Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dipandang dari sudut fisiologis, system urogenital dapat dibagi dalam 2
unsur yang sangat berbeda sifatnya : system urinarius dan system genitalia.
Akan tetapi dipandang dari sudut embriologi dan anatomi, kedua system ini
saling bertautan. Keduanya berasal dari rigi mesoderm yang sama
disepanjang dinding belakang rongga perut, dan saluran pembuangan kedua
system ini pada mulanya bermuara kerongga yang sama, yaitu kloaka.
Pada perkemmbangan selanjutnya, tumpang tindih kedua system ini
terutama nyata sekali pada pria. Duktus ekstretorius primitive mula-mula
berfungsi sebagai duktus urinarius, tetapi kemudian berubah menjadi duktus
genitalis utama. Selain itu, pada orang dewasa, alat kemih maupun kelamin
ini menyalurkan air kemih dan semen melalui sebuah saluran yang sama,
uretra penis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini agar dapat mengetahui konsep
genitourinarius pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu definisi urogenital
b. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan radiologik
c. Untuk mengetahui apa itu kelainan kongenital pada sistem
urogenital
d. Untuk mengetahui apa itu manifestasi klinis
e. Untuk mengetahui apa itu macam-macam kelainan kongenital pada
sistem urogenital
f. Untuk mengetahui apa itu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian kelainan kongenital sistem urogenital pada neonatus

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi urogenital
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan
sistem genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius
bagian atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal,
pelvis renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari
vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada pria dan
wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis dan skrotum; sedangkan
wanita berupa vagina, uterus dan ovarium.
B. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan untuk mengevaluasi sistem urogenital pada bayi baru lahir
meliputi
1. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang non invasif pada bayi baru lahir untuk
mengetahui kelainan pada ginjal dan pelvis serta massa abdomen lainnya
dan dapat dilakukan walau bayi dalam keadaan sakit berat. Dari
pemeriksaan usg ini dapat diketahui ada tidaknya ginjal, melihat ukuran
ginjal, serta posisinya dan mengetahui adanya massa kistik atau solid,
hidronefrosis, ginjal yang kistik atau tumor ginjal, agenesis ginjal,
hipoplasia ginjal dan kelainan obstruksi traktus urinarius.
2. Voiding Cystourethrography
Pemeriksaan voiding cysturograph untuk melihat kandung kemih dan
uretra, apakah ada refluks vesikoureter.
3. Excretory Urography
Pemeriksaan excretory urography untuk melihat lebih rinci traktus
urinarius bagian atas.
4. Radio Nuclide Renal Imaging
5. Radionuclide Voiding Cystourography
6. Renal Angiography
7. Computed Tomography (Ct)
8. Magnetic Resonance Imaging (Mri).

2
C. Kelainan Kongenital Pada Sistem Urogenital
Kelainan kongenital sistem urogenital merupakan kelainan yang sudah ada
sejak lahir pada sistem urinarius dan sistem genitalia. Kelainan tersebut dapat
disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Hampir semua bayi
prematur dan bayi lahir cukup bulan (aterm) mengeluarkan tinja dan air
kencing dalam waktu 24 jam pertama sesudah lahir. Jika bayi tidak
mengeluarkan tinja atau kencing pada akhir hari pertama kehidupannya, perlu
dilakukan penyelidikan terhadap adanya abnormalitas anatomis penyebabnya.
Urin neonatus sehat mempunyai pH 5-7 dan osmolalitas 60-600
(mOsm/kg) H2O. Biasanya mengandung sel epitel dan kadang-kadang dapat
mengandung sel darah merah. Seharusnya tidak ada sel-sel darah putih dan
biakannya steril. Glukosa dan protein dalam jumlah sedikit mungkin dapat
ditemukan dengan menggunakan uji batang celup (dipstick).
Anatomi dan morfologi ginjal pada waktu lahir, kedua ginjal beratnya 25
gram dibandingkan dengan dewasa yang beratnya 300 gram. Panjangnya 4,5
cm dan pada orang dewasa panjangnya 11,5 cm. Volume ginjal kira-kira 10
mL dan pada umur 3 minggu mencapai 23 mL. Permukaannya berlobus yang
menetap sampai beberapa bulan dan pada dewasa akan menjadi rata, dimana
jumlah nefron menjadi 1 juta. Ukuran dari glomerulus dan tubulus pada waktu
lahir lebih kecil daripada anak yang lebih tua dan dewasa. Dilaporkan bahwa
diameter rata-rata dari glomerulus 2/5 dari dewasa (110 mm pada waktu lahir
dan 280 mm pada dewasa dan panjang tubulus proksimal 2 mm dibanding
pada dewasa 20 mm.
Kelainan perkembangan ginjal meliputi agenesis, hipoplasia, displasia, dan
penyakit kistik. Kelainan herediter hanya bertanggung jawab atas kelainan
struktural yang ditemukan pada saat lahir dan penyakit ginjal polikistik yang
dapat diwariskan mungkin belum akan bermanifestasi secara klinis sampai
dekade ketiga atau keempat kehidupan. Displasia ginjal sering kali dikaitkan
dengan kesalahan perkembangan obstruktif saluran kemih.
Banyak kelainan perkembangan bersifat kistik, tetapi menganggap semua
kelainan kistik sebagai “polikistik” hanya akan memperumit masalah. Kista

3
parenkim ginjal ditemukan baik pada ginjal displastik maupun polikistik dan
pada kelainan yang jelas merupakan kelainan didapat, bukan kelainan
perkembangan, seperti kista pasca dialisis pada gagal ginjal kronis. Kista tidak
tampak memiliki kemaknaan patogenik spesifik; kita dapat terjadi pada nefron
normal, displastik dan atrofi.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala kelainan kongenital sistem urogenital seperti ekstrofi
kandung kemih atau suatu hipospadia berat dapat langsung dikenali. Pada
banyak anak, masalah urologi yang tersembunyi bermanifestasi sebagai
infeksi traktus urinarius.
Tanda serta gejala klasik seperti:
1. Disuria
2. Frekuensi
3. Urgensi
4. Urin yang berbau tidak enak
5. Demam dan nyeri pinggang tidak selalu dijumpai
Banyak anak seperti ini memiliki riwayat keluhan yang samar, misalnya:
1. Kegagalan tumbuh kembang
2. Nyeri abdomen non spesifik
3. Mual muntah
4. Demam berulang yang tidak terjelaskan atau kesulitan tidur
Riwayat polihidramnion atau oligohidramnion harus membuat kita
memerhatikan sistem urogenital secara cermat karena kondisi seperti agenesis
ginjal, sindrom prune-belly dan katup uretra posterior akan mengubah volume
cairan amnion. Oligohidramnion sering kali dikaitkan dengan hipoplasia paru.
Distres pernapasan tidak jarang terjadi pada bayi dengan kelainan kongenital
urogenital berat. Massa retroperitoneal berukuran besar atau terkumpulnya
urin di intraabdomen akan membatasi kerja normal diafragma dan
meyebabkan gangguan pernapasan. Sekitar 50% massa abdomen yang
dijumpai pada bayi baru lahir berasal dari sistem urogenital.
Pada pemeriksaan neonatus, kelainan telinga, gejala sisa kompresi uterus
berkepanjangan, seperti hidung yang pesek, dagu terdorong ke belakang atau

4
kaki gada harus mengingatkan kita atas kemungkinan sindrom Potter, sering
kali disertai dengan agenesis ginjal. Pemeriksaan abdomen dimulai dengan
inspeksi korda umbilikalis; arteri umbilikalis tunggal telah dikaitkan dengan
insidensi masalah urinaria yang tinggi. Inspeksi serta palpasi cermat ke atas
abdomen akan mengungkap laksitas dinding abdomen, ginjal yang membesar,
atau jika ada, kandung kemih yang dapat diraba. Dianjurkan untuk mengamati
aliran urin. Punggung harus diperiksa untuk mencari lesung sakral, berkas
rambut atau lipoma, yang mungkin berkaitan dengan kandng kemih
neurogenik.
Pemeriksaan genitalia secara cermat akan melengkapi pemeriksaan
urologik neonatus. Pada anak yang lebih tua dengan masalah urologik,
kunjungan ke klinik harus mencakup pengukuran rutin atas tekanan darah,
suhu dan pemindahan tinggi serta berat badan ke atas normogram. Pada pasien
dengan kecurigaan kandung kemih neurogenik, suatu pemeriksaan neurologik
singkat terdiri atas pengujian sensasi abdomen bagian bawah, perineum,
bokong serta tungkai, tonus rektum, pengamatan gaya berjalan, refleks
bulbokavernosus, refleks lutut-sentak dan ada atau tidaknya refleks Babinski.
E. Macam-Macam Kelainan Kongenital Pada Sistem Urogenital
1. Agenesis ginjal
Agenesis ginjal adalah keadaan tidak ditemukan jaringan ginjal pada
satu sisi atau keduanya.
a. Agenesis ginjal unilateral
Agenesis ginjal unilateral terjadi karena kegagalan tunas ureter
membentuk ginjal atau blastema metanefrik pada satu sisi.
Insidennya 1 dari 500 kelahiran hidup.18 Agenesis ini lebih sering
terjadi dan kompatibel dengan kehidupan yang panjang. Ginjal
soliter menjadi hipertrofik dan hipertrofi glomerulus serta hiperfusi
mungkin bertanggung jawab atas perkembangan sklerosis
glomerulus, proteinuria dan gagal ginjal kronis di kemudian hari.
Agenesis unilateral dilaporkan merupakan predisposisi untuk
nefrolitiasis dan infeksi, yang berkaitan dengan frekuensi ektopia
serta obstruksi ginjal soliter yang tinggi

5
b. Agenesis ginjal bilateral
Agenesis bilateral, keadaan dimana sama sekali tidak
didapatkan adanya jaringan ginjal dan dapat berakibat buruk di
kehidupan ekstrauterin. Kondisi ini terjadi pada sekitar satu dalam
4000 kelahiran, dengan 2:1 dominasi laki-laki. Kelainan ini disertai
dengan oligohidramnion, amnion nodosum, deformitas posisi
tungkai dan wajah aneh dengan lipatan, hidung menyerupai paruh,
serta deformitas dan telinga letak rendah. Kumpulan kelainan ini
dikenal sebagai rangkaian Potter, yang diduga terjadi akibat
oligohidramnion. Bayi yang terkena biasanya terlahir prematur dan
sering juga kecil untuk usia kehamilan. Masalah klinik utama pada
bayi baru lahir adalah distress pernapasan akibat hipoplasia paru.
Upaya resusitasi biasanya mengakibatkan emfisema interstitial paru
dan pneumotoraks.
2. Hipoplasia ginjal
Hipoplasia ginjal adalah istilah yang digunakan untuk ginjal
berukuran kecil yang terjadi akibat defisiensi perkembangan jumlah atau
ukuran nefron. Ginjal kecil dangan parenkim normal (ginjal “kerdil”)
sering unilateral dan sering kali ditemukan bersama kelainan kongenital
lain.
a. Hipoplasia ginjal unilateral
Walaupun biasanya tidak bergejala selama masa bayi, kelainan
unilateral dikatakan akan mempredisposisi pielonefritis kronis dan
hipertensi. Namun literatur telah gagal membedakan secara jelas
ginjal yang mengalami defisiensi akibat perkembangan dari ginjal
yang mengalami defisiensi sekunder akibat parut atau atrofi. Tipe
ginjal kecil yang paling lazim pada masa anak mungkin terjadi
akibat atrofi segmental dan kehilangan parenkim berat pada
nefropati refluks suatu kondisi yang disebut sebagai ginjal Ask-
Upmark, yang biasanya meliputi pielonefritis kronis dan berkaitan
dengan hipertensi.
b. Hipoplasia ginjal bilateral

6
Suatu kelainan yang tidak lazim, biasanya ditandai dengan
kehilangan sejumlah nefron yang secara individual mengalami
hipertrofi. Ginjal berukuran sangat kecil dan dapat memiliki jumlah
lobus yang kurang. Nefron dapat berjumlah hanya seperlima normal
dan sangat membesar, menimbulkan sebutan yang tidak lazim tetapi
diterima umum yaitu oligomeganefronia atau hipoplasia
oligonefron. Manifestasi klinis hipoplasia oligonefron adalah
gangguan kemampuan memekatkan urin, dengan poliuria, polidipsia
dan serangan dehidrasi. Proteinuria biasanya sedang. Retardasi
pertumbuhan merupakan kondisi yang menonjol dan sering anemia.
Hipoplasia oligonefron telah dilaporkan merupakan penyebab gagal
ginjal masa anak paling lazim ke-4, bertanggung jawab atas ~10-
15% total kasus. Terkadang, hipoplasia oligonefron disertai
kelainan kongenital lain
3. Hidronefrosis
Hidronefrosis biasanya mungkin terdapat pada janin dengan obstruksi
aliran keluar, terdiri dari hidronefrosis unilateral dan bilateral.
Hidronefrosis unilateral atau bilateral dapat berupa parenkim ginjal yang
dapat normal atau mengalami kelainan atau displastik, dilatasi ureter
dan/atau kandung kemih, serta berkurangnya atau tidak adanya volume
cairan amnion. Hidronefrosis unilateral biasanya berupa dilatasi sistem
pengumpul proksimal. Hidronefrosis ini merupakan kelainan paling umum
yang didiagnosis antenatal dan merupakan 50% dari semua kelainan
kongenital sistem urogenital yang terdeteksi sebelum kelahiran. Kelainan
ini terjadi pada 1 dari 500-700 bayi. Penyebab paling umum adalah
hidronefrosis fisiologik, namun dapat juga disebabkan oleh obstruksi pada
persambungan ureteropelvik atau vesikoureterik atau refluks urin.
Sebagian sembuh secara spontan namun tidak semuanya. Prognosis
bergantung pada derajat kerusakan ginjal yang disebabkan oleh distensi
berlebihan. Jika diameter anteroposterior tidak melebihi 15 mm baik
ketika antenatal maupun postnatal, maka intervensi jarang diperlukan.
Hidronefrosis bilateral kurang umum dibandingkan hidronefrosis

7
unilateral namun lebih besar kemungkinannya bersifat serius. Dapat
disebabkan obstruksi leher kandung kemih atau katup uretra posterior.
4. Hipospadia
Hipospadia adalah kelainan kongenital yang meatusnya mempunyai
posisi abnormal di sebelah proksimal ujung glans. Meatus dapat terletak di
setiap titik sepanjang uretra dan digolongkan sebagai koronal, subkoronal,
penis, penoskrotal atau perineal. Kulit depan dorsal tebal/banyak dan
terdapat sedikit kulit depan ventral, yang menyebabkan apa yang dikenal
sebagai kerudung prepusial dorsal.
Korde ventral sering terjadi. Insidens hipospadia adalah sekitar 8 dari
1000 kelahiran anak laki-laki. Hipospadia disebabkan oleh kurangnya fusi
lipatan uretra selama perkembangn embriologi. Risiko rekurensi adalah
12%, tetapi meningkat sampai 27% jika ayahnya juga terkena. Perbaikan
operatif dilakukan pada sekitar umur 1 tahun. Orang tua harus diberitahu
bahwa sirkumsisi merupakan kontraindikasi karena kulit depan akan
digunakan selama bedah rekonstruksi.
5. Hidrokel
Hidrokel adalah akumulasi cairan di dalam tunika vaginalis dan
tunika albuginea yang membungkus testis.18 Apabila jumlah cairan
berubah sesuai dengan waktu, akan ada hubungan dengan rongga
peritoneum. Hidrokel kecil dapat menghilang pada umur 1 tahun, tetapi
hidrokel yang lebih besar seringkali menetap dan memerlukan pengobatan
bedah. Hidrokel yang mempunyai hubungan harus diobati seperti hernia
inguinalis indirek.
Perjalanan testis dari posisi intraabdomen ke dalam skrotum terjadi
melalui prosesus vaginalis, yang normalnya kemudian menutup pada saat
lahir atau masa bayi awal. Prosesus yang tetap terbuka akan menghasilkan
hernia inginalis indirek atau hidrokel. Benjolan ingunal dan massa skrotum
pada anak biasanya terjadi sekunder akibat hernia atau hidrokel. Tetap
terbukanya prosesus vaginalis memungkinkan cairan peritoneum,
omentum atau visera masuk ke dalam kanalis inguinalis atau skrotum.
Inkarserasi usus di dalam sakus hernia dan cedera iskemi terhadap testis

8
potensial bisa mempersulit hernia inguinalis. Defek yang lebih kecil hanya
memungkinkan lewatnya cairan, menghasilkan hidrokel.
Secara klinis, hidrokel akan bertransluminasi, sedangkan sebagian
besar hernia tidak. Hidrokel bisa bersifat komunikans atau non-
komunikans. Hidrokel non-komunikans biasanya muncul saat lahir dan
cenderung akan sembuh dalam tahap pertama kehidupan. Hidrokel
komunikans memperlihatkan fluktuasi khas dalam ukuran: mengecil saat
pasien berbaring (malam hari atau ketika pasien tidur) dan membesar
ketika beraktivitas. Hidrokel yang bertahan setelah usia 1 tahun harus
diperbaiki secara bedah.
F. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kelainan
Kongenital Sistem Urogenital Pada Neonatus
1. Infeksi intrauterin
Ketika infeksi-infeksi seperti virus (rubella, cytomegalovirus, herpes
simpleks, varisela-zoster), sifilis dan toksoplasmosis, menyerang ibu
hamil, dapat menyebabkan kerusakan pada saluran urinarius. Infeksi pada
awal kehamilan dapat menyebabkan denervasi struktur janin dan
mengakibatkan lahir cacat, sebagai akibat dari sifat neurotropik
organisme. Organisme dapat juga menginfeksi diferensiasi mesenkim dan
lokasi tunas ureter, yang dapat mempengaruhi organogenesis ginjal,
seperti agenesis, displasia dan hipoplasia ginjal.
2. Obat-obatan
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya
kelainan kongenital pada bayinya. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat
pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal
ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya
selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian
obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-
kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit

9
tertentu, pemakaian sitostatik atau preparat hormon yang tidak dapat
dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum
kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
3. Penyakit yang di derita ibu
Gangguan metabolik utama ibu yang dapat menyebabkan masalah pada
perkembangan janin adalah diabetes mellitus. Bukti saat ini mengesankan
bahwa diabetes mellitus bergantung-insulin (IDDM) menambah risiko
tidak hanya untuk kerusakan prenatal tetap juga untuk kelainan
kongenital janin.
G. Perkembangan sistem perkemihan dari bayi sampai remaja
1. Embriologi system urinari
a. Ginjal
Ginjal mengalami perkembangan melalui tiga tahap
perkembangan: (a) pronephros, (b) para mesonefros, dan (c)
metanephros. Para pronephros berkembang dalam minggu ke-3
kehamilan sebagai kondensasi mesoderm menengah di daerah toraks
serviks dan atas bawah memperluas ke kloaka, dan hampir seluruhnya
regresi dalam minggu k-4 kehamilan .

(Gambar 1)

10
Pembentukan Ginjal Secara Rinci
Sekitar minggu keempat gestasi, sekelompok sel di mesoderm
intermediate membentuk glomerulus-glomerulus yang sangat primitive
pada region servikal. Bersama-sama,glomerulus-glomerulus tersebut
membentuk pronefros nonfungsional yang kemudian mengalami regresi.
Namun demikian, sekolompok sel dibagian lateral disetiap level berfungsi
membentuk ductus mesonefron (Wolffii), yang tumbuh kearah bawah dan
memasuki kloaka. Seiring dengan regresi pronefron, mesoderm
intermediate dibawahnya membentuk mesonefron. Struktur ini mungkin
berfungsi sesaat, mengalir ke ductus mesonefron, namun mengalami
regresi pada akhir bulan kedua.
Pembentukan nefron pada metanefron
Sejak minggu ke-5, metanefros membentuk sel mesoderm intermedied
di pelvis. Tepat di atas pintu masuk duktus mesonefros ke kloaka,
perkembangan duktus yang disebut tonjolan ureter menginvasi massa
jaringan metanefrik. Tonjolan ini berdilatasi membentuk pelvis ginjal,
membelah progresif membentuk kaliks, kemudian cabang kecilnya
memanjang membentuk tubulus kolektivus. Jaringan metanefrik pada
ujung duktus kolektivus menggumpal dan membentuk vesikel yang
berkembang menjadi tubulus. Kapiler menginvaginasi salah satu ujung
pada setiap tubulus dan membentuk glomerulus. Tubulus yang baru
terbentuk memanjang membentuk tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Pada ujung yang lain, tubulus berhubungan dengan tubulus
kolektivus yang menginduksi pembentukannya.
Saluran pronephric, yang muncul dari punggung dan evaginations
ekor dari pronephros, diawetkan dan akhirnya akan menimbulkan saluran
mesonefrik. Para mesonefros berkembang lebih caudally (ujung), dari
mesoderm menengah; meskipun mayoritas tubulus ini merosot, saluran
mesonefrik tetap bilateral. Dalam kedua jenis kelamin, ureter, pelvis
ginjal, dan kandung kemih trigonum yang berasal dari saluran mesonefrik;
pada pria, saluran mesonefrik juga menimbulkan ke deferentia vasa,
epididimis, dan vesikula seminalis; yang pertama adalah bagian dari

11
saluran itu sendiri, sementara dua yang terakhir struktur timbul sebagai
akibat dari dilatasi duktal atau outpouching.

(Gambar 2)

Sebagai tubulus metanephric yang invaginated oleh kapiler


(glomerulus), nefron terbentuk. Proses ini berlanjut sampai minggu ke-32
kehamilan. Saat lahir, sekitar 750.000 hingga 1 juta nefron yang hadir di
setiap ginjal; postnatal, ukuran ginjal akan meningkat,karena pemanjangan
tubules 7 berbelit proksimal. Dengan pertumbuhan yang memanjang
diferensial embrio, ginjal "naik" dari lokasi awal di panggul ke lokasi
akhir di retroperitoneum atas. Selama pemajangan, pembuluh darah
sementara serial timbul dan merosot; arteri ini bertahan dalam ginjal
ektopik serta beberapa unit ginjal orthotopic. Bersamaan itu, ginjal
berputar di sekitar sumbu vertikal dan horisontal sehingga orientasi akhir
nya adalah satu di mana kutub atas adalah sedikit lebih medial dan anterior
dari kutub rendah.

12
b. Kandung Kemih
Sampai minggu k-7 kehamilan, embrio memiliki kloaka,
suatu lubang tunggal pada aspek ekor. Selama minggu k-7
kehamilan, membran urogenital tumbuh caudal, membagi kloaka
ke ventral (sinus urogenital) dan punggung (rektum) komponen
(Gambar 3)
Pembentukan kandung kemih
Kloaka dipisahkan oleh septum menjadi region anorektal
posterior dan sinus urogenital anterior. Tonjolan ureter membentuk
ureter yang bermuara di duktus mesonefros, yang kemudian
bermuara di sinus urogenital. Bagian bawah duktus mesonefros
diabsorpsi oleh dinding sinus urogenital dan membentuk area
trigonum kandung kemih. Ini berarti , duktus mesonefros dan
ureter memasuki sinus secara terpisah. Seiring dengan pergerakan
ginjal ke atas, muara ureter menggerakkan sinus urogenital ke atas,
ke zona yang akan ditempatinya ketika sebagian sinus urogenital
menjaid kandung kemih. Bagian bawah sinus urogenital
membentuk uretra, baik pada pria maupun wanita, dan pada
wanita sinus urogenital tersebut juga membentuk vestibulum. Pada
pria, duktus mesonefros membentuk duktus ejakulatorius. Duktus
paramesonefros juga membentuk duktus ejakulotorius dan, pada
wanita, berkembangmenjadi sebgian besar saluran reproduksi
bagian atas.

13
c. Uretra
Pada kedua sisi kloaka atrerior, terjadi pembesaran yang
membentuk lipatan uretra, yang bertemu diatas kloaka, sebagai
tuberkel genitalis. Pada wanita, lipatan uretra berkembang menjadi
labia minor. Pada pria, lipatan uretra berkembang menjadi phallus,
menarik serta lipatan uretra membentuk dinding lateral dari siklus
dibawah daerah yang akan menjadi glans penis. Lipatan ini
menutup dan membentuk uretra penis. Fusi lipatan yang tidak
sempurna memnyebabkan hipospadia dengan muara uretra terletak
di bagian inferior penis. Bagian distal uretra pria terbentuk oleh
pertumbuhan kedalam dari sel-sel yang membentuk meatus uretra
ekternus.(O’callaghan, 2007)
Sistem ginjal dan genital berkembang dari mesoderm
intermediate, sekumpulan sel pada bagian belakang rongggga
abdomen fetus. Kedua system ini awalnya bermuara pada tempat
yang sama yaitu kloaka fetus. Selama perkembangan ,mesoderm
intermediate awalnya membentuk pronefros pada region servikal.
Kemudian membentuk mesonefros dibawahnya dan terahir
metanefros pada region pelvis. Pronefros dan mesonefros
mengalami regresi dan tidak membentuk ginjal dewasa .metanefros
membentuk ginjal dewasa dan memnjadi fungsional pada paruh
terahir kehamilan, walaupun fetus menelan cairan amniondan
mengekskresi urine kecairan amnio. Plasentalah yang berperan
mengeluarkan produk sisa untuk diekskresikan oleh ginjal ibu.
Perkembangan ketiga system ginjal membutuhkan induksi
mesenkim untuk menjadi epitel. Pada metanefros, tonjolan ureter
menginduksi mesenkim di sekelilingi ujungnya untuk membentuk
nefron. Mesenkim metanefrik ini membentuk system tubulus dari
glomeurus ke nefron distal sementara tonjolan ureter membentuk
duktus kolektivus dan system drainase.
Pembentukan urin interauteri yang disebabkan oleh aliran
darah menuju ginjal hanya sekitar 2-4%. Setelah lahir aliran darah

14
menuju ginjal meningkat sekitar 10 sampai 15% sehingga dapat
membentuk urin lebih banyak (Gilbert,1980).
Ginjal janin telah mampu membentuk urin minggu ke 12
dan minggu ke 18 urin yang berjumlah sekitar 7-14ml /hari dan
menjelang aterm sekitar 27cc/hari. Fungsi utama pembentukan urin
adalah mengatur jumlah air ketuban sehingga kesimbangan dapat
terjadi.
Janin muda mengandung sekitar 90% air. Sistem urinasi
mulai pada bulan pertama. Produksi urin pada janin dimulai antara
masa gestasi 9 dan 11 minggu kehidupan intrauterin. Peranan ginjal
janin dalam menjaga homeostasis tubuh sampai saat ini masih
dipertanyakan, meskipun pada percobaan binatang ditemukan
adanya kemampuan ginjal fetus untuk memekatkan dan
mengencerkan urin, mengabsorbsi fosfat dan mengadakan
transportasi zat organik.
Fungsi eksresi janin dilakukan melalui plasenta. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya hasil pemeriksaan komposisi cairan
tubuh fetus yang normal, termasuk angka plasma kreatinin dan
ureum pada neonatus saat lahir, meskipun terdapat agenesis kedua
ginjal.
2. Tumbuh Kembang Pada Masa Neonatus

Bayi baru lahir mengandung air sekitar 70%. Sistem urinari belum
berkembang dengan sempurna sampai akhir tahun pertama. Semua satuan
ginjal adalah imatur saat lahir, sehingga ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit terjadi dengan mudah.
Sirkulasi darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus pada saat lahir
masih rendah, tetapi dalam beberapa hari makin meningkat. Pada umur
satu tahun sudah sama dengan orang dewasa.
Peningkatan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) dan SDGE pada
berbagai usia disebabkan karena penurunan resistensi arteriol ginjal dan
peningkatan porsi curah jantung yang dialirkan ke ginjal. Meskipun LFG
pada neonatus masih rendah, akan tetapi dibandingkan dengan fungsi

15
tubulus perkembangannya masih lebih matang. Perbedaan ini disebut
ketidakseimbangan glomerulus tubular. Keadaan ini menyebabkan
merendahnya fraksi reabsorbsi terhadap berbagai zat yang difiltrasi
glomerulus, sehingga ekskresi beberapa zat seperti glukosa, fosfat, dan
asam amino dalam urin meningkat dibandingkan dengan pada anak besar
atau orang dewasa.
Demikian pula ambang serap bikarbonat masih rendah sampai umur 6
bulan, yaitu sebesar 19-21 mg/l. oleh karena itu pada neonatus dapat
ditemukan proteinuria dan glukosuria ringan yang kemudian menghilang
dalam beberapa hari. Bila kadar protein dalam urin melebihi 30 mg/dl
perlu pemeriksaan lebih lanjut. Leukosituria normal tidak ditemukan,
tetapi sel epitel banyak ditemukan pada neonatus, yang sering
diinterpretasi salah sebagai leukosit. Demikian pula sel darah merah pada
keadaan normal tidak ditemukan, tetapi silinderuria biasanya dapat
dijumpai, yang kemudian menghilang dalam minggu pertama.
Pemeriksaan bakteriologik urin neonatus normal steril.
Karena daya konsentrasi ginjal yang masih rendah maka berat jenis
urin pada neonatus pun masih rendah dengan osmolalitas urin berkisar
antara 60-600 mOsm/l. Derajat keasaman urin berkisar antara pH 6,0-7,0,
tetapi dalam beberapa hari ginjal neonatus dengan cepat mampu
menurunkan pH urin menjadi 5,0 atau kurang.

Pemeriksaan ureum darah pada neonatus yang baru dilahirkan


berkisar antara 10-40 mg/dl meskipun terdapat agenesis ginjal bilateral.
Peningkatan kadar ureum darah sampai 60 mg/dl dapat terjadi pada
neonatus dengan fungsi ginjal yang normal apabila diberi minum formula
susu buatan dengan kadar protein tinggi. Akan tetapi bila ditemukan
peningkatan kadar ureum darah perlu dicurigai adanya kelainan ginjal
antara lain ginjal polikistik dan hidronefrosis kongenital. Kadar kreatinin
darah pada saat lahir hampir sama dengan orang dewasa yaitu 0,5-1,1
mg/dl, tetapi kemudian menurun dalam 2-4 minggu dan pada umur 1 bulan
menjadi 0,1-0,2 mg/dl, yang kemudian meningkat dengan kenaikan usia.

16
Sembilan puluh sembilan persen bayi kencing dalam waktu 48 jam
pasca lahir. Oleh karena itu bila bayi tidak kencing dalam waktu 48 jam
harus dicurigai adanya gagal ginjal dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut, antara lain plasma kreatinin dan ureum. Penyebab terjadinya gagal
ginjal pada neonatus dapat terjadi karena faktor pra-, pasca-, dan
intrarenal.
Pada awalnya frekuensi miksi pada bayi sering sekali, tetapi makin
lama makin berkurang. Sebaliknya jumlah urin pada neonatus masih
sedikit, kemudian meningkat pada usia yang makin bertambah.
Pada neonatus satu atau dua ginjal sering dapat teraba pada palpasi.
Bila keduanya teraba biasanya normal, tetapi bila hanya satu yang teraba
perlu dicurigai apakah yang satu itu lebih besar dari yang lain atau
terdorong oleh massa intra- atau ekstrarenal. Pembesaran ginjal pada
neonatus dapat disebabkan oleh hidronefrosis, tetapi lebih sering
disebabkan oleh embrioma atau malformasi kistik. Ketiga hal itu dapat
dibedakan dengan pemeriksaan ultrasonografi, foto polos abdomen atau
pielografi intravena (PIV). Pada pelaksanaan pemeriksaan PIV, karena
daya konsentrasi tubulus yang masih kurang pada ginjal neonatus, jumlah
media kontras yang dipakai harus lebih banyak (10-20 ml diodrast) untuk
mendapatkan gambar kalises yang baik
3. Tumbuh Kembang Pada Masa Kanak-Kanak/Pubertas dan Masa
Remaja
Perubahan-perubahan komposisi urin pada anak yang sehat (setelah
usia 2 tahun) sangat sedikit karena anak sudah matur, sehingga fungsi
ginjal dan urinalisis dapat digunakan sebagai monitor kesejahteraan. Pada
masa remaja merupakan masa optimalnya fungsi dari organ-organ sistem
perkemihan, pada masa ini merpakan masa peralihan/ transisi fungsi dari
masa kanak-kanak yang masih belum optimal.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan
sistem genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius
bagian atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal,
pelvis renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari
vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada pria dan
wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis dan skrotum; sedangkan
wanita berupa vagina, uterus dan ovarium.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karna itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kelompok buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA
Lauren, S. (2011). Ensiklopedia Perkembangan Anak, alih bahasa Lukman
Andrian dan Cahyani Insawati. Jakarta : Erlangga.
Narendra, M.B. (2004). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung
Seto.
Notoatmodjo, S. (2007).Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai