A. Penilaian
Bicara mengenai penilaian tak akan lepas dari suatu pengukuran, namun
keduanya memiliki perbedaan arti. Pengukuran dilakukan untuk menentukan kuantitas
sedangkan penilaian dilakukan untuk menentukan nilai sesuatu. Kartawidjaja (1987: 1)
mengatakan mengukur sesuatu adalah usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu
sebagaimana adanya. Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh hasil pengukuran
berupa angka yang mengatakan tingkat kualitas sesuatu yang diukur itu. Hasil
pengukuran, baru akan mempunyai arti apabila dibandingkan dulu dengan suatu patokan
atau criteria. Semua usaha membandingkan hasil pengukuran dengan patokan sebagai
pembanding disebut penilaian.
Penilaian atau evaluasi selalau berhubungan erat. pengukuran dan penilaian
yaitu: pengukuran adalah tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu.
Sedangkan penilaian adalah tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu.
Penilaian dalam pendidikan biasanya disebut evaluasi. Pengukura dan penilaian
(evaluasi) yang diterapkan di bidang pendidikan bertujuan untuk mengukur dan
mengevaluasi hasil belajar murid. Objek yang dinilai meliputi berbagai aspek yang
menyangkut pribadi murid, yang berkenaan dengan kemampuan, kesanggupan,
penguasaan, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh sebagai
hasil belajar selama mengikuti program pengajaran tertentu. Evaluasi adalah perkiraan
kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan
yang ingin dicapai Kartawidjaja (1987: 1).
Assessment atau penilaian adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mendapatkan suatu informasi yang digunakan untuk membuat keputusan- keputusan
mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan,
metode atau instrument pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau
institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu. Assesment juga
dikatan sebagai salah satu bentuk
penilaian, sedangkan penilaian adalah salah satu komponen dalam suatu evaluasi.
Ruang lingkup assesment sangat luas dibandingkan dengan evaluasi.t tindakan suatu
pengukuran yang bersifat kuantitatif dan penilaian yang bersifat kualitatif adalah bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari assesment. Jadi, secara umum assesment dapat
diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat
digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut
kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan- kebijakan sekolah.
Sedangkan secara sederhana assesment diartikan sebagai proses pengukuran dan
nonpengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu
( Uno dan Koni, 2012: 1-2).
Tujuan dan fungsi assesment menurut Buchori (dalam Uno dan Koni, 2012: 12)
yaitu untuk mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut, menyadari
pendidikan selama jangka waktu tertentu, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi
metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan menurut Arikunto (dalam Uno dan Koni, 2012: 12) tujuan atau fungsi
evaluasi ada beberapa hal, diantaranya penilaian berfungsi selektif, penilaian berfungsi
diagnostik, penilaian berfungsi sebagai penempatan, dan penilaian berfungsi sebagai
pengukur.
Objek assesment terdiri dari tigas segi, yaitu: (1) input, (2) transformasi, dan (3)
output. Input (murid) dianggap sebagai bahan mentah yang akan diolah. Transformasi
dianggap sebagai dapur tempat mengolah bahan mentah, dan output dianggap sebagai
hasil pengolahan yang dilakukan di dapur dan siap untuk dipakai. Setelah memilih
objek yang akan di evaluasi selanjutkan ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek
tersebut yang akan dievaluasi. Kemudian dilihat dari input tersebut, maka objek dari
evaluasi pendidikan meliputi 3 aspek, yaitu: aspek kemampuan, kepribadian, dan sikap.
Sedangkan unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:
kurikukum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, sistem
administrasi, guru dan personal lainnya (Uno dan Koni, 2012: 15-16).
Terdapat beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penialaian, yaitu: proses
penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran, penilaian harus mencerminkan
masalah dunia nyata bukan dunia sekolah, penilaian harus menggunakan berbagai
ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman
belajar, dan penilaian harus bersifat holistik yang mencangkup semua aspek dari tujuan
pembelajaran. Tujuan penilaian seharusnya diarahkan pada 4 hal, yaitu: (1) penelusuran
yang digunakan untuk menelusuri proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana, (2)
pengecekan yang digunakan untuk mengecek kelemahan- kelemahan yang dialami oleh
siswa selama proses pembelajaran, (3) pencarian digunakan untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam
proses pembelajaran, dan (4) penyimpulan digunakan untuk menyimpulkan apakah
siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau
belum (Suprananto, 2012: 8-9).
B. Analisis Soal
Analisis soal menurut Karno (dalam Alpusari, 2014: 107) adalah salah satu
kegiatan dalam rangka mengkontruksikan soal untuk mendapatkan gambaran tentang
mutu soal, baik mutu keseluruhan soal atau tiap butir soal . Tujuan analisis butir soal
kegiatan ini adalah (1) mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang
bermutu sebelum digunakan, (2) meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau
membuang soal yang tidak efektif, serta (3) mengetahui informasi diagnostik pada
siswa apakah mereka telah memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu
adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya tentang siswa mana
yang telah menguasai materi dan siswa mana yang belum menguasai materi. Analisis
butir soal dapat dilakukan secara kualitatif (berkaitan dengan isi dan bentuknya) dan
kuantitatif (berkaitan dengan ciri-ciri statistiknya). Analisis kualitatif mencangkup
pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencangkup
pengukuran validitas dan reabilitas butir soal, kesulitan butir soal, serta deskriminasi
soal. Kedua teknik inimasing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena
itu, teknik terbaik adalah menggunakan atau memadukan keduanya (Suprananto, 2012:
163).
C. Kemampuan Berpikir
Setiap orang dapat berpikir dan memecahkan masalah, tetapi ada perbedaan
yang luas dalam kecakapan-kecakapn tersebut antara orang yang satu dengan yang lain.
Berpikir itu menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a. Adanya kesulitan yang dirasakan atau kedasaran akan adanya masalah
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan
d. Mencari hubungan-hubungan untuk memutuskan hipotesis-hipotesis, kemudian
hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau
ditolak (Slameto, 2010: 142-143).
e. Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara
pengetahuan kita. Berpikir itu merupakan proses yang “dialektis”. Artinya selama
kita berpikir, pikiran kita dalam keadaan Tanya jawab, untuk dapat meletakkan
hubungan pengetahuan kita (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 31).
Kecakapan untuk berpikir terang merupakan salah satu yang dapat
memungkinkan orang untuk dapat menguasai sungguh yang dipelajari. Para ahli
berpendapat tentang berpikir dengan bermacam-macam pandangan. Ahli pskilogi
menganggap berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana subyek
berpikir secapa pasif. Sedangkan plato berpendapat bahwaberpikir merupakan
aktivitas ideasional. Tujuan dari berpikir yaitu meletakkan hubungan antara
bagian-bagian pengetahuan. Bagian-bagian pengetahuan tersebut adalah sesuatu
yang telah dimiliki yang berupapengertian-pengertian dan dalam batas tertentu
juga tanggapan- tanggapan. Berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat
dilukiskan menurut proses atau jalannya (Suryabrata, 2008: 54-55).
G. Analisis Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal yang berkaitan
dengan analisis soal evaluasi pendidikan terutama Ujian Nasional (UN) yang
dikaitkan dengan tuntutan abad 21 yaitu High Order Thinking Skill (HOTs). Artikel
yang digunakan adalah artikel yang ditulis oleh Siti Khoirun Nisa (2018) , yang
menjelaskan tentang Analisis dan pengembagan soal HOTS. Dengan artikel ini
penulis dapat menjelaskan bagaimana kualitas soal HOTs dalam Ujian Nasioan (UN)
dan Ujian sekolah Berstandar Nasional (USBN), apa yang harus dilakukan guru untuk
memperbaiki soal UN dan USBN agar sesuai dengan HOts. Artikel lain yang
digunakan dalam penulisan ini adalah, artikel yang ditulis oleh Mohammad Sugiarto,
yang menjelaskan Analisis Kualitas soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional Mata
pelajaran Fisika. Dengan artikel ini, penulis dapat menjelaskan bagaimana kualitas
soal USBN ditinjau dari aspek soal validasi isi, validitas kriteria, dan tingkat
kesukaran.
Artikel lain yang digunakan adalah artikel dari Nur Rochmah lailly
(2015), berdasarkan artikel ini penulis dapat mengetahui tipe soal UN yang sesuai
dengan HOTs yang seharusnya sesuai dengan tuntutan. Selain hal tersebut, penulis
dapat mengetahui soal yang berkaitan dengan gambar/grafik, Tabel, Simbol, dan
penggalan kasus. Data inidapat digunakan untuk menganalisis, apakah soal UN dan
USBN sudah mengandung gambar/grafik dan lain-lain. Selain ketiga artikel tersebut
digunakan beberapa pendukung artikel untuk mengetahui data literasi sains siswa,
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal HOTs, dan sebagai acuan untuk
mengetahui pentingnya soal Hots untuk perkembangan mutu pendidikan secara
Internasional juka ditinjau dari PISA.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A dan Supriyono, W. 2001. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
242 hlm.
Alpusari, M. 2014. Analisis Butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan
Program Komputer Anates Versi 4.0 For Windows. Jurnal Primary
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau. 3 (2). 10 hlm.
Arohman, M., et al., (2016). Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Pembelajaran
Ekosistem. Proceeding Biology Education Conference. 13(1): 90-92
Lailly, N.R dan A, W, Wisudawati. 2015. Analisis Soal Tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) dalam Soal UN kimia SMA Rayon B tahun
2012/2013. Jurnal Kaunia Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 11(01). 13 hlm.
Rofiah, E., Amiah, Nonoh, S., dan Ekawati, E. 2013. Penyusunan Instrument Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan Fisika. l 1 (2). 6 hlm.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Grup.
Sugiarto, 2017. Analisis Kualitas Soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional Mata
Pelajaran Fisika Kelas Xii Ipa Sma Negeri Kabupaten Enrekang. Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar
Widana, I . 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta. 46 hlm.