Anda di halaman 1dari 8

“Persepsi Dokter Rumah Sakit Universitas Andalas Tentang Penerapan Prinsip

Etika Dalam Praktek Kedokteran”

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Ilmu kedokteran tidak hanya ilmu tentang penyakit, akan tetapi juga
berhubungan dengan pengalaman, perasaan dan interpretasi dari manusia dalam
kondisi takut, cemas dan ragu. Ada saatnya keadaan dilema terjadi yaitu ketika
praktisi kedokteran dan pasien berada dipersimpangan yang membuat pilihan dan
pengambilan keputusan dirasa sulit secara etik. Etika merupakan penerapan dari
nilai dan moral terhadap aktifitas manusia. Bioetika merupakan bagian dari etika
terapan yang menggunakan prinsip etika dan pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan dilema aktual dan yang diantisipasi dalam bidang kedokteran dan
biologi. Pengetahuan tentang etika kedokteran sangat penting dalam mengelola
pasien dengan baik. Praktisi kedokteran diharapkan tidak hanya memiliki ilmu dan
keterampilan klinis yang relevan dengan bidangnya masing-masing, namun juga
diharapkan memiliki ekspektasi etika dan hukum yang relevan dengan standar
praktek. Persetujuan tindakan setelah penjelasan (Informed consent) dan
kerahasiaan (confidentiality) merupakan landasan praktek kedokteran yang
berdasarkan pertimbangan etika dan hukum. Dari sudut pandang etik, pasien
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi terkait prosedur medis dan untuk
membuat keputusan berdasarkan informasi yang diterima tersebut. Hal ini
berpedoman kepada prinsip etika autonomi pasien dan hak asasi manusia. Tidak
ada praktisi kedokteran yang dapat melanggar terhadap hak-hak dari pasien
tersebut. Kegagalan dalam melaksanakan informed consent sebelum suatu
prosedur medis bisa berakibat kepada pelanggaran fisik dan kelalaian yang bisa
mendapatkan sanksi disiplin maupun hukum sesuai peraturan perundang-undangan
suatu negara. Di India, terdapat Indian Penal Code dan Consumer Protection Act
yang merupakan kerangka hukum dan ketentuan penal terhadap perlukaan yang
terjadi selama tindakan medik yang dilakukan tanpa informed consent. Kurikulum
1
Pendidikan kedokteran di India meliputi pelatihan aspek etika dari praktek
kedokteran secara berkesinambungan. Pengetahuan tentang berbagai macam isu
etika merupakan bagian dari disiplin Ilmu Kedokteran Forensik yang diajarkan
selama tahun kedua, sehingga penelitian isu etik dalam praktek kedokteran bisa
dilakukan dalam kondisi yang bervariasi. Terdapat kekurangan bahan bacaan terkait
pengetahuan, sikap dan perilaku aspek etika praktek kedokteran di anak benua
India. (1)
Dokter harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek etika dan
hukum dari praktek kedokteran dan juga hak-hak pasien dalam pelayanan
kesehatan. Standar sudah dibuat secara internasional untuk melindungi hak asasi
manusia dari pasien. Dalam hal ini, ketentuan kunci dari Universal Declaration of
Human Rights (UDHR) dipertimbangkan yaitu hak untuk hidup, hak untuk privasi,
hak untuk mencari, menerima dan memberi informasi dan hak untuk pelayanan
medis. Perjanjian major international human rights memberikan garansi terhadap
perlindungan hak asasi manusia dalam melayani pasien. Piagam Hak Kesehatan
2005 dari International Union of Lawyers menyatakan tentang privasi dan informed
consent. Deklarasi hak-Hak Pasien 2005 (revisi) dari World Medical Association
menyatakan bahwa isu-isu terkait kerahasiaan (confidentiality), informasi, dan
informed consent. The Declaration on Patient-Centred Healthcare 2007, oleh
International Alliance of Patients’ Organizations (IAPO) menekankan 5 prinsip yaitu
respek, pilihan, penguatan, pelibatan pasien dalam kebijakan kesehatan, akses dan
dukungan serta informasi. Organisasi kedokteran di India juga mengatur tentang
praktek kedokteran yang baik. Konsil kedokteran India juga sudah merumuskan
tentang Professional Conduct, Etiket dan etika bagi dokter yang berpraktek.(1)
Di Indonesia, landasan etika praktek kedokteran adalah sumpah dokter dan
kode etik dokter Indonesia (KODEKI).

Belum ada penelitian tentang Persepsi Dokter Tentang Penerapan Prinsip


Etika Dalam Praktek Kedokteran di Indonesia, khususnya Persepsi Dokter Tentang
Penerapan Prinsip Etika Dalam Praktek Kedokteran pada dokter yang berpraktek di
Rumah Sakit Universitas Andalas (RS Unand). Rumah Sakit Universitas Andalas
baru diresmikan pemakaiannya pada tahun 2017 dan merupakan rumah sakit
Pendidikan jejaring dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Pada tahun 2019,

2
RS Unand sudah mendapatkan akreditasi SNARS bintang 5. Pelayanan di RS
Unand meliputi pelayanan IGD, poliklinik rawat jalan, rawat inap, kamar operasi,
laboratorium klinik, radiologi, gizi medik, forensic dengan pelayanan unggulan
sebagai pusat pelayanan kanker untuk area Sumatera Barat. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk meneliti hal tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dokter
yang berpraktek atau melayani pasien di Rumah Sakit Universitas Andalas.

Tambahkan latar belakang!!

1.2 Rumusan penelitian

Bagaimanakah tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dokter Rumah Sakit


Universitas Andalas tentang penerapan prinsip etika dalam praktek kedokteran?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1.Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dokter Rumah Sakit
Universitas Andalas tentang penerapan prinsip etika dalam praktek kedokteran.

1.3.2.Tujuan khusus

a. Memperoleh gambaran tentang karakteristik dokter yang berpraktek di Rumah


Sakit Universitas Andalas
b. Memperoleh gambaran tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dokter
Rumah Sakit Universitas Andalas tentang penerapan prinsip etika dalam praktek
kedokteran.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi mengenai persepsi dokter Rumah Sakit Universitas
Andalas tentang penerapan prinsip etika dalam praktek kedokteran.
2. Digunakan sebagai pertimbangan dalam evaluasi dokter oleh komite etika Rumah
Sakit Universitas Andalas.

1.5. Keaslian penelitian


3
1. Penelitian oleh Hariharan S, Jonnalagadda R, Walrond E, Moseley H dengan judul
Knowledge, attitudes and practice of healthcare ethics and law among doctors and
nurses in Barbados.
2. Penelitian oleh Hariharan S, Jonnalagadda R, Gora J dengan judul Knowledge ,
attitudes and practices of healthcare personnel towards Care-Ethics : A perspective
from the Caribbean.
3. Penelitian oleh Kulkarni V, Unnikrishnan B, Rekha T, Papanna MK, Mithra P,
Kumar N, et al dengan judul Perceptions and practices of medical practitioners
towards ethics in medical practice – A study from coastal South India.
4. Penelitian oleh Adhikari S, Paudel K, Aro AR, Adhikari TB, Adhikari B, Mishra SR
Dengan judul Knowledge, attitude and practice of healthcare ethics among resident
doctors and ward nurses from a resource poor setting, Nepal. BMC Med Ethics.

Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Studi Kepustakaan:

Tambahkan tinjauan pustaka

2.2.Landasan Teori dan kerangka teori:


Prinsip dasar moral dalam etika medis dan bioetika yang dikenal juga sebagai
kaidah dasar bioetika menurut beauchamp dan childress meliputi
1. Menghormati otonomi pasien
Otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak dimana seseorang mengambil
keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri. Terjadinya perubahan
etika medis paternal ke etika medis otonom dimulai dari perubahan dalam
masyarakat Menurut Kant ada 2 otonomi moral yaitu moral heteronom yaitu
melakukan sesuatu karena dipaksa pihak lain,dan moral otonom yang berarti saya

4
mau,saya berbuat dan saya betrtanggungjawab. Dari pihak dokter sendiri semakin
hari semakin ada dokter yang berpikir untuk kepentingan selain kepentingan pasien
atau dokter tidak lagi memiliki motivasi altruisme (semata-mata karena pasien).
Prinsip otonomi merupakan dasar Informed Consent.
Jenis-jenis Informed Consent
a. Informed consent: persetujuan tindakan medis setelah penjelasan secara garis
besar
b. Expressed consent: persetujuan secara eksplisit baik oral maupun tertulis,
misalnya: ya dok, saya setuju
c. Implied consent: persetujuan secara implisit/tersirat, misalnya pasien mengangguk
ketika akan punksi vena
d. Presumed consent: persetujuan implisit dengan menarik kesimpulan dari sikap
pasien yang tidak menolak, misalnya untuk prosedur tindakan yang sudah diketahui
secara general
2. Berbuat baik/beneficence
Secara asal kata, beneficence terdiri dari bene=baik, ficere=membuat. Orang yang
tidak berbuat jahat belum tentu dia berbuat baik. Seorang dokter sejak semula harus
berbuat yang baik yang bersumber dari dari asas paternalisme dan sumpah
hippokrates. Kita harus membantu oranglain untuk kepentingan mereka. Contohnya
dokter memilih terapi terbaik dengan standar medis terbaik untuk pasien.
3. Tidak merugikan/nonmaleficence
Hal ini disebut juga dengan istilah first do no harm/primum non nocere, jangan
merugikan. Jika asas ini dilanggar memberikan konsekuensi malpraktek
Dalam pembuktian malpraktek, ada 4 unsur yang harus dipenuhi/4D:
a. adanya kewajiban/duty
b. adanya penyimpangan dalam pelaksanaannya/dereliction of duty
c. adanya kerugian/damage
d. penyebab langsung/direct causation
Malpraktek merupakan praktek buruk dari seseorang yang memegang suatu profesi
(malus=buruk), sedangkan Negligence atau kelalaian bukan suatu kejahatan,
tindakan dilakukan tanpa unsur kesengajaan, dilakukan dengan ceroboh
4. Justice atau adil
Memberikan apa yang menjadi hak orang tsb (adil secara proporsional)

5
2.3. Kerangka konsep

Tambahkan kerangka konsep

2.4. Hipotesis penelitian


Terdapat variasi gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dokter Rumah
Sakit Universitas Andalas tentang penerapan prinsip etika dalam praktek
kedokteran.

Bab 3
Metode Penelitian
3.1. Desain Penelitian
Penelitian observasional dengan metode cross sectional analitik

3.2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan (Januari-Maret 2020) di Rumah Sakit


Universitas Andalas.

3.3. Subjek penelitian

Populasi target penelitian adalah seluruh dokter yang berpraktek. Populasi


terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh dokter yang berpraktek di Sumatera
Barat. Subjek penelitian merupakan dokter Rumah Sakit Universitas Andalas,
individu laki-laki dan perempuan yang bersedia serta memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.

3.4. Kriteria inklusi dan eksklusi

6
Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi meliputi sukarelawan laki-laki dan perempuan, menyetujui


informed consent.

Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah responden yang membatalkan keikutsertaan mengikuti


penelitian oleh karena berbagai sebab.

3.5. Besar sampel

Total sampling

3.6. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini adalah : prinsip etika

Variabel bebas: tingkat pengetahuan

Variabel tergantung: sikap, perilaku

Variabel yang berpengaruh dalam pengukuran antara lain: asal institusi s1,
seminar yang pernah diikuti khususnya bioetika

3.7. Definisi operasional

1. Tingkat pengetahuan:

2. Sikap

3. perilaku

4. Etika:

3.8. Instrumen Penelitian dan pengumpulan data

7
Menggunakan kuisioner, rujukan kuisioner yang sudah tervalidasi yang
digunakan pada penelitian oleh Hariharan, Seetharaman, Jonnalagadda, Ramesh,
Walrond, Errol Moseley, Harley, 2006--tolong dicarikan kuisioner nya berdasarkan
jurnal yang ditulis dibagian keaslian penelitian/dibuatkan kuesionernya, lampirkan
kuesioner dibagian lampiran

3.9. Etika Penelitian

Persetujuan etika dikeluarkan oleh komite etika penelitian Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas.

3.10. Analisis Data

Kuantitatif dengan analisis statistik chi-square jika persyaratan memenuhi.


Analisis kualittatif dari hasil wawancara mendalam dengan informan.

3.11. Keterbatasan penelitian


Pada penelitian ini hanya melibatkan 1 populasi yaitu dokter di RS Unand.

Daftar Pustaka

1. Kulkarni V, Unnikrishnan B, Rekha T, Papanna MK, Mithra P, Kumar N, et al.


Perceptions and practices of medical practitioners towards ethics in medical
practice – A study from coastal South India. J Forensic Leg Med [Internet].
2013;22(2014):51–6. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jflm.2013.12.001

Lampiran

Kuisioner

Anda mungkin juga menyukai