Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti akan lebih banyak
menjadi instrumen.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Setiap instrumen
harus mempunyai skala. Hal ini didasari agar data yang dikumpulkan dapat diukur,
penggunaan ukuran skala ini sesuai dengan kesepakatan bersama yang menjadi
standarisasi sebuah ukuran. Melalui pengukuran skala akan mempermudah kita untuk
mengolah data yang telah kita kumpulkan baik itu dalam penelitian kuantitatif
maupun kualitatif.
Jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang
digunakan untuk penelitian juga lima.
Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunya skala. Untuk itu makalah ini akan menyajikan tentang skala pengukuran
dalam penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian skala pengukuran?
1.2.2 Apa saja klasifikasi skala pengukuran dalam penelitian?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian tentang skala pengukuran
1.3.2 Untuk mengetahui klasifikasi skala pengukuran dalam penelitian

1.4 Manfaat Penulisan


Kami mengharapkan makalah ini dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi pembaca
dan juga khususnya bagi mahasiswa keperawatan yang akan melakukan penelitian.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehingga alat
ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data.

2.2 Klasifikasi Skala Pengukuran


2.2.1 Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala paling sederhana yang disusun sebagai


pembeda atau menurut jenis kategori, seperti jenis kulit ada hitam, putih,
kuning; agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan lain-
lain. Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk
mengkategorikan orang atau objek ke dalam kategori, kelas, atau
klasifikasi. Skala nominal ini hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
mengidentifikasi dan membedakan. Sebagai contoh, jenis kelamin merupakan
contoh skala nominal yang menandai seseorang, yakni laki-laki atau
perempuan. Untuk kepentingan penelitian, biasanya kode laki-laki dan
perempuan akan diubah menjadi angka 1 dan 2. Contoh lain variabel dengan
skala nominal ialah agama, suku dan golongan darah.

2.2.2 Skala Ordinal

Merupakan skala berjenjang atau tingkatan, seperti tingkat pendidikan,


kurang, cukup, baik; tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3; rendah, sedang, tinggi;
miskin, sederhana, kaya, dan lain-lain. Skala ordinal memungkinkan untuk

2
mengurutkan seseorang atau objek sesuai dengan banyak atau kuantitas dari
karakteristik yang dimilikinya. Pada skala ordinal, dimungkinkan untuk
melakukan penghitungan (kuantifikasi) variabel-variabel yang diuji sehingga
dapat memberikan informasi yang lebih substansial dibandingkan dengan
skala nominal. Contoh variabel dengan skala ordinal ialah tingkat pendidikan,
kelompok pendapatan, tingkat keganasan penyakit dan sebagainya. Variabel
pendidikan, misalnya, diurutkan dari tamatan SD ke bawah (diberi kode 1),
SMP (kode 2), SMA (kode 3) dan Perguruan Tinggi (kode 4). Variabel ini
dimaksudkan apabila peneliti mungkin ingin mengkaji perbedaan pendapatan
penduduk berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Kode-kode variabel diatas akan berguna pada saat pengolahan dan hanya
sebagai label kategori saja. Tidak bisa melakukan perhitungan matematis pada
kode-kode diatas dan tidak bisa menjumlahkan, membagi dan menentukan
rata-rata dari kode tersebut. Hal ini berlaku baik pada skala nominal maupun
ordinal.

2.2.3 Skala Interval

Merupakan skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data
lainnya yang memiliki bobot yang sama, tidak mempunyai nilai nol mutlak,
contohnya seperti temperatur atau suhu, dan lain-lain. Skala interval dapat
memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala nominal atau
ordinal. Skala interval juga memungkinkan untuk mengurutkan
seseorang atau objek seperti halnya skala ordinal, namun dengan unit yang
sama. Melalui unit yang sama maka perbedaan antara unit-unit yang
berdekatan pada skala itu ekuivalen. Skala Interval tidak hanya
memungkinkan untuk mengklasifikasikan, mengurutkan peringkatnya, tetapi
juga bisa mengukur dan membandingkan ukuran perbedaan di antara nilai.
Sebagai contoh, suhu, yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius,

3
merupakan skala interval. Dapat dikatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi
daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu 30 derajat lebih tinggi dibanding
dengan suhu 20 derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat
nilainya sama dengan perbedaan suhu antara 20 dan 30 derajat, yaitu 10
derajat. Jelas disini bahwa pada skala interval, selain dapat membedakan
(mengkategorikan), mengurutkan nilainya, juga bisa di hitung berapa
perbedaannya/selisihnya dan jarak atau intervalnya juga dapat dibandingkan.
Perbedaan antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang
berarti, berbeda dengan perbedaan pada skala ordinal yang maknanya tidak
berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu 40 dan 50 derajat dua kali lebih besar
dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35. Contoh lainnya,
selisih skor antara 70 dan 71 adalah sama dengan selisih skor 50 dan 51 (92
dan 93, 37 dan 38, dan seterusnya).
Kebanyakan tes di bidang pendidikan didesain untuk menghasilkan skor-skor
interval. Perhatikan contoh skor untuk ketiga orang pada tes sikap berikut.
Misalkan siswa A mendapat skor 100, siswa B mendapat skor 110, dan siswa
C mendapat skor 120. Berdasarkan skor ketiga siswa tersebut, dapat
dibuat beberapa kesimpulan. Pertama, skor siswa C merupakan skor tertinggi
kemudian diikuti oleh siswa B dan A. Kedua, selisih skor siswa A dan siswa B
(yakni 10 poin) ekuivalen dengan selisih skor siswa B dan siswa C (juga10
poin). Ketiga, selisih antara siswa A dan siswa C (yakni 20 poin) adalah dua
kali lebih besar selisih antara siswa A dan siswa B (yakni 10 poin).

2.2.4 Skala Rasio

Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan


mempunyai jarak yang sama seperti ukuran berat badan, umur, jarak, panjang,
dan lain-lain. Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran di
atas, ditambah dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan

4
tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik
nol, karena itu maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.
Angka pada skala rasio menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur
Dari keempat data di atas akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan
rasio.

Skala pengukuran sikap yang dapat digunakan untuk penelitian pendidikan


antara lain adalah:
2.2.5 Skala Likert
Skala likert adalah skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau
fenomena pendidikan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata
antara lain:
a. Sangat baik 1) Sangat setuju a) Selalu
b. Baik 2) Setuju b) Sering
c. Ragu-ragu 3) Ragu-ragu c) Ragu-ragu
d. Tidak baik 4) Tidak setuju d) Kadang-kadang
e. Sangat tidak baik 5) Sangat tidak setuju e) Tidak pernah

Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam


bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh bentuk checklist:
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan
memberi tanda (Ö) pada kolom yang tersedia.
No Pertanyaan Jawaban
SS ST RG TS STS
1 Sekolah ini akan menggunakan Ö
teknologi informasi dalam
pelayanan administrasi dan
akademik

5
Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan
pendapat anda, dengan cara memberi tangda silang pada nomor jawaban yang
tersedia.
Kurikulum baru 2013 akan segera diterapkan di lembaga pendidikan anda?
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
d. Setuju
e. Sangat setuju

2.2.6 Skala Guttman


Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-
tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data
yangdiperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif).
Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat
setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala guttman hanya ada dua
interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala
guttman dilakukan bila ingin mmendapatkan jawaban yang tegas terhadap
suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat
dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan
terendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi
skor 0.
Contoh:
Apakah saudara memberikan ASI Eksklusif dilakukan pada usia 0-6 bulan?
a. Ya
b. Tidak

Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
a. Setuju
b. Tidak setuju

6
2.2.7 Semantic Defferensial (Skala Diferensial Semantik)
Merupakan skala perbedaan semantic yang berisi pernyataan sikap seseorang,
yang memberikan jawaban rentang dari positif ke negatif atau sebaliknya.
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan
jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan
untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Contoh: Nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah


Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi


responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedang bila memberi
jawaban pada angka 3, berarti netral, dan memberi jawaban pada angka 1,
maka persepsi responden terhadap kepala sekolah sangat negatif.

2.2.8 Rating Scale (Skala Rating)


Merupakan skala sikap yang memberikan pernyataan dengan jawaban yang
berupa angka yang telah disediakan, yang hampir sama dengan skala Likert
akan tetapi tersedia jawaban berupa interval angka.
Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan
di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating
scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya,
dalam rating scale responden akan memilih salah satu jawaban
kuantitatif yang telah disediakan.

7
Contoh:
Seberapa baik ruang kelas di sekolah C?
Berilah jawaban dengan angka:
4 Bila tata ruang itu sangat baik
3 Bila tata ruang itu cukup baik
2 Bila tata ruang itu kurang baik
1 Bila tata ruang itu sangat tidak baik

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan


keadaan yang sebenarnya.
No. Pernyataan tentang tata ruang kelas Interval jawaban
1. Penataan meja murid dan guru 4 3 2 1
sehingga komunikasi lancar
2. Pencahayaan alam tiap ruang 4 3 2 1
3. Kebersihan ruangan 4 3 2 1

2.2.9 Skala Thrustone


Merupakan skala yang memberikan sejumlah pernyataan pada responden.
Responden diminta untuk memilih sebagian dari pernyataan, kemudian
dihitung oleh peneliti sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan.
Contoh :
Merekrut calon bidan dengan 3 Pernyataan dari 5 pernyataan yang sesuai
dengan persepsi saudara:
1. Saya memilih pekerjaan sebagai bidan karena ini adalah pekerjaan yang
mulia dan terhormat
2. Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang bidan bila gajinya hanya cukup
saja.
3. Kebahagiaan seorang bidan adalah bila berhasil menolong pasiennya
melahirkan secara normal.
4. Semestinya gaji bidan lebih besar dari pegawai lain.
5. Apakah perlu bidan berbangga diri atas kesuksesannya, mengingat ini
adalah tugas mulia.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Maksud dari skala
pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak
terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.
Macam- macam skala pengukuran dapat berupa : Skala Nominal, Skala Ordinal,
Skala Interval, dan Skala Rasio. Juga terdapat skala pengukuran sikap yaitu Skala
Likert, skala Guttman, Rating Scale, Semantic Different dan Skala Thrustone.

3.2 Saran
Dari penjelasan singkat pada makalah ini diharapkan dapat membantu para pembaca
agar dapat mengetahui dan memahami lagi tentang skala pengukuran dalam
penelitian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harum, Anita. 2013. Skala Pengukuran [online]. https://anitaharum.wordpress.com/


2013/09/10/skala-pengukuran/. Diakses tanggal 27 November 2017.
Hidayat, Aziz A. Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Surabaya: Salemba Medika.
Guru Statistik. 2012. Skala Pengukuran Variabel [online].http://gurustatistik.wordpress.com./
2012/05/22/skala-pengukuran-variabel/. Diakses tanggal 27 November 2017.

10

Anda mungkin juga menyukai