LAPORAN TETAP
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
KELOMPOK 1
KELAS 3 KIA
PRODI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
TAHUN AJARAN 2019/2020
1|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Laporan Tetap Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah.
Dalam menyusun laporan tetap ini, terdapat hambatan yang penulis alami,
namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari rekan- rekan kelas sehingga
penulis mampu menyelesaikan laporan tetap ini. Oleh karena itu penulis tidak
lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima kasih kepada Ibu Hilwatullisan,
S.T.,M.T selaku dosen pembimbing.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam laporan tetap
ini. Oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Semoga laporan tetap praktikum ini bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.
2|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
DAFTAR ISI
3|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
I. TUJUAN
- Menentukan kadar kandungan COD pada sampel air limbah artificial
bekas cucian
-Menguji karakteristik air ( pH, TDS, DO, Kekeruhan) pada limbah air
rumah tangga
4|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
5|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
A. Turbidity
1. Pengertian dan penggunaan Turbidity Meter .
Turbidity Meter adalah salah satu alat umum yang biasa digunakan
untuk keperluan analisa kekeruhan air atau larutan. Turbidity meter
merupakan alat pengujian kekeruan dengan sifat optik akibat dispersi sinar
dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan
terhadap cahaya yang datang. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu
suspensi padatan adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya
konstan. Alat ini banyak digunakan dalam pengolahan air bersih untuk
memastikan bahwa air yang akan digunakan memiliki kualitas yang baik
dilihat dari tingkat kekeruhanya.
1.1. Kekeruhan
Kekeruhan pada suatu cairan biasanya disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya yaitu partikel-partikel mikroskopis seperti mikro organisme
yang ada pada cairan tersebut, zat padat terlarut dan lainya.
1.2. Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan?
Kekeruhan dilihat pada konsentrasi ketidaklarutan, keberadaan
partikel pada suatu cairan yang diukur dalam satuan Nephelometric
Turbidity Units(NTU). Penting untuk diketahui bahwa kekeruhan adalah
ukuran kejernihan sampel, bukan warna. Air dengan penampilan keruh atau
tidak tembus pandang dapat dipastikan memiliki tingkat ataukadar
kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang pasti
memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat
disebabkan oleh partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat,
mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan keterangan diatas,
kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel akan
tetapi merupakan suatu ukuran bagaimana sebuah partikel menghamburkan
cahaya dalam suatu cairan.
1.3. Apa Pentingnya Menganalisa Tingkat Kekeruhan Dengan
Turbidity Meter?
Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat
penting dalam proses industri, seperti pada produksi air minum atau
6|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
2. Kekeruhan
Kekeruhan dari suatu cairan disebabkan oleh partikel
mikroskopis. Pada pengukuran suatu parameter,
konsentrasiakan sebandingdengan intensitas warna dengan bantuan
penambahan pereaksi.
2.1. Tentang Pengukuran Kekeruhan
a. Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan?
Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan, keberadaan
partikel dalam cairan yang diukur dalam Nephelometric Turbidity
Units(NTU). Penting untuk diketahui bahwa kekeruhan adalah ukuran
kejernihan sampel, bukan warna. Air dengan penampilan keruh atau tidak
tembus pandang akan memiliki kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih
atau tembus pandang akan memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan
yang tinggi disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat,
mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan definisi, kekeruhan
bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel melainkan suatu
ukuran bagaimana partikel menghamburkan cahaya.
b. Mengapa Analisa Kekeruhan Penting?
7|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
8|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam
sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan
memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh,
Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%. [1] Istilah teknik untuk
keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-halida—
terutama klorida—adalah anion yang paling banyak dari elemen-elemen
terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen
tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt) atau permil (‰),
kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan.
Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan
didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap "Copenhagen
water", air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia. [2] Pada
1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units
(psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap
larutan KCL standar.[3][4] Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa
dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan. [5]
9|P a ge
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
10 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
C. TDS
Fakta yang menggambarkan mengenai TDS secara umum antara lain :
a. TDS merupakan patokan jumlah zat yang terlarut dalam air
b. Kader TDS yang diperbolehkan adalah 500mg/l
c. Tidak ada manfaat kesehatan dari air berTDS 0
d. Air yang tidak berasa punya TDS sesuai kadar standar PERMENKES
e. Air dengan TDS yang kurang dari 500mg/l bisa digunakan filter air
Nazava
f. TDS adalah singkatan dari Total Padatan Terlarut, dan mewakili jumlah
kandungan zat yang terlarut dalam air. Satuan biasanya miligram per
liter (mg/l). Zat yang umum yang dapat ditemukan dalam air
termasuk natrium (garam), kalsium, magnesium, kalium, karbonat,
nitrat, bikarbonat, klorida dan sulfat. Dalam jumlah tertentu zat ini
dibutuhkan oleh tubuh manusia.
1. Bagaimana padatan tersebut larut dalam air?
Air tanah mengandung tingkat padatan terlarut yang tinggi, karena
air telah mengalir melalui batuan yang memiliki kandungan mineral yang
tinggi. Zat terlarut juga dapat berasal dari limba khusus di daerah perkotaan.
2. Apa efek TDS yang tinggi terhadap kesehatan
TDS tidak berpengaruh kesehatan selama air masih tawar (bukan
asin) (sumber: WHO) Bahkan zat mineral dalam air dapat dimanfaatkan
oleh tubuh. Oleh karena itu WHO tidak keluarkan saran batas maksimal
kader TDS dalam air. Amerika Serikat, Uni Eropa dan Kanada menilai TDS
sebagai standar sekunder, atau yang kurang penting bagi kualitas air minum.
TDS dianggap TDS sebagai faktor estetis (rasa) saja.
11 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
12 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
Namun, banyak orang kurang menyukai rasa air dengan TDS yang
sangat rendah. Peningkatan konsentrasi padatan terlarut juga dapat
memiliki efek teknis.
5. Efek lain dari TDS yang tinggi (lebih dari 500 mg/l)
Padatan terlarut dapat menghasilkan air dengan
kesadahan/kekerasan tinggi, yang meninggalkan endapan pada peralatan
rumah tangga, pipa air dan lain-lain. Sabun dan detergen kurang
menghasilkan busa yang banyak apabila TDS terlalu tinggi. Namun,
walaupun TDS sendiri mungkin hanya faktor estetis (rasa) dan teknis,
konsentrasi tinggi TDS adalah indikator bahwa kontaminan berbahaya,
seperti zat sulfat dan bromida arsenik juga dapat hadir di dalam air. Hal ini
terutama berlaku bila air terkontaminasi dengan limbah dari kegiatan
manusia seperti industri dan perbengkelan. Oleh karena itu WHO
menyarankan untuk menguji air di laboratorium jika TDS lebih dari 1000
mg/l .
13 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
14 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
11. Mengapa Anda Harus Mengukur Tingkat TDS dalam Air Anda ?
EPA Secondary Regulations menyarankan tingkat kontaminasi
maksimum ( MCL ) dari 500mg/liter ( 500 part per million ( ppm ) ) untuk
TDS. Banyak persediaan air melebihi tingkat ini. Ketika tingkat TDS
melebihi 1000mg / L itu umumnya dianggap tidak layak untuk dikonsumsi
manusia. Tingkat TDS yang tinggi merupakan indikator potensi masalah
15 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
16 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
17 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
18 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini didapatlah bahwa :
1. Limbah domestik terdiri dari pembuangan air kotoran dari organik
2. Parameter yang digunakan meliputi :
Fisika yaitu bentuk, warna dan bau dan kekeruhan
Kimia yaitu pH, konduktivitas, TDS dan DO
Biologi yaitu mikroba yang terkadungg didalamnya seperti
patogen dan BOD
3. Hasil pengamatan yang diperoleh dari 3 sampel
Suhu (rata-rata) = 28,8 ˚C
pH (rata-rata) = 7,07
Tegangan (rata-rata) = 13,2 mV
NaCl (rata-rata) = 408 ppm
Resistensi (rata-rata) = 404,46 Ώ
% DO (rata-rata) = 0.73 %
DO (rata-rata) = 0,05 mg
/L
TDS (rata-rata) = 78,31 ppm
Konduktivitas (rata-rata) =73,34 μs
19 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
I. TUJUAN
Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan
flokulasi dengan metode jar test
Mendapatkan dosis optimum dari koagulan
Tawas
Aquadest
Sampel air
20 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
a. Suhu air
b. Derajat keasaman (pH)
c. Jenis koagulan
d. Kadar ion terlarut
e. Tingkat kekeruhan
f. Dosis koagulan
g. Kecepatan pengadukan
h. Alkalinitas
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan
dan air bakuyang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat
mengendap dengan cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel
kedalam hubunga sehingga partikel-partikel tersebut saling bertabrakan,
kemudian melekat, dan tumbuh menjadi ukuran yang siap turun mengendap.
Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan
menyimpannya pada bak flokulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
flokulasi :
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagai lumpur (jika memungkinkan)
7. Penetapan pH pada proses koagulasi
21 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
FLOKULASI
Proses bertujuan untuk mepercepat proses penghambatan flok-
flokm yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta
melakukan proses tarik menarik dan membentk flok yang ukurannya makin
lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupak
faktor penting dala bak flokulasi. Jika nilai gradien nilai gradien terlalu
besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok. Jika
nilai gradien renah/tidak memadai maka penggabungan antar partikulat
tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit
dihasilkan. Dianjurkan untuk nilai gradien kecepatan proses flokulasi
berkisar 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan
mudah menguap maka bak flokulasi flok, kompartemen kedua terjadi proses
penggabungan flok, kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok.
Pengadukan pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metode
yang sama dengan pengadukan cepat proses koagulasi, perbedaan terletak
pada nilai gradien.
Kekeruhan adalah salah satu parameter flok dalam persyaratan
kualitas air minum, partikel dan koloid itu antara lain zat organik, protein,
kwarti, tanah liat dan lain-lain.
Koloid memiliki muatan listrik dipermukaannya yang
mengakibatkan kestabilannya dalam air. Untuk mendestabilisasi muatan
22 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
V. DATA PENGAMATAN
a. Sampel Air
Parameter Jumlah
pH 6
Turbidity 782 NTU
Warna Coklat muda
Volume 400 mL
Suhu 28˚C
23 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
b. Air Olahan
no mL PH Kelarutan Waktu Volume flok
Tawas 1% NTU Pengendapan (cm2)
(menit)
1 10 5 29,5 13 43,6
2 20 5 19,1 10 53,1
3 30 4 9,85 6 53,1
4 40 4 14,5 8 56
VI. PERHITUNGAN
Pembuatan larutan tawas Al2(SO4)3 dengan kinsentrasi 1% dari 100 mL
1
Gram = 100 x 100
= 1 gram
VII. TUGAS
1. Tentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan !
Jawab : pada dosis optimum dari koagulan yang digunakan 40 mL
tawas dalam 400 mL sampel air.
2. Uraikan mengenai proses koagulasi !
Jawab :
Secara Fisika
a. Pemanasan : kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan
tumbukkan anatr partikel sol dengan molekul air betambah
banyak
b. Pengadukan : contoh : tepung kanji
c. Pendinginan : contoh : agar-agar
Secara Kimia
24 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
25 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
3
Series 1
2
0
10 20 30 40
30
25
20
15 Series 1
10
0
10 20 30 40
26 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
12
10
6 Series 1
0
10 20 30 40
50
40
30
Series 1
20
10
0
10 20 30 40
27 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
28 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
IX. KESIMPULAN
29 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menghasilkan produk berupa air yang bebas ion-ion pengotor
- Membandingkan kualitas air sebelum dan sesudah
dikontakkan kedalam kolom Ion Exchnager
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan :
- Seperangkat alat unit ion exchanger
- Gelas kimia 250 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Bola Karet
- Erlenmeyer 250 ml
- Spatula
- Kaca Arloji
- Batang Pengaduk
- Neraca Analitik
- Buret 50 ml
2.2 Bahan yang digunakan:
- Larutan NaCl 300 ppm
- Larutan AgNO3
- Larutan indikator kalium dikromat
-
III. DASAR TEORI
Penukar ion (ion exchanger)
Dalam kolom resin penukar kation terjadi reaksi pertukaran kation
pengotor air dengan H+ dari resin penukar ion terjadi pertukaran kation
pengotor air dengan ion OH - dari resin penukar anion. Pertukaran
kation pengotor air dengan OH - dari resin penukar anion.
30 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
31 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
R–OH+A- R–A+OH-
32 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
H+ + OH- H2O
Dengan demikian air akan keluar ion – ion atau disebut
bebas mineral. Oleh karena itu prosesnya disebut
demineralisasi atau biasanya disebut dengan aqua DM.
apabila resin telah jenuh, maka prosesx regenerasi dapat
dilakukan dengan mengalirkan asam 4N
Dalam industry atau lab dan kesehatan, banyak
diperlukan air bebas dari ion-ion tersebut atau ion bebas
mineral.
Dalam pembuatan alat demineral air, dapat 3 model
yaitu :
a. System 2 kolom (double bed)
b. Sistem satu kolom ( mixbed bed)
c. Sistem Kombinasi
33 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
A. Kation
1. Membuat larutan CaCO3
Menimbang 0,4 gr CaCO3, kemudian melarutkan dalam
1000 ml aquadest.
2. Memipet 50 ml larutan CaCO 3 yang telah dibuat, sisanya
memasukkan ke dalam unit ion exchanger.
3. Memipet 50 ml larutan CaCO 3 yang telah dikontakkan ke
unit ion exchanger kedalam Erlenmeyer.
34 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
Penentuan Kesadahan
1. Memipet 50 ml aquadest ( sebagai sampel) ke dalam
Erlenmeyer.
2. Memipet 50 ml aquadest yang sebelumnya telah
dikontakkan pada ion exchanger, ke dalam Erlenmeyer
yang berbeda.
3. Menambahkan 1 ml indikator buffer amoniak pada
masing-masing Erlenmeyer.
4. Menambahkan 5 tetes indikator eriocrom.
5. Mentitrasi dengan EDTA hingga berubah warna dari
merah anggur menjadi biru.
6. Mencatat volume titrasi.
B. Kation
Standarisasi Larutan Baku HCl dengan NaCl
1. Membuat larutan 0,1 M HCl dengan volume 500 ml.
2. Menimbang dengan teliti 2,5 gr NaCl, melarutkan dengan
aquadest sampai 500 ml.
3. Menyiapkan 2 buah Erlenmeyer.
4. Menambahkan masing-masing 26 ml NaCl sebelum dan
yang sesudah dikontakkan dengan ion exchanger dalam
Erlenmeyer.
5. Menambahkan 2 tetes indikator metil merah, kemudian
mentitrasi dengan HCl.
6. Mencatat volume titrasi.
35 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
V. DATA PENGAMATAN
Sebelum
Sampel Turbidity Volume Volume
pH
(NTU) Titrasi 1 Titrasi 2
Anion
0,77 6 4,5 ml 4,3 ml
(NaCl)
Kation
40 6 50 ml 49,8 ml
( CaCo3)
Sesudah
Sampel Turbidity pH Volume Volume
(NTU) Titrasi 1 Titrasi 2
Anion
0,31 6 3,7 ml 3,2 ml
(NaCl)
Kation
6,77 6 42 ml 44 ml
( CaCo3)
36 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
ANION
a. Larutan NaCl 500 ppm, 3 L
Gr NaCl = 500 mg/L x 3 L = 1,5 gram
b. Titrasi Sebelum
𝒎 𝑵𝒂𝑪𝒍
= 𝑽 𝑨𝒈𝑵𝒐𝟑 𝒙 𝑵 𝑨𝒈𝑵𝑶𝟑
𝑩𝑬 𝑵𝒂𝑪𝒍
1
𝑥 500
20
= 4,4 𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑜3
58,5
N AgNO3 = 0,097 N
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑙
% Cl = 𝑥 100%
𝑀𝑔 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
4,4 𝑚𝑙 𝑥 0,097 𝑁 𝑥 35,5
= 𝑥 100%
500 𝑚𝑔
= 0,03 %
c. Titrasi Sesudah
𝒎 𝑵𝒂𝑪𝒍
= 𝑽 𝑨𝒈𝑵𝒐𝟑 𝒙 𝑵 𝑨𝒈𝑵𝑶𝟑
𝑩𝑬 𝑵𝒂𝑪𝒍
1
𝑥 500
20
= 3,45 𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑜3
58,5
N AgNO3 = 0,12 N
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑙
% Cl = 𝑥 100%
𝑀𝑔 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3,45 𝑚𝑙 𝑥 0,12 𝑁 𝑥 35,5
= 𝑥 100%
500 𝑚𝑔
= 0,029 %
37 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
KATION
b. Titrasi Sebelum
𝒎 𝑪𝒂𝑪𝑶𝟑
= 𝑽 𝑬𝑫𝑻𝑨 𝒙 𝑵 𝑬𝑫𝑻𝑨
𝑩𝑬 𝑪𝒂𝑪𝑶𝟑
1
𝑥 500 𝑚𝑔
20
= 49,9 𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐸𝐷𝑇𝐴
100,09
N EDTA = 0,005 N
𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑁 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑎
% Cl = 𝑥 100%
𝑀𝑔 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
49,9 𝑚𝑙 𝑥 0,005 𝑁 𝑥 50,045
= 𝑥 100%
500 𝑚𝑔
= 0,025%
c. Titrasi Sesudah
𝒎 𝑪𝒂𝑪𝑶𝟑
= 𝑽 𝑬𝑫𝑻𝑨 𝒙 𝑵 𝑬𝑫𝑻𝑨
𝑩𝑬 𝑪𝒂𝑪𝑶𝟑
1
𝑥 500 𝑚𝑔
20
= 43 𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐸𝐷𝑇𝐴
100,09
N EDTA = 0,006 N
𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑁 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑎
% Cl = 𝑥 100%
𝑀𝑔 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
43 𝑚𝑙 𝑥 0,005 𝑁 𝑥 50,045
= 𝑥 100%
500 𝑚𝑔
= 0,021%
38 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
39 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Unit ion exchanger bertujuan untuk menyerap unsur-unsur
anion ataupun kation dengan menggunakan resin penukar ion.
2. Pada percobaan kation didapatkan kadar kation sebesar:
- Sebelum : 0,025 %
- Sesudah : 0,021 %
3. Pada percobaan anion didapatkan kadar anion sebesar :
- Sebelum : 0,03 %
- Sesudah : 0,029 %
40 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
I TUJUAN
Mampu menganalisa awal dan akhir minyak goreng bekas (jelantah)
Mampu menjernihkan minyak bekas gorengan dengan berbagai
adsorben
41 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
layak lagi digunakan. Agar minyak goreng tersebut dapat dimanfaatkan lagi
maka perlu dilakukan pengolahan sekunder dengan metode adsorbsi.
Praktikum yang dilakukan ini adalah mencoba meningkatkan kualitas
minyak goreng bekas dengan adsorben karbon aktif. Minyak goreng bekas
dipanaskan pada suhu 60℃. Kemudian dicampurkan dengan karbon aktif
dengan berbagai variasi yaitu 2,3,4 gram dan waktu pengadukan selama 30
menit.
Adsorbsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adsorbsi. Adsorbsi adalah
suatu proses yang terjadi ketike fluida terikat pada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut.
Berbeda dengan adsorbsi dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan
membentuk suatu larutan.
Definisi lain menyatakan adsorbsi sebagai suatu peristiwa penyerapan
pada lapisan permukaan atau antar fasa. Dimana molekul dan suatu materi
terkumpul pada bahan pengadsorbsi. Adsorbsi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu adsorbsi fisika yang disebabkan oleh gaya van der walls (penyebab
terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada
permukaan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat
khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu.
2. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka semakin banyak zat yang
teradsorbsi.
42 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
3. Temperatur
Naik turunnya tingkat adsorbsi dipengaruhi oleh temperatur. Pemanasan
adsorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terluka dan menyebabkan
daya serapnya meningkat. Tetapi pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat
membuat struktur adsorben rusak.
4. pH
Tingkat keasaman juga berpengaruh , adsorbat yang bersifat asam atau
asam organik lebih muda teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbat
organik efektif pada pH tinggi.
5. Jenis dan Karakteristik Adsorben
Jenis adsorben yang digunakan umumnya adalah karbon aktif. Karbon
aktif adalah suatu bahan berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan
yang mengandung karbon dan dilakukan aktivitas dengan menggunakan gas
CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan
dengan demikian daya adsorbsinya lebih tinggi.
TEORI TAMBAHAN
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang berasal dari jenis-jenis
goreng seperti minyak kelapa sawit,minyak sayur, minyak samin, dsb.
Minyak jelantah merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah
tangga. Dan jika ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah
mengandung minyak atau senyawa karsinogenik yang terjadi selama proses
penggorengan. Jadi pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat
43 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
44 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
6. Menggunakan Nasi
Nasi bisa digunakan untuk menjernihkan minyak yang kotor akibat remah-
remah sisa penggorengan yang tertinggal didalam minyak.
45 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
46 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
V. TUGAS
- Kecepatan pengadukan
- pH
- luas permukaan
- temperatur
- jenis dan karakter adsorben
47 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
VII. PERHITUNGAN
1. Perhitungan larutan KOH 0,5M
𝑀 × 𝑉 × 𝐵𝐸
𝑔𝑟 =
1000
𝑔𝑟 = 7,01 𝑔𝑟
2. Penentuan ALB
BM Asam Palmintat = 256 gr/mol
𝑔𝑟
𝜌 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ∶ 0,93
𝑐𝑚3
48 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
A. Penjernihan
1. Alkohol dipanaskan
𝑀𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 𝐾𝑂𝐻 × 𝐵𝑀 𝐶𝑝
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 1000
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 0,1 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 0,28%
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 0,7 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 1,94%
3. Bentonit dipanaskan
𝑀𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 𝐾𝑂𝐻 × 𝐵𝑀 𝐶𝑝
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 1000
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 0,2 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 0,57%
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 0,4 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 1,1%
49 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 1 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 2,8%
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 1,2 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 3,3%
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 1 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 2,8%
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 0,5 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 1,4%
50 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
9. Nasi dipanaskan
𝑀𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 𝐾𝑂𝐻 × 𝐵𝑀 𝐶𝑝
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 1000
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 1 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 4,5%
𝑔𝑟
0,5𝑀 × 1,4 𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 256 𝑚𝑜𝑙
%𝐴𝐿𝐵 = × 100%
4,6 𝑔𝑟 × 1000
%𝐴𝐿𝐵 = 3,9%
51 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
ruang 1,4%, kulit pisang yang dipanaskan 2,8%, nanas yang dipanaskan 4,5
% dan nanas pada suhu ruang 3,9%. Semakin banyak adsorben yang
digunakan maka semakin banyak pula ALB yang diikat.
IX. KESIMPULAN
- Semakin banyak adsorben yang digunakan maka kadar ALB semakin
banyak berkurang
- Jumlah penambahan adsorben pada minyak goreng bekas mempengaruhi
pengurangan kadar ALB
- Kadar ALB yang besar dapat menurunkan kualitas minyak goreng
- Data %ALB yang didapat :
Bentonit dipanaskan : 0,57%
Bentonit suhu ruang : 1,1%
Alkohol dipanaskan : 0,28%
Alkohol suhu ruang : 1,94%
Kulit nanas dipanaskan : 2,8%
Kulit nanas suhu ruang : 3,3%
Kulit pisang dipanaskan : 2,8%
Kulit pisang suhu ruang : 1,4%
Nasi dipanaskan : 4,5%
Nasi suhu ruang : 3,9%
52 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
PENGUKURAN KEBISINGAN
I. TUJUAN
Untuk mengetahui intensitas kebisingan di suatu tempat kerja.
Mahasiswa manmpu melakukan pengukuran kebisingan.
Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran kebisingan.
II. ALAT
Alat yang digunakan:
- Sound Level Meter (SLM)
53 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
54 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
D. Pengendalian Kebisingan
Menurut Pramudianto yang dikutip oleh Babba (2007), pada prinsipnya
pengendalian kebisingan di lempat kerja terdiri dari:
1. Pengendalian secara teknis
Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media
yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian
bising pada sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan
hendaknya dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi.
Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang
bergerak, menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu
buangan, mengganti alat yang telah usang dengan yang lebih baru dan
desain peralatan yang lebih baik.
b. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang
bersuara dan melumasi semua bagian yang bergerak.
c. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari
pekerja/penerima, menutup mesin alaupun membuat
barrier/penghalang.
d. Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk
mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu
benda dari atas ke dalam bak maupun pada sabuk roda.
e. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang
kerja. Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu
ruangan bising.
2. Pengendalian secara administratif
Pengendalian ini meliputi rotasi kcrja pada pckerja yang terpapar olch
kcbisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih
rendah, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepal untuk
tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.
Sound Level Meter adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat
kebisingan suara, hal tersebut sangat di perlukan terutama untuk lingkungan
industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji
tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.
Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.
55 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti
suara lalu lintas, suara pesawat terbang
3. Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarmya seperti suara senapan,
mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode
yang Sama seperti suara mesin tempa.
2. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, emosi,
dll.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan,
bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar isyarat
ataupun tanda bahaya.
56 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
V. DATA PENGAMATAN
Sumber Kebisingan/Lokasi
Tingkat Kebisingan (dB)
Kebisingan
Suara sepeda motor 1 65,07
Suara sepeda motor 2 66,8
Mesin distilasi (Lab. Teknik Kimia) 103
Kantin elektro 71,5
Kantin sipil 80
Bengkel teknik sipil 96,03
Bengkel teknik mesin 102
57 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
VI. TUGAS
1. Jelaskan definisi kebisingan menurut saudara!
Jawab:
Kebisingan adalah suara yang dihasilkan akibat suatu kegiatan manusia atau
alat yang membuat terganggunya kesehatan manusia dan kenyamanan
sekitar.
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari kebisingan?
Jawab:
a. Ketulian
b. Gangguan fisiologi dan psikologi
c. Gangguan komuniikasi
d. Kurangnya pendengaran antar pekerja
3. Upaya apa yang dapat mengurangi kebisingan?
Jawab:
a. Pengendalian secara teknis
- Desain ulang peralatan
- Perbaikan dan perawatan
- Mengisolasi peralan
- Meredam sumber bising
- Menambah sekat pada sumber bising
b. Pengendalian secara administratif
c. Pemakaian alat pelindung telinga
58 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
berada pada zona tingkat kebisingan yang aman. Selanjutnya pada kantin elektrro
dan kantin sipil didapat tingkat kebisingan sebesar 71,5 dB dan 80 dB . Pada angka
ini kebisingan cukup tinggi karena pada lokasi ini terdapat banyak orang sehingga
menimbulkan keadaan yang sangat bising. Kemudian pada bengkel Teknik Sipil
didapat angka 96,3 dB, bengkel Teknik Mesin sebesar 102 dB dan ruang mesin
distilasi pada lab. Teknik Kimia sebesar 103 dB. Dari ketiga lokasi tersebut, angka
tingkat kebisingan sangat tinggi sehingga dapat mengganggu pendengaran. Pada
lokasi dengan tingkat kebisingan yang tinggi dianjurkan untuk menggunakan alat
peredam kebisingan di telinga karena batas maksimum zona kebisingan yang aman
bagi pendengaran manusia berkisar antara 60-70 dB.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sound Level Meter (SLM) adalah suatu perangkat alat uji yang digunakan
untuk mengukur tingkat kebisingan suara.
2. Faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengukuran adalah alat
yang terkadang error pada saat digunakan.
3. Hasil pengukuran yang didapatkan:
a. Suara sepeda motor 1 : 65,07 dB
b. Suara sepeda motor 2 : 66,8 dB
c. Ruang mesin distilasi (Lab. Teknik Kimia) : 103 dB
d. Kantin elektro : 71,5 dB
e. Kantin sipil : 80 dB
f. Bengkel teknik sipil : 96,03 dB
g. Bengkel teknik mesin : 102 dB
59 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
GAMBAR ALAT
60 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
61 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
Buret
Neraca Analitik
62 | P a g e
Laporan Tetap Kelompok 1
Lab. Teknologi Pengolaham Limbah
DAFTAR PUSTAKA
63 | P a g e