Disusun Oleh :
Kelompok 5
A. Latar Belakang
Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien, merupakan penyakit
yang sering dijumpai, dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat belum
mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Banyak orang
awam tidak mengerti daerah anorektal (anus dan rektum) dan penyakit-penyakit umum yang
berhubungan dengannya. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan dimana limbah
berupa tinja keluar dari dalam tubuh. Sedangkan rektum merupakan bagian dari saluran
pencernaan di atas anus, dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus.
Sepuluh juta orang di Amerika dilaporkan menderita hemoroid, dengan prevalensi lebih dari 4 %.
Penelitian menunjukkan bahwa ada 1,5 juta resep untuk penyakit hemoroid setiap tahunnya.
Yang menggembirakan, disebutkan pula bahwa dari tahun ke tahun, jumlah penderita hemoroid
yang menjalani rawat inap di rumah sakit semakin berkurang. Puncak tertinggi pada tahun 1974,
sebanyak 117 orang dari 100.000 orang menderita hemoroid. Lalu pada tahun 1987 jumlah
penderita berkurang menjadi 37 orang saja dari 100.000 orang, dengan umur rata-rata penderita
antara 45-65 tahun
Hemorroid atau “wasir” merupakan vena varikosa pada kanalis dan dibagi menjadi 2 jenis
yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Hemorroid interna merupakan varises vena hemoroidalis
superior dan media, sedangkan hemoroid eksterns merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
Sesuai istilah yang digunakan, hemoroid eksterna timbul di sebelah atas (atau di sebelah proksimal)
sfingter.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi sekitar 35% penduduk berusia lebih
dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan
yang tidak nyaman.
(Hasil penelitian statistik kesehatan 2003)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan penyakit Hemorroid.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system pencernaan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit Hemorroid.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi Hemorroid.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis Hemorroid.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi Hemorroid.
f. Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit Hemorroid.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit Hemorroid.
h. Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit Hemorroid.
i. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dengan penyakit Hemorroid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita hemoroid pre
dan post hemoroidektomi menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Price dan Wilson (2006)
ada berbagai macam, meliputi:
a. Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang
berusia lebih dari 25 tahun. Laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid.
Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan pada saat defekasi, pola makan
yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid,
kehamilan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
2. Pengkajian pasien hemoroid menurut Smeltzer dan Bare (2002) dijelaskan dalam pola
fungsional Gordon, meliputi :
a. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan Konsumsi makanan rendah serat,
pola BAB yang salah (sering mengedan saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif,
kurang olahraga atau imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau
berdiri terlalu lama
b. Pola nutrisi dan metabolik
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa kering, kadar
hemoglobin turun.
c. Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena
nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e. Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi).
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post hemoroidektomi yaitu rasa
gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang
pada saat defekasi dan adanya pus.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam bekerja.
h. Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas, peningkatan
ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan, masalah tentang pekerjaan.
4. Pemeriksaan fisik
a) Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat.
b) Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c) Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi, hipotensi.
e) Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f) Kulit : Turgor kulit menurun, pucat
g) Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hemoroid pre
dan post operasi hemoroidektomi menurut Carpenito-Moyet (2007), Smeltzer & Bare (2002),
NANDA (2007) :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana pembedahan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit atau jaringan anal.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang
masih baru.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada
area rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan reflek spasme
otot spingter ani sekunder akibat operasi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defeksi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Fokus intervensi pada pasien pre dan post operasi hemoroid menurut
Doenges (2000), Carpenito-Moyet (2007), dan NANDA (2007) :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi sekunder akibat rencana pembedahan.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang. Kriteria hasil : Menunjukkan
perasaan dan mengidentifikasi cara yang
sehat dalam berhadapan dengan mereka. Tampil santai, dapat beristirahat/ tidur
cukup melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang
dapat diatasi.
Intervensi :
a. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan
prosedur pembedahan.
Rasional : rasa takut yang berlebihan atau terus-menerus akan
mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan.
b. Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan factual.
Rasional : mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien
untuk menghadapinya secara realistis.
c. Catat ekspresi yang berbahaya/ perasaan tidak tertolong, pre
okupasi dengan antisipasi perubahan/ kehilangan, perasaan tercekik.
Rasional : pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang
ditunjukkan dengan antisipasi prosedur pembedahan/ diagnosa/ prognosa penyakit
d. Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada
ruang operasi.
Rasional : pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan
ketidakmampuan untuk melatih control
e. Instruksikan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi perasaan tegang dan rasa cemas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/ jaringan anal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan integritas kulit Membaik.
Kriteria hasil :
a. Mencapai penyembuhan luka.
b. Mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan
mencegah komplikasi.
Intervensi
a. Beri penguatan pada balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptic yang ketat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang dapat
menyebabkan eksoriasi.
b. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan
luka/ berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi
yang lebih serius.
c. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional : menurunnya cairan, menandakan adanya evolusi dan proses
penyembuhan.
d. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.
e. Rasional : mencegah kontaminasi luka
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang masih
baru.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami
perdarahan.
Kriteria hasil :
Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, pasien
tidak mengalami perdarahan, tanda-tanda vital berada dalam batas normal : tekanan
darah 120 mmHg, nadi : 80-100x/ menit, pernapasan : 14 – 25 x/ mnt, suhu: 36 – 37 C ± 0,5
C
Intervensi :
a. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada pasien sehingga
dapat menentukan intervensi selanjutnya.
b. Monitor tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi perdarahan.
c. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan.
Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu
menentukan intervensi selanjutnya.
d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika
diperlukan.
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan
mendukung terapi yang diberikan pada pasien sehingga mampu memberikan hasil
yang maksimal.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan :
pemberian transfusi, medikasi.
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi dan untuk
menghentikan perdarahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada
area rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks spasme otot
sfingter ani sekunder akibat operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan
b. Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
c. Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
d. Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan
Intervensi :
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur
b. Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang mengalami
peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
c. Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
d. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal hangat atau sit bath
dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan
penyembuhan (pendekatan perineal).
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi,
pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan
dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi
a. Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosocomial
b. Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu.
c. Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptic
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
d. Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam, drainase, purulen)
Rasional : deteksi dini proses infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,Volume I. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidajat R, W. d. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Potter, P. A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume2. Jakarta: EGC
Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerjemah Monica Ester.
Jakarta: EGC
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian awal dilakukan tanggal 17 Oktober 2017 Jam 22.00 WIB di Ruang Dahlia 2 RSUD
RA Kartini Jepara
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Ny. K
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
No Register : 000639806
Umur : 35 Tahun
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Benjolan di bagian anus
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengatakan ada benjolan di anus kurang lebih 3 hari, nyeri saat penekanan
(duduk) , sudah control di poli dengan dr.Syahar Sp.B,terjadi peradangan dan sulit
dimasukkan kembali. Pada tanggal 17 Oktober 2017 dari rumah pasien langsung
datang ke IGD di IGD dilakukan pemeriksaan Ku: Pasien tampak lemah GCS : E4
V5 M6 TTV : TD : 120 / 80 mmHg, N : 80 x/menit, S: 360 C, RR :20x / menit, SpO2
: 99 % Pupil : 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+, tidak mual dan tidak muntah, diberikan
terapi parenteral/ infuse RL 20 tpm. dan untuk penanganan lebih lanjut pasien
dipindah keruang DAHLIA II.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak memiliki penyakit Hipertensi, belum pernah opname sebelumnya dan
pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti sekarang ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang memiliki ada riwayat Hipertensi, tidak ada riwayat
Diabetes Mellitus & Asma, dan ada yang menderita penyakit seperti yang dirasakan
pasien yaitu bapak pasien.
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat makanan, lingkungan maupun obat –
obatan.
3. Pola Fungsional Kesehatan
a. Data Biologis
1) Pola Pernapasan
Pasien mengatakan di rumah biasa bernapas dengan baik tanpa menggunakan
alat bantu O2.
Saat dikaji, tidak retraksi dada, cuping hidung, RR 20 x/menit, Bunyi napas
vesikuler.
2) Pola Nutrisi
Pasien mengatakan di rumah biasa makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk,
sayuran, dan minum air putih 5 – 6 gelas sehari.
Saat dikaji, Pasien makan diit nasi yang disajikan dari RS dan habis 1 porsi,
minum air putih 3-4 gelas sehari.
TB : 155 cm
B : Hb : 12,4 gr%
3) Pola Eliminasi
Pasien mengatakan di rumah biasa BAB 1x/hari. Konsistensi lunak warna
kuning. BAK ± 6 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri, tidak ada
pendarahan.
Saat dikaji, pasien belum BAB sejak 2 hari yang lalu, sehari ini BAK 2 kali,
warna kuning jernih, ada nyeri pada anus, tidak ada bleeding, tidak terpasang
DC.
Saat dikaji, tubuh pasien terkesan kusuh, kulit kepala ada sedikit ketombe,
kulit kering.
Saat dikaji, Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri seperti makan, minum
maupun mandi di kamar mandi dengan sedikit bantuan keluarga
Saat dikaji tentang persepsi diri dan sakit yang dialaminya, hanya
menyerahkan diri kepada Allah SWT.
b. Data psikologis
Pasien mengatakan cemas akan pengobatan yang akan dijalani karena Pasien belum
mengerti tentang penyakitnya dan belum tahu tentang tindakan operasi yang akan
dijalani.
c. Data sosiologis
Pasien mengatakan orang terdekatnya anaknya, suaminya sudah meninggal.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Compomentis
GCS : 15 (E 4M6V5)
N : 80 x / menit
S : 36 0C
RR : 20 x/menit
b. Kepala
Mesochepal, rambut ikal, panjang, rambut beruban, kulit kepala kotor ada ketombe,
tidak bengkak/lesi.
c. Mata
Sklera tidak ikterik, conjungtiva anemis, pupil isokor, ada reflek cahaya,
penglihatan baik.
d. Telinga
Simetris, terdapat sedikit serumen, pendengaran baik, tidak ada pada tulang
mastoideus.
e. Hidung
Simetris, tidak ada polip, tidak epistaksis, tidak terpasang alat bantu pernapasan,
penciuman baik.
f. Mulut
Tidak cyanosis, tidak ada stomatitis, mulut dan lidah sedikit kotor, gigi tidak
berlubang dan gigi geraham tanggal.
g. Tenggorokkan
Pasien mampu menelan dengan baik, tidak ada gangguan menelan, tidak ada
pembesaran tonsil.
h. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat distensi JVP.
i. Dada
Paru
Inspeksi : Simetris, gerakan naik turun dada teratur, RR 20 x /menit
Palpasi : Vocal fremitus segmen lapang kanan sama dengan kiri.
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi ronchi / wheezing
j. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis di Mid Clavicula Sinistra
Auskultasi : Terdengar BJ S1 & S2, tidak ada bunyi gallop, tidak ada murmur.
k. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak Asites, tidak ada lesi/bengkak
m. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak ada Odema, Terpasang Infus RL 20 tpm di tangan kanan,
CRT 3 detik.
Kekuatan otot 5 5
5 5
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Hasil Laboratorium
Tanggal 18 Oktober 2017 Jam
Nilai Normal
Pemeriksaan Nilai Satuan
(Pr)
12,4*
6.180 gr% 12 – 16
Hematologi
375000 mm3 4000 - 10000
- Haemoglobin
- Leucoccyt 103 mm3 150000 –
- Thrombocyt
30,2 mg% 400000
- GDS
- UREUM 0,5 mg% 80-150
- CREATININ 10-50
142,0 mg/dl
- NATRIUM
- Kalium I Potasium 3,94 mmol/L 0.7-1.2
- CHLORIDA 135-155
111,8.* mmol/L
- HBSAG
(-) NEGATIF mmol/L 3.5-5.5
95-105
b. Hasil Ekg
Vent. Rate 74 bpm
PR int 178 ms
QRS dur 88 ms
QT/QTc int 394/422 ms
P/QRS/T axis 35/ 28/ 41
RV5/ SVI amp 1.745/ 0.785 mv
c. Terapi Obat
Tanggal 17 Oktober 2017
Infus. RL 20 tpm
B. Analisa Data
No Tanggal /
Data Fokus Problem Etiologi
DP Jam
C. Diagnosa Keperawatan
1) Cemas b.d kurangnya pengetahuaan tentang penyakitnya
2) Nyeri bd adanya massa anal atau anus, yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa
nyeri dan gatal pada daerah anus
D. Intervensi Keperawatan
Tanggal No Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil TTD
Jam Dp Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
No
Tgl Jam Implementasi Respon pasien TTD
DP
07.00
2. Mendorong pasien untuk
Pasien mau
mengungkapkan masalah atau
mengungkapkan rasa
ketakutan yang di hadapi kekhawatirannya pada
perawat
N: 85xx/menit
RR : 22x/menit
S : 36,2 C
R : nyeri di anus
S : Skala nyeri 3
P : Lanjutkan Intervensi
R : nyeri di anus
S : Skala nyeri 3
P : Lanjutkan Intervensi