PENDAHULUAN
1
terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan
Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Metastase
ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih
sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase
berasal dari paru-paru dan payudara.
Peranan perawat sangat penting sekali dalam merawat pasien dan keluarganya
hal ini disebabkan karena banyak sekali kemungkinan masalah-masalah fisik,
psikologis dan sosial yang akan dihadapi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Otak
Otak terletak di dalam rongga kranium tengkorak. Otak berkembang dari
sebuah tabung yang mulanya memeperlihatkan tiga gejala pembesaran. Otak awal,
yang disebut otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan, menjadi
belahan otak (hemisperium cerebri), korpus striatum dan talami (talamus dan
hipotalamus). Otak tengah (diencepalon). Otak belakang, tersusun atas pons
varolii, medulla oblongata, serebellum. Ketiga bagian dari otak belakang inilah
yang disebut dengan batang otak.
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Yang masing-
masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri
dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf
(substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut korteks. Kedua hemisfer
otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada bagian
bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu massa substansia putih yang terdiri dari
serabut saraf. Disebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-kelompok substansia
kelabu atau ganglia basalis.
Fisura-fisura dan sulkus-sulkus membagi hemisfer otak menjadi beberapa
daerah. Kortex serebri bergulung-gulung dan terlipat secara tidak teratur, sehingga
memungkinkan luas permukaan substansia kelabu bertambah. Lekukan diantara
gulungan-gulungan itu disebut sulkus, dan sulkus yang paling dalam membentuk
fisura longitudinalis dan lateralis. Fisura-fisura dan sulkus-sulkus ini membagi
otak dalam beberapa daerah atau ”lobus” yang letaknya sesuai dengan tulang yang
berada di atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, parietalis, dan oksipitalis.
Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf yang adalah substansi
kelabu serebrum. Kortex serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan
dan lipatan yang tidak teratur dan dengan demikian menambah daerah permukaan
korteks serebri, persis sama seperti melihat sebuah benda yang justru
memperpanjang jarak sampai titik ujungnya yang sebenarnya. Substansia putih
terletak agak lebih dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel-sel pada kortex.
3
Sebagaimana telah diuraikan di depan, beberapa kelompok kecil substansi
kelabu yang disebut ganglia atau nuklei basalis, terbenam dalam massa sunstansi
putih pada setiap hemisfer otak. Dua dari antaranya adalah nukleus kaudatus dan
nukleus lentiformis, dan keduanya bersama membentuk korpus striatum. Struktur
lain berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang lain, yaitu talamus
yang terletak di tengah- tengah struktur itu.
Kapsula interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik
yang menyambung kortex serebri dengan batang otak dan sumsum tulang
belakang. Pada saat melintasi pulau-pulau substansi kelabu, berkas-berkas saraf
ini berpadu sama lain dengan eratnya. Trombosis arteri yang melayani kapsula
interna, dapat menimbulkan kerusakan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia).
Kerusakan serebrovaskuler seperti itu disebut ”stroke”.
Batang Otak terdiri dari otak tengah (midbrain), pons varolli, dan medulla
oblongata. Otak Tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueductus serebri
yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah
ini. Otak tengah mengandung pusat-pusat yang megendalikan keseimbangan dan
geraka-gerakan mata.
Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan karena itu memiliki
jalur lintas naik dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat
banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus
serebellum dan menghubungkan serebellum dengan kortex serebri.
Medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta
menghubungkan pons dengan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata
terletak dalam frosa kranilis posterior dan bersatu dengan sumsum tulang
belakang tepat di bawah foramen magnum tulang oksipital.
Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati
fosa kranilis posterior dan diatapi oleh tentorium-serebili, yang merupakan lipatan
dura mater yang memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri. Fungsi serebellum
adalah untuk mengatur sikap dan aktivitas sikap badan. Serebelum berperanan
sangat penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut
kortiko spinal yang melintas dari kortex serebri ke sumsum tulang belakang
mengalami penyilangan dan dengan demikian mengendalikan gerakan sisi yang
4
lain dari tubuh, maka hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada
sisinya sendiri.
Aliran darah yang menuju otak berasal dari dua buah arteri karotis dan
sebagian berasal dari arteri vertebralis. Kedua arteri vertebralis bergabung
membentuk arteri basilaris otak belakang dan arteri ini berhubungan dengan
kedua arteri karotis interna yang juga berhubungan satu dengan lainnya
membentuk suatu sirkulus Willisi. Dengan demikian terjadilah jalinan kolateral
yang cukup besar pada arteri- arteri besar yang mengurus jaringan otak. Adanya
kolateral yang besar ini, maka pada orang muda kedua arteri karotis biasanya
dapat disumbat tanpa menimbulkan efek yang merugikan fungsi serebral.
Sedangkan pada orang tua, arteri besar pada dasar otak sering mengalami
sklerosis dan menyumbat arteri karotis, sehingga penyediaan darah ke otak
berkurang sedemikian rupa sampai terjadi gangguan fungsi serebral.
Terdapat beberapa hal yang mengatur aliran darah otak, yakni
1. Pengaturan metabolism
Bila metabolisme neuronal meningkat, produk CO2 akan meningkat,
sedangkan pH ekstra seluler akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi serebral
yang menyebabkan peningkatan aliran darah.
2. Autoregulasi serebral
Pengaturan ini merupakan kapasitas bawaan pembuluh darah untuk
mempertahankan aliran darah otak. Pembuluh darah otak menyesuaikan
lumennya pada ruang lingkupnya sedemikian rupa, sehingga aliran darah
menetap, walaupun tekanan perfusi berubah. Pengaturan diameter lumen ini di
sebut autoregulasi. Walaupun teori ini cukup menarik, tetapi terdapat bukti-bukti
yang menunjukkan pengaruh faktor neurogenik pada autoregulasi ini.
3. Pengaturan neurogenic
Peran faktor neurogenik telah dibuktikan yakni berupa pengawasan susunan
saraf otonom yang terletak di batang otak dan diensefalon, serta inervasi alfa dan
beta adrenergik dan kolinergik. Adrenergik alfa bersifat vasokonstriktif,
sedangkan adrenergik beta dan kolinergik mengakibatkan vasodilatasi.
Peningkatan aliran darah hemisferik dapat disebabkan oleh perangsangan
5
formasio retikularis. Agaknya hal ini diakibatkan oleh peran faktor neurogenik
dan akibat meningkatnya metabolisme otak.
2.2 Definisi
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
(price, A. Sylvia, 1995: 1030)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,
ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002)
Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak,
cairan serebrospinal ( CSS ) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan
peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil
dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi
intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan
memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan
volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan
durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience.
Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi,
maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial
yang mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta
kematian.
6
2.1.1 Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak
1. Acoustic neuroma
2. Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang
berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan
perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini
sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT
scan otak.
3. Pituitary adenoma
4. Astrocytoma (grade I)
b. Malignant
1. Astrocytoma (grade 2,3,4)
2. Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial
yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat
agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat
peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan
pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3. Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari
hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Pada
fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di
setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi
pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi
tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
7
2.1.2 Berdasarkan lokasi
a. Tumor supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
i) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering
terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra
lateral melalui korpus kolosum.
ii) Astroscytoma
iii) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma
tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative
avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya
dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas
karena adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada
kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak
dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa
hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi
meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada
duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%),
Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum
sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-
Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang
terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan
struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada
meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan
asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di
basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum
sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera
8
mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang
progresif.
b. Tumor infratentorial
1. Schwanoma akustikus
2. Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.
Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna,
tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
a. Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dura.
b. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis
yang paling sering dijumpai dalam serebelum.
9
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
10
intrakranial). Penyebab tumor otak didapat dari faktor genetik, radiasi,
virus, dan sarkoma sistemik.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena
tumor akan mendesak ruangan yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang
kaku dan perubahan sirkulasi CSS, karena penekanan pada otak sehingga
menyebabkan penekanan maskularisasi arteri dan vena timbul hipoksia,
ischemia, hipoksemia, nekrosis, dan pecahnya pembuluh vena serta arteri.
Di otak timbullah peningkatan tekanan intra kranial otak dapat
menyebabkan:
a. Pergeseran kandungan ointra kranial mengstimulasi hipotalamus untuk
merangsang nosiseptor, timbullah respon rasa nyeri
b. Pergeseran sistem batang otak menstimulasi medulla oblongata
menyebabkan mual dan muntah.
c. Penekanan kiasma optikum sehingga menimbulkan papil oedema.
d. Herniasi unkus sehingga girus medialis lobus temporalis bergeser ke
inferior menekan mesenchaphalon, hilang kesadaran dari pasien.
Pasien mengalami hemiparesis jika terjadi destruksi syaraf motorik
perifer, sel-sel kornu anterior sehingga terjadi paralisis LMN dan UMN, otot
flaksid dan reflek tendon menurun yang menyebakan perubahan persepsi
sensori. Selain itu kerusakan nervous VII menyebabkan kerusakan pada
hemisphere kiri kemudian akan timbul kelemahan pada otot wajah lalu
pasien akan mengalami aphasia sehingga mengalami kerusakan komunikasi
verbal. Persepsi sensori pengecapan akan mengalami kemunduran sehingga
pasien mengalami kesulitan dalam menelan.
Dilatasi sel indolimf pada koklea mengakibatkan atrofi nervous VIII
sehingga pasien mengalami vertigo dan perubahan persepsi sensori. Lesi
traktus spinotalamikus lateralis kemudian berlanjutkan ke medulla spinalis,
sistem kolumna dorsalis, medulla oblongata lalu menuju lemniskus
medialis, thalamus, korteks parietalis sehingga menyebabkan stereognosis
yang menimbulkan perubahan proses berpikir dan grafestesia yang dapat
menimbulkan resiko cidera.
11
2.6 Pathway Tumor Otak
Penurunan Penurunan
O2 di otak kesadaran
Penekanan pusat muntah Peningkatan Intrakranial Perubahan suplai darah keotak Pelepasan muatan listrik
1
f. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh
2.8 Komplikasi
a. Edema Serebral
b. Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying).
Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel
(sitotoksik)
c. Hidrosefalus
d. Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam
rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi
pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
e. Herniasi Otak
f. Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan
singuli.
g. Epilepsi
h. Metastase ketempat lain
2
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan
melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
d. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
2.10 Penatalaksanaan
Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
a. Usia
b. General Health
c. Ukuran Tumor
d. Lokasi Tumor
e. Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya, yaitu
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
Steroid Menghilangkan swelling, contoh
dexamethasone
Anticonvulsant Untuk mencegah dan mengontrol kejang,
seperti carbamazepine
Shunt Digunakan untuk mengalirkan cairan
cerebrospinal
3
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat
tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk
melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai
upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi.
Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan
pula jaringan hipoksik akan terikutserta sehingga akan diperoleh
efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor
akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis
patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun
pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan
gejala-gelaja yang ada pada penderita.
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah
membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan
hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan
kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately
sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian
dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor.
Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan
sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka
makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka
diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat
presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak,
misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
4
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa
menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan
tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV,
atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu
siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti
waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap
dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor
berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK
5
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis
kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
6
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
2. Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : irregular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat
e. Nadi : Bradikardi
f. Tekanana darah Meningkat
3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
e. Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan
berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman
tangan tidak seimbang, berkurangnya
reflex tendon.
g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien
dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
7
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
4. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
8
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b. Kondisi tubuh: kelelahan
3.2 Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
9
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-
tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
a. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial
<15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
b. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
c. Orientasi pasien baik
d. RR 16-20x/menit
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Intervensi Rasional
10
atau intratorakal yang akan
mempengaruhi aliran darah balik dari
- Monitor analisa gas darah, otak
pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, - Menurunnya CO2 menyebabkan
PaO2 >80mmHg vasokonstriksi pembuluh darah
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Intervensi Rasional
11
karakteristik, lokasi, lamanya, faktor subjektif dan harus dijelaskan oleh
yang memperburuk dan meredakan. pasien. Identifikasi karakteristik nyeri
dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat penting
untuk memilih intervensi yang cocok
dan untuk mengevaluasi keefektifan
dari terapi yang diberikan.
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk 2. Pengenalan segera meningkatkan
melaporkan nyeri dengan segera jika intervensi dini dan dapat mengurangi
nyeri timbul. beratnya serangan.
3. Berikan kompres dingin pada 3. Meningkatkan rasa nyaman dengan
kepala. menurunkan vasodilatasi.
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan 4. Akan melancarkan peredaran darah,
metode distraksi dan dapat mengalihkan perhatian
nyerinya ke hal-hal yang
menyenangkan
5. Analgesik memblok lintasan nyeri,
5. Kolaborasi analgesic sehingga nyeri berkurang
6. Merupakan indikator/derajat nyeri
6. Observasi adanya tanda-tanda nyeri yang tidak langsung yang dialami.
non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan
tanda vital.
12
b. Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah
di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
c. Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah
drop tekanan di otak yang tiba-tiba.
d. Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing.
Intervensi Rasional
13
c. Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi Rasional
14
Tujuan : Pasien mampu menetapkan dan menguji realitas
serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengenali kerusakan sensori
b. Pasien dapat mengidentifikasi prilaku yang dapat mengkompensasi
kekurangan
c. Pasien dapat mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan sensori
dan potensial terhadap penyimpangan.
Intervensi Rasional
15
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan
adekuat
Kriteria hasil :
a. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
b. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
c. Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak
jarang dan merah
d. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan
bertambah
Intervensi Rasional
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf
atau neuron. Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi
oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi otak
17
merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu 20%
dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
(price, A. Sylvia, 1995: 1030)
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi sekarang telah
diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi, virus,
substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksaan pasien dengan
tumor otak dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
4.2 Saran
a. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang
mendalam mengenai penyakit tersebut.
b. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan
serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
18
19