Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan


yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua.
Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau
kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang
1
terdiagnosis berakhir dengan abortus.
Kasus abortus sebenarnya angkanya lebih besar daripada yang
disebutkan di atas, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan,
tidak tercatat, dan tidak diketahui. Seorang wanita dapat mengalami
abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil. Abortus bisa juga tidak
diketahui karena hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat
(siklus memanjang), dan insiden abortus kriminalis yang pada umumnya
tidak dilaporkan.
Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat
menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal
failure) sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat. Dapat diketahui karena
hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang),
dan insiden abortus kriminalis yang pada umumnya tidak dilaporkan.
Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat
menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal
failure) sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat.

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. AW
Umur : 23 tahun
Alamat : Jl. Angkatan 66 Lrg. Harapan 8 No 1540, Kemuning, Kota
Palembang, Sumatera Selatan
Suku : Melayu
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
MRS : 5 Oktober 2017 pukul 20.15 WIB
No. RM : 903355

II. ANAMNESIS (Tanggal 5 Oktober 2017)


Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan
Riwayat Perjalanan Penyakit
±3 jam SMRS, pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan,
banyaknya 1x ganti pembalut, Riwayat keluar jaringan seperti ati ayam(-),
Riwayat keluar jaringan seperti mata ikan(-). Riwayat trauma(-). Riwayat
minum jamu/obat-obatan (-). Riwayat diurut-urut (-). Riwayat payudara
tegang(+). Riwayat mual dan muntah(-). Riwayat post coitus (+).

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi (-), riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-
), riwayat kencing manis (-).

2
Riwayat Dalam Keluarga
Riwayat darah tinggi dalam keluarga (-).

Status Sosial Ekonomi dan Gizi : sedang


Status Perkawinan : menikah, 1 kali, lamanya 7 tahun
Status Reproduksi : menarche usia 13 tahun, siklus haid
30 hari, teratur, lamanya 6 hari.
HPHT: 14 Mei 2017
Status Persalinan : G1P0A0
1. Hamil saat ini

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 5 Oktober 2017)


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 45 kg
TB : 157 cm
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 82x/ menit, isi/kualitas cukup, reguler
Respirasi : 18x/menit, reguler
Suhu : 36,2oC

PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor
3mm/3mm, refleks cahaya (+/+).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-),
perdarahan(-)
Telinga : Liang telinga lapang, sekret (-)
Mulut : Perdarahan gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan bibir
kering (-), cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-).

3
Faring/Tonsil : Hiperemis (-), tonsil T1-T1, detritus (-)

LEHER
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH20

THORAX
Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
PARU
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-).
JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

ABDOMEN
Inspeksi : Cembung
Lihat pemeriksaan obstetrik

EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (-).

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri ½ pusat-symphisis, ballotement externa (+), His 1x/10
menit/10 detik, DJJ 152 x/menit, massa(-), nyeri tekan (-).

4
Pemeriksaan Dalam
Inspeculo
Portio livid, OUE tertutup, flour (-), fluxus (+), darah tak aktif, E/L/P (-).

VT
Mukosa licin, portio lunak, OUE tertutup, nyeri goyang (-), AP kanan/kiri
lemas, CD tak menonjol

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


Pemeriksaan Laboratorium (5 Oktober 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 11,3 mg/dl 11,4-15,0 mg/dl
RBC 3,86 juta/m3 4,0-5,7 juta/m3
WBC 10,8 x 103/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 32% 35-45 %
Trombosit 242.000/m3 189-436 x 103/m3
Diff. Count
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 3 1-6%
Netrofil 69 50-70%
Limfosit 22 20-40%
Monosit 6 2-8%

Pemeriksaan USG
- Tampak janin tunggal hidup intrauterine
- Biometri:
 BPD : 4,50 cm
 HC : 16,85 cm
 AC : 14,42 cm
 FL : 3,38 cm
 EFW : 331 gr
- Plasenta di korpus anterior

5
- Ketuban cukup SP = 6,2 cm
Kesan: hamil 19 minggu janin tunggal hidup intrauterine

V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens JTH intrauterine.

VI. PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad malam
Prognosis Janin : dubia ad malam

VII. TATALAKSANA (Planning/P)


a. TERAPI
- Bed rest total
- Cygest 400 mcg/12 jam supp
- Nifedipine tab 10mg/6 jam p.o
- Cek Lab DR,UR, cross match

b. MONITORING
- Observasi tanda vital ibu, His, dan DJJ dan tanda abortus.

VIII. FOLLOW UP

Follow Up (Tanggal 5 Oktober 2017)


S/ Perdarahan pervaginam (-)
Nyeri pinggang (-)

O/ Keadaan Umum : Sedang


Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 16 kali/menit
Suhu : 36, 5oC

6
Status Obstetrikus
Muka : Cholasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, hiperpigementasi areola dan papilla mammae (+)
Abdomen :
Inspeksi : Agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defans muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal, DJJ 145-155x/menit
Genitalia :
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, perdarahan pervaginam (+)
VT Bimanual :

Vagina : laserasi (-), tumor (-), fluksus (-)

Portio : MP, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, laserasi (-), tumor (-),
OUE tertutup, fluksus (-)

CUT : Anteflexi, ukuran sebesar tinju dewasa

AP : Lunak kiri=kanan

CD : tidak menonjol

A/ G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens JTH intrauterine.

P/ Kontrol keadaan umum, vital sign, DJJ, perdarahan pervaginam


Bed Rest Total
Nifedipine 10 mg/6 jam PO
Cygest 400mg/12 jam supp

Follow Up (Tanggal 6 Oktober 2017)


S/ Perdarahan pervaginam (-)
Nyeri pinggang (-)

7
O/ Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36, 5oC

Status Obstetrikus
Muka : Cholasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, hiperpigementasi areola dan papilla mammae
(+)
Abdomen :
Inspeksi : Agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defans muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal, DJJ 140-150x/menit

Genitalia :
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, perdarahan pervaginam (+)
VT Bimanual :

Vagina : laserasi (-), tumor (-), fluksus (-)

Portio : MP, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, laserasi (-),

tumor (-), OUE tertutup, fluksus (-)

CUT : Anteflexi, ukuran sebesar tinju dewasa

AP : Lunak kiri=kanan

CD : tidak menonjol

8
A/ G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens JTH
intrauterine.

P/ Kontrol keadaan umum, vital sign, DJJ, perdarahan pervaginam


Bed Rest Total
Nifedipine 10 mg/6 jam PO
Cygest 400mg/12 jam supp
Pulang

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Abortus imminens disebut juga abortus yang sifatnya mengancam, yaitu
terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan <20 minggu dengan atau tanpa
kontraksi uterus, tanpa disertai dilatasi serviks, dan tanpa pengeluaran hasil
konsepsi. Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun
hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Dapat atau tanpa disertai
rasa mulas ringan, seperti pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah
(Wiknjosastro,2007).
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya
pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada
panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut,
dan kantong amnion kosong, servik tertutup, dan masih terdapat janin utuh.
Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan tirah baring dan memberikan obat-
obatan (Wiknjosastro,2007).

3.2 Faktor resiko

Angka kejadian abortus imminens dipengaruhi oleh berbagai faktor :

- Usia Ibu
- Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
 Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
 Kejadian abortus sebelumnya
 Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan congenital atau defek
genetik
- Pengaruh orang tua
 Kelainan genetik orang tua
 Komplikasi medis (Saifudin, 2004)

10
3.3 Klasifikasi Abortus
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

- Abortus imminens (threaned abortion)


Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari intra uterine
sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi,
tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens
sifatnya adalah mengancam, tetapi masih ada kemungkinan untuk
mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan pada wanita yang
hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang timbul dalam waktu
kehamilan trimester pertama.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat menetap dalam
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal ini akan mengakibatkan
gangguan terhadap hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir
rendah serta kematian prenatal

- Abortus insipiens (inivitable)


Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai dengan perdarahan
pervaginam <20 minggu dengan adanya pembukaan serviks, namun tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Pada keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian
bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan dilatasi ostium
serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG
mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-
6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak
di bagian bawah. Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan
pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan
cunam ovum disusul dengan kerokan.

11
- Abortus inkomplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat badan kurang dari 500 gram dan masih terdapat hasil
konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.
- Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Selain
ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada
pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong (Sastrawinata, 2008).

b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis abortus provokatus
dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :
- Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas indikasi
medis
- Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan karena
indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau melanggar hokum
(Cunningham, 2007).

Abortus complete dan abortus incomplete (Mochtar, 2007)

12
Abortus imminens, abortus insipiens, dan miss abortion (Mochtar, 2007)

3.4 Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan
anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 %
dari semua kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih
tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi
komplikasi; juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga
tidak memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai
haid yang terlambat. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan
pada kromosom (Mansjoer,2001).
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted
ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan
kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor
lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan (Mansjoer, 2001).

3.5 Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling
terkait. Abnsormalita dari kromosom adalah etiologi yang paling sering

13
menyebabkan abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu
insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada
trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil
adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan
penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum
diketahui hingga sampai saat in (Cunningham, 2007).

Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian janin,
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :

1. hasil konsepsi
kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti kelainan
kromosom ( trisomi dan popiplidi)
2. fakor ibu antara lain :
 Infeksi : Mycoplasma,Ureaplasma,dll
 Penyakit kronis : Celiac sprue (sindrom malabsorbsi)
 Gangguan endokrin : diabetes melitus
 Kelainan alat reproduksi
 Kelainan darah
 Pengaruh obat-obatan : tembakau,alcohol, kafein
 Faktor lingkungan : radiasi
 Faktor imunologis
 Trauma fisik (Saifudin, 2004)

3.6 Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan
fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.
 Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan
villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil

14
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
 Pada kehamilan 8-14 minggu
Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput ketuban
telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan
pervaginam banyak.
 Pada kehmilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus
sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa
sakit lebih menonjol (Mochtar, 2007).

3.7 Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain:
 Tanda-tanda hamil muda
 Perdarahan melalui OUE (+)
 Uterus membesar sesuai usia kehamilan
 Serviks belum membuka
Sehingga untuk menegakan diagnosis abortus imminens kita perlu
memperhatikan :
 Riwayat menstruasi
 Riwayat penggunaan obat-obatan dan zat terlarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat operasi terutama pada uterus dan adneksa
 Riwayat obstetrik dan ginekologis dahulu (Sastrawinata, 2008).
Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam
dengan atau tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek
(bercak-bercak darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk

15
menilai apakah perdarahan semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk.
Adanya gumpalan darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan
dengan progresif. Bila ditemukan nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri
tersebut berlangsung (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi
nyeri. Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal
toucher , tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks
atau keluar melalui OUE (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks karenanya
bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan OUE telah membuka,
kemungkinan yang terjadi adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus
komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar,
konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila
didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat pemeriksaan
biologisnya (Saifudin, 2004).
Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari penyebab
terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganannya selanjutnya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan antara lain :
1. - HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
3. Pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum
5. USG (Saifudin, 2002)

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ Diagnosis Tindakan

Tanda

16
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Observasi
hingga dengan bawah uterus Imminens perdarahan,
Sedang usia lunak istirahat,
gestasi hindarkan coitus

Sedikit Limbung / Kehamilan Laparotomi dan


membes pingsan ektopik parsial
ar dari yang salpingektomi
Nyeri perut
normal terganggu atau
bawah
salpingestomi
Nyeri
goyang
porsio

Masa
adneksa

Cairan bebas
intra
abdomen

Tertut Lebih Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu


up/ter kecil nyeri perut komplit terapi spesifik
buka dari usia bawah kecuali
gestasi perdarahan
Riwayat
berlanjut atau
ekspulsi
terjadi infeksi
hasil
konsepsi

Sedang Terbu Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi


hingga ka usia nyeri perut insipiens
massif/ bawah belum
terjadi

17
banyak kehamil ekspulsi
an hasil
konsepsi

Kram atau Abortus evakuasi


nyeri perut inkomplit
bawah
ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi

Terbu Lunak Mual/munta Abortus Evakuasi


ka dan h mola tatalaksana mola
lebih
Kram perut
besar
bawah
dari usia
gestasi Sindroma
mirip
preeklamsia

Tak ada
janin keluar
jaringan
seperti
anggur

(Saifudin, 2002)

3.8 Diagnosa Banding


1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )
Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam, biasanya sedikit
sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup banyak, nyeri bagian bawah

18
perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyeri pada KET biasanya lebih
hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat dikerjakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET, suatu kehamilan
ektopik hanya berupa kehamilan ektopik yang belum terganggu. Pada keadaan
ini yang ditemui berupa gejala – gejala hamil muda atau abortus imminens
(Mansjoer, 2001)
2. Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat dibandingkan
dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan adanya hiperemesis
gravidarum. Ini disebabkan oleh adanya kadar  HCG yang tinggi di dalam
darah. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju (
snowform like appearance ) (Mansjoer, 2001)
3. Kelainan serviks
Karsinoma serviks uteri ,polipus serviks dan sebagainya. Perdarahan yang
disebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus imminens. Pemeriksaan
dengan spekulum , pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu dalam
menegakan diagnosis (Mansjoer, 2001).

3.9 Prognosis
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung
lama, mules – mules disertai dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika
kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti dengan persalinan preterm,
plasenta previa, dan IUGR. Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika
perdarahan berlangsung lama, mules- mules yang disertai pendataran serviks
menandakan prognosis yang buruk Prognosis buruk bila dijumpai pada
pemeriksaan USG adanya :

- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak
adanya kutub janin
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung kehamilan )

19
- DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).

3.10 Penatalaksanaan
Penanganan abortus iminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang
untuk koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan
tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan
2. Pemberian progesteron pada abortuis imminens masih bersifat controversial.
Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan
adanya kekurangan hormon progesterone
3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin
4. bila perdarahan :
berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi.
Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan
kemungkinan adanya penyebab lain ( hamil ektopik atau mola )
(Cunningham, 2007)

3.11 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa – sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah
2. Perforasi uterus
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika ditemukan
tanda – tanda abdomen akut perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu
dilakukan histerektomi.
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya

20
Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba,
parametrium dan peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis
dapat disertai dengan terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan antibiotik
pilihan dan dilakukan laparotomi
4. Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan ( syok hemoragik
) dan karena infeksi berat ( syok septik ) (Saifuddin, 2004)

21
BAB IV
ANALISIS MASALAH

Telah dirawat seorang pasien wanita umur 23 tahun di Bangsal Kebidanan


Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang tanggal 5 Oktober 2017 dengan
diagnosis G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens JTH intrauterine.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.

Dari anamnesis diketahui 3 jam sebelum masuk rumah sakit pasien


mengeluh adanya perdarahan pervaginam banyaknya satu kali ganti pembalut.
Keluarnya darah tidak disertai nyeri perut dan pengeluaran jaringan seperti ati
ayam, ataupun mata ikan. Tidak ada riwayat trauma. Tidak ada riwayat minum jamu
dan obat-obatan. Tidak ada riwayat diurut-urut. Terdapat riwayat post coitus. Pasien
tidak mengeluhkan mual dan muntah.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda kehamilan tidak pasti seperti
payudara membesar, hiperpigmentasi areola dan papilla mammae. Pada regio
abdomen tampak perut membuncit sesuai usia kehamilan, tidak ditemukan tanda-
tanda rangsang peritoneal seperti nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler.
Denyut jantung janin 152 kali/menit. Pada pemeriksaan genitalia dengan VT
Bimanual didapatkan fluksus (+) berwarna kemerahan, nyeri goyang portio (-),
cavum douglas tidak menonjol, dan ostium uteri eksternum tertutup.
Berdasarkan literature, perdarahan pada usia kehamilan muda dapat
diakibatkan oleh abortus, kehamilan ektopik terganggu, ataupun mola hidatidosa.
Pada kehamilan ektopik terganggu keluhan yang akan dijumpai berupa perdarahan
yang disertai dengan nyeri hebat abdomen atau panggul. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan adanya nyeri goyang portio, cavum douglas menonjol dan nyeri
pada perabaan oleh karena terisi oleh darah. Perdarahan pada mola hidatidosa
biasanya disertai dengan pengeluaran jaringan seperti gelembung-gelembung atau
mata ikan. Hiperemesis gravidarum juga sering menyertai penyakit tersebut

22
disebabkan tingginya kadar  HCG dalam darah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
perut membuncit lebih besar dari usia kehamilan seharusnya.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien tidak sesuai dengan KET
ataupun mola sehingga diagnosis kerja penulis adalah abortus. Kemudian dilakukan
USG untuk menunjang diagnosis. Hasil pemeriksaan USG didapatkan kesan gravid
preterm 19-20 minggu sesuai biometri dan janin hidup tunggal intrauterine. Snow
flake pattern atau honey comb yang merupakan tanda mola hidatidosa (-).
Jenis abortus yang mungkin terjadi pada pasien ini adalah abortus iminens
hal ini sesuai dengan temuan gejala dan tanda yakni perdarahan pervaginam tanpa
adanya pengeluaran jaringan seperti daging, tinggi fundus sesuai dengan usia
kehamilan, dan masih tertutupnya ostium uteri eksternum.
Abortus imminens merupakan abortus yang sifatnya mengancam, namun
hasil konsepsi masih memungkinkan untuk dapat hidup. Maka penatalaksanaan
yang dianjurkan adalah tirah baring agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti. Pada abortus
imminens dapat diberikan roborantia untuk meningkatkan daya tahan tubuh ibu.

23
BAB V
PENUTUP

1.1.Kesimpulan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan yang ditandai dengan adanya perdarahan. Pada kasus
perdarahan di usia kehamilan muda (<20 minggu), selain dicurigai abortus,
perlu dipikirkan kemungkinan diagnosis lainnya seperti kehamilan ektopik
terganggu, dan mola hidatidosa. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
baik akan membantu menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan diagnosis G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens
JTH intrauterine.. Abortus imminens merupakan abortus yang sifatnya
mengancam namun masih mungkin untuk mempertahankan hasil konsepsi.
Penatalaksanaan yang dianjurkan adalah tirah baring agar aliran darah ke
uterus lebih lancar dan berkurangnya rangsangan mekanik sehingga
diharapkan perdarahan berhenti.

24
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312
Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 21th edition. Appleton and Lange.
Stanford Connecticut. 2007:856-877
Sastrawinata, Sulaeman, Prof. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung 2008:11-17
Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
2004:146-147
Perdarahan dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas
http://srobgyn.www3.50megs.com/mnh/Obs4.html;
Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis Obstetri. Edisi
kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 2007; 209-217
Latest Research : spontaneous Abortion. Diakses dari
http://www.fertilitysolution.com/PDF/abort.pdf
Estronaut : Signs of a Spontaneus Abortion. Diakses dari
http://www.gennexhealth.com
Saifuddin AB, dkk. Dalam : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. JNPKKR-POG I -Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002
Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta, 2001; 260-265.

25

Anda mungkin juga menyukai