Makalah Pato, Diagnosis HIV
Makalah Pato, Diagnosis HIV
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
karena itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“Patofisiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
DNA pro-virus tersebut kemudian diintregasikan ke dalam sel hospes dan
selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang
dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut
diturunkan. Human Immunodeficiency Virus menyerang CD4 baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang
mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T. Secara tidak
langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti p24
berinteraksi dengan CD4 yang kemudian akan menghambat aktivasi sel yang
mempresentasikan antigen. Hilangnya fungsi CD4 menyebabkan gangguan
imunologis yang progresif (Olynk, N. J. 2009).
Keadaan ini, disebut juga infeksi primer HIV, ditandai oleh proses
replikasi yang menghasilkan virus-virus baru (virion) dalam jumlah yang
besar. Virus yang dihasilkan dapat terdeteksi dalam darah dalam waktu
sekitar tiga minggu setelah terjadinya infeksi. Pada periode ini protein
virus dan virus yang infeksius dapat dideteksi dalam plasma dan juga
cairan serebrospinal. Jumlah virion di dalam plasma dapat mencapai 106
hingga 107 per mililiter plasma. Viremia oleh karena replikasi virus
dalam jumlah yang besar akan memicu timbulnya sindroma infeksi akut
dengan gejala yang mirip infeksi mononukleosis akut yakni demam,
limfadenopati, bercak pada kulit, faringitis, malaise, dan mual muntah,
yang timbul sekitar 3–6 minggu setelah infeksi. Pada fase ini selanjutnya
akan terjadi penurunan sel limfosit T
CD4 yang signifikan, sekitar 2–8 minggu pertama infeksi primer HIV,
kemudian terjadi kenaikan limfosit T karena mulai terjadi respons imun.
umlah CD4 pada fase ini masih diatas 500 sel/mm3 dan akan mengalami
penurunan setelah enam minggu terinfeksi HIV
4
2. Fase infeksi laten
Setelah terjadi infeksi primer HIV akan timbul respons imun spesifik
tubuh terhadap virus HIV. Sel sitotoksik B dan limfosit T memberikan
perlawanan yang kuat terhadap virus sehingga sebagian besar virus
hilang dari sirkulasi sistemik. Sesudah terjadi peningkatan respons imun
seluler, akan terjadi peningkatan antibodi sebagai respons imun humoral.
Selama periode terjadinya respons imun yang kuat, lebih dari 10 milyar
kopi HIV baru dihasilkan tiap harinya, namun dengan cepat virus-virus
tersebut dihancurkan oleh sistem imun tubuh dan hanya memiliki waktu
paruh sekitar 5–6 jam. Meskipun di dalam darah partikel virus dapat
terdeteksi hingga 108 kopi per mililiter darah, akan tetapi jumlah partikel
virus yang infeksius hanya didapatkan dalam jumlah yang lebih sedikit.
Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah besar virus telah berhasil
ihancurkan (Nasronudin, 2008; Choffin et al., 2010).
5
jumlah virus lebih dari 100.000 kopi/ml, mengalami penurunan jumlah
limfosit T CD4 yang lebih cepat dan mengalami perkembangan menjadi
penyakit AIDS dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Sejumlah
pasien yang belum mendapatkan terapi memiliki jumlah virus antara
10.000 hingga 100.000 kopi/ml pada fase infeksi laten. Pada fase ini
pasien umumnya belum menunjukkan gejala klinis atau asimtomatis.
Fase laten berlangsung sekitar 8–10 tahun (dapat 3–13 tahun) setelah
terinfeksi HIV.
6
yaitu, kanker kelenjar getah bening dan kanker Sarkoma Kaposi's
(Nasronudin, 2008; Choffin et al., 2010; Hunt, 2010).
B. Diagnosa HIV
ELISA merupakan tes yang baik, tetapi hasilnya mungkin masih akan
negative sampai 6-12 minggu pasien telah terinfeksi. Jika terdapat tanda-
tanda infeksi akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka
pemeriksaan ELISA perlu diulang. gelaja infeksi akut yang mirip dengan
gejala flu ini akan sembuh dan pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
terinfeksi virus HIV sampai dengan beberapa tahun. Periode ini disebut
periode laten dan berlangsung selama 8-10 tahun. Selama periode laten,
virus HIV terus menyerang kekebalan tubuh penderita meskipun tidak
tampak tanda dan gejala infeksi HIV. Stadium lanjut infeksi HIV dimulai
ketika pasien mulai mengalami penyakit AIDS. Gejala yang paling sering
yang dijumpai pada stadium ini adalah penurunan berat badan, diare dan
kelemahan. Terdapat beberapa klarifikasi HIV/AIDS. Adapun sistem
klasifikasi yang biasa digunakan untuk dewasa dan remaja dengan infeksi
HIV adalah menurut WHO dan CDC (Centre for Disease and
Prevention). (Firman, 2017).
7
2. Diagnosis HIV pada bayi
3) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
(postpartum)
2) Pelacuran anak
Bayi yang tertular HIV ibu saja tamoak normal secara klinis selama
peroide neonatal. Penyakit nandakan AIDS tersering ditemukan di anak
adalah pneumonia yang disebabkan pneumositis carinii. gejala umum
yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan
tumbuh kembang, kondisiasis oral, diare kronis, atau
hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien)
8
Mengingat anti bodi ibu bisa dideteksi pada bayi sampai 18 bulan,
maka tes ELISA dan wester blood akan positif meskipun bayi tidak
terinfeksi HIV karena tes ini berdasarkan ada atau tidaknya antibody
terhadap virus HIV. Tes yang paling spesifik untuk mengidentifikasi
HIV adalah PCR untuk DNA HIV. Kultur HIV yang positif juga
menunjukan pasien terinfeksi HIV. Untuk pemeriksaan PCR, bayi harus
dilakukan pengambilan darah untuk tes PCR pada dua saat yang
berlainan. DNA PCR pertama diambil saat bayi berusia satu bulan
karena tes ini kurang sensitif selama periode satu bulan setelah lahir.
CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR setidaknya diulang
pada saat bayi berusia 4 bulan. Jika tes ini negatif, maka bayi tidak
terinfeksi HIV. Tetapi bayi tersebut mendapatkan ASI maka bayi
berisiko terkena HIV sehingga tes PCR perlu diulang setelah bayi
disapi. Pada usia 18 bulan, pemeriksaan ELISA bisa dilakukan pada
bayi bila tidak tersedia sarana pemeriksaan yang lain. (Firman, 2017).
9
C. Penatalaksanaan HIV
a. Pengobatan suportif
1) Tuberkulosis
2) Toksoplasmosis
10
3) CMV
4) Jam
c. Pengobatan Antirettrovial
2. Aspek psikologis
3. Aspeksosial
a. Dukungan emosional
11
b. Dukungan penghargaan
c. Dukungan instrumental
d. Dukungan informative
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Firman. 2017. Buku Ajar Keperawatan HIV / AIDS. Penulis Muda Publisher:
Surabaya
14