Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PRESENTASI KASUS

PADA NY. K DENGAN HEMOROID


DI RUANG DAHLIA II RSUD RA. KARTINI JEPARA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Tugas Kelompok


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Eni Ernawati N420174019


Farida Putri A N420174024
Faridha AR N420174025
Hidayatur Rohman N420174033
Ina Zulia AJ N420174035
Milla Mailana N420174046
Rika Setiawati N420174059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien, merupakan penyakit
yang sering dijumpai, dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat belum
mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Banyak orang
awam tidak mengerti daerah anorektal (anus dan rektum) dan penyakit-penyakit umum yang
berhubungan dengannya. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan dimana limbah
berupa tinja keluar dari dalam tubuh. Sedangkan rektum merupakan bagian dari saluran
pencernaan di atas anus, dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus.
Sepuluh juta orang di Amerika dilaporkan menderita hemoroid, dengan prevalensi lebih dari 4 %.
Penelitian menunjukkan bahwa ada 1,5 juta resep untuk penyakit hemoroid setiap tahunnya.
Yang menggembirakan, disebutkan pula bahwa dari tahun ke tahun, jumlah penderita hemoroid
yang menjalani rawat inap di rumah sakit semakin berkurang. Puncak tertinggi pada tahun 1974,
sebanyak 117 orang dari 100.000 orang menderita hemoroid. Lalu pada tahun 1987 jumlah
penderita berkurang menjadi 37 orang saja dari 100.000 orang, dengan umur rata-rata penderita
antara 45-65 tahun
Hemorroid atau “wasir” merupakan vena varikosa pada kanalis dan dibagi menjadi 2 jenis
yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Hemorroid interna merupakan varises vena hemoroidalis
superior dan media, sedangkan hemoroid eksterns merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
Sesuai istilah yang digunakan, hemoroid eksterna timbul di sebelah atas (atau di sebelah proksimal)
sfingter.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi sekitar 35% penduduk berusia lebih
dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan
yang tidak nyaman.
(Hasil penelitian statistik kesehatan 2003)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan penyakit Hemorroid.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system pencernaan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit Hemorroid.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi Hemorroid.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis Hemorroid.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi Hemorroid.
f. Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit Hemorroid.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit Hemorroid.
h. Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit Hemorroid.
i. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dengan penyakit Hemorroid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR HEMORROID


A. DEFINISI
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo, 2006).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-macam,
yaitu thrombosis, ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis (Mansjoer, 2008).
B. KLASIFIKASI
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa
(Sjamsuhidajat dan Jong,2005).
1) Hemoroid interna dibagi lagi menjadi empat tingkat:
a. Tingkat I: Varises satu atau lebih v.hemoroidales interna dengan gejala perdarahan
berwarna merah segar pada saat buang ari besar.
b. Tingkat II: Varises dari dua atau lebih v.hemoroidales interna yang keluar dari dubur
pada saat defekasi tetapi masih bisa masuk kembali dengan sendirinya.
c. Tingkat III: Seperti tingkat dua tetapi tidak dapat masuk spontan, harus didorong
kembali.
d. Tingkat IV: Telah terjadi inkarserasi.
2) Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya hematom, walaupun disebut sebagai trombus ekterna akut.
Tanda-tanda yang sering timbul adalah :
 Sering rasa sakit dan nyeri
 Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung saraf kulit
merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid ekterna kronik atau “skin tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung sedikit pembuluh darah.
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi dari
hemoroid adalah :
1. Faktor predisposisi :
a. Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan
bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus
hemoroidalis.
c. Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat.
d. Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat.
e. Psikis.
2. Faktor presipitasi :
a. Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal)
misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b. Fisiologis
c. Radang
d. Konstipasi menahun
e. Kehamilan
f. Usia tua
g. Diare kronik
h. Pembesaran prostat
i. Fibroid uteri
j. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
D. MANIFESTASI KLINIS
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri
hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan
iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan
nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolapse
(Smeltzer dan Bare, 2002).
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya
dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang
sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya
timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis. Perdarahan
umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet
menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena
kaya zat asam. Perdarahan luas dan intensif di
pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan
“darah arteri”. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-
lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya
penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah
selesai defekasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi. Pada tahap lanjut, akhirnya sampai
pada suatu keadaan dimana tidak dapat
dimasukkan. Kotoran di pakaian dalam menjadi tanda hemoroid yang
mengalami prolaps permanen. Kulit di daerah perianal akan mengalami
iritasi. Nyeri akan terjadi bila timbul trombosis luas dengan edema dan peradangan.
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi defekasi yang keras, yang membutuhkan
tekanan intraabdominal tinggi (mengejan), juga sering pasien harus duduk berjam-jam di WC,
dan dapat disertai rasa nyeri yang merupakan gejala radang (Mansjoer, 2008).
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi bila telah terjadi trombosis.
Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil
musin akan dapat dilihat pada satu atau beberapa kuadran. Selanjutnya secara sistematik
dilakukan pemeriksaan dalam rectal secara digital dan dengan anoskopi. Pada
pemeriksaan rektal secara digital mungkin tidak ditemukan apa-apa bila
masih dalam stadium awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan untuk
melihat hemoroid interna yang tidak mengalami penonjolan. Pada
pemeriksaan kita tidak boleh mengabaikan pemeriksaan umum karena keadaan ini dapat
disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal (Mansjoer, 2008).
E. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari
vena hemoroidalis. Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna.
Hemoroid interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul
disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena
hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani. Hemoroid eksterna
ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut
sebagai hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu
atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid
interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan proktoskopi.
Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti
penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai
pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II dapat mengalami
prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara spontan
atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus
secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa
nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus
hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan
stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang
mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Kebanyakan
penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan berupa kompres
duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah
dapat dilakukan bila.
F. PATHWAY
Terlampir
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler
yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya
benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani
dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya
darah samar
4. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
 Laboratorium : - Eritrosit
 Leukosit
 Hb
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita hemoroid pre
dan post hemoroidektomi menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Price dan Wilson (2006)
ada berbagai macam, meliputi:

a. Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang
berusia lebih dari 25 tahun. Laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid.
Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan pada saat defekasi, pola makan
yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid,
kehamilan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.

2. Pengkajian pasien hemoroid menurut Smeltzer dan Bare (2002) dijelaskan dalam pola
fungsional Gordon, meliputi :
a. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan Konsumsi makanan rendah serat,
pola BAB yang salah (sering mengedan saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif,
kurang olahraga atau imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau
berdiri terlalu lama
b. Pola nutrisi dan metabolik
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa kering, kadar
hemoglobin turun.
c. Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena
nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e. Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi).
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post hemoroidektomi yaitu rasa
gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang
pada saat defekasi dan adanya pus.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam bekerja.
h. Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas, peningkatan
ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan, masalah tentang pekerjaan.

4. Pemeriksaan fisik
a) Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat.
b) Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c) Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi, hipotensi.
e) Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f) Kulit : Turgor kulit menurun, pucat
g) Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hemoroid pre
dan post operasi hemoroidektomi menurut Carpenito-Moyet (2007), Smeltzer & Bare (2002),
NANDA (2007) :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana pembedahan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit atau jaringan anal.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang
masih baru.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada
area rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan reflek spasme
otot spingter ani sekunder akibat operasi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defeksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Fokus intervensi pada pasien pre dan post operasi hemoroid menurut
Doenges (2000), Carpenito-Moyet (2007), dan NANDA (2007) :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi sekunder akibat rencana pembedahan.
 Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang. Kriteria hasil : Menunjukkan
perasaan dan mengidentifikasi cara yang
sehat dalam berhadapan dengan mereka. Tampil santai, dapat beristirahat/ tidur
cukup melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang
dapat diatasi.
 Intervensi :
a. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan
prosedur pembedahan.
Rasional : rasa takut yang berlebihan atau terus-menerus akan
mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan.
b. Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan factual.
Rasional : mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien
untuk menghadapinya secara realistis.
c. Catat ekspresi yang berbahaya/ perasaan tidak tertolong, pre
okupasi dengan antisipasi perubahan/ kehilangan, perasaan tercekik.
Rasional : pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang
ditunjukkan dengan antisipasi prosedur pembedahan/ diagnosa/ prognosa penyakit
d. Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada
ruang operasi.
Rasional : pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan
ketidakmampuan untuk melatih control
e. Instruksikan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi perasaan tegang dan rasa cemas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/ jaringan anal.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan integritas kulit Membaik.
 Kriteria hasil :
a. Mencapai penyembuhan luka.
b. Mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan
mencegah komplikasi.
 Intervensi
a. Beri penguatan pada balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptic yang ketat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang dapat
menyebabkan eksoriasi.
b. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan
luka/ berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi
yang lebih serius.
c. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional : menurunnya cairan, menandakan adanya evolusi dan proses
penyembuhan.
d. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.
e. Rasional : mencegah kontaminasi luka
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang masih
baru.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami
perdarahan.
 Kriteria hasil :
Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, pasien
tidak mengalami perdarahan, tanda-tanda vital berada dalam batas normal : tekanan
darah 120 mmHg, nadi : 80-100x/ menit, pernapasan : 14 – 25 x/ mnt, suhu: 36 – 37 C ± 0,5
C
 Intervensi :
a. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada pasien sehingga
dapat menentukan intervensi selanjutnya.
b. Monitor tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi perdarahan.
c. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan.
Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu
menentukan intervensi selanjutnya.
d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika
diperlukan.
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan
mendukung terapi yang diberikan pada pasien sehingga mampu memberikan hasil
yang maksimal.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan :
pemberian transfusi, medikasi.
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi dan untuk
menghentikan perdarahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada
area rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks spasme otot
sfingter ani sekunder akibat operasi.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
 Kriteria hasil :
a. Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan
b. Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
c. Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
d. Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan
 Intervensi :
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur
b. Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang mengalami
peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
c. Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
d. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal hangat atau sit bath
dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan
penyembuhan (pendekatan perineal).
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi,
pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi.
 Kriteria hasil :
Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan
dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
 Intervensi
a. Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosocomial
b. Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu.
c. Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptic
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
d. Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam, drainase, purulen)
Rasional : deteksi dini proses infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,Volume I. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidajat R, W. d. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Potter, P. A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume2. Jakarta: EGC
Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerjemah Monica Ester.
Jakarta: EGC
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian awal dilakukan tanggal 17 Oktober 2017 Jam 22.00 WIB di Ruang Dahlia 2 RSUD
RA Kartini Jepara

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Ny. K

Umur : 57 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Menganti 14/4 Kedung Jepara

No Register : 000639806

Diagnosa Medis : Hemorroid grade III

Tanggal Masuk RS : 17 Oktober 2017 Jam : 09.30 WIB


Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2017 Jam 22.00 WIB

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. J

Umur : 35 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tukang Kayu

Alamat : Menganti 14/4 Kedung Jepara

Hubungan dengan pasien : Anak

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Benjolan di bagian anus
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengatakan ada benjolan di anus kurang lebih 3 hari, nyeri saat penekanan
(duduk) , sudah control di poli dengan dr.Syahar Sp.B,terjadi peradangan dan sulit
dimasukkan kembali. Pada tanggal 17 Oktober 2017 dari rumah pasien langsung
datang ke IGD di IGD dilakukan pemeriksaan Ku: Pasien tampak lemah GCS : E4
V5 M6 TTV : TD : 120 / 80 mmHg, N : 80 x/menit, S: 360 C, RR :20x / menit, SpO2
: 99 % Pupil : 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+, tidak mual dan tidak muntah, diberikan
terapi parenteral/ infuse RL 20 tpm. dan untuk penanganan lebih lanjut pasien
dipindah keruang DAHLIA II.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak memiliki penyakit Hipertensi, belum pernah opname sebelumnya dan
pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti sekarang ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang memiliki ada riwayat Hipertensi, tidak ada riwayat
Diabetes Mellitus & Asma, dan ada yang menderita penyakit seperti yang dirasakan
pasien yaitu bapak pasien.
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat makanan, lingkungan maupun obat –
obatan.
3. Pola Fungsional Kesehatan
a. Data Biologis
1) Pola Pernapasan
Pasien mengatakan di rumah biasa bernapas dengan baik tanpa menggunakan
alat bantu O2.

Saat dikaji, tidak retraksi dada, cuping hidung, RR 20 x/menit, Bunyi napas
vesikuler.

2) Pola Nutrisi
Pasien mengatakan di rumah biasa makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk,
sayuran, dan minum air putih 5 – 6 gelas sehari.

Saat dikaji, Pasien makan diit nasi yang disajikan dari RS dan habis 1 porsi,
minum air putih 3-4 gelas sehari.

Pengkajain Nutrisi : A : BB sekarang : 65 kg

TB : 155 cm

B : Hb : 12,4 gr%

C : Lemah, tampak cemas terdapat benjolan di anus

D : tidak ada diit khusus

3) Pola Eliminasi
Pasien mengatakan di rumah biasa BAB 1x/hari. Konsistensi lunak warna
kuning. BAK ± 6 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri, tidak ada
pendarahan.

Saat dikaji, pasien belum BAB sejak 2 hari yang lalu, sehari ini BAK 2 kali,
warna kuning jernih, ada nyeri pada anus, tidak ada bleeding, tidak terpasang
DC.

4) Pola Istirahat & Tidur


Pasien mengatakan di rumah biasa tidur ± 7 jam, mulai dari jam 22.00 – 05.00
WIB. Tidur siang ± 1 jam.

Saat dikaji, Pasien mengatakan lebih banyak tidur ± 8 – 9 jam


5) Pola Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
P : nyeri karena ada benjolan dianus
Q : kualitas nyeri tumpul
R : nyeri dianus
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul

6) Pola Personal Hygiene


Pasien mengatakan dirumah mandi 2 x/hari, gosok gigi 2x/hari.

Saat dikaji, tubuh pasien terkesan kusuh, kulit kepala ada sedikit ketombe,
kulit kering.

7) Pola Mempertahankan Suhu Tubuh & Sirkulasi


Pasien mengatakan dirumah, bila suhu tubuhnya panas biasanya membeli obat
di warung, bila suhu tubuhnya dingin mengenakan jaket

Saat dikaji, S : 36 0C, CRT 3 detik.

8) Pola Kebutuhan Aktivitas (gerak & keseimbangan)


Pasien mengatakan dirumah biasa melakukan perkerjaan ibu rumah tangga
sendiri.

Saat dikaji, Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri seperti makan, minum
maupun mandi di kamar mandi dengan sedikit bantuan keluarga

9) Pola Kebutuhan Spiritual


Pasien mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah sholat.

Saat dikaji, pasien memerlukan adaptasi dalam beribadahnya dengan berdoa.

10) Pola Komunikasi dengan Orang Lain.


Pasien mampu berkomunikasi dengan jelas kepada pasien yang lain, keluarga
serta perawat.

Saat dikaji tentang persepsi diri dan sakit yang dialaminya, hanya
menyerahkan diri kepada Allah SWT.

11) Pola Kebutuhan Bekerja


Sebelum sakit, pasien bekerja sebagai buruh .

Saat dikaji, sudah beberapa hari tidak lagi bekerja.

b. Data psikologis
Pasien mengatakan cemas akan pengobatan yang akan dijalani karena Pasien belum
mengerti tentang penyakitnya dan belum tahu tentang tindakan operasi yang akan
dijalani.

c. Data sosiologis
Pasien mengatakan orang terdekatnya anaknya, suaminya sudah meninggal.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Compomentis

GCS : 15 (E 4M6V5)

Tanda-tanda : TD : 120 / 80 mmHg

N : 80 x / menit

S : 36 0C

RR : 20 x/menit

b. Kepala
Mesochepal, rambut ikal, panjang, rambut beruban, kulit kepala kotor ada ketombe,
tidak bengkak/lesi.

c. Mata
Sklera tidak ikterik, conjungtiva anemis, pupil isokor, ada reflek cahaya,
penglihatan baik.

d. Telinga
Simetris, terdapat sedikit serumen, pendengaran baik, tidak ada pada tulang
mastoideus.

e. Hidung
Simetris, tidak ada polip, tidak epistaksis, tidak terpasang alat bantu pernapasan,
penciuman baik.

f. Mulut
Tidak cyanosis, tidak ada stomatitis, mulut dan lidah sedikit kotor, gigi tidak
berlubang dan gigi geraham tanggal.

g. Tenggorokkan
Pasien mampu menelan dengan baik, tidak ada gangguan menelan, tidak ada
pembesaran tonsil.

h. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat distensi JVP.

i. Dada
Paru
Inspeksi : Simetris, gerakan naik turun dada teratur, RR 20 x /menit
Palpasi : Vocal fremitus segmen lapang kanan sama dengan kiri.
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi ronchi / wheezing
j. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis di Mid Clavicula Sinistra

Palpasi : Denyut jantung Reguler di IC 5 Mid Clavicula Sinistra

Perkusi : Terdengar bunyi pekak

Auskultasi : Terdengar BJ S1 & S2, tidak ada bunyi gallop, tidak ada murmur.

k. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak Asites, tidak ada lesi/bengkak

Auskultasi : Bunyi Peristaltik 15 x / menit

Perkusi : Terdengar bunyi timpani

Palpasi : Tidak ada massa / benjolan, tidak terdapat Hepatosplenomegali, tidak


ada nyeri tekan episgastrik

l. Genetalia & Rectum


Tidak terpasang DC, ada benjolan di anus.

m. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak ada Odema, Terpasang Infus RL 20 tpm di tangan kanan,
CRT 3 detik.

Ekstremitas bawah : tidak ada odema

Kekuatan otot 5 5

5 5

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Hasil Laboratorium
 Tanggal 18 Oktober 2017 Jam
Nilai Normal
Pemeriksaan Nilai Satuan
(Pr)

12,4*

6.180 gr% 12 – 16
Hematologi
375000 mm3 4000 - 10000
- Haemoglobin
- Leucoccyt 103 mm3 150000 –
- Thrombocyt
30,2 mg% 400000
- GDS
- UREUM 0,5 mg% 80-150

- CREATININ 10-50
142,0 mg/dl
- NATRIUM
- Kalium I Potasium 3,94 mmol/L 0.7-1.2

- CHLORIDA 135-155
111,8.* mmol/L
- HBSAG
(-) NEGATIF mmol/L 3.5-5.5

95-105
b. Hasil Ekg
Vent. Rate 74 bpm
PR int 178 ms
QRS dur 88 ms
QT/QTc int 394/422 ms
P/QRS/T axis 35/ 28/ 41
RV5/ SVI amp 1.745/ 0.785 mv

RV5 + SV1 amp 2.530 mv

c. Terapi Obat
Tanggal 17 Oktober 2017

Infus. RL 20 tpm

Inj. Ambacin 1 gr/12 jam

Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Tindakan Operatif tanggal 19 Oktober 2017

B. Analisa Data
No Tanggal /
Data Fokus Problem Etiologi
DP Jam

I 17 Oktober DS : - pasien merasa khawatir dengan Cemas Kurang


2017 benjolan yang semakin Pengetahuan
membesar dan sulit tentang
Jam 22..00
dimasukkan penyakit
- pasien mengatakan kurang tahu
dan mengerti tentang
penyakitnya dan tindakan
operasi yang akan dijalani.

DO : - pasien sering bertanya pada


perawat tentang penyakitnya.

2 18 Oktober DS : - pasien mengatakan nyeri Nyeri adanya massa


2017 anal atau
- P nyeri karena ada benjolan di
anus, yang
Jam 06.30 anus
ditandai
- Q : kualitas nyeri tumpul
benjolan
- R : nyeri di anus
didaerah
- S : Skala nyeri 3
anus, terasa
- T : Nyeri hilang timbul
nyeri dan
DO : pasien terlihat meringis saat gatal pada
duduk daerah anus.

C. Diagnosa Keperawatan
1) Cemas b.d kurangnya pengetahuaan tentang penyakitnya
2) Nyeri bd adanya massa anal atau anus, yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa
nyeri dan gatal pada daerah anus

D. Intervensi Keperawatan
Tanggal No Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil TTD
Jam Dp Keperawatan

17 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kekhawatiran tentang


Oktober keperawatan selama 1 x penyakit kanker payudara
2017 pertemuan selama 30 menit 2. Beri penkes tentang
pengertian, etilogi, tanda,
22.00 pasien mengetahui tentang gejala, penatalaksana.
penyakitnya dengan kriteria : 3. Dorong pasien untuk
mengungkapkan masalah
- Pasien / pasien sudah tidak
atau ketakutan yang
bertanya kepada perawat
dihadapi
tentang penyakitnya.
4. Anjurkan pasien untuk
- Pasien mengerti dan
menerangkan kembali
mengetahui tentang
mengenai penkes yang
penyakitnya.
telah diberikan.
- Pasien dapat menerangkan
5. Libatkan keluarga
kembali apa yang telah di
jelaskan oleh perawat.
18 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV dan
Oktober keperawatan selama 1 x tanda-tanda nyeri
2017 pertemuan selama 24 jam nyeri 2. Berikan posisi yang
pasien berkurang dengan nyaman
09.00
kriteria : 3. Ajarkan teknik
relaksasi
-skala nyeri berkurang
4. Kolaborasi pemberian
- tidak mengeluh nyeri analgetik

E. Implementasi Keperawatan
No
Tgl Jam Implementasi Respon pasien TTD
DP

17 I 1. Menjelaskan penkes tentang Pasien dan keluarga


Oktober pengertian, etiologi, tanda dan mendengarkan dengan
2017 gejala, penatalaksanaan. seksama.

07.00
2. Mendorong pasien untuk
Pasien mau
mengungkapkan masalah atau
mengungkapkan rasa
ketakutan yang di hadapi kekhawatirannya pada
perawat

3. Melibatkan anggota keluarga Keluarga mau


untuk mendengarkan penkes mendengarkan dan
tentang pengertian, etiologi, berpartisipasi aktif waktu
tanda dan gejala, diberi penkes.
penatalaksanaan.
18 II 1. Memantau TTV dan tanda- Pasien mengatakan
Oktober tanda nyeri bersedia. Hasil TTV
2017
TD : 120/80

N: 85xx/menit

RR : 22x/menit

S : 36,2 C

Hasil Pengkajian nyeri :

P: nyeri karena ada benjolan


di anus

Q : kualitas nyeri tumpul

R : nyeri di anus

S : Skala nyeri 3

T : Nyeri hilang timbul

2. Memberikan posisi yang Pasien terlihat lebih rileks


nyaman pada pasien dengan posisi yang
diberikan
3. Mengajarkan teknik relaksasi
Pasien melakukan teknik
relaksasi yang diajarkan
oleh perawat

4. Memberikan pasien obat


Pasien diberi injeksi obat
untuk menghilangkan rasa
analgetik untuk
nyeri
mengurangi nyeri
F. Evaluasi Keperawatan
No
Tgl Jam Evaluasi TTD
DP

17 I S : Pasien mengatakan sudah tahu tentang pengertian, etiologi,


Oktober tanda dan gejala, penatalaksanaan.
2017
O : Pasien mampu menjelaskan kembali tentang pengertian,
etiologi, tanda dan gejala dengan bahasa yang sederhana.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Lakukan penkes menghadapi persiapan operasi

18 II S : Pasien mengatakan nyeri.


Oktober
O : P : nyeri karena ada benjolan di anus
2017
Q : kualitas nyeri tumpul

R : nyeri di anus

S : Skala nyeri 3

T : Nyeri hilang timbul

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai