4. Krisna 113063C118017
5. Nadia 113063C118025
Dosen Pengampu :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dapat terwujud berkat
partisipasi dan kerja sama kelompok dua (2), kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Dania Relina Sitompul, S.Kep., NERS, M.KEP selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Dasar II yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami membuat makalah dengan judul Trend dan Issu Komunikasi Terapeutik pada
Lansia yang kami sajikan berdasarkan bahan dari berbagai buku dan jurnal tentang
Komunkasi trapeutik pada Lansia. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar
menjadikan kami lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah ini dapat diterima
dengan semestinya dan bermanfaat bagi pembaca (mahasiwa dan para dosen). Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan
kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu menggunakannya dalam berinteraksi dengan
manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya seseorang
adalah komunikasi, tertawanya seseorang adalah komunikasi dan menangisnya seseorang
adalah komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih
dinamis.
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan
menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam
setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi. Karena itu keterampilan dasar yang
harus di kuasai adalah komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik
keperawatan akan memungkinkan pelaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas.
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut mengenai
kesehatannya. Lansia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun
juga bergantung kepada kondisi disekitarnya, seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan
sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun
seperti kita ketahui pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu mengalami perbaikan yang
cukup signifikan pada pasien lansia, namun mereka pada akhirnya tetap memerlukan
komunikasi yang baik dan empati juga perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama
dari keluarganya sebagai bagian penting dalam penanganan masalah kesehatan mereka. Oleh
karena itu, komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan
membantu pasien dalam menghadapi persoalan yang dihadapinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui Trend dan Issu Keperawatan lansia
b. Untuk mengetahui fenomena demografi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui permasalahan pada lansia
b. Untuk mengetahui fenomena bio-psiko-sosio-spiritual dan penyakit lansia
c. Untuk mengetahu masalah kesehatan gerontik
d. Untuk mengetahui upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia
BAB II
ISI
A. Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend adalah hal yang sanagat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yag dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, pilitik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Jadi
issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang namun belum jelas faktanya
atau buktinya.
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik dengan berdasarkan fakta ataupun tidak, trend
dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
B. Fenomena Demografi
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/
5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkikan meningkat 3x menjadi
kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-
UI-1993). Dari hasil tersebut terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu :
1. 62,3 lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaan sendiri.
2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2. Permasalahan Khusus
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik , mental maupun sosial.
b) Berkurang integrasi sosial usila.
c) Rendahnya produktivitas kerja lansia
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
1. Azaz
Menurut HWO (1991) adalah to Add life to the Years that Havw Been Added to life,
dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh
Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to life, And Add Years
to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan dan
memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi upaya kesehatan, yaitu Promotif,
preventif, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a. Promotif
1. Mengurangi cedera.
2. Meningkatkan keamanan di tempat kerja.
3. Meningkatkan perlindungan dan kualitas udara yang buruk.
4. Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan.
5. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut.
b. Preventif
1. Mencangkup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer :
program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, manejemen stress, menggunakan medikasi yang tepat.
2. Melakukan pencegahan sekunder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder : kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi dan
mulut.
3. Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi,
mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
berfungsi.
c. Rehabilitatif
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
teng praktek/mengenai keperawatan baik dengan berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan
issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etnis keperawatan. Penulis
membahas Trend dan Issu Komunikasi Terapeutik pada Lansia. Komunikasi dalam aktivitas
keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap
perawat untuk memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik
sangat penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat memberikan
pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam menghadapi persoalan yang
dihadapi olehnya.
Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia atau lansia tidak hanya bergantung
kepada kebutuhan biomedis semata, namun juga bergantung kepada kondisi disekitarnya,
seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya bahkan
psikologisnya dari pasien tersebut. Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat
dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat
yang merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi antara perawat dan pasien
lansia harus berjalan efektif terutama dari pasien lansia tersebut. Komunikasi yang baik
dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinisnya. Komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan di pusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal
yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal dan nonverbal.
Di samping sikap, kita juga harus memperhatikan atau mampu menciptakan suasana
yang dapat mendorong efektivitas komunikasi pada kelompok usia dewasa ataupun lansia.
Upayakan penciptaan suasana komunikasi yang dapat mencapai tujuan yang di inginkan.
a. Suasana hormat menghormati Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi
dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh
turut berpikir dan mengemukakan pikirannya.
b. Suasana saling menghargai segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem
nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka
akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
c. Suasana saling percaya Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar
adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan. Jangan melakukan
penyangkalan pada apa yang dikomunikasikan oleh orang dewasa atau lansia, karena
mereka akan tidak percaya dengan Anda dan mengakibatkan tujuan komunikasi tidak
tercapai.
d. Suasana saling terbuka Keterbukaan dalam komunikasi sangat diperlukan, baik bagi
orang dewasa maupun lansia. Maksud terbuka adalah terbuka untuk mengungkapkan
diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan
segala alternatif dapat tergali.
Berikut ini teknik komunikasi yang secara khusus yang harus Anda terapkan saat
berkomunikasi dengan orang dewasa :
Secara spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan berdasarkan empat
aspek, yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual sebagai berikut :
Pendekatan fisik Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah progresivitasnya. Pendekatan ini relatif
lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
Pendekatan psikologis Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada
perubahan perilaku, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, dan interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama bagi klien yang
mempunyai kesadaran tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.
Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa adanya. Perawat
bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu
perawat untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan lansia.
Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan segera
melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan bentuk perhatian
perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan ketenangan klien.
Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu permintaan dari klien. Contoh: “Apa
yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”
Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan
mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan dengan tujuan
terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan
dan mengarahkan kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap
ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang
diinginkan.
Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini perlu
disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan
(suportif). Contoh: Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikian, diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai
kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan mempunyai kesan menggurui atau
mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat.
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas informasi yang
disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena seringnya perubahan yang
terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami.
Klarifikasi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien
memberi penjelasan ulang dengan tujuan menyamakan persepsi. Contoh: “Coba Ibu
jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini.”
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti kekanak-
kanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat
dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan
perawat yang dapat merusak komunikasi dan hubungan perawat dan klien.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
1. Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik dengan berdasarkan fakta ataupun tidak,
trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis
keperawatan.
2. Fenomena Demografi dalam Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi
memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan
hidup (AHH). Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang
lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperikan
meningkat 3x menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk
(lembaga Demografi FE-UI-1993). Dari hasil tersebut terdapat hasil yang
mengejutkan, yaitu : 62,3 lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaan
sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga, 53% lansia masih
menanggung beban kehidupan keluarga, dan Hanya 27,5% lansia mendapat
penghasilan dari anak atau menantu.
3. Permasalahan pada Lansia, terbagi menjadi permasalahan umum dan permasalahan
khusus. Oleh itu Kesejahteraan penduduk usia lanjut di karenakan kondisi fisik dan
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka
lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat
4. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia adalah adanya penurunan
fisik, penurunan mental dan perubahan-perubahan psikososial. Sehingga adanya
karakteristik penyakit pada lansia dan adanya penelitian, contoh hasil penelitian
profil penyakit lansia di empat (4) kota, yaitu Padang, Bandung, Denpasar dan
Makassar.
5. Masalah kesehatan Gerontik meliputi masalah kehidupan seksual, perubahan
perilaku, pembatasan fisik, palliative care dan penggunaan obat. Adanya anggapan
bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau
kesalahpahaman. Adanya Perubahan perilaku diantaranya daya ingat menurun,
pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya
kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan
sensitif emosional. Adanya Pembatasan fisik, semakin lanjut usia seseorang, mereka
akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Adanya palliative care
yaitu, pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukkan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat
efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut.
6. Berbagai upaya Pelayanan Kesehatan telah dilaksanakan terhadap Lansia oleh
instansi pemerintahan, diantaranya; pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan
lainnya pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia,
keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), saranan pelayanan kesehatan tingat
dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lansia.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi mahasiswa agar
dapat menjadi bahan belajar supaya lebih memahami, mengerti serta dapat
mengaplikasikan bagaimana berkomunikasi dengan lansia yang baik dan benar dalam
praktik asuhan keperawatan.
Bagi dosen semoga makalah yang kami buat ini dapat menjadi bahan tambahan
pengetahuan tentang Trend dan Isu komunikasi pada Lansia sebagai bahan ajaran.
DAFTAR PUSTAKA