Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan yang memiliki
banyak jenis flora dan fauna di dunia. Sebagai salah satu Negara yang kaya
dengan keanekaragaman jenis flora, Indonesia termasuk kedalam golongan
yang tertinggi didunia, jauh lebih tinggi dibandingkan keanekaragaman
hayati di daerah tropis lainnya. Sebagian besar jenis-jenis tumbuhan
tersebut terdapat dikawasan basah, terutama hutan primer, yang menutupi
sebagian besar wilayah Indonesia. Banyaknya jenis flora atau tumbuhan
yang ada di Indonesia ini sangat berguna bagi dunia farmasi karena
sebagian besar sumber dan penelitian obat-obatan berasal dari tumbuhan
yang sering dikaji dalam dunia farmasi.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit.
Farmasi mecakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan
(selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis dan
pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Dalam ilmu
farmasi terdapat beberapa cabang ilmu salah satunya botani farmasi dan
morfologi tumbuhan.
Botani farmasi adalah ilmu yang terkait dengan klasifikasi (taksonomi),
fungsi (fisiologi), dan struktur (anatomi dan morfologi).
Morfologi ialah ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik
mengenai akar, daun, batang, buah, bunga, maupun bijinya. Untuk
morfologi tumbuhan ini dapat kita pelajari melalui pembuatan herbarium.
Herbarium merupakan koleksi specimen dari bahan tumbuhan yang
telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu dan dilengkapi
dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut.

1.2. Tujuan PKL

1
Adapun tujuan dari PKL adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami morfologi tumbuhan yang di jadikan
herbarium
2. Untuk mengetahui cara pembuatan herbarium
1.3 Manfaat PKL
Adapun manfaat dari PKL adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tanaman yang dapat dijadikan herbarium
kering
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan, fungsi, manfaat dari
herbarium kering
3. Mahasiswa dapat menguraikan langkah – langkah pembuatan
herbarium
4. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk morfologi tumbuhan secara umum

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun
botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud dengan herbarium
adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan
sistem klasifikasi (Onrizal, 2005)
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan
tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh
diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan dan di
lakukan pembuatan herbarium (Steenis, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya,
pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula
kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek, salah
satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap
objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun
kering. Cara dan bahan pengawetannya bervariasi, tergantung sifat objeknya.
Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan
dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya
dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan
hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon.
Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin
untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara
harfiah berarti tanaman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang
pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu,
kapan dan dimana di temukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi specimen
tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah.
Herbarium yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul

3
atau kolektor dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal
material dan keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian dan
identifikasi. Pengendalian inanditatif dengan penggunaan semacam cendawan
Pathogen dengan pelaksanaan herbisida jangka pendek, agar gulma yang dapat
diberantas (Moenandir, 1996).
Kelebihan dari herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa
kelemahan pada herbarium yaitu; specimen mudah mengalami kerusakan
akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian
yang ccukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual,
tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh beberapa orang, biaya besar, tidak
bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh (Wibowo
dan Abdullah, 2007).
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ
vegetative dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan
menentukan nilai estetikanya serta factor-faktor yang mempengaruhi koleksi
herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan factor
lingkungan seperti suhu (Subrahmanyan, 2002).
2.1.2 Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain :
1. Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama untuk identifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani
jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak
dalam konservasi alam.
2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan
yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.
3. Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan
ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrial,2005).
2.1.3 Pembagian Herbarium

4
Menurut Orizal, 2005 herbarium terbagi atas 2 yaitu :
1. Herbarium basah
Setelah material diberi label gantung dan dirapikan, kemudian
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk
satu spesimen. Tidak benar digabungkan beberapa specimen di dalam satu
lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium
tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan
daya muat kantong plastic (40 x 60) yang akan digunakan. Tumpukkan
tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alkohol 70%
atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata,
kemudia kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya
alkohol atau spritus tidak menguap keluar dari kantong plastik.
2. Herbarium kering
Cara kering menggunakan dua macam proses yaitu :
a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak
terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendapatkan hasil yang
optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian
dikeringkan diatas tungku pengeringan dilakukan karena jika terlambat
akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat
menjadi busuk.
b. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu
di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian di rapikan lalu
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, di tempuk dan
dipres, di jemur atau di keringkan diatas tungku pengeringan. Selama
proses pengeringan material herbarium itu harus sering di periksa dan
diupayakan agar pengeringannya merata. Setelah kering, material
herbarium di rapikan kembali dan koran bekas pengeringan tadi
digantikan dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat di
kemas untuk diidentifikasi.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Bandotan

5
a. Menurut Dr. dr. EM Sutrisna, M.Kes (2016),
klasifikasi Tanaman Bandotan sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Orde : Asterales
Famili : Asteraceae Gambar 2.2.1 Tanaman
Genus : Ageratum Bandotan (Ageratum
Spesies : Ageratum Conyzoides Linn
b. Morfologi Tanaman conyzoides Linn)
Tanaman ini merupakan tanaman terna, semusim. Tumbuh tegak sekitar
35-90cm. Daun bertangkai, letak saling berhadapan, berwarna hijau.
Bunga majemuk. Buah kecil berwarna hitam. Sering merupakan
tanaman liar.
c. Kandungan Kimia
Flavonoid, alkaloid, cumarins, minyak esensial, chromenes,
benzofurans, terpenoid, dan tanin.
d. Khasiat dan kegunaan
Antidiabetes, antibakteri, antiinflamasi, antioksidan, analgesik,
ansiolitik.

2.2.2 Tanaman Cocor Bebek


a. Menurut (DepKes RI, 2000), klasifikasi
Tanaman Cocor Bebek sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales Gambar 2.2.2 Tanaman
Famili : Crassulacae
Genus : Kalanchoe Cocor Bebek (Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe blossfeldiana Poeln blossfeldiana)
b. Morfologi Tanaman
Cocor bebek berasal dari daerah tropika kering, seperti India dan
sekitarnya. Dikenal sebagai tanaman berdaun ajaib atau miracle leaf
karena tunasnya muncul dari lekukan tepi daun. Apabila daunnya sobek
dan jatuh ke tanah, akan tumbuh tunas dan selanjutnya menjadi
tanaman baru. Daunnya hijau keabu-abuan dan bagian tepinya
berwarna merah muda. Pada saaat muda, daun berbentuk oval dan
berdaging tebal dengan panjang 5-20 cm. Menjelang tua, daun menjadi

6
bergelombang dengan lekukan pinggir yang kasar sekitar 3-5 bagian.
Bunga berwarna hijau cerah yang tersusun pada tandan. Cocor bebek
menyukai tempat yang banyak sinar matahari dan dapat hidup di tempat
berbatu.
c. Kandungan Kimia
Saponin, flavonoid, dan tannin
d. Khasiat dan kegunaan
Daun cocor bebek secara empirisberkhasiat sebagai obat batuk, sakit
kepala, obat wasir, peluruh air seni, dan menurunkan panas

2.2.3 Tanaman Singkong


a. Klasifikasi Tanaman Singkong
Adapun menurut Soelistijono (2006) klasifikasi
tanaman singkong adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae Gambar 2.2.3
Genus : Manihot Singkong
Spesies : Manihot esculenta Manihot esculenta
b. Morfologi Tanaman Singkong
Ubi kayu dapat tumbuh setinggi 1-4 m, bentuk daunnya menjari dengan
5, 7, atau 9 helai belahan lembar daun (lobes). Tangkai daun panjang dan
cepat luruh. Warna permukaan batang bervariasi, antara lain hijau,
kemerahan, keabuabuan dan kecoklatan. Akar pada tanaman singkong yaitu
akar tunggang dan termasuk tumbuhan dikotil. Batang pada tanaman
singkong ini berbentuk bulat, panjang, berkayu, berbuku-buku dan tumbuh
memanjang. Daunnya termasuk daun tunggal yang bertulang daun
berbentuk menjari. Daun singkong memiliki tangkai yang panjang dan
helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan setiap tangkai mempunyai
daun sekitar 3-8 lembar (Onwueme 1978)

7
c. Kandungan kimia
Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, kalsium,
fosfor, zat besi, vitamin B dan C dan amilum. Daun singkong mengandung
vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, forfor, protein lemak, hidrat arang,dan
zat besi. Sementara kulit batang mengandung tannin, enzim peroksidase,
glikosida, dan kalsium oksalat.
d. Kegunaan
1. Sumber energi bagi tubuh
2. Menurunkan kolestrol darah
3. Mencegah anemia
4. Mengurangi resiko penyakit jantung
5. Menjaga kesehatan tulang dan gigi
6. Melindungi dan memperbaiki jaringan tubuh
7. Mmbantu mengatur denyut jantung dan tekanan darah
8. Mencegah kanker
9. Menjaga kelancaran metabolism
10. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
2.2.4. Tanaman Nangka
a. Kedudukan taksonomi tanaman nangka menurut Rukmana (1997), adalah
sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Morales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus Gambar 2.2.4 Tanaman

Spesies : Artocarpus heterophyllus Lamk. Nangka (Artocarpus


heteropjyllus Lamk)

b. Morfologi Tanaman Nangka


Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 meter.
Batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar dan berwarna hijau kotor. Daun

8
Artocarpus heterophyllus tunggal, berseling, lonjong, memiliki tulang
daun yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang
5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang lebih kurang 2 cm dan berwarna
hijau. Bunga nangka merupakan bunga majemuk yang berbentuk bulir,
berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan betinanya
terpisah dengan tangkai yang memiliki cincin, bunga jantan ada di batang
baru di antara daun atau di atas bunga betina. Buah berwarna kuning
ketika masak, oval, dan berbiji coklat muda (Heyne, 1987).
c. Kandungan kimia
Hasil skrining fitokimia pada daun nangka yang telah
dilakukan menunjukkan hasil positif terhadap senyawa flavonoid,
saponin dan tanin (Dyta, 2011). Flavonoid dikenal memiliki fungsi
sebagai antioksidan, antiinflamasi, antifungi, antiviral, antikanker dan
antibakteri. Senyawa flavonoid yang telah diisolasi dan diidentifikasi dari
daun nangka (Artocarpus heterophyllus), yaitu isokuersetin. Flavonoid
sebagai antibakteri bekerja dalam mendenaturasi protein sel bakteri dan
merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar et al., 1998)
d. Manfaat Tanaman Nangka
1) Daging buah nangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai makanan
sayuran.
2) Tepung biji nangka digunakan sebagai bahan baku industri makanan
(bahan makan campuran).
3) Daun muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
4) Kayu nangka dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan
meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, untuk tiang
kuda dan kandang sapi (di Priangan), dayung, perkakas, dan alat
musik.
5) Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
2.2.5 Tanaman Mangga
a. Menurut Andriyani (2013) Sistematika Tumbuhan Mangga adalah
sebagai berikut :

9
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotylendonae
Ordo : Anarcardiales
Famili : Anarcardiaceae
Genus : Mangifera Gambar 2.2.5
Spesies : Mangifera indica L Mangga
Mangifera indica
b. Morfologi Tanaman Mangga
Batang pohon Mangga tegak, bercabang agak kuat. Kulit tebal
dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai
daun. Warna kulit batang yang sudah tua biasanya coklat keabuan
sampai hitam. Pohon Mangga yang berasal dari biji pada umumnya
tegak, kuat dan tinggi sedangkan yang berasal dari sambungan atau
tempel lebih pendek dan cabang membentang. Daun yang masih muda
biasanya berwarna kemerahan, keunguan, atau kekuningan yang
kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas
menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwara
hijau muda. Bunga Mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali
yang bertangkai panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak
bunga biasanya bertaju 5. Buah Mangga termasuk buah batu yang
berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah
bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat telur, hingga
lonjong memanjang. Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm. Kulit buah
agak tebal berbintik-bintik kelenjar, hijau kekuningan atau kemerahan
bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning,
berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan
berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang
tertutup endokrap yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari,
ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional
(Rukmana,1997).

10
c. Khasiat Tumbuhan Mangga
Para ahli meyakini mangga adalah sumber karotenoid yang
disebut beta crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik.
Mangga juga kaya vitamin, antioksidan seperti vitamin C dan E. Satu
buah mangga mengandung tujuh gram serat yang dapat membantu
sistem pencernaan. Sebagian besar serat larut dalam air dan dapat
menjaga Universitas Sumatera Utara kolesterol agar tetap normal.
Mangga memiliki sifat kimia dan efek farmakologis tertentu, yaitu
bersifat pengelat (astringent), peluruh urine, penyegar, penambah nafsu
makan dan antioksidan. Kandungan asam galat pada Mangga sangat
baik untuk saluran pencernaan. Sedangkan kandungan riboflavinnya
sangat baik untuk kesehatan mata, mulut, dan tenggorokan. Buah
Mangga juga mengandung senyawa flavonoida. Kandungan flavonoida
dalam buah Mangga yang mempunyai gugus hidroksi bebas dapat
menghambat aktivitas sitokrom.

d. Kandungan kimia
Komponen daging buah mangga yang paling banyak adalah air
dan karbohidrat. Selain itu juga mengandung protein, lemak, macam-
macam asam, vitamin, mineral, tanin, zat warna, dan zat yang mudah
menguap sehingga menciptakan aroma harum khas buah mangga.
Karbohidrat daging buah mangga terdiri dari gula sederhana, tepung,
dan selulosa. Gula sederhananya berupa sukrosa, glukosa, dan fruktosa
yang memberikan rasa manis dan bermanfaat bagi pemulihan tenaga
pada tubuh manusia. Selain gula, rasa dan karakteristik buah mangga
juga dipengaruhi oleh tanin dan campuran asam. Tanin pada buah
mangga menyebabkan rasa kelat dan terkadang pahit. Tanin juga
menyebabkan buah mangga menjadi hitam setelah diiris. Sementara itu,
rasa asam pada buah mangga disebabkan oleh adanya asam sitrat (0,13-
0,17%) dan vitamin C (Pracaya, 2011).

11
2.2.8 Tanaman Mangkok
a. Menurut Hariana (2008), klasifikasi tanaman
mangkok adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Araliaceae Gambar 2.2.8
Genus : Nothopanax Mangkok
Spesies : Nothopanax scutellarium Nothopanax
scutellarium
b. Morfologi Tanaman Mangkok
Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau
tanaman pagar, walaupun dapat ditemukan liar di ladang dan tepi
sungai. Mangkokan di sini jarang atau tidak pernah berbunga, menyukai
tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, dan
dapat tumbuh pada ketinggian 1-200 meter di atas permukaan laut
(Harmanto, 2007: 15). Perdu tahunan, tumbuh tegak, tinggi 1-3 m.
Batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan lurus. Daun
tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat, berlekuk seperti
mangkok, pangkal berbentuk jantung, tepi bergerigi, diameter 5 6 6-12
cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua. Bunga majemuk, bentuk
payung, warnanya hijau. Buahnya pipih, hijau. Biji kecil, keras, dan
berwarna cokelat.
c. Kandungan kimia
Kandungan Kimia Beberapa bahan kimia yang terkandung di antaranya
alkaloid, saponin, flavanoid, polifenol, lemak, kalsium, fosfor, besi,
serta vitamin (A, B, dan C) (Hariana, 2008).
d. Manfaat dan khasiat daun mangkokan yang terkenal, antara lain :
1) Untuk menyuburkan rambut
2) Sebagai penyembuh luka

12
3) Memperlancar buang air kecil
4) Menyembuhkan radang payudara
5) Memperlancar pencernaan
6) Obat sariawan
7) Desinfektan
8) Untuk kesehatan mata
9) Mencegah anemia
10) Kesehatan tulang
2.2.3 Tanaman Kamboja Jepang
a. Menurut Beckett (1995), klasifikasi
Tanaman Kamboja Jepang sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotylodeneae
Ordo : Gentiales Gambar 2.2.3 tanaman
Famili : Apocynaceae
kamboja jepang (Adenium
Genus : Adenium
Spesies : Adenium obesum obesum)

b. Morfologi Tanaman
Daun yang memanjang dan membulat di ujungnya dengan tulang daun
yang bervariasi, dari tipis sampai kasar permukaan daun umumnya
berwarna hijau cerah. Dari depan, mahkota bunganya terlihat seperti
bintang dengan warna pink sampai merah tua, berdiameter kira-kira 6
cm, dan tabung atau corong bunganya berwarna putih.
c. Kandungan Kimia
Senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, asam plumerat,
saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, fulvoplumierin, minyak atsiri
d. Khasiat dan Kegunaan
Meredakan nyeri pada gigi berlubang, mengatasi kencing nanah atau
gonore, patek atau frambusia, mengobati bisul, bengkak, luka borok,
antibakteri, dan menjaga kulit.

2.2.4 Tanaman Ubi Kayu atau Singkong


a. Menurut Zaifbio (2011),

13
klasifikasi tanaman singkong sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida Gambar 2.2.4 tanaman ubi
Ordo : Malpighiales kayu atau singkong
Famili : Euphorbiaceae (Maninihot utillissima)
Spesies : Maninihot utillissima

Morfologi Tanaman
Pada bagian batang berbentuk berkayu, bulat dan panjang dapat tumbuh
2-3 meter. Bagian ubi dilapisi ataupun umbi dilapisi oleh kulit setebal
2-3 mm dan memiliki tekstur keras. Daun membentuk menjari dengan
jumlah 5-9 helai perdaun
b. Kandungan Kimia
Selain mengandung karbohidrat, Ubi Kayu ini juga mengandung
kalsium, protein, vitamin C, vitamin B1, fosfor, zat besi serta lemak.
Namun, protein pada umbi Ubi Kayu ini hanya sedikit, karena protein
yang banyak terdapat pada daun Ubi Kayu. Daun Ubi Kayu juga
mengandung vitamin C, vitamin A, zat besi, dan juga protein yang
kadarnya lebih banyak daripada di bagian umbi Ubi Kayu. Daun Ubi
Kayu ini kebanyakan dijadikan masakan sayur. Namun, daun Ubi Kayu
dan juga umbinya Ubi kayu mengandung asam sianida (HCN).
Khasiat dan Kegunaan
Manfaat ubi kayu untuk kesehatan adalah dapat menyehatkan jantung
dan mengendalikan darah dan menambah darah. Selain itu, ubi kayu
juga dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit yaitu rhematik,
sakit kepala, demam, diare, cacingan, beri-beri, luka bernanah dan
dapat menambah stamina.

14
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM,1974)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH

Rumus Struktur :
Berat Molekul : 46 g/mol
Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P,
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
2.3.2 Aquades (FI Edisi III Hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

15
Nama Latin : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O

Rumus Struktur :
Berat Molekul : 18.02 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
BAB III
METEDEOLOGI PENELITIAN
3.1 Uraian Lokasi PKL
Praktek kerja lapangan dilaksanakan pada hari Minggu,16 September
2018. Pelaksanaan PKL bertempat di kampus 3 Universitas Negeri Gorontalo
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Botol semprot
2. Cutter
3. Gunting
4. Loyang
5. Mistar
6. Parang
7. Spidol dan Pensil
3.1.2 Bahan
1. Alkohol 70%
2. Aquades
3. Bambu
4. Kapas
5. Kardus
6. Kertas
7. Koran
8. Lakban dan selotip
9. Tali rapiah
10. Triplex

16
11. Tanaman :
1. Tanaman Utuh : a. Bunga tai ayam (Lantana camara)
b. Jambura (Sygyzium cumini)
2. Daun : a. Keladi (Caladium bicolor)
b. Singkong (Manihot esculenta)
c. Sirsak (Annona muricata)
d. Nangka (Artocarpus heterophyllus)
e. Mangkok (Nothopanax scutellarium
3. Batang : a. Mangga (Mangifera indica)
b. Rumput teki (Cyperus rotundus)
c. Mayana (Foeniculum vulgare)
4. Akar : a. Pandan (Pandanus amaryllifolius)
b. Keladi (Caladium bicolor)

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Herbarium I (Tripleks)
1. Diambil sampel yang cocok untuk dijadikan herbarium
2. Dilakukan pengguntingan pada sampel yang terlalu besar
3. Dilakukan sortasi basah
4. Dilakukan pencucian dengan air yang mengalir
5. Ditunggu beberapa menit agar sampel kering apabila sampel sudah
kering sempurna letakkan di tempat kering
6. Dilakukan sortasi kering
7. Diolesi dengan alkohol 70% sampel yang sudah kering
8. Ditempelkan dan ditata sampel yang telah diolesi dengan alkohol pada
koran menggunakan selotip
9. Ditata sampel dengan baik, kemudian ditutup dengan kertas koran,
kemudian ditutup dengan tripleks lagi
10. Dipress menggunakan lakban agar tidak dimasuki udara
3.2.2 Herbarium II (Bambu)
1. Diambil sampel yang cocok untuk dijadikan herbarium
2. Dilakukan pengguntingan pada sampel yang terlalu besar
3. Dilakukan sortasi basah
4. Dilakukan pencucian dengan air yang mengalir

17
5. Ditunggu beberapa menit agar sampel kering apabila sampel sudah
kering sempurna letakkan di tempat yang kering
6. Dilakukan sortasi kering
7. Diolesi dengan alkohol 70% sampel yang sudah kering
8. Ditempelkan dan ditata sampel yang telah diolesi dengan alkohol pada
koran menggunakan selotip
9. Dimasukkan sampel pada sasak bambu yang sudah dibuat
10. Dipress dengan cara diikat dengan tali rapiah

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Gambar 4.1.1 Gambar 4.1.2


Sasak Bambu Sasak Tripleks

4.2 Pembahasan
Herbarium merupakan seluruh tanaman dan bagian-bagian tanaman
yang sengaja diawetkan dan di susun secara teratur dengan keterangan yang
lengkap yang akan digunakan sebagai referensi ilmiah. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa Herbarium merupakan suatu spesimen dari
bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu
dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. (Steenis, 2003)
Kegunaan herbarium secara umum antara lain:
1. Sebagai pusat referensi :
Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli
taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka,
pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.
2. Sebagai lembaga dokumentasi :

19
Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari
taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai
ekonomi dan lain-lain.
3. Sebagai pusat penyimpanan data :
Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi
menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya.

Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium


basah adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa
kelemahan pada herbarium yaitu spesimen mudah mengalami kerusakan akibat
perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang
cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa
diakses secara bersama-sama oleh beberapa orang, biaya besar, tidak bisa
diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh. (Wibowo dan
Abdullah, 2007)
Menurut Onrizal (2005) yang menyatakan pengeringan langsung, yakni
tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di press di dalam sasak,
untuk mendapatkan hasil yang optimal sebaiknya di press dalam waktu dua
minggu.
Dalam pembuatan herbarium ini menggunakan 2 jenis herbarium kering
yakni sasak dari tripleks dan sasak bambu. Ukuran sasak bambu dan sasak
tripleks 60x60 cm karena tanaman utuh yang diambil kurang lebih 60 cm serta
dalam penempelan pada sasak bukan hanya tanaman utuh yang di
temple,melainkan bagian-bagian tanamannya juga berupa daun,batang dan
akar. (Onrizal, 2005)
Sampel di cuci dengan air mengalir, berfungsi agar kotoran pada
tumbuhan terbawa dengan air. Kemudian dilakukan sortasi basah, sortasi basah
adalah proses pemilahan tanaman yang masih segar. Sortasi di lakukan
terhadap tanah, kerikil, rumput-rumputan, bagian tanaman yang rusak, serta
bagian tanaman lain yang tidak digunakan (Krisyanella, 2015)

20
Sampel yang sudah dicuci di keringkan dengan cara diangin-anginkan.
Proses pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dari
tumbuhan sehingga tidak dapat di tumbuhi jamur. Lalu di lakukan sortasi
kering yang bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tumbuhan yang tidak diinginkan atau pengotor lain yang tertinggal pada
tumbuhan yang sudah kering (Krisyanella, 2005)
Apabila sampel terasa cukup kering, sampel diolesi dengan alkohol
70%, alkohol ini bersifat desinfektan dan anti septic yang berarti
menghilangkan bakteri atau virus yang melekat pada tumbuhan dan
menggunakan konsentrasi 70% karena perbandungan antara 70% alkohol dan
30% air yang hanya sedikit menurunkan aktifitasnya bila berinterasi dengan
protein dengan sifatnya yang stabil yang tidak memungkinkan merusak
material (Onrizal, 2005)
Dalam tata letak sampel, sampel di tempelkan pada kardus yang telah di
lapisi koran. Penempelan ini dilakukan dengan menggunakan kertas sebagai
penyangga sampel. Untuk sampel tidak dapat terkena dengan selotip yang
dapat merusak sampel. Kemudian dimasukkan sampel pada sasak bambu yang
sudah dibuat dengan cara di press yang bertujuan untuk tidak masuknya udara
saat pengeringan (Onrizal,2005)
Pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) herbarium kemarin menggunakan
2 jenis herbarium kering yakni sasak dari tripleks dan sasak dari bambu.
Ukuran sasak bambu dan sasak tripleks 60x60 cm dengan sasak tripleks yang
mempunyai lubang tengah dengan ukuran 30x30 cm. Pada sasak tripleks
terdapat satu tanaman utuh dan sasak bambu terdapat satu tanaman utuh, 5
bentuk daun (menjari, lanset, bulat, memanjang, jorong), 3 bentuk batang
(segitiga, bulat, bersegi), serta 2 bentuk akar (tunggang dan serabut).
Sebelum melakukan PKL ini tentunya yang harus disiapkan adalah alat
dan bahan serta sampel tanaman yang akan diawetkan. Alat dan bahan yang
diperlukan berupa bambu yang dipotong dengan ukuran panjang 60cm dan
lebar 2 cm sebanyak 32 buah sebagai sasak bambu, tripleks dengan ketebalan
0,2 cm dipotong dengan ukuran 60x60 cm sebagai alas dan penutup tetapi pada

21
bagian penutup terdapat lubang di tengah dengan ukuran 30x30 cm, gunting
yang berfungsi sebagai pemotong tanaman maupun benda lain, cutter yang
berfungsi sebagai memotong kardus, selotip untuk merekatkan tumbuhan pada
penampang koran, lakban hitam berfungsi untuk merekatkan kedua bidang
sasak, kardus berfungsi sebagai alas dari sasak, koran berfungsi sebagai
pembungkus herbarium agar , menjadi kering, tali rapiah berfungsi sebagai
pengikat kedua bidang sasak bambu, alkohol 70% berfungsi sebagai pembersih
tanaman secara lebih steril, kapas berfungsi sebagai pengoles alkohol pada
tumbuhan.
Setelah semua alat dan bahan siap, hal pertama yang dilakukan adalah
merangkai sasak bambu dengan menggunakan tali rapiah. Disamping itu
praktikan lain mulai sortasi basah dengan cara memisahkan kotoran atau benda
asing lainnya dari tanaman. Misalnya pada bagian akar masih terdapat
komponen tanah selanjutnya menyortir daun yang rusak dan sebagainya,
setelah penyortiran selesai maka dilanjutkan pada tahap pencucian sampel
dengan menggunakan air mengalir kemudian dia angin-anginkan. Sampel yang
sudah kering akan di oles dengan alkohol 70% menggunakan kapas pada setiap
bagian sampel. Di sisi lain prkatikan mengalas kardus dan koran pada sasak
bambu maupun tripleks, kemudian di susun secara teratur bagian-bagian
tumbuhan dengan selotip tapi dibungkus dengan kertas agar tidak ada bagian
sampel yang ikut terkontaminasi dengan selotip, ulangi begitu sampai 3-4 lapis
koran setelahnya. Setelah penempelan selesai, sasak akan dipres dengan
menggunakan penutup sasaknya dengan cara diikat tali rapiah dan bantuan
lakban hitam agar lebih rapat. Sasak yang sudah selesai dan rapi di sendirikan
di tempat yang aman dan sisimpan di bawah tempat tidur praktikan.

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Morfologi tumbuhan berupa akar, daun, batang, bunga, buah,
maupun bijinya. Pada dasarnya, tumbuhan terdiri atas 3 (tiga) organ pokok,
yaitu akar (Radix), batang (caulis), daun (folium), bunga (flos), dan buah
(fructus). Selain itu bagian lain dari tumbuh-tumbuhan dapat dikatakan sebagai
turunan (derivate) dari salah satu dari dua bagian pokok tersebut yang telah
mengalami perubahan bentuk, sifat dan fungsi.
2. Cara pembuatan herbarium terdiri dari pengambilan tumbuhan
(panen), melakukan sortasi basah, pencucian tumbuhan dengan air mengalir,
tumbuhan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian tumbuhan
diolesi dengan alkohol 70%. Lalu penempelan tumbuhan dalam sasak untuk
dijadikan herbarium kering.

5.2 Saran
5.2.1 Jurusan
Dapat memberikan dukungan bagi seluruh praktikan dalam hal tempat
agar praktikan dapat menjalankan Praktek Kerja Lapangan dengan lebih
maksimal. Yaitu dengan menambah fasilitas laboratorium agar praktikum dapat
berjalan maksimal.
1.2.2 Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang Praktek Kerja
Lapangan Botani (Herbarium) ini, asisten dan praktikan diharapkan tidak ada
missed communication selama proses Praktek Kerja Lapangan Botani agar
hubungan antara asisten dengan praktikan tetap terjaga baik, hubungan asisten

23
dengan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat
tercipta suasana kerjasama yang baik.
1.2.3 Praktikan
Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai
Praktek Kerja Lapangan Botani (Herbarium) ini, praktikan diharpakan dapat
tepat waktu dalam proses pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Botani,
Praktikan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan agar mendapatkan hasil yang maksimal, dan diharapkan untuk
setiap praktikan untuk lebih meningkatkan kerjasama antar sesama anggota.

24

Anda mungkin juga menyukai