A. Profil Perusahaan
PT. Sunprima Nusantara Pembiayaan sering disingkat menjadi SNP adalah
perusahaan pembiayaan yang berdiri sejak tahun 2000, sempat vacum selama 2 tahun dan
kemudian Columbia Group mengambil alih kepemilikannya pada tahun 2002,
tetapi PT.SNP baru beroperasi secara penuh pada tahun 2004. SNP terutama bergerak dalam
bidang consumer finance yang disebut Prima Finance, dan dealer utama yang 100%
pembiayaannya di support oleh PT. SNP adalah semua konsumen Columbia Retail.
Produk yang dibiayai adalah semua kebutuhan rumah tangga, seperti semua produk
elektronik, furniture, hand phone, komputer, motor roda dua. Selain produk tersebut PT. SNP
juga melakukan pembiayaan untuk produk2 produktif seperti hand tractor, dan motor roda 3.
Principal yang bekerja sama sampai dengan hari ini seperti, Nozomi, Yanmar, Olympic,
Modena, Fujitec, Sanken, Galeri musik jakarta. Selain membiayai seluruh outlet
Columbia PT.SNP juga membiayai dealer yang lain, baik tradisional market maupun modern
market, melalui divisi Prima Finance. Saat ini melalui Columbia Group kami berada di 72
kota, dan melalui divisi Prima Finance kami berada di 10 kota
B. Berita
Lima orang direksi dan manajer PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance)
diamankan pihak berwajib terkait kasus dugaan tindak pidana pemalsuan dokumen,
penggelapan, penipuan, dan pencucian uang dalam aktivitas usahanya sebagai perusahaan
pembiayaan (multifinance). SNP Finance merupakan bagian usaha Columbia, jaringan ritel
yang menawarkan pembelian barang rumah tangga secara kredit atau cicil. Dalam
kegiatannya, SNP lah yang menyokong pembelian barang yang dilakukan oleh Columbia
dengan sumber pendanaan dari perbankan atau surat utang.
Di industri multifinance, SNP Finance boleh dibilang pemain kelas menengah ke
bawah. Lihatlah, total pembiayaan yang disalurkannya pun tidak lebih dari Rp5 triliun per
tahun. Maklum, barang yang dibiayainya hanya kasur, lemari, sofa, dan perabot rumah
tangga lainnya. Berbeda dengan multifinance sekaliber BCA Finance, Astra Sedaya Finance,
FIF, dan Adira Finance yang membiayai kendaraan roda empat dan sepeda motor. Tak heran,
pembiayaan yang mereka salurkan selalu berkisar puluhan triliun per tahun. Wajarlah, teman-
teman seprofesi SNP Finance itu berinduk usaha pada bank umum.
SNP Finance diketahui menerima fasilitas kredit modal kerja dari 14 bank. Salah satu
dan yang paling besar berasal dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. SNP Finance sendiri telah
20 tahun menjadi nasabah Bank Mandiri. Namun, pada 2016, perusahaan mengajukan
restrukturisasi kredit. Saat itu, Bank Mandiri memasukkan SNP Finance dalam kelompok
kolektibilitas 2 (kol 2) atau dalam perhatian khusus. Restrukturisasi kredit diperlukan bukan
karena perusahaan menunggak pembayaran, melainkan agar perusahaan bisa mendapat
kucuran dana dari bank lain.
Alih-alih membaik, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan
SNP Finance malah menunjukkan itikad buruk. Dalam beberapa bulan terakhir, kreditnya
mulai macet dan manajemen perusahaan mengajukan pailit sukarela. Padahal, kredit
macetnya saat itu mencapai Rp1,2 triliun. "Mereka sebanarnya sudah jadi nasabah kami 20
tahun dan reputasinya baik. Tapi tiba-tiba berubah hanya dalam beberapa bulan terakhir
kreditnya macet (Rp1,2 triliun). Jumlah itu termasuk pokok dan bunga yang diakumulasi
sejak beberapa tahun terakhir. Sekarang sudah jadi kredit macet," jelas dia.
Sekretaris Perusahaan SNP Finance Ongko Purba Dasuha menyatakan bahwa nilai
pinjaman yang mereka ambil secara total tak lebih dari Rp4 triliun. Hal itu juga tertuang
dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). "Ada dalam pengakuan utang di
PKPU," katanya. PKPU itu terbit pada 4 Mei 2018, setelah dikabulkan majelis hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam PKPU disebutkan total tagihan SNP Finance
mencapai Rp4,07 triliun dari 14 bank sebagai kreditur dengan jaminan Rp2,2 triliun, serta
336 pemegang MTN senilai Rp1,85 triliun.
Pada Desember 2017, menurut Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia
kategori SNP Finance sebetulnya masih ada di kol 1 dengan status lancar. Tapi, Januari 2018,
terjadi peralihan dan di bawah kontrol OJK, yakni Sistem Layanan Informasi Keuangan
(SLIK) yang kemudian statusnya berubah menjadi kol 2. Hal itu berimbas pada timbulnya
pertanyaan bank-bank yang mengucurkan dana mereka ke SNP Finance dan berbuntut pada
seretnya aliran kredit dari bank-bank lain. Di sisi lain, sistem manajemen penagihan di
kantor-kantor cabang SNP Finance semakin lemah.
Gali Lubang Tutup Lubang, Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus
Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Besar Daniel Tahi Monang Silitong mengatakan
pengungkapan kasus ini berawal dari laporan Bank Panin pada awal Agustus 2018 lalu.
Menurutnya, SNP Finance mengajukan pinjaman fasilitas kredit modal kerja dan rekening
koran kepada Bank Panin periode Mei 2016 sampai 2017 dengan plafon kepada debitur
sebesar Rp425 miliar.
Salah satu tindakan yang dilakukan oleh SNP Finance untuk mengatasi kredit
macetnya adalah menerbitkan surat utang berbentuk Medium Term Notes (MTN), yang
diperingkat oleh Pefindo, lembaga pemeringkat, berdasarkan laporan keuangan yang diaudit
oleh KAP DeLoitte. "Dapat disampaikan bahwa penerbitan MTN tidak melalui proses di
OJK, mengingat MTN adalah perjanjian yang bersifat private, namun memerlukan
pemeringkatan karena dapat diperjual-belikan," terang Anto.
Mengutip siaran pers Pefindo, biro kredit independen tersebut mendapuk SNP
Finance dengan peringkat idA- (single A minus) sejak Desember 2015-November 2017.
Lalu, peringkat itu dinaikkan menjadi idA (single A) pada Maret 2018. Padahal, saat itu,
keuangan SNP Finance mulai bermasalah. Dua bulan setelahnya, yakni Mei 2018, OJK
mengeluarkan sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha (PKU) terhadap SNP Finance melalui
Surat Deputi Komisioner Pengawas IKNB II Nomor S-247/NB.2/2018.
Pefindo pun buru-buru menyematkan peringkat idCCC (triple C) atau credit watch
negative sebelum akhirnya menarik peringkat terhadap SNP Finance. Namun, sampai berita
ini diturunkan, pihak Pefindo belum merespons pertanyaan` Dengan diberlakukannya PKU,
maka SNP Finance dilarang melakukan kegiatan usaha pembiayaan. Jika mangkir dari hal itu,
maka OJK dapat langsung mengenakan sanksi pencabutan izin usaha. Tak cuma itu, selama
masa sanksi PKU, SNP Finance juga wajib menyampaikan dan melakukan tindakan korektif.
"Dalam jangka waktu 6 bulan sejak PKU, SNP Finance tidak memenuhi tindakan tersebut,
maka dapat dikenakan sanksi pencabutan izin usaha," imbuhnya.
Dengan kondisi itu, Anto menambahkan, OJK akan terus memonitor perkembangan
kasus SNP Finance, serta memantau tim audit internal bank yang melakukan investigasi
internal dan akan memberikan sanksi jika ada pegawai bank yang terlibat. OJK akan terus
berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti Kepolisian dan Kementerian Keuangan untuk
penindakan yang diperlukan. OJK juga melarang penerbitan MTN tanpa seizin OJK dan
menyiapkan langkah koordinasi dengan Kemenkeu berkaitan dengan kerja Kantor Akuntan
Publik Langgar Standar Audit.
Kemenkeu menyebut dua akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan SNP
Finance, yakni Akuntan Publik Marlinna dan Merliyana Syamsul melanggar standar audit
profesional. Mengutip data resmi Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK), dalam
mengaudit SNP Finance tahun buku 2012 - 2016, mereka belum sepenuhnya menerapkan
pengendalian sistem informasi terkait data nasabah dan akurasi jurnal piutang pembiayaan.
Akuntan publik tersebut juga belum menerapkan pemerolehan bukti audit yang cukup dan
tepat atas akun piutang pembiayaan konsumen dan melaksanakan prosedur memadai terkait
proses deteksi risiko kecurangan, serta respons atas risiko kecurangan.
Selain dua akuntan publik di atas, Kemenkeu juga menyoroti DeLoitte Indonesia.
Mereka diberi sanksi berupa rekomendasi untuk membuat kebijakan dan prosedur dalam
sistem pengendalian mutu akuntan publik terkait ancaman kedekatan anggota tim perikatan
senior. Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menuturkan bahwa sanksi diberikan untuk
memperbaiki mereka. "Sanksi administratif diberikan untuk membuat kebijakan dan prosedur
dalam sistem pengendalian mutu akuntan publik yang lebih baik," katanya.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180926143029-78-333372/kronologi-snp-
finance-dari-tukang-kredit-ke-tukang-bobol
SNP Finance merupakan bagian dari Columbia, toko yang menyediakan pembelian
barang secara kredit. Dalam kegiatannya SNP Finance mendapatkan dukungan pembiayaan
pembelian barang yang bersumber dari kredit perbankan. Deputi Komisioner Pengawas
Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Slamet Edy Purnomo mengungkapkan jika
permasalahan pada SNP Finance sudah tercium sejak Juli 2017. "Jadi yang membongkar
awal adalah pengawas. Jadi di 2017 sudah tertangkap ada angka CAPS itu suatu
aplikasi connecting antara SNP sebagai multifinance dengan bank seperti Bank Mandiri yang
paling besar. Jadi ada beda itu (angka)," jelas dia di Jakarta, Rabu (26/9/2018)
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3653257/begini-awal-mula-kasus-snp-finance-yang-
rugikan-14-bank
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-Kenakan-
Sanksi-terhadap-Akuntan-Publik-dan-Kantor-Akuntan-Publik-Auditor-PT-Sunprima-
Nusantara-Pembiayaan.aspx