Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih atau
berdasarkan kemapuan zat untuk menguap. Distilasi atau penyulingan merupakan suatu metode
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin
(kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair. Pada kondensor digunakan air yang
mengalir sebagai pendingin. Air pada kondensor dialirkan dari bawah ke atas, hal ini bertujuan supaya air
tersebut dapat mengisi seluruh bagian pada kondensor sehingga akan dihasilkan proses pendinginan yang
sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
Uap ini akan dialirkan dan kemudian didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung pada
wadah terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah semula. Prinsip dari
destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya dari tekanan dan suhu tertentu.
Tujuan Destilasi.
Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat.
Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat
dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu. Apabila yang diinginkan adalah bagian bagian
campurannya yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya maka proses tersebut dinamakan pengentalan
dengan evaporasi. Destilasi adalah sebuah aplikasi yang mengikuti prinsip-prinsip ”Jika suatu zat dalam
larutan tidak sama-sama menguap, maka uap larutan akan mempunyai komponen yang berbeda dengan
larutanaslinya”. Jika salah satu zat menguap dan yang lain tidak, pemisahan dapat terjadi sempurna.
Tetapi jika kedua zat menguap tetapi tidak sama, maka pemisahnya hanya akan terjadi sebagian, akan
tetapi destilat atau produk akan menjadi kaya pada suatu komponen dari pada larutan aslinya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses percobaan atau penyulingan Distilasi.
Pada percobaan distilasi rangkaian alat juga perlu diperhatikan, pastikan antara sambungan bagian yang
satu dengan sambungan bagian yang lainnya tidak terjadi kebocoran. Karena apabila terjadi kebocoran
distilat yang terbentuk menjadi lebih sedikit karena ada sebagian uap yang keluar dari rangkaian ditilasi.
Labu distilasi tidak hanya di isi dengan sample (air dan etanol) tetapi ditambahkan juga batu didih yang
akan mencegah terjadinya proses bumping pada saat pemanasan. Pada saat labu distilasi dipanaskan
maka akan terbentuk gelembung-gelembung udara yang besar, dengan adanya batu didih maka
gelembung-gelembung udara tadi diserap oleh pori-pori batu didih dan dikeluarkan kembali dalam bentuk
gelembung udara yang lebih kecil sehingga dapat mencegah terjadinya ledakan pada labu distilasi.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model
ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Distilasi Sederhana.
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah
satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.
Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
Distilasi Fraksionisasi.
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu
larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-
komponen dalam minyak mentah.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini
terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan
yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin
ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
Distilasi Uap.
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau
lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap
adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua
temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak
beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk,
dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga
dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke
labu distilat.
Distilasi Vakum.
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian
dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di
atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika
kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh
air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai
penurun tekanan pada sistem distilasi ini.
Azeotrop.
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop
dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari
azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total
berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah
komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih
ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan
benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark.
Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi.
Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Efektifitas Distilasi.
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10 tekanan
atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut
organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat
menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak ada
distilasi yang mencapai 100%.
Cara Kerja :
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena
kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali
cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa
yang ada dalam campuran homogen tersebut.
Caranya yaitu :
Memperoleh air dari campuran air dan garam. Larutan garam yang dipanaskan akan mendidih dan
kemudian terjadi peristiwa penguapan. Penguapan yang terjadi adalah air murni, sedangkan garam
tertinggal di dalam ketel. Selanjutnya terjadi proses pengembunan uap air murni melalui selang yang
dimasukkan dalam panci yang berisi air dingin. Panci berisi air dingin adalah untuk mempercepat
terjadinya proses pengembunan uap air murni tersebut. Setelah proses penguapan dan pengembunan
pada larutan garam selesai, maka akan dihasilkan air murni. Kegiatan yang kamu lakukan merupakan
gambaran bagaimana penduduk pantai mengubah air laut yang asin menjadi air yang segar , sehingga
dapat diminum .
http://www.berbagaireviews.com/2017/02/distilasi-pengertian-dan-jenis-jenis.html
Pengertian Ion Exchange
BY: ONNY
Ion exchange jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti pertukaran ion. Namun jika diartikan lebih
dalam lagi, kromatografi ion exchange adalah sebuah proses kromatografi untuk memisahkan molekul
ion suatu senyawa berdasarkan perbedaan nilai muatan permukaan antar senyawa.
Butir Resin Pada Ion Exchange
(Sumber)
Pertukaran ion melibatkan butiran-butiran resin dengan permukaan yang bermuatan positif (kation)
atau negatif (anion). Biasanya resin-resin tersebut memiliki pori-pori kecil untuk menambah luas
permukaan kontak. Sebagai contoh gambaran, salah satu jenis resin ion exchange adalah berupa
molekul ikatan hidrokarbon kompleks yang sangat panjang dengan ujung rantai mengikat ion H+ untuk
resin kation, dan OH- untuk resin anion.
Contoh Molekul Resin Ion Exchange
(Sumber)
Pada proses ekstraksi protein, resin ion exchange dikemas ke dalam sebuah wadah kolom, dan diisi
dengan larutan penyetimbang (equilibration buffer). Larutan penyetimbang ini mengisi sela-sela kosong
antara butiran resin serta menyelimuti permukaan pori tiap-tiap butirannya. Kekuatan ion dan pH
larutan penyetimbang dijaga pada angka khusus, sehingga pada saat sampel campuran dimasukan ke
dalam kolom resin, hanya ion-ion molekul protein sasaran yang terikat oleh molekul resin. Pengontrolan
nilai pH ini sangat penting karena molekul-molekul protein tersusun atas ion-ion asam amino yang
kekuatan muatannya sangat bergantung terhadap pH lingkungannya (perhatikan kurva berikut).
Kurva Pengaruh pH Lingkungan Terhadap Muatan Permukaan Protein
(Sumber)
Contoh penggunaan ion exchange lain yaitu pada proses softening (pelunakan) air dan juga
demineralisasi air. Proses softening air adalah proses menghilangkan zat-zat kimia pengeras air yakni ion
kalsium dan magnesium. Sedangkan proses demineralisasi adalah proses menghilangkan seluruh
kandungan ion-ion mineral yang terlarut di dalam air.
Pertukaran Kation Pada Proses Softening Air
(Sumber)
Jika R adalah senyawa resin, maka reaksi pertukaran ion kalsium yang terjadi pada proses softening air
adalah sebagai berikut:
2 RNa + Ca++ → R2Ca + 2 Na+
Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan kandungan ion kalsium (Ca2+) dan
magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation. Pada awalnya molekul resin mengikat lemah ion
sodium (Na+), dan karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-menarik yang lebih kuat dengan ion
kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses pertukaran ion. Molekul resin melepas ion sodium ke
dalam air, diikuti dengan pengikatan ion kalsium dan magnesium ke molekul resin.
Pertukaran Ion Pada Proses Demineralisasi Air
(Sumber)
Sedikit berbeda dengan proses demineralisasi air, pada ujung rangkaian, molekul resin berikatan dengan
ion H+ dan OH-. Pada saat air melewati gugusan resin, akan terjadi pengikatan ion-ion mineral yang
terlarut di dalam air karena molekul resin memiliki gaya tarik-menarik lebih besar dengan ion molekul
daripada ion H+ dan OH-. Jika R, K2+, dan A2- adalah berturut-turut molekul ion resin, ion mineral
positif, dan ion mineral negatif, maka reaksi ion exchange yang terjadi pada proses demineralisasi air
yakni sebagai berikut:
2 R-H + K2+ → R2K + 2 H+
2 R-OH + A2- → R2A + 2 OH-
Nampak pada reaksi di atas bahwa pada proses demineralisasi air, resin akan mengikat ion-ion mineral
dan melepas ion-ion H+ dan OH-. Selanjutnya ion-ion tersebut akan salin berikatan untuk membentuk
molekul H2O baru.
H+ + OH- → H2O
Pada tiap proses pertukaran ion, dilakukan regenerasi resin jika resin sudah jenuh. Jenuh berarti
keseluruhan molekul resin telah berikatan dengan ion-ion sasaran. Pada proses softening air, resin
dikatakan jenih jika keseluruhan molekul resin telah berikatan dengan ion kalsium atau magnesium.
Jenuhnya resin ditandai dengan air output dari kolom resin masih mengandung ion-ion kalsium dan
magnesium.
Untuk melakukan regenerasi, pada proses softening air dibutuhkan larutan garam NaCl pekat yang
dialirkan melewati resin. Larutan NaCl ini biasanya 1000 kali lebih pekat dari larutan NaCl biasa.
R2Ca + 2 NaCl → 2 RNa + CaCl2
Sedangkan pada proses demineralisasi digunakan larutan asam kuat seperti H2SO4 dan juga larutan
basa kuat seperti NaOH untuk meregenerasi resin demineralisasi air. Untuk lebih dalam membahas
proses demineralisasi, silahkan baca artikel berikut.
https://artikel-teknologi.com/pengertian-ion-exchange/