan menangisnya seseorang
adalah komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih
dinamis.

Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan
menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam
setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi. Karena itu keterampilan dasar yang
harus di kuasai adalah komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik
keperawatan akan memungkinkan pelaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas.

Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut mengenai
kesehatannya. Lansia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun
juga bergantung kepada kondisi disekitarnya, seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan
sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun
seperti kita ketahui pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu mengalami perbaikan yang
cukup signifikan pada pasien lansia, namun mereka pada akhirnya tetap memerlukan
komunikasi yang baik dan empati juga perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama
dari keluarganya sebagai bagian penting dalam penanganan masalah kesehatan mereka. Oleh
karena itu, komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan
membantu pasien dalam menghadapi persoalan yang dihadapinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui Trend dan Issu Keperawatan lansia
b. Untuk mengetahui fenomena demografi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui permasalahan pada lansia
b. Untuk mengetahui fenomena bio-psiko-sosio-spiritual dan penyakit lansia
c. Untuk mengetahu masalah kesehatan gerontik
d. Untuk mengetahui upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia
BAB II
ISI
A. Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend adalah hal yang sanagat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yag dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, pilitik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Jadi
issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang namun belum jelas faktanya
atau buktinya.

Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik dengan berdasarkan fakta ataupun tidak, trend
dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.

B. Fenomena Demografi
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :

AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun

AHH d Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun

Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Commuttae on Health of the Erderly: di


Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke
peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas
tahun 1980.

Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/
5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkikan meningkat 3x menjadi
kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-
UI-1993). Dari hasil tersebut terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu :
1. 62,3 lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaan sendiri.
2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.

C. Permasalahan Pada Lansia


1. Permasalahan Umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahkannya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, diharagi dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia.
e) Belum membudaya dan melembagakan kegiatan pembinaaan kesejahteraan
lansia.

2. Permasalahan Khusus
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik , mental maupun sosial.
b) Berkurang integrasi sosial usila.
c) Rendahnya produktivitas kerja lansia
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.

D. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia


1. Penurunan fisik.
2. Perubahan mental.
3. Perubahan-perubahan Psikososial.
Karakteristik Penyakit pada Lansia :
1. Penyakit sering multiple, yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas dan berkembangan secara perlahan.
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik.
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar
dan Makassar), sebagai berikut :
1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%), daya ingat
(69,39%), seksual (58,04%), kelenturan (53,23%),gigi, dan mulut (51,12%).
2. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi ( 69,39%),
sakit kepala (51,15%), daya ingat menurun (38,51%), selera makan menurun
(30,08%), mual/perut perih (26,66%), sulit tidur (24,88%), dan sesak nafas
(21,28%).
3. Penyakit kronis : rematik (33,14%), darah tinggi (20,66%), gastritis (11,34%),
dan jantung (6,45%).

E. Masalah Kesehatan Gerontik


1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami
istri yng sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini
dapat dilakukan pada saat klien sakit atau mengalami ketidakmampuan dengan cara
berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat
menjadi tanda bahwa maturasi dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya
normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam
membentuk ikatan fisik dari emosional secara mendalam selama masih mampu
melaksanakan.
2. Perubahan perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya daya
ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat
diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering
menyebababkan sensitivita s emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber
banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-
peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal
mencangkupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukkan
untuk mengurangi rasa sakit yang diraskan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai
contoh ; klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan
diuretika. Diuretik berfungsi untuk mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi
sehingga diobati dengan antidepresan dan efek samping inilah yang menyebabkan
ketidaknyamanan lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan yang
sering kalo muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat
pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang
luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson. 1992). Dampak praktis dengan
adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil
cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia
sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan
adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bisa memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi
f. Kesehatan mental

F. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azaz

Menurut HWO (1991) adalah to Add life to the Years that Havw Been Added to life,
dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh
Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to life, And Add Years
to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan dan
memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :

a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)


b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibillty)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi (engaging the aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihata kesehatan lansia (self help care and family
care)
3. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi upaya kesehatan, yaitu Promotif,
preventif, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

a. Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan


dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia, sebagai
berikut :

1. Mengurangi cedera.
2. Meningkatkan keamanan di tempat kerja.
3. Meningkatkan perlindungan dan kualitas udara yang buruk.
4. Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan.
5. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut.
b. Preventif
1. Mencangkup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer :
program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, manejemen stress, menggunakan medikasi yang tepat.
2. Melakukan pencegahan sekunder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder : kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi dan
mulut.
3. Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi,
mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
berfungsi.
c. Rehabilitatif

4. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia, sebagai berikut :


a. Mempertahankan lingkungan aman
b. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktivitas dan mobilitas
c. Pertahankan kecukupan gizi
d. Pertahankan fungsi pernafasan
e. Pertahankan aliran darah
f. Pertahankan kulit
g. Pertahankan fungsi pencernaan
h. Pertahankan fungsi saluran perkemihan
i. Meningkatkan fungsi psikososial
j. Pertahankan komunikasi
k. Mendorong pelaksanaan tugas
BAB III
PEMBAHASAN

Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
teng praktek/mengenai keperawatan baik dengan berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan
issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etnis keperawatan. Penulis
membahas Trend dan Issu Komunikasi Terapeutik pada Lansia. Komunikasi dalam aktivitas
keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap
perawat untuk memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik
sangat penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat memberikan
pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam menghadapi persoalan yang
dihadapi olehnya.

Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia atau lansia tidak hanya bergantung
kepada kebutuhan biomedis semata, namun juga bergantung kepada kondisi disekitarnya,
seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya bahkan
psikologisnya dari pasien tersebut. Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat
dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat
yang merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi antara perawat dan pasien
lansia harus berjalan efektif terutama dari pasien lansia tersebut. Komunikasi yang baik
dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinisnya. Komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan di pusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal
yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal dan nonverbal.

Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi Lansia

Erikson menjelaskan bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial,


yaitu intimasi versus isolasi. Lansia sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan
tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga
tidak mudah untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan
bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak
sejalan dengan yang lama. Seorang lansia bukan seperti gelas kosong yang dapat di isikan
sesuatu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kepada lansia tidak dapat di ajarkan sesuatu yang
baru untuk mengubah tingkah lakunya dengan cepat. Seorang Lansia, kalau ia sendiri yang
ingin belajar hal baru, dia akan terdorong mengambil langkah untuk mencapai sesuatu yang
baru itu

Sikap Komunikasi pada orang Lansia

Berdasarkan perkembangan komunikasi pada orang dewasa dan permasalahan yang


terjadi, agar tercapai komunikasi yang efektif, terutama dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan, perlu ditunjukkan dan diterapkan sikap-sikap terapeutik Dalam berkomunikasi
dengan dewasa sampai lansia, diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas.
Berikut sikap-sikap psikologis spesifik pada orang dewasa terhadap komunikasinya.

a. Orang dewasa/lansia melakukan komunikasi berdasarkan


pengetahuan/pengalamannya sendiri. Sikap perawat: Menggunakan motivasi untuk
mencari pengetahuan sendiri sesuai yang diinginkan. Tidak perlu mengajari, tetapi
cukup memberikan motivasi untuk menggantikan perilaku yang kurang tepat.
b. Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran.
Sikap perawat: Gunakan perasaan dan pikiran orang dewasa/lansia sebagai kekuatan
untuk merubah perilakunya.
c. Komunikasi adalah hasil kerja sama antara manusia yang saling memberi
pengalaman serta saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu
masalah. Sikap perawat: Bekerja sama dengan orang dewasa/lansia untuk
menyelesaikan masalah. Memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan
pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut

Suasana Komunikasi pada Lansia

Di samping sikap, kita juga harus memperhatikan atau mampu menciptakan suasana
yang dapat mendorong efektivitas komunikasi pada kelompok usia dewasa ataupun lansia.
Upayakan penciptaan suasana komunikasi yang dapat mencapai tujuan yang di inginkan.
a. Suasana hormat menghormati Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi
dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh
turut berpikir dan mengemukakan pikirannya.
b. Suasana saling menghargai segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem
nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka
akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
c. Suasana saling percaya Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar
adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan. Jangan melakukan
penyangkalan pada apa yang dikomunikasikan oleh orang dewasa atau lansia, karena
mereka akan tidak percaya dengan Anda dan mengakibatkan tujuan komunikasi tidak
tercapai.
d. Suasana saling terbuka Keterbukaan dalam komunikasi sangat diperlukan, baik bagi
orang dewasa maupun lansia. Maksud terbuka adalah terbuka untuk mengungkapkan
diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan
segala alternatif dapat tergali.

Teknik Komunikasi pada lansia dan Penerapannya

Berikut ini teknik komunikasi yang secara khusus yang harus Anda terapkan saat
berkomunikasi dengan orang dewasa :

a. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Dengan


penyampaian langsung, klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang
disampaikan. Penggunaan telepon atau media komunikasi lain, misalnya tulisan akan
dapat menimbulkan salah persepsi karena tidak ada feedback untuk mengevaluasi
secara langsung.
b. Saling memengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara perawat dan
pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh ada yang mendominasi.
Perawat jangan selalu mendominasi peran sehingga klien ditempatkan dalam keadaan
yang selalu patuh. Teknik ini menekankan pada hubungan saling membantu a
(helping-relationship).
c. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung, maksudnya komunikasi
timbal balik dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya salah persepsi. Hubungan
dan komunikasi secara timbal balik ini menunjukkan pentingnya arti hubungan
perawat-klien.
d. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat dinamis.

Secara spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan berdasarkan empat
aspek, yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual sebagai berikut :

Pendekatan fisik Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah progresivitasnya. Pendekatan ini relatif
lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.

Pendekatan psikologis Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada
perubahan perilaku, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, dan interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.

Pendekatan sosial Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan


berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar
klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia ataupun dengan petugas kesehatan.

Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama bagi klien yang
mempunyai kesadaran tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.

Teknik komunikasi pada lansia, Mundaki mengidentifikasi beberapa teknik


komunikasi yang dapat digunakan perawat dalam berkomunikasi dengan lansia sebagai
berikut :

Teknik asertif

Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa adanya. Perawat
bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu
perawat untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan lansia.

Responsif

Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan segera
melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan bentuk perhatian
perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan ketenangan klien.
Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu permintaan dari klien. Contoh: “Apa
yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”

Fokus

Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan
mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan dengan tujuan
terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan
dan mengarahkan kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap
ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang
diinginkan.

Suportif

Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini perlu
disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan
(suportif). Contoh: Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikian, diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai
kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan mempunyai kesan menggurui atau
mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat.

Contoh ungkapan-ungkapan yang bisa memberi support/motivasi kepada lansia sebagai


berikut. “Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”, “Jika
Bapak memerlukan saya siap membantu.”
Klarifikasi

Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas informasi yang
disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena seringnya perubahan yang
terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami.
Klarifikasi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien
memberi penjelasan ulang dengan tujuan menyamakan persepsi. Contoh: “Coba Ibu
jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini.”

Sabar dan ikhlas

Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti kekanak-
kanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat
dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan
perawat yang dapat merusak komunikasi dan hubungan perawat dan klien.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN.
1. Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik dengan berdasarkan fakta ataupun tidak,
trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis
keperawatan.
2. Fenomena Demografi dalam Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi
memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan
hidup (AHH). Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang
lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperikan
meningkat 3x menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk
(lembaga Demografi FE-UI-1993). Dari hasil tersebut terdapat hasil yang
mengejutkan, yaitu : 62,3 lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaan
sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga, 53% lansia masih
menanggung beban kehidupan keluarga, dan Hanya 27,5% lansia mendapat
penghasilan dari anak atau menantu.
3. Permasalahan pada Lansia, terbagi menjadi permasalahan umum dan permasalahan
khusus. Oleh itu Kesejahteraan penduduk usia lanjut di karenakan kondisi fisik dan
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka
lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat
4. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia adalah adanya penurunan
fisik, penurunan mental dan perubahan-perubahan psikososial. Sehingga adanya
karakteristik penyakit pada lansia dan adanya penelitian, contoh hasil penelitian
profil penyakit lansia di empat (4) kota, yaitu Padang, Bandung, Denpasar dan
Makassar.
5. Masalah kesehatan Gerontik meliputi masalah kehidupan seksual, perubahan
perilaku, pembatasan fisik, palliative care dan penggunaan obat. Adanya anggapan
bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau
kesalahpahaman. Adanya Perubahan perilaku diantaranya daya ingat menurun,
pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya
kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan
sensitif emosional. Adanya Pembatasan fisik, semakin lanjut usia seseorang, mereka
akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Adanya palliative care
yaitu, pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukkan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat
efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut.
6. Berbagai upaya Pelayanan Kesehatan telah dilaksanakan terhadap Lansia oleh
instansi pemerintahan, diantaranya; pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan
lainnya pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia,
keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), saranan pelayanan kesehatan tingat
dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lansia.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi mahasiswa agar
dapat menjadi bahan belajar supaya lebih memahami, mengerti serta dapat
mengaplikasikan bagaimana berkomunikasi dengan lansia yang baik dan benar dalam
praktik asuhan keperawatan.

Bagi dosen semoga makalah yang kami buat ini dapat menjadi bahan tambahan
pengetahuan tentang Trend dan Isu komunikasi pada Lansia sebagai bahan ajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai