Anda di halaman 1dari 8

Nama : Widayanti

NIM : 1701025016

Kelas : 5F

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu faktor dari dalam peserta didik yang ikut menentukan prestasi belajar
adalah aspek kecerdasan emosional. Emosi merupakan penyambung hidup bagi
kesadaran diri dan kelangsungan hidup secara mendalam menghubungkan kita dengan
diri sendiri, dengan orang lain dan dengan alam sekitar. Emosi juga dapat
memberikan informasi tentang hal-hal yang paling utama bagi masyarakat dan
kebutuhan yang memberikan motivasi, semangat, kendali diri dan keuletan. Oleh
karena itu, emosi dan tingkahlaku mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh emosi-emosi yang dialaminya selama
manusia tumbuh dan berkembang. Seseorang yang tidak mampu mengontrol
emosinya ia akan mengalami kesulitan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya, baik masalah yang berhubungan dengan pembelajaran, pekerjaan
maupun hal-hal lainnya.
Secara fisik, kebanyakan anak usia sekolah pada umumnya berada dalam
kondisi sehat, mereka bebas dari gangguan-gangguan atau kerusakan sensorik yang
serius, tapi bagaimana dengan kesehatan mental mereka? Masalah kesahatan mental
seringkali dianggap salah satu faktor utama yang tidak hanya merintangi belajar tetapi
juga motivasi untuk meraih prestasi sebaik mungkin.
Jadi faktor kecerdasan emosional pada peserta didik perlu menjadi perhatian
khusus para pendidik dalam proses pembelajaran. Menurut Golmen, kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi faktor - faktor yang menentukan
kesuksesan dalam hidup, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-
kekuatan lain. 8 Diantaranya adalah kecerdasan emosional yakni kemampuan
memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur
suasana hati, berempati serta kemampuan bekerja sama. Selain faktor kecerdasan
emosional, sikap siswa terhadap pembelajaran juga berpengaruh terhadap prestasi
belajar. Para ahli memberikan pengertian yang beragam tentang Sikap. Roger Jowell,
dkk.(2007:89) menjelaskan bahwa sikap adalah: setuju atau tidak setuju, suka atau
tidak suka, menerima atau menolak terhadap suatu objek. Sikap manusia terhadap
matematika menurut pendapat ini dapat dilihat dari perasaan apakah manusia tersebut
mau menerima/menolak belajar matematika. Triandis (2008:2) mendefinisikan sikap
sebagai suatu gagasan yang mengandung emosi yang memengaruhi sekelompok
tindakan terhadap situasi sosial tertentu. Oleh Karena itu, kecerdasan emosional dan
sikap mempunyai peran yang sangat penting dalam lingkungan pendidikan baik itu
lingkungan pendidikan formal maupun non formal dalam meraih kesuksesan pribadi
peserta didik.
Kecerdasan emosional yang rendah akan sulit untuk memusatkan perhatian
(konsentrasi) pada saat proses belajar mengajar sehingga menyebabkan rendahnya
hasil belajar peserta didik. Begitupun juga dengan sikap. Sikap siswa terhadap
matematika yang dipahami sebagai respon positif atau negatif siswa telah
mempengaruhi hasil belajar mata pelajaran matematika. Jika siswa memiliki respon
yang positif terhadap pelajaran matematika maka ia akan memiliki kecenderungan
untuk serius belajar matematika.Tetapi jika siswa memiliki respon yang negatif
terhadap matematika, maka mereka terlihat pasif (tidak bersemangat) untuk mengikuti
pembelajaran matematika.
Jadi kecerdasan emosional dan sikap pada peserta didik harus menjadi
perhatian khusus bagi para pendidik dalam proses pembelajaran. Melihat pentingnya
peranan kecerdasan emosional atau Emotional Quetient (EQ) dan sikap siswa
terhadap hasil belajar, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “Pengaruh Kecerdasan Emotional dan Sikap Siswa Pada Matematika
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Susukan 09 Pagi"

B. Identifikasi Masalah
1. Beberapa guru belum mengetahui kecerdasan emosional siswa kelas rendah di
Sekolah Dasar Susukan 09 Pagi.
2. Beberapa guru belum mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran
matematika kelas rendah di Sekolah Dasar Susukan 09 Pagi.
3. Pembentukan sikap dan pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap mata
pelajaran matematika siswa kelas rendah di Sekolah Dasar Susukan 09 Pagi.

C. Keterbatasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pengaruh
kecerdasan emosional dan sikap siswa pada matematika terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas III SDN Susukan 09 Pagi.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran tingkat kecerdasan emosional peserta didik kelas III SDN
Susukan 09 Pagi?
2. Bagaimana gambaran sikap peserta didik kelas III SDN Susukan 09 Pagi ?
3. Bagaimana gambaran hasil belajar matematika peserta didik kelas III SDN
Susukan 09 Pagi ?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan sikap peserta
didik terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas III SDN Susukan 09
Pagi ?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional peserta didik kelas III SDN
Susukan 09 Pagi?
2. Untuk mengetahui gambaran sikap peserta didik kelas III SDN Susukan 09 Pagi ?
3. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar matematika peserta didik kelas III SDN
Susukan 09 Pagi ?
4. Untuk mengetahui terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan
sikap peserta didik terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas III SDN
Susukan 09 Pagi ?

F. Manfaat Penelitian
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik terutama pada mata pelajaran
matematika dan salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu faktor psikologi
khususnya masalah emosional dan faktor sikap siswa terhadap mata pelajaran
matematika.

G. Teori Pendukung Setiap Variabel


a. Pengertian Belajar
Menurut Kurniawan (2014: 4) mengatakan “ belajar itu sebagai proses aktif
internal individu dimana melalui pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif permanen”.
Berdasarkan pendapat diatas belajar merupakan proses terjadinya perubahan
tingkah laku seseorang melalui interaksi antar individu.

Sedangkan menurut Djamarah (2011: 13) “ belajar adalah serangkaian kegiatan


jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotor”. Berdasarkan pendapat diatas belajar merupakan
suatu kegiatan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku menjadi lebih
baik melalui pengalamannya yang berkaitan dengan 3 aspek yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik.

Menurut Slameto ( 2010: 3) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Berdasarkan pendapat diatas belajar merupakan perubahan
tingkah laku seseorang secara keseluruhan baik dari dalam diri individu 9jasmani
dan rohani) maupun dari luar individu (keluarga, sekolah, masyarakat) melalui
pengalamannya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman berinteraksi
dengan lingkungannya.

b. Pengertian Hasil Belajar


Menurut Hamalik (2004: 31) “hasil belajar adalah pola – pola perbuatan, nilai –
nilai, pengetahuan – pengetahuan, sikap – sikap, apresiasi abilitas dan
keterampilan”. Berdasarkan pendapat diatas hasil belajar adalah hasil penilaian dari
setiap individu/peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.

Menurut Winkel (2009) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah bukti


keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”. Berdasarkan pendapat diatas hasil
belajar adalah nilai yang telah diperoleh peserta didik pada saat proses kegiatan
belajar mengajar.

Menurut Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa “ hasil belajar
adalah sebagi tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran”. Berdasarkan pendapat diatas hasil belajar adalah
penilaian angka yang dicapai siswa pada saat proses belajar melalui tes dari
beberapa mata pelajaran.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan
kegiatan belajar dan pembelajar serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, yang
dinyatakan dalam simbol maupun huruf dan kalimat.

c. Kecerdasan Emosional
John D Mayer, Peter Salovey mengatakan bahwa “Kecerdasan Emosional
menunjuk pada potensi alamiah umtul,erasa, menggunakan, mengkomunikasikan,
mengenal, mengingat, mempelajari, mengatur dan memahami emosi – emosi”.
Berdasarkan analisis diatas kecerdasan emosional memiliki tujuan untuk
memahami dan mengenal berbagai emosi yang ada pada diri kita.

Daniel Goleman mengatakan bahwa “ Kecerdasan Emosional adalah kemampuan –


kemampuan seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi
frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak boleh berlebihan, mengatur
suasana hati dan menjaga agar tetap berfikir jernih, berempati dan optimis”.
Berdasarkan analisis diatas kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
bagaimana kita mengatur diri sendiri, selalu berfikir positif dan percaya diri setiap
hal yang kita lakukan.

Steven j. Stein, Ph. D mengatakan bahwa “ Kecerdasan Emosional adalah


serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang
rumit – aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat
yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif
setiap hari”. Berdasarkan analisis diatas kecerdasan emosional adalah dapat
meningkatkan kepekaan seseorang dari aspek pribadi dan sosial yang berfungsi
secara efektif setiap hari.

Bar – on mengatakan bahwa “ Kecerdasan emosional sebagai kesatuan kapabilitas


non – kognitif, kompetensi dan keterampilan yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhasil di dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungan”.
Berdasarkan analisis diatas kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
untuk menghadapi tuntutan yang ada pada lingkungannya dengan kompetensi dan
keterampilan yang dimilikinya.

Hein (1999) mengatakan bahwa “ Kecerdasan Emosional adalah suatu bentuk


kecerdasan yang berkaitan dengan sisi kehidupan emosi, seperti kemampuan untuk
menghargai dan mengelola emosi diri dan orang lain, untuk memotivasi diri
seseorang dan mengekang impuls, dan untuk mengatasi hubungan interpersonal
secara efektif”. Berdasarkan analisis diatas kecerdasan emosional adalah
kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam kehidupannya untuk menghargai dan
mengelola emosinya untuk berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan


emosional terdapat beberapa kesamaan. Sehingga kecerdasan emosional dapat
disebut sebagai kemampuan seseorang mengelola perasaan dirinya supaya lebih
baik serta kemampuan membina hubungan dengan sosialnya / lingkungann yang
ada disekitarnya.
d. Sikap
D. Krech dan R.S Crutchfield dalam Sarwono (2009: 209) berpendapat bahwa “
Sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional,
emosional, perseptual dan kognitif mengenai aspek dunia individu”. Berdasarkan
analisis diatas sikap adalah sebagai sifat organisasi dan bersifat kokoh dalam
proses aspek dunia individu / seseorang.

La Pierre dalam Azwar ( 2003; 189 ) mendefinisikan bahwa “ Sikap sebagai suatu
pola perilaku, tendesi atau kesiapan antipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial”. Berdasarkan analisis diatas sikap adalah respon seseorang
terhadap simulasi sosial yang telah terkondisikan.

Soetarno ( 2004: 148 ) mengatakan bahwa “ Sikap adalah pandangan atau perasaan
yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek terntentu. Sikap
senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa adanya obyek.
Sikap diarahkan kepada benda-benda, peristiwa, pandangan, lembaga dan norma –
norma lainnya”. Berdasarkan analisis diatas sikap adalah pandangan seseorang
yang bertujuan untuk bertindak yang tertuju pada suatu obyek.

Notoatmodjo ( 2005: 96 ) mengatakan bahwa “ Sikap adalah respon tertutup


seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan ( senang – tidak senang, baik – tidak baik
dan sebagainya”. Berdasarkan analisis diatas sikap adalah bagaimana cara
merespon seseorang terhadap obyek dengan rasa yang dirasakan seseorang
tersebut.

Newcomb dalam Notoatmodjo ( 2005: 97 ) menyatakan bahwa “ Sikap merupakan


kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi perilaku ( tindakan ) atau reaksi terbuka”.
Berdasarkan analisis diatas sikap adalah respon atau tindakan seseorang dalam
menanggapi obyek tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat
dalam kegiatan tertentu dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi lingkungan di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai