Oleh :
Penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi Tri Dharma perguruan Tingggi di bidang penelitian
Oleh :
ii
iii
HALAMAN PUBLIKASI
Laporan hasil penelitian ini telah diterima dan dipublikasikan di perpustakaan Akademi Kebidanan Griya
Husada Surabaya pada ..............................................
No.....................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu
Bersalin dengan Kejadian Pre Eklampsia (Studi Di Rumah Sakit Assakinah Medik
Sidoarjo Tahun 2013)” adalah bukan Penelitian orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bias menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) yang berjudul “Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Kejadian Pre eklampsia (Studi di Rumah Sakit Assakinah Medika Sidoarjo Tahun
2013)”.
Dalam Penelitian ini dijabarkan bagaimana hubungan antara umur dan paritas ibu
bersalin dengan kejadian pre eklampsia, sehingga nantinya bisa digunakan sebagai
referensi tentang pemberian penyululuhan tentang pre eklampsia.
Pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Ir. Benyamin Hilly, selaku ketua yayasan Akademi Kebidanan Griya
Husada Surabaya
2. Dr. Hj. Rina Sulistyani, MM, selaku Direktur Rumah Sakit Assakinah Medika
Sidoarjo.
3. Suami dan anak-anak tercinta, yang telah mendukung penulis dalam melakukan
penelitian ini
4. Teman-teman Staf Dosen, Karyawan dan Perpustakaan di AKBID Griya
Penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang mebangun demi kesempurnaan penelitian ini kedepannya.
Penulis
P
e
vi n
u
l
i
s
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
2.1.6 Mekanisme Persalinan ................................................................ 21
2.2 Konsep Dasar Pre eklampsia ...................................................... 23
2.2.1 Pengertian Pre eklampsia ........................................................... 23
2.2.2 Klasifikasi Pre eklampsia ........................................................... 24
2.2.3 Penilaian Klinik Pre eklampsia .................................................. 26
2.2.4 Etiologi Pre eklampsia................................................................ 27
2.2.5 Faktor Predisposisi...................................................................... 29
2.2.6 Patofisiologi Pre eklampsia ........................................................ 34
2.2.7 Diagnosis .................................................................................... 36
2.2.8 Prognosis..................................................................................... 37
2.2.9 Komplikasi .................................................................................. 37
2.2.10 Pencegahan Kejadian Pre eklampsia .......................................... 40
2.2.11 Penanganan ................................................................................. 42
2.3 Konsep Dasar Umur.................................................................... 45
2.3.1 Pengertian Umur......................................................................... 45
2.3.2 Penggolongan Umur ................................................................... 46
2.4 Konsep Dasar Paritas ................................................................. 47
2.4.1 Pengertian Paritas....................................................................... 47
2.4.2 Pembagian Kelompok Paritas .................................................... 47
2.5 Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Pre eklampsia
pada Ibu Bersalin ........................................................................ 48
ix
4.7.2 Pengumpulan Data ...................................................................... 60
4.7.3 Pengolahan Data ......................................................................... 60
4.7.4 Analisis Data ............................................................................... 61
4.8 Etika Penelitian ........................................................................... 62
4.8.1 Anonymity (Tanpa Nama) ........................................................... 62
4.8.2 Confidentiality (Kerahasiaan) ..................................................... 62
4.9 Keterbatasan ............................................................................... 62
BAB 7 PENUTUP........................................................................................... 78
7.1 Kesimpulan ........................…..................................................... 78
7.2 Saran…...............................................…..................................... 79
LAMPIRAN ................................................................................................... 83
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel Judul Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
% = Persen
- = Sampai dengan
+ = Positif
> = Lebih dari
< = Kurang dari
≥ = Lebih dari sama dengan
() = Tutup kurung
/ = Atau, garis miring
∑ = Jumlah
° = Derajat
2 = Chi-Square
Daftar Singkatan
xv
HLA-G = Human Leucocyte Antigen Protein G
HCG = Human Chorionic Gonadotrophin
ANC = Antenatal Care
HELLP = Haemolysis Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet
DIC = Disseminated Intravaskular Coagulation
IV = Intravena
IM = Intramuskular
cc = centimeter cubik
cm = centimeter
mg = miligram
mmHg = milimeter merkuri Hidrargyrum
mg/dL = milligram per desiliter
MgSO4 = Magnesium Sulfat
kg = Kilogram
BB = Berat Badan
Daftar Istilah
xvi
Retensi = bersifat menahan, keadaan tidak mampu untuk mengeluarkan
urine dalam kandung kemih.
Nekrosis = kematian jaringan.
Antidotum = penawar racun.
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Di negara miskin pada tahun 2006, sekitar 25-50 %
kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda
Dalam pernyataan yang diterbitkan secara resmi oleh WHO dijelaskan bahwa
untuk mencapai target MDGs (Millenium Development Goals) pada tahun 2015
yakni Angka Kematian Ibu turun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, maka
penurunan angka kematian ibu antara tahun 1990 sampai tahun 2015 seharusnya
5,5 persen per tahun. Pada kenyataannya selama periode tahun 1990-2005 belum
ada kawasan yang mampu mencapai penurunan angka kematian ibu hingga 5,5
2007 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dari 390/100.000
1
2
rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang
mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini menjadi
Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung per 100.000 kelahiran hidup. Di Jawa
Timur, capaian Angka Kematian Ibu (AKI) cenderung meningkat dalam 5 (lima)
tahun terakhir, yaitu berkisar antara 7-11 point dengan data yang bersumber dari
sebagai berikut : pada tahun 2008 sebesar 83 per 100.000 kelahiran hidup , tahun
2009 sebesar 90,7 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 sebesar 101,4 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 sebesar 104,3 per 100.000 kelahiran hidup,
dan ditahun 2012 mencapai 97,43 per 100.000 kelahiran hidup. Capaian AKI
Jawa Timur tahun 2012 keadaannya berada 5 point di bawah dari target MDGs
tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Keadaan ini memacu untuk
terus menelaah penyebab kematian ibu agar target MDGs dapat tercapai (Dinas
jumlah kematian ibu adalah 627 kasus. Masa kematian terbesar pada masa nifas
48,17 %, sedangkan masa hamil dan masa persalinan masing-masing 22,49% dan
Proporsi penyebab kematian ibu provinsi Jawa Timur tahun 2010 – 2012
(2011), 34,88% (2012), Infeksi 7,12% (2010), 6,08% (2011), 4,21% (2012),
penyakit jantung 15,22% (2010), 15,47% (2011), 8,08% (2012), dan lain – lain
sebesar 21,24% (2010), 21,28% (2011), 26,98% (2012) ( Profil Dinas Kesehatan
pada faktor Pre eklampsia/ Eklampsia dan faktor lain-lain, sedangkan faktor
pendarahan dan infeksi mengalami penurunan tiap tahun. Dari proporsi tahun
2012, faktor Pre eklampsia/ Eklampsia masih menjadi faktor dominan (34,88%)
penyebab kematian ibu di Jawa Timur (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2012).
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan
edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
Angka toleransi terjadinya pre eklampsia pada ibu bersalin tahun 2007
menetapkan angka toleransi terjadinya pre eklampsia pada ibu bersalin adalah 5%
Menurut data dari RSU Dr. Soetomo tahun 2008, kejadian pre eklampsia
kejadian pre eklampsia ini lima kali lebih tinggi daripada angka kejadian di
Bangkok dan 10 kali lebih besar dari Singapura (Dachlan, E.G., 2008).
kejadian pre eklampsia mulai tahun 2010 – 2012 didapatkan data sebagai berikut :
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di RS
kecenderungan peningkatan, yaitu pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,57% dan
menunjukkan bahwa angka kejadian pre eklampsia masih di atas angka toleransi
sebesar 5%.
angka kejadian pre eklampsia berdasarkan umur ibu bersalin tahun 2010-2012
Tabel 1.2 Angka Kejadian Pre Eklampsia Berdasarkan Umur pada Ibu Bersalin
di RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2010-2012.
Dari data pada tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas umur ibu yang
mengalami pre eklampsia adalah ibu bersalin yang berusia > 35 tahun.
Tabel 1.3 Angka Kejadian Pre eklampsia Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin di
RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2010-2012.
Dari data pada tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas paritas ibu
ibu primipara.
dan umur yang lebih dari 35 tahun (Mochtar, R., 1998). Beberapa penelitian juga
menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya pre eklampsia
gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko terjadinya pre eklampsia umumnya
terjadi pada kehamilan pertama kali, kehamilan diusia remaja dan kehamilan
diatas 40 tahun. Faktor risiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang
mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal
Ibu hamil dengan usia sangat muda (umur < 20 tahun) cenderung
mengalami pre eklampsia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan patologis,
yaitu terjadinya spasme pembuluh darah arteriole menuju organ penting dalam
peredaran darah menuju retroplasenter, sedang tubuh ibu belum siap untuk
terjadinya kehamilan (Manuaba, I.B.G., 1998). Pada usia lebih dari 35 tahun
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir
juga tambah kaku (Rochjati, P., 2003). Pada usia ini cenderung mengalami pre
7
Pada primigravida dapat terjadi pre eklampsia karena semula rahim ibu
kosong tanpa ada janin kemudian terjadi kehamilan, sehingga tubuh ibu
menyesuaikan terutama pada saat plasenta mulai terbentuk akan terjadi ischemia
implantasi placenta. Pre eklampsia pada kehamilan multi lebih disebabkan karena
terlalu sering rahim teregang saat kehamilan dan terjadi penurunan angiotensin,
pada paritas 2-4 adalah 9,89% dan pada paritas 5 keatas 28,31% (Sudinaya,
2007). Berdasar hasil studi pendahuluan oleh Indra Dewi Rahayu di VK IRD RSU
Dr. Soetomo Surabaya tahun 2012 menunjukkan bahwa kejadian pre eklampsia
berdasarkan umur adalah sebesar 42,26% pada kelompok umur > 35 tahun dan
38,83% pada usia < 20 tahun. Sedangkan pada kelompok paritas angka kejadian
tertinggi didapat pada kelompok primipara sebesar 59,11% (Rahayu, I.D., 2012).
Adapun dampak pre eklampsia pada ibu bersalin dengan umur < 20 tahun
dan > 35 tahun apabila tidak dicegah akan mengakibatkan eklampsia dan bisa
menambah angka kematian ibu dan bayi. Pada faktor paritas cenderung
berdampak sama dengan faktor umur. Dampak pada ibu antara lain solusio
plasenta, hemolisis, kelainan mata, edema paru, nekrosis hati, sindroma HELLP,
8
H., 2006).
eklampsia, maka diperlukan upaya pencegahan supaya ibu hamil tidak mengalami
terjadinya pre eklampsia yaitu dengan cara mengatur diet makanan, cukup
istirahat dan pengawasan antenatal atau pemeriksaan antenatal dan juga dari
pihak petugas kesehatan untuk lebih mendeteksi secara dini tanda-tanda pre
eklampsia pada ibu hamil dan segera mengobatinya apabila ditemukan. Selain itu
mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda,
apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan
diketahui adanya masalah yaitu masih tingginya angka kejadian pre eklampsia
pada ibu bersalin, yaitu pada tahun 2012 sebesar 16,03% dan angka tersebut
masih di atas angka toleransi yang telah ditetapkan oleh Depkes RI sebesar 3-5%.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan umur
tercantum dalam tabel 1.1. Maka rumusan masalah yang merupakan pertanyaan
penelitian adalah
“Apakah ada hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian
Diketahuinya hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian
2013.
2013.
Surabaya tentang penelitian dan diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan bahan
hamil trimester III tentang pre eklampsia dan mampu mendeteksi secara dini
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri (Lailiyana, Laila. A,
Kesimpulan :
(janin dan uri) yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir, kemudian disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin. Proses persalinan ini dapat berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, dengan bantuan maupun tanpa
12
13
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul
kontraksi uterus.
5. Teori Oksitosin
7. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab
permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum
passage (jalan lahir), power (his dan tanda mengejan), dan passanger (janin,
plasenta, dan ketuban). Selain itu ada faktor lain yang memengaruhi proses
penolong, sehingga sering disebut faktor yang memengaruhi persalinan adalah 5P.
1. Power
2. Passage
3. Passanger
b. Presentasi janin
c. Letak janin
d. Posisi janin
e. Sikap janin
f. Plasenta
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses
Perlu diingat oleh bidan adalah persalinan merupakan proses alamiah. Oleh
sebab itu, bidan tidak boleh melakukan intervensi yang tidak perlu bahkan
merugikan.
Bidan harus bekerja sesuai sesuai standar. Standar yang ditetapkan untuk
pertolongan persalinan normal adalah standar asuhan normal (APN) yang terdiri
b. Pengalaman bersalin
d. Integritas emosional.
(Ujiningtyas, 2009)
persalinan.
kecemasan, stress bahkan depresi. Hal ini akan memengaruhi kontraksi yang
17
dapat memperlambat proses persalinan. Disamping itu, ibu yang tidak siap secara
mental juga akan sulit diajak kerjasama dalam proses persalinannya. Untuk itu
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan uterus
dan pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu
a. Fase Laten
b. Fase Aktif
adekuat jika terjadi 3 kali dalam 10 menit dan lamanya 40 detik atau lebih).
2. Kala II
a. His semakin kuat, dengan interval 2-3 dan durasi 50-100 detik.
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan
uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas di segmen bawah rahim, tali
4. Kala IV (Observasi)
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan :
c. Kontraksi uterus.
Tanda persalinan meliputi terjadi lightening, terjadi his permulaan, terjadi his
1. Lightening
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh :
dimulai, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan
(Reeder, 2011).
2. His Permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini dapat
dianggap sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi ini
d. Durasi pendek.
3. His Persalinan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, dan terjadi
jam.
proses penurunan, putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran
antara lain :
1. Engagement
2. Penurunan
akibat 3 kekuatan : tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus
pada janin, kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua
persalinan.
3. Fleksi
Kepala yang turun tertahan oleh serviks dinding panggul atau dasar panggul.
Dalam keadaan normal dagu didekatkan ke arah dada janin. Dengan fleksi,
suboksipito bregmatika (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
Diartikan sebagai upaya kepala janin untuk menyesuaikan diri dengan jalan lahir
sehingga hipomoklion berada di bawah simfisis. Baik. levator ani maupun tulang
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat
ia memasuki pintu atas panggul. Bahu anterior turun terlebih dahulu dan
dilahirkan setelah mencapai pintu bawah tulang pubis. Bahu posterior diarahkan
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan
23
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan
edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
setelah minggu ke-20 gestasi ditandai dengan hipertensi dan proteinuria serta
Pre eklampsia adalah suatu sindroma klinik dalam kehamilan viable (usia
kehamilan > 20 minggu dan/ atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan
edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
24
triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunnigham, dkk., 2006).
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu (kecuali pada
penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria yaitu ada peningkatan
tekanan darah selama kehamilan (sistolik≥ 140 mmHg dan diastolik≥ 90 mmHg)
yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (0,3 gram protein selama 24 jam
atau ≥ 30 mg/dL dengan hasil reagen urin≥ 1%) ( Varney, H., 2007).
Pre eklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah
usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu
suatu penyakit yang timbul pada masa hamil terutama pada usia kehamilan setelah
20 minggu dan triwulan 3, ibu bersalin, nifas yang ditandai dengan 3 gejala yang
2.2.2 Klasifikasi
a. Tekanan darah sistole≥ 140 mmHg s/d < 160 mmHg, tekanan diastole≥ 90
mmHg s/d < 110 mmHg. Atau kenaikan tekanan darah sistole> 30 mmHg,
kenaikan tekanan darah diastole > 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum
hamil).
b. Proteinuria kwantitatif ≥ 300 mg/24 jam atau lebih per liter atau nilai
c. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
mmHg.
pandangan kabur.
Tekanan darah
Meningkat Normal
(TD ≥140/90)
Gejala / tanda lain
Eklampsia
Hipertensi Pre eklampsi Pre eklampsi
ringan
berat
2.2.4 Etiologi
diketahui, terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab dari pre
eklampsia dan eklampsia. Tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap
Pada hypertensi tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap
kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
(disebut radikal bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta
membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran
sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas sangat toksis ini, akan beredar di
seluruh tubuh dalam aliran darah akan merusak membran sel endotel. Salah satu
yang merupakan vasodilatator kuat. Sehingga kadar tromboksan lebih tinggi dan
Pada wanita hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang
bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leucocyte Antigen Protein G
(HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi peran imun, sehingga si ibu
tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Selain itu HLA-G merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada hypertensi
sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur, sehingga
eklampsia.
Pada Pre eklampsia terjadi stres oksidatif, sehingga produksi nekrotik trofoblas
meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misal : placenta besar, hamil
29
ganda, maka reaksi oksidatif akan sangat meningkat. Keadaan ini menimbulkan
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, yang
Adapun faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia pada ibu hamil diantaranya :
2. Karakteristik ibu
a. Umur
Ibu hamil dengan usia sangat muda (umur < 20 tahun), maupun ibu dengan umur
diatas 35 tahun cenderung mengalami pre eklampsia. Hal ini disebabkan oleh
b. Paritas
Pada wanita hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang
bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leucocyte Antigen Protein G
(HLA-G), yang berperan dalam penting dalam modulasi peran imun, sehingga si
ibu tidak menolak hasil konsepsi (placenta). Selain itu HLA-G merupakan
prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua
1) Primipara
Pada primipara dapat terjadi pre eklampsia karena semua rahim kosong tanpa ada
pada saat plasenta mulai terbentuk akan terjadi iskemia implantasi placenta,
darah.
2) Multipara
Pada multipara disebabkan karena terlalu seringnya rahim tegang saat kehamilan
c. Pendidikan
S., 2010).
31
laku yang diinginkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi
d. Pengetahuan
eklampsi. Dengan mengenal tanda-tanda pre eklampsi tersebut, maka ibu hamil
3. Penyebab langsung
b. Mola hidatidosa
pembesaran uterus lebih besar dari umur kehamilan. Yang khas adalah edema
stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan
32
proliferasi sel-sel trofoblas. Kadar HCG lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
Plasenta mengeluarkan hormon protein salah satunya adalah HCG. Dari urin
wanita hamil Human Chorionic Gonadotropin (HCG) bisa dilihat. Apabila kadar
HCG meningkat produksi protein juga meningkat yang bisa menyebabkan pre
1) Diabetes Millitus
2) Kegemukan (Obesitas)
Kenaikan Berat Badan yang abnormal dan Edema terjadi secara dini,
a. Riwayat penyakit
Pada ibu yang mempunyai riwayat hypertensi sebelum hamil, mempunyai risiko
33
25% dari ibu yang tidak mempunyai riwayat hypertensi. Hal tersebut disebabkan
intrinsik ginjal.
b. Riwayat keluarga
Wanita hamil yang ibunya pernah mengalami pre eklampsia, cenderung berisiko
yang menunjukkan gen resesif autosom, yang mengatur respon imun maternal.
Risiko ibu hamil yang ibunya mengalami pre eklampsia, dapat terjadi 1 diantara
kurangnya asupan gizi dan makanan yang memadai, yang mengandung asam
gizi dalam kehamilan, risiko pre eklampsia lebih tinggi pada ibu hamil yang
tingkat ekonominya rendah dibandingkan ibu hamil dengan tingkat ekonomi yang
d. Keteraturan ANC
2.2.6 Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme berat arteriola glomerulus.
vasokonstriksi) sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi.
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
1. Otak
Pada pre eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas
normal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada
35
pembuluh darah otak. Odema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan
serebral dan gangguan visus bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
gawat janin. Pada pre eklampsia dan eklampsi sering terjadi peningkatan tonus
3. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
4. Paru-paru
Kematian ibu pada pre eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema
5. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat
hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre eklampsia berat. Pada
eklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang dapat menunjukkan tanda pre eklampsia berat yang mengarah pada
36
eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri
Pada pre eklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metabolisme air, elektrolit, kristoloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi
darah berada pada atas normal. Pada pre eklampsia berat dan eklampsia, kadar
gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga
cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.
Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang
2.2.7 Diagnosis
Gejala subjektif : sakit kepala didaerah fontal, nyeri epigastrium, gangguan visus
pemeriksaan laboratorium.
2.2.8 Prognosis
Penyebab kematian ibu adalah pendarahan otak, payah jantung atau payah
ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru-paru sedangkan penyebab
I.A.C., 2010).
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang disebabkan oleh pre eklampsia berat dan eklampsia yaitu
1. Solutio plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hypertensi akut dan lebih
2. Hipofibrinogenemia
Pada pre eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrino genemia,
maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
38
3. Hemolisis
klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
4. Pendarahan otak
eklampsia.
5. Kelainan mata
dapat terjadi. Pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina hal ini merupakan
6. Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini
7. Nekrosis hati
arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga
ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
Ini adalah varian pre eklampsia yang langkah, meskipun mempunyai morbiditas
yang tinggi, yang berhubungan dengan hemolisis, meningkatnya enzim hati, dan
rendahnya hitung trombosit. Berbeda dengan pre eklampsia yang murni, pasien
kanan/daerah liver, terdapat mual dan muntah, seperti infeksi virus yang kurang
khas, cepat lelah, berat badan bertambah dengan cepat, terdapat edema umum dan
anasarka, tekanan diastole dapat kurang dari 90 mmHg, sering terjadi pada
multipara, umur lebih dari 25-30 tahun, umur kehamilan kurang dari 36 minggu (
9. Kelainan ginjal
endotelial ginjal tanpa kelainan stuktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau
diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan
1. Diet makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin rendah lemak. Kurangi
garam apabila berat badan bertamah atau edema. Makanan berorientasi pada
2. Cukup Istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekeja seperlunya dan
gangguan.
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang
apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.
2.2.11 Penanganan
Penanganan Pre eklampsia Ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung
a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan, dengan cara ibu
3x30 mg atau diazepam 3x2 mg per oral selama 7 hari (atas instruksi dokter),
hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau
lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu), timbul salah satu atau
Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan, maka pre eklampsia
ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat. Jika dalam perawatan di rumah sakit
sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka
penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : Persalinan ditunggu sampai terjadi
a. Pengobatan medisinalis.
Pengobatan dengan pemberian MgSO4 sebagai anti kejang, cara kerja MgSO4
2009).
jumlah < 125 cc/jam atau infus 2 Dekstrose 5% : 1 Ringer Lactat (60-125 cc/
jam).
maintenance dose 4 atau 5 gr MgSO4 50% setiap 4 jam , atau pemberian dengan
infus larutan Ringer 6 gr /6jam (Magnesium Sulfat dihentikan setelah 24 Jam Post
Partum).
d) Produksi urine> 100 ml dalam 4 Jam sebelumnya (0,5 ml/kg BB/ jam)
a) Nifedipin : dosis awal diberikan 10-20 mg, diulang 30 menit bila perlu. Dosis
darah, bila belum ada penurunan maka diberikan lagi sisanya (5 cc) IV pelan-
boleh lebih dari 20% dalam satu jam, tekanan darah tidak boleh kurang dari
140/90 mmHg.
c). Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada : edema paru, Decompensasisio
b. Pengobatan obstetric.
1) Belum inpartu.
b) Dilakukan amniotomi dan drip oksitosin dengan syarat pelvik skor bishop>5.
c) SC dilakukan bila : syarat drip tidak dipenuhi, 12 jam sejak drip oksitosin
2) Inpartu.
b) Fase Aktif : Amniotomi, kalau perlu drip oksitosin, bila 6 jam pembukaan
2.3.1 Pengertian
Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwannya
wanita berumur 30 tahun dan menurun dengan cepat saat wanita berusia 35 tahun.
Pasangan yang lebih tua dari 35 tahun akan membutuhkan waktu 2 kali lipat dari
pasangan yang lebih muda, dan jika seseorang wanita hamil berumur lebih dari 35
2.3.2 Penggolongan
Suatu kondisi ibu terlalu muda hamil dimana organ-organ reproduksi dan
2. Umur 20 - 35 tahun
Merupakan suatu periode usia yang paling baik untuk reproduksi dimana organ-
organ reproduksi sudah matang dan siap menerima kehamilan atau melahirkan
anak.
Suatu kondisi ibu terlalu tua hamil dan sering timbul masalah kesehatan seperti
47
2.4.1 Pengertian.
Paritas adalah seorang wanita yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat
jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas
Paritas dapat mempengaruhi terjadinya pre eklampsia pada ibu hamil. Pada
wanita hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang
bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human leucocyte Antigen protein G
(HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi peran imun, sehingga si ibu
tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Selain itu HLA-G merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada hypertensi
dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi
1. Primipara
Adalah seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan sampai janin mencapai
2. Multipara
Adalah seorang wanita yang sudah menjalani 2 atau lebih kehamilan dan
3. Grande multipara
Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 5 kali atau lebih
2.5 Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Pre eklampsia pada Ibu
Bersalin
Umur seorang ibu hamil dapat mempengaruhi terjadinya Pre eklampsia dalam
kehamilannya. Umur ibu hamil yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
belum siap untuk terjadinya kehamilan, sedangkan ibu hamil yang berumur 20
tahun sampai dengan 35 tahun merupakan suatu periode usia yang paling baik
untuk reproduksi atau melahirkan, sehingga ibu lebih siap untuk terjadinya
kehamilan.
terjadinya pre eklampsia pada ibu bersalin. Pada primipara dapat terjadi pre
eklampsia karena semula rahim ibu kosong tanpa ada janin kemudian terjadi
terbentuk akan terjadi ischemia implantasi placenta. Bahan trofoblas akan diserap
renin dan aldosteron, spasme pembuluh darah dan tertahannya garam dan air.
Sedangkan pada multipara dapat terjadi pre eklampsi karena terlalu seringnya
rahim teregang saat kehamilannya dan terjadi penurunan angiotensin, renin dan
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Sumber : Modifikasi Manuaba, I.B.G (1998) , Saifudin, A.B (2009) dan Wiknjosastro, H (2006)
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu
Bersalin dengan Kejadian Pre eklampsia
50
51
Keterangan :
Kejadian pre eklampsia pada ibu hamil dan bersalin dipengaruhi beberapa
faktor antara lain, karakteristik ibu yang mencakup umur, paritas, pendidikan dan
yang berlebihan seperti hidramnion, gemelli, mola hidatidosa dan penyakit yang
antara lain riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, faktor sosial ekonomi
rendah dan ANC yang tidak teratur. Pada penelitian ini dibatasi faktor umur dan
paritas. Pada umur dibagi 2 yaitu risiko tinggi dan risiko rendah. Pada risiko
tinggi dibagi 2 yaitu < 20 tahun dan 35 tahun. Pada usia < 20 tahun bisa terjadi
pre eklampsia karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga
Jika terjadi kehamilan maka tubuh ibu belum siap untuk menerima keadaan baru,
edema. Pada usia 35 tahun bisa terjadi pre eklampsia karena pada usia ini
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir
juga tambah kaku. Pada usia ini cenderung mengalami pre eklampsia karena
sehingga menimbulkan pre eklampsia. Sedangkan pada umur risiko rendah yaitu
52
20-35 tahun merupakan umur yang tepat untuk memulai kehamilan dan kelahiran
terbaik. Pada usia ini alat reproduksi sudah matang dan merupakan risiko paling
rendah untuk ibu dan bayi. Pada usia ini tubuh ibu sudah siap untuk menerima
perubahan yaitu adanya janin. Pada paritas dibagi 2 yaitu primipara dan
multipara. Pada primipara dapat terjadi pre eklampsia karena semula rahim
kosong tanpa ada janin kemudian terjadi kehamilan sehingga tubuh ibu
menyesuaikan terutama pada saat placenta mulai terbentuk akan terjadi iskemia,
implantasi placenta, bahan trofoblast akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat
menyebabkan terjadinya pre eklampsia pada ibu hamil dan bersalin. Sehingga
apabila terjadi pre eklampsia dapat meningkatkan risiko pada ibu dan bayi.
Dampak pada ibu yaitu bisa menyebabkan solutio plasenta, hemolisis, perdarahan
otak, kelainan mata, edema paru-paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan
ginjal, dan komplikasi lain. Sedangkan dampak pada janin bisa menyebabkan
3.1 Hipotesis
Ada hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian pre
eklampsia.
53
BAB 4
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini desain penelitian yang akan dipakai adalah analitik
kesehatan itu terjadi, pada penelitian ini akan menjawab bagaimana dan mengapa
pre eklampsia bisa terjadi pada ibu bersalin. Sedangkan survey cross sectional
risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada
53
54
Populasi
Semua Ibu Bersalin tahun 2013
Sampel
Pre eklampsia Tidak Pre eklampsia Pre eklampsia Tidak Pre eklampsia
Waktu penelitian yaitu dari pengambilan data pada bulan April 2014 sampai
penelitian bulan Mei 2014 hingga uji KTI bulan Agustus 2014. Perincian jadwal
maternal.
Populasi
Semua ibu bersalin di RS Assakinah Medika Sidoarjo
pada tahun 2013 sejumlah 233 orang
Teknik sampling
Pengambilan sampel probability sampling dengan teknik
sistematik random sampling
Sampel
Sebagian ibu bersalin di RS Assakinah Medika Sidoarjo
pada tahun 2013 sejumlah 112 orang
Pengumpulan data
Catatan medik persalinan dan status pasien
Pengolahan data:
Editing
Koding
Entry Data
Cleaning Data
Analisis Data
Univariat
Bivariat
Chi Square
Penyusunan Laporan
diteliti ( Notoatmodjo, S., 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin
Sampel Penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewaklili seluruh
Pada penelitian ini besar sampel diperoleh dengan rumus (Notoatmodjo, S.,
2002) :
N . P .Q
n
( N 1) D P .Q
Keterangan :
0,1603
Q : 1–P
B2
D : , dimana B : Bound of the Error Estimation = 0,05
4
Jadi jumlah sampel yang akan dipilih sesuai dengan cara penghitungan sampel
adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
Sampel diambil dengan membuat daftar element atau anggota populasi secara
acak antara 1 sampai dengan n. Kemudian membagi dengan jumlah sampel yang
diinginkan, misalnya hasil dari interval adalah x, maka yang terkena sampel
Pada penelitian interval yang didapat adalah 2 yaitu hasil pembagian antara
secara random dengan cara lempar dadu. Nomor yang keluar adalah nomor 3,
maka nomor pertama yang diambil sebagai sampel pertama adalah nomor 3,
kemudian diambil setiap kelipatan 2 dari nomor 3 sampai sebanyak sampel yang
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependent dan
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independent adalah umur dan
Umur :
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun Kejadian pre eklampsia
Paritas :
a. Primipara
b. Multipara
c. Grandemultipara
Untuk lebih memudahkan dalam penelitian ini, maka variabel yang akan
Cara
Variabel Definisi Operasional Hasil Skala
Pengukuran
Umur Usia ibu bersalin yang Berdasarkan Dikelompokkan menjadi Ordinal
terhitung mulai saat data register :
dilahirkan sampai saat ibu bersalin 0. Umur < 20 tahun
berulang tahun terakhir 1. Umur 20-35 tahun
2. Umur > 35 tahun
Paritas Jumlah persalinan yang Berdasarkan Dikelompokkan menjadi Nominal
menghasilkan janin yang data register :
dapat hidup di luar ibu atau 0. Primipara
kandungan, terdiri dari : riwayat 1. Multipara
- Primipara persalinan 2. Grandemultipara
Seorang wanita yang
pernah melahirkan bayi
sampai standart mampu
hidup untuk pertama
kalinya
- Multipara
Wanita yang pernah
melahirkan bayi lebih dari
satu kali sampai standart
mampu hidup.
- Grandemultipara
Wanita yang pernah
melahirkan bayi 5 kali
atau lebih sampai standart
mampu hidup
Pre Suatu komplikasi yang Berdasarkan Dikelompokkan menjadi Nominal
eklampsia menyertai kehamilan dan diagnosa :
persalinan yang ditandai yang ada di 0. Ya : Bila pre
dengan hipertensi dengan data dalam eklampsia
tekanan darah ≥140/90 register ibu 1. Tidak : Bila tidak
bersalin pre
mmHg , proteinuria dan
eklampsia
edema pada tubuh ibu hamil
dan bersalin.
60
bersalin) untuk mengetahui hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan
Pengumpulan data pada penelitian ini berupa data sekunder, didapatkan dari
register ibu bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2010-2013. Dari data
1. Editing
Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh untuk
terkumpul.
2. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
3. Entry Data
Adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel,
4. Cleaning data
Adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah dientry atau dimasukkan
Data yang telah diolah kemudian dihitung secara univariat (tabel frekuensi)
dan bivariat ( tabulasi silang). Sedangkan untuk analisa data dilakukan uji Chi-
Square, dimana skala ordinal direduksi menjadi skala nominal. Uji ini digunakan
rumus :
χ2 = ( Oij – Eij )2
Eij
Keterangan :
χ2 : Chi-Square
i : Nilai baris
j : Nilai Kolom
3. Sel dengan frekuensi harapan < 5 tidak melebihi 20% dari total sel.
62
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
4.9 Keterbatasan
penelitian serta peneliti tidak melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
63
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian, maka disajikan hasil penelitian tentang gambaran umum dan gambaran
dimana Rumah Sakit tersebut merupakan Rumah Sakit Tipe D. Adapun lokasi
dari Rumah Sakit Umum Assakinah Medika berada di Jalan Raya Bogem Kebon
Agung Nomor 2096 Sukodono Sidoarjo. Luas lahan Rumah Sakit 4.870 m2 .
Rumah Sakit Assakinah Medika Sidoarjo merupakan rumah sakit rujukan, yang
Batas-batas wilayah :
Jenis pelayanan yang tersedia untuk penanganan pre eklampsia pada ibu bersalin ,
antara lain :
a. 3 tempat tidur
63
64
d. 2 inkubator
e. 5 infant wamer
3. Kepengurusan pada ruang bersalin, ruang bayi dan ruang OK, antara lain
a. 9 bidan pelaksana
b. 4 SPOG
d. 3 perawat
4. Penunjang Diagnostik
a. USG
b. Laboratorium
65
5. Ruang OK
a. 2 kamar operasi
c. 1 kamar mandi
d. Ruang steril
(didapat dari data khusus instrument persalinan). Variabel yang akan disajikan
yaitu umur, paritas dan kejadian pre eklampsia di Ruang Bersalin RS Assakinah
Medika Sidoarjo.
Umur ibu bersalin dibedakan menjadi umur < 20 tahun, 20-35 tahun dan
>35 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Frekuensi Umur Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013.
Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013 adalah umur 20-35 tahun sebanyak 84
Tabel 5.2 Frekuensi Paritas Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas paritas ibu bersalin di
Kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin dibedakan menjadi pre eklampsia
dan tidak pre eklampsia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3.
67
Tabel 5.3 Frekuensi Penderita Pre eklampsia Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS
Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa ibu bersalin yang mengalami pre
(22,32 %).
5.3.1 Tabulasi Silang antara Umur Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin di RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun
2013.
maka dapat dibuat tabulasi silang antara umur ibu bersalin dan kejadian pre
Tabel 5.4 Tabulasi Silang antara Umur Ibu Bersalin dan Kejadian Pre eklampsia
Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun
2013.
Berdasarkan tabel 5.4 tidak dapat dilakukan uji Chi-Square karena tidak
memenuhi syarat dimana data yang ada tersebut dalam skala pengukuran ordinal.
Oleh karena itu, untuk memenuhi syarat uji Chi-Square dimana data yang
diperlukan dalam skala pengukuran nominal maka umur ibu bersalin direduksi
Dalam hal ini peneliti menggabungkan umur < 20 tahun dan umur > 35
menjadi satu kelompok, karena ciri umur < 20 tahun juga masuk dalam kelompok
> 35 tahun. Tabel 5.5 menunjukkan hasil reduksi dari tabel 3 x 2 (umur < 20
tahun, 20-35 tahun, > 35 tahun dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu
yang tidak mengalamipre eklampsia) menjadi tabel 2 x 2 (umur < 20 tahun dan >
35 tahun, 20-35 tahun dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu yang
mengalami pre eklampsia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Tabulasi Silang antara Umur Ibu Bersalin dan Kejadian Pre eklampsia
Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun
2013.
RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013 lebih banyak terjadi pada umur < 20
tahun dan > 35 tahun (46,43 %) dibandingkan dengan umur 20-35 tahun
(14,29 %). Sedangkan yang tidak mengalami pre eklampsia lebih banyak terjadi
69
pada umur 20-35 tahun (85,71 %) dibandingkan dengan umur < 20 tahun dan >35
5.3.2 Tabulasi Silang antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin di RS Assakinah Medika Sidoarjo
Tahun 2013.
maka dapat dibuat tabulasi silang antara paritas ibu bersalin dan kejadian pre
Tabel 5.6 Tabulasi Silang antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.6 tidak dapat dilakukan uji Chi-Square karena tidak
memenuhi syarat dimana data yang ada tersebut dalam skala pengukuran ordinal.
Oleh karena itu, untuk memenuhi syarat uji Chi-Square dimana data yang
diperlukan dalam skala pengukuran nominal, maka paritas ibu bersalin direduksi
(paritas≥ 2) juga masuk dalam kelompok multipara (paritas≥ 2). Tabel 5.7
70
grandemultipara dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu yang tidak
grandemultipara dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu yang tidak
mengalami pre eklampsia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Tabulasi Silang antara Paritas Ibu Bersalin dan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013.
RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013 lebih banyak terjadi pada paritas
paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia, maka dilakukan pengujian
dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di ruang bersalin RS Assakinah
Medika Sidoarjo tahun 2013, maka dilakukan uji Chi-Square seperti terlihat pada
tabel 5.8.
Tabel 5.8 Analisis Hubungan Umur Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre eklampsia
Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun
2013.
disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian pre
tahun 2013.
72
dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di ruang bersalin RS Assakinah
Medika Sidoarjo tahun 2013, maka dilakukan uji Chi-Square seperti terlihat pada
tabel 5.9.
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013.
disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian pre
tahun 2013.
73
BAB 6
PEMBAHASAN
yang telah ditetapkan Depkes RI yaitu masih lebih dari 5%. Dalam hal ini ada
beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya pre eklampsia, yaitu umur dan
paritas.
didapatkan hasil yang sesuai, maka di dalam bab ini akan diuraikan tentang
hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia
RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013 lebih banyak terjadi pada umur < 20
dan > 35 tahun sebesar 46,43 %. Dimana menurut Cuningham (2005) wanita
berusia < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan awal dan akhir masa reproduksi
yang mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami pre eklampsia. Pada usia <
20 tahun bisa terjadi pre eklampsia karena belum matangnya alat reproduksi untuk
pertumbuhan janin. Jika terjadi kehamilan maka tubuh ibu belum siap untuk
Hal ini bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah, pengeluaran protein dalam
73
74
urine dan edema. Saat usia 35 tahun bisa terjadi pre eklampsia karena pada usia
ini mudah terjadi penyakit dalam organ kandungan ibu yang menua. Usia 35
peredaran darah dan mengecilnya aliran darah yang menimbulkan pre eklampsia.
Sementara pada umur 20-35 tahun yang mengalami pre eklampsia sebesar 14,29
%. Seorang ibu hamil maupun ibu bersalin berumur 20-35 tahun yang terjadi pre
gemelli, mola hidatidosa, selain itu juga disebabkan karena penyakit seperti
diabetes mellitus dan obesitas. Sedangkan ibu bersalin yang tidak mengalami pre
eklampsia lebih banyak terjadi pada umur 20-35 tahun sebesar 85,71 %. Umur 20-
35 tahun merupakan umur yang tepat untuk memulai kehamilan dan kelahiran
terbaik. Saat usia 20-35 tahun, alat reproduksi sudah matang dan merupakan risiko
paling rendah untuk ibu dan bayi. Hasil ini sama dengan pernyataan Saifuddin,
A.B (2006) bahwa umur 20-34 tahun merupakan risiko rendah untuk terjadinya
umur < 20 dan >35 tahun (53,57 %). Ibu dengan umur < 20 tahun dan > 35 tahun
tidak terjadi pre eklampsia bisa karena ibu periksa kehamilan secara teratur,
sehingga mampu mendeteksi secara dini tanda dan gejala terjadinya pre
eklampsia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan oleh Rahayu, I.D
umur > 35 tahun dan usia < 20 tahun (38,83 %). Hasil penelitian ini juga
didukung dengan penelitian oleh Sudhabera (2011) bahwa pre eklampsia banyak
ditemukan pada kelompok yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari
35 tahun.
Hasil ini didukung dengan uji Chi-Square didapatkan bahwa χ2 hitung (12,51)
>χ2 tabel (3,84) maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia pada ibu
bersalin. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ibu bersalin yang
berumur < 20 tahun dan > 35 tahun maka semakin tinggi risiko terjadinya pre
eklampsia. Menurut Manuaba, I.B.G (1998) bahwa ibu hamil dengan usia sangat
muda (umur < 20 tahun) cenderung mengalami pre eklampsia, yang disebabkan
(2003) pada usia lebih dari 35 tahun mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ
kandungan yang menua. Sementara menurut Manuaba, I.B.G (1998), pada usia
Selain umur ibu bersalin, paritas merupakan salah satu faktor yang dapat
bahwa kejadian pre eklampsia di RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013 lebih
76
banyak terjadi pada paritas primipara sebesar 30,77 %. Pada primipara dapat
terjadi pre eklampsia karena semula rahim kosong tanpa ada janin kemudian
terjadi kehamilan sehingga tubuh ibu menyesuaikan terutama pada saat plasenta
mulai terbentuk akan terjadi iskemia, implantasi plasenta, bahan trofoblast akan
pembuluh darah. Hal ini yang dapat menimbulkan terjadinya pre eklampsia pada
ibu hamil maupun ibu bersalin. Menurut Bobak. I (2004) pada primipara dapat
teregang saat kehamilan dan terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron
mengalami pre eklampsia lebih banyak terjadi pada paritas multipara dan
69,23 %. Hal ini dikarenakan baik pada ibu bersalin dengan paritas multipara
dan grandemultipara maupun paritas primipara yang tidak terjadi pre eklampsia
bila ibu periksa kehamilan secara teratur, sehingga mampu mendeteksi secara dini
pada primipara (24,45 %), paritas 2-4 (9,89 %) dan paritas 5 keatas (28,31 %).
Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil studi pendahuluan oleh Rahayu,
I.D di VK IRD RSU Dr. Soetomo Surabaya (2012) yang menyatakan bahwa pada
77
(59,11 %) .
Hasil ini didukung dengan uji Chi-Square didapatkan bahwa χ2 hitung (3,99)
>χ2 tabel (3,84), maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia pada ibu
bersalin. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ibu bersalin dengan paritas
primipara maka semakin tinggi kejadian pre eklampsia. Menurut Manuaba, I.B.G
Melihat masih tingginya kejadian pre eklampsia pada persalinan, maka sangat
diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya pre eklampsia sejak dini, yaitu ibu
dan periksa ulang secara rutin dan teratur, serta teliti dalam mengenali tanda-tanda
pre eklampsia sedini mungkin. Ibu hamil dapat menerima pengobatan yang sesuai
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat, yang dapat memengaruhi kesejahteraan
ibu maupun janin. Apabila terjadi pre eklampsia saat inpartu, tenaga kesehatan
terutama bidan harus sigap dalam menghadapi dan menangani kasus tersebut guna
untuk menyegah terjadinya komplikasi pada ibu bersalin dan bayi. Disini peranan
penyuluhan tentang pemenuhan nutrisi pada ibu hamil dengan pre eklampsia
(seperti diet rendah garam), tanda dan gejala pre eklampsia, komplikasi pre
eklampsia baik bagi ibu maupun janin apabila pre eklampsia tersebut bila tidak
segera diatasi. Diharapkan ibu hamil mengetahui tanda dan gejala serta
78
kehamilan, sehingga segera dapat terdeteksi apabila terjadi pre eklampsia pada
kehamilan. Oleh karena itu apabila ibu hamil secara teratur memeriksakan
kehamilannya maka pre eklampsia pada ibu hamil dan bersalin dapat berkurang
BAB 7
PENUTUP
7.1 Simpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dan tujuan yang ada, maka diperoleh
7.1.1 Umur ibu bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun
7.1.3 Kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah
7.1.4 Ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia di
7.1.5 Ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia
7.2 Saran
Dalam rangka untuk menurunkan angka kejadian pre eklampsia ibu bersalin,
penanganannya pun tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengatasi satu atau
79
80
Oleh karena itu untuk menurunkan angka kejadian pre eklampsia pada ibu
secara cepat dan tepat bagi ibu hamil atau bersalin yang mengalami pre
kualitas pelayanan dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas terutama dengan
melakukan pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dalam
secara cepat dan bermutu, untuk mencegah morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayi.
gejala pre eklampsia serta komplikasi pada ibu dan janin jika tidak segera diatasi.
81
bernutrisi dan bergizi seimbang dan tetap memperhatikan diet rendah garam.
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang hubungan antara umur dan
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, M.C., 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
Cunningham. F.G, dkk. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21, Volume 2. Jakarta :
EGC.
Fadlun dan Feryanto, A., 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba
Medika.
Hacker, N.F dan Moore, J.G., 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates.
Lailiyana, Laila. A, Daiyah. I dan Susanti, A., 2011. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC.
82
83
Rukiyah, A.Y dan Yulianti, 2011. Patologi Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.
Sulistyawati, A., 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba
Medika.
Varney. H, Kriebs, J.M dan Gegor, C.L., 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Varney. H dan Kriebs, J.M., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1. Jakarta :
EGC.
Widyastuti dan Palupi, 2003. Pedoman Praktis Safe Motherhood Paket Ibu dan
Bayi. Jakarta : EGC.