Abortus Fix
Abortus Fix
PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. AW
Umur : 23 tahun
Alamat : Jl. Angkatan 66 Lrg. Harapan 8 No 1540, Kemuning, Kota
Palembang, Sumatera Selatan
Suku : Melayu
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
MRS : 5 Oktober 2017 pukul 20.15 WIB
No. RM : 903355
2
Riwayat Dalam Keluarga
Riwayat darah tinggi dalam keluarga (-).
PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor
3mm/3mm, refleks cahaya (+/+).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-),
perdarahan(-)
Telinga : Liang telinga lapang, sekret (-)
Mulut : Perdarahan gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan bibir
kering (-), cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-).
3
Faring/Tonsil : Hiperemis (-), tonsil T1-T1, detritus (-)
LEHER
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH20
THORAX
Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
PARU
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-).
JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
ABDOMEN
Inspeksi : Cembung
Lihat pemeriksaan obstetrik
EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (-).
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri ½ pusat-symphisis, ballotement externa (+), His 1x/10
menit/10 detik, DJJ 152 x/menit, massa(-), nyeri tekan (-).
4
Pemeriksaan Dalam
Inspeculo
Portio livid, OUE tertutup, flour (-), fluxus (+), darah tak aktif, E/L/P (-).
VT
Mukosa licin, portio lunak, OUE tertutup, nyeri goyang (-), AP kanan/kiri
lemas, CD tak menonjol
Pemeriksaan USG
- Tampak janin tunggal hidup intrauterine
- Biometri:
BPD : 4,50 cm
HC : 16,85 cm
AC : 14,42 cm
FL : 3,38 cm
EFW : 331 gr
- Plasenta di korpus anterior
5
- Ketuban cukup SP = 6,2 cm
Kesan: hamil 19 minggu janin tunggal hidup intrauterine
V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens JTH intrauterine.
VI. PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad malam
Prognosis Janin : dubia ad malam
b. MONITORING
- Observasi tanda vital ibu, His, dan DJJ dan tanda abortus.
VIII. FOLLOW UP
6
Status Obstetrikus
Muka : Cholasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, hiperpigementasi areola dan papilla mammae (+)
Abdomen :
Inspeksi : Agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defans muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal, DJJ 145-155x/menit
Genitalia :
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, perdarahan pervaginam (+)
VT Bimanual :
Portio : MP, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, laserasi (-), tumor (-),
OUE tertutup, fluksus (-)
AP : Lunak kiri=kanan
CD : tidak menonjol
7
O/ Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36, 5oC
Status Obstetrikus
Muka : Cholasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, hiperpigementasi areola dan papilla mammae
(+)
Abdomen :
Inspeksi : Agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defans muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal, DJJ 140-150x/menit
Genitalia :
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, perdarahan pervaginam (+)
VT Bimanual :
AP : Lunak kiri=kanan
CD : tidak menonjol
8
A/ G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens JTH
intrauterine.
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Abortus imminens disebut juga abortus yang sifatnya mengancam, yaitu
terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan <20 minggu dengan atau tanpa
kontraksi uterus, tanpa disertai dilatasi serviks, dan tanpa pengeluaran hasil
konsepsi. Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun
hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Dapat atau tanpa disertai
rasa mulas ringan, seperti pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah
(Wiknjosastro,2007).
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya
pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada
panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut,
dan kantong amnion kosong, servik tertutup, dan masih terdapat janin utuh.
Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan tirah baring dan memberikan obat-
obatan (Wiknjosastro,2007).
- Usia Ibu
- Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
Kejadian abortus sebelumnya
Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan congenital atau defek
genetik
- Pengaruh orang tua
Kelainan genetik orang tua
Komplikasi medis (Saifudin, 2004)
10
3.3 Klasifikasi Abortus
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
11
- Abortus inkomplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat badan kurang dari 500 gram dan masih terdapat hasil
konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.
- Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Selain
ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada
pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong (Sastrawinata, 2008).
b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis abortus provokatus
dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :
- Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas indikasi
medis
- Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan karena
indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau melanggar hokum
(Cunningham, 2007).
12
Abortus imminens, abortus insipiens, dan miss abortion (Mochtar, 2007)
3.4 Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan
anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 %
dari semua kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih
tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi
komplikasi; juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga
tidak memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai
haid yang terlambat. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan
pada kromosom (Mansjoer,2001).
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted
ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan
kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor
lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan (Mansjoer, 2001).
3.5 Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling
terkait. Abnsormalita dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
13
menyebabkan abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu
insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada
trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil
adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan
penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum
diketahui hingga sampai saat in (Cunningham, 2007).
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian janin,
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. hasil konsepsi
kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti kelainan
kromosom ( trisomi dan popiplidi)
2. fakor ibu antara lain :
Infeksi : Mycoplasma,Ureaplasma,dll
Penyakit kronis : Celiac sprue (sindrom malabsorbsi)
Gangguan endokrin : diabetes melitus
Kelainan alat reproduksi
Kelainan darah
Pengaruh obat-obatan : tembakau,alcohol, kafein
Faktor lingkungan : radiasi
Faktor imunologis
Trauma fisik (Saifudin, 2004)
3.6 Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan
fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan
villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
14
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8-14 minggu
Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput ketuban
telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan
pervaginam banyak.
Pada kehmilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus
sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa
sakit lebih menonjol (Mochtar, 2007).
3.7 Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain:
Tanda-tanda hamil muda
Perdarahan melalui OUE (+)
Uterus membesar sesuai usia kehamilan
Serviks belum membuka
Sehingga untuk menegakan diagnosis abortus imminens kita perlu
memperhatikan :
Riwayat menstruasi
Riwayat penggunaan obat-obatan dan zat terlarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat operasi terutama pada uterus dan adneksa
Riwayat obstetrik dan ginekologis dahulu (Sastrawinata, 2008).
Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam
dengan atau tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek
(bercak-bercak darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk
15
menilai apakah perdarahan semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk.
Adanya gumpalan darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan
dengan progresif. Bila ditemukan nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri
tersebut berlangsung (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi
nyeri. Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal
toucher , tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks
atau keluar melalui OUE (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks karenanya
bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan OUE telah membuka,
kemungkinan yang terjadi adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus
komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar,
konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila
didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat pemeriksaan
biologisnya (Saifudin, 2004).
Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari penyebab
terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganannya selanjutnya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan antara lain :
1. - HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
3. Pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum
5. USG (Saifudin, 2002)
Tanda
16
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Observasi
hingga dengan bawah uterus Imminens perdarahan,
Sedang usia lunak istirahat,
gestasi hindarkan coitus
Masa
adneksa
Cairan bebas
intra
abdomen
17
banyak kehamil ekspulsi
an hasil
konsepsi
Tak ada
janin keluar
jaringan
seperti
anggur
(Saifudin, 2002)
18
perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyeri pada KET biasanya lebih
hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat dikerjakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET, suatu kehamilan
ektopik hanya berupa kehamilan ektopik yang belum terganggu. Pada keadaan
ini yang ditemui berupa gejala – gejala hamil muda atau abortus imminens
(Mansjoer, 2001)
2. Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat dibandingkan
dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan adanya hiperemesis
gravidarum. Ini disebabkan oleh adanya kadar HCG yang tinggi di dalam
darah. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju (
snowform like appearance ) (Mansjoer, 2001)
3. Kelainan serviks
Karsinoma serviks uteri ,polipus serviks dan sebagainya. Perdarahan yang
disebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus imminens. Pemeriksaan
dengan spekulum , pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu dalam
menegakan diagnosis (Mansjoer, 2001).
3.9 Prognosis
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung
lama, mules – mules disertai dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika
kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti dengan persalinan preterm,
plasenta previa, dan IUGR. Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika
perdarahan berlangsung lama, mules- mules yang disertai pendataran serviks
menandakan prognosis yang buruk Prognosis buruk bila dijumpai pada
pemeriksaan USG adanya :
- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak
adanya kutub janin
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung kehamilan )
19
- DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).
3.10 Penatalaksanaan
Penanganan abortus iminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang
untuk koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan
tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan
2. Pemberian progesteron pada abortuis imminens masih bersifat controversial.
Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan
adanya kekurangan hormon progesterone
3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin
4. bila perdarahan :
berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi.
Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan
kemungkinan adanya penyebab lain ( hamil ektopik atau mola )
(Cunningham, 2007)
3.11 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa – sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah
2. Perforasi uterus
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika ditemukan
tanda – tanda abdomen akut perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu
dilakukan histerektomi.
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya
20
Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba,
parametrium dan peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis
dapat disertai dengan terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan antibiotik
pilihan dan dilakukan laparotomi
4. Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan ( syok hemoragik
) dan karena infeksi berat ( syok septik ) (Saifuddin, 2004)
21
BAB IV
ANALISIS MASALAH
22
disebabkan tingginya kadar HCG dalam darah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
perut membuncit lebih besar dari usia kehamilan seharusnya.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien tidak sesuai dengan KET
ataupun mola sehingga diagnosis kerja penulis adalah abortus. Kemudian dilakukan
USG untuk menunjang diagnosis. Hasil pemeriksaan USG didapatkan kesan gravid
preterm 19-20 minggu sesuai biometri dan janin hidup tunggal intrauterine. Snow
flake pattern atau honey comb yang merupakan tanda mola hidatidosa (-).
Jenis abortus yang mungkin terjadi pada pasien ini adalah abortus iminens
hal ini sesuai dengan temuan gejala dan tanda yakni perdarahan pervaginam tanpa
adanya pengeluaran jaringan seperti daging, tinggi fundus sesuai dengan usia
kehamilan, dan masih tertutupnya ostium uteri eksternum.
Abortus imminens merupakan abortus yang sifatnya mengancam, namun
hasil konsepsi masih memungkinkan untuk dapat hidup. Maka penatalaksanaan
yang dianjurkan adalah tirah baring agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti. Pada abortus
imminens dapat diberikan roborantia untuk meningkatkan daya tahan tubuh ibu.
23
BAB V
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan yang ditandai dengan adanya perdarahan. Pada kasus
perdarahan di usia kehamilan muda (<20 minggu), selain dicurigai abortus,
perlu dipikirkan kemungkinan diagnosis lainnya seperti kehamilan ektopik
terganggu, dan mola hidatidosa. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
baik akan membantu menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan diagnosis G1P0A0 hamil 19 minggu dengan Abortus Imminens
JTH intrauterine.. Abortus imminens merupakan abortus yang sifatnya
mengancam namun masih mungkin untuk mempertahankan hasil konsepsi.
Penatalaksanaan yang dianjurkan adalah tirah baring agar aliran darah ke
uterus lebih lancar dan berkurangnya rangsangan mekanik sehingga
diharapkan perdarahan berhenti.
24
DAFTAR PUSTAKA
25