A. Definisi
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
b. Faktor Sosiokultural
1
c. Faktor Biokimia
d. Faktor Psikologi
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
b. Stress Lingkungan
c. Sumber Koping
2
d. Perilaku
1) Dimensi fisik
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi
dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi intelektual
4) Dimensi sosial
3
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasiberupa ancaman,
dirinya atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interkasi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
5) Dimensi spiritual
C. Jenis
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk,
amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang
4
kadang terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi sinestetik
7. Halusinasi Viseral
D. Rentang Respon
5
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon
dapat digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon
adaptif :
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e. Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
6
2. Respon psikosossial
Meliputi :
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
3. Respon maladapttif
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
e. Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negative mengancam. (Damaiyanti,2012: 54)
7
E. Proses Terjadinya Masalah
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki
karakteristik yang berdeda yaitu:
1. Fase I
2. Fase II
3. Fase III
4. Fase IV
8
F. Tanda dan Gejala
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba
lambat
3. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari orang
lain
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton. (Prabowo,
2014: 133-134)
G. Akibat
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Ini diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang
meminta dia untuk melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya. ( Prabowo, 2014:
134)
9
H. Mekanisme Koping
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus internal.
(Prabowo, 2014 :134)
I. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
psikomotorik yang meningkat.
NAMA GENERIK
KELAS KIMIA DOSIS HARIAN
(DAGANG)
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permit) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trialon) 12-64 mg
Prokloperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazine (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellani) 150-800 mg
Trifluopromazine (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Toksanten Kloproktisen (Tarctan) 75-600 mg
Tioktiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Didraindolon Molindone (Moban) 225-225
10
2. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
a. Terapi aktivitas
1) Terapi music
2) Terapi seni
3) Terapi menari
4) Terapi relaksasi
11
5) Terapi social
6) Terapi kelompok
d) Terapi lingkungan
J. Pohon Masalah
12
K. Diagnosa Keperawatan
1. SP1
a. Pasien
b. Keluarga
13
2. SP2
a. Pasien
b. Keluarga
b. Keluarga
14
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
15
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Fitria (2010) mengungkapkan fakta tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
16
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut.
C. Rentang Respon
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif /
prilaku kekerasan.
1. Prilaku asertif merupakan prilaku individu yang mampu menyatakan atau
menggungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain sehingga prilaku ini dapat menimbulkn kelegaan pada
individu.
2. Prilaku pasif merupakan prilaku individu yang tidak mampu untuk
menggungkapkan perasaan marah yang sedang di alami, dilakukan dengan
tujuan menghindari suatu ancman nyata.
3. Agresif / Prilaku Kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat
tinggi atau ketakutan (panik).
Stress, cemas. Harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah pada prilaku kekerasan. Respon rasa marah
dapatdiekspresikan secara eksternal (prilaku kekerasan) maupun internal (depresi
dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan prilaku kontruktif, menggunakan kata-
kata yang dapat dimenggerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan
17
memberikan perasaan lega, menurunkan ketegangan sehingga perasaan marah
dapat teratasi. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan
biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak
menyelesaikan masalah, bahakan dapat menimbulkan kemarahan berkepanjangan
dan prilaku dekstruktif.
Prilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan maran dilakukan
individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya
sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat akan menimbulkan perasaan
dekstruktif yang ditunjukan kepada diri sendiri.
Table 1. perbandingan prilaku Asertif, Pasif dan Agresif
18
1991). Amuk adalah respons marah terhadap adanya stress, rasa cemas, harga diri
rendah, rasa bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara
internal dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan
secara eksternal. Secara internal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respon
marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara
verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengertidan diterima tanpa menyakiti orang
lainakan memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena
ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat
menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.
E. Manifestasi Klinis
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawah ke
rumah sakit adalah prilaku kekerasan di rumah, klien dengan prilaku kekerasan
sering menunjukan adanya tanda dan gejala adalah:
1. Data Obyektif : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat, sering pula tampak klien memaksakan kehendak, merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
2. Data Subyektif : mengeluh perasaan terancam, menggungkapkan perasaan
tidak berguna, menggungkapkan perasaan jengkel, menggungkapkan adanya
keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak, dan bingung.
F. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ atau HLP).
2. Obat anti depresi, amitriptyline
3. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
b. Terapi modalitas
c. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:
d. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social
atau aktifitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengendalikan
G. Pohon masalah
Gaduh gelisah
H. Diagnosa Keperawatan
1. SP1
a. Pasien
1) Mengidentifikasi penyebab PK
4) Mengidentifikasi akibat PK
b. Keluarga
20
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala PK dan proses terjadinya PK
2. SP2
a. Pasien
b. Keluarga
3. SP3
a. Pasien
b. Keluarga
4. SP3
a. Pasien
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. ( Towsend,2008)
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat BA,2006)
2. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan
harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :
23
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart &
Sundeen, 2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas
yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
meningkat saat dirawat.( Yosep,2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang
negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.
(Townsend,2008)
2. Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,
dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
24
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah D &
Iskandar, 2012)
b. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D
& Iskandar, 2012)
3. Rentang Respon
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
25
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik
dengan orang lain.(Eko P,2014)
4. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman
(2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga diri
rendah adalah :
a) Penolakan
b) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut
c) Persaingan antar saudara
d) Kesalahan dan kegagalan berulang
e) Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah :
(1) Stereotipik peran seks
26
(2) Tuntutan peran kerja
(3) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :
(a) Ketidakpercayaan orang tua
(b) Tekanan dari peer gruup
(c) Perubahan struktur sosial
( Herman,2011)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran
yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesui
(a) Trauma peran perkembangan
(b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
(c) Transisi peran situasi
(d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
(e) Transisi peran sehat-sakit
(f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk , penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan. ( Herman,2011)
3) Perilaku
(a) Citra tubuh
27
Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, menolak
bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak
usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan menyangkal
cacat tubuh.
(b) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain, produkstivitas
menurun, gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis menghadapi hidup,
keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan,
distruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling
penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah
tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
(c) Keracunan identitasdiantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan
mengambang tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak
mampu empati pada orang lain, masalah estimasi
(d) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan terpisah dari
diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi
dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas diri,sulit membedakan diri dari
orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif bingung,
disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya ingat, gangguan penilaian,
kepribadian ganda. ( Herman,2011)
5. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
28
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri
rendah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri
6. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.
Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini
menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang
tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan
menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial.
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
29
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya, ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi,
proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan
amuk ).
8. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik).
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
30
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan
pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara
artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu
atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4
– 5 joule/detik.
9. Pohon Masalah
31
11. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Intervensi
TUK 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan yang 1. Diskusikan dengan pasien
dimiiki untuk digunakan kemampuan yang masih dapat
Kriteria hasil: dilaksanakan dan digunakan selama
sakit
Setelah…..x interaksi pasien dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
menyebutkan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
digunakan
TUK 4 :
Pasien dapat (menetapkan) 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas
merencanakan kegiatan sesuai dengan yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan yang dimiliki kemampuan
Kriteria hasil: a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
32
Setelah…..x interaksi, pasien mampu c. Kegiatan yang membutuhkan
membuat rencana kegiatan harian bantuan total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh pasien lakukan
TUK 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai 1. Beri kesempatan pada pasien untuk
dengan rencana yang telah dibuat mencoba kegiatan yang telah
Kriteria hasil: direncanakan
Setelah…..x pertemuan,pasien dapat 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
melakukan kegiatan jadwal yang telah pasien
dibuat 3. Beri pujian atas keberhasilan pasien
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pasien
pulang
TUK 6 :
Pasien dapat memanfaatkan system 1. Beri pendidikan kesehatan pada
pendukung yang ada keluarga tentang cara merawat pasien
Kriteria hasil: dengan harga diri rendah
Setela…..x pertemuan,pasien 2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama pasien dirawat
memanfaatkan system pendukung yang 3. Bantu keluaga menyiapkan
ada di keluarga lingkungan rumah
33
4. Pasien memahami akibat berhentinya
obat
5. Pasien dapat menyebutkan prinip 5
benar penggunaan obat
DAFTAR PUSTAKA
34
Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
35
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
36
Perkembangan)
Misal : Misal : Misal : Misal :
Pada anak yang Saat individu Kegagalan Stres terjadi
kelahirannya mengalami menjalani akibat ansietas
tidak kegagalan hubungan intim yang
dikehendaki menyalahkan dengan sesama berkepanjangan
(unwanted orang lain, jenis atau lawan dan terjadi
child) akibat ketidakberdayaan, jenis, tidak bersamaan
kegagalan KB, menyangkal tidak mampu mandiri dengan
hamil diluar mampu dan keterbatasan
nikah, jenis menghadapi menyelesaikan kemampuan
kelamin yang kenyataan dan tugas, bekerja, individu untuk
tidak menarik diri dari bergaul, mengatasinya.
diinginkan, lingkungan, terlalu bersekolah, Ansietas terjadi
bentuk fisik tingginya self menyebabkan akibat berpisah
kurang ideal dan tidak ketergantungan dengan orang
menawan mampu menerima pada orang tua, terdekat,
menyebabkan realitas dengan rendahnya hilangnya
keluarga rasa syukur. ketahanan pekerjaan atau
mengeluarkan terhadap orang yang
komentar- berbagai dicitai.
komentar kegagalan.
negative,
merendahkan,
menyalahkan
anak.
C. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku islasi sosial
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menaarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga
dapat mempengaruhu terjaadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga
bekerjasama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang
lebihh tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif dapat memengurangi masalah respon sosial menarik
diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik apat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
37
seperti atropi, pembesara ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkanskizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengaadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart dan Sundeen, 1998).
d. Faktor presipitasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan
alam perasaan adalah :
e. Kehilangan ketertaarikan yang nyataatau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep
persepsi merupakan hal yang sangat penting.
f. Peristiwa besar dalm kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
g. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi
terutama pada wanita
h. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat
mencetus gangguan alam perasaan. (Stuart, 1998)
D. Tanda dan Gejala
Gejala subjektif :
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang dan sangat singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan rang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
Gejala obyektif :
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
38
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri dikamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekspresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13. Masukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urine dan feses
15. Aktivitas menurun
16. Kurang energi (tenaga)
17. Rendah diri
18. Postur tubh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
tidur)
E. Rentang Respon
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologi
2. Electri Convulsive Terapi
Electro confulsive therapy (ETC) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi
shock listrik dalam usaha pengobatannya. ETC bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi
(therapeutic Clonic Seizure) setidaknya selama 15 detik.
3. Terapi Kelompok
39
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapist atau petugas
kesehatan jiwa.
4. Terapi Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk
menjaga dan memelihara kesehatan manusia.
G. POHON MASALAH
Kerusakan
CP Isolasi sosial : menarik interaksi sosial
diri
Defisit perawatan
diri
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
40
1. SP1
a. Pasien
b. Keluarga
2. SP2
a. Pasien
b. Keluarga
41
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isos
3. SP3
a. Pasien
b. Keluarga
42
DAFTAR PUSTAKA
H. Yosep, Iyus. 2007. “Buku Ajar Keperawatan Jiwa da Advance Mental Health
Nursing”. Bandung : Refika Aditama
43
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut perry & poter (2009), hygine adalah ilmu kesehatan untuk
memelihara kesehatan manusia karena kondisi fisik atau keadaan emosi klien, di
sebut hygine perorangan. Personal hygine berasal dari bahasa Yunani yang berarti
Personal yang artinya perorangan dan Hygine berarti sehat kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan unuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya.
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir, sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
eliminasi/toileting (BAK/BAB) secara mandiri. (Keliat,2011)
B. Klasifikasi
44
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri: Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
C. Etiologi
Menurut Maslim (2001), penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas umum : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya, situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2009) faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image: Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Status Sosial Ekonomi: Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
c. Pengetahuan: Pengetahuan persoanal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, pada
pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
45
d. Budaya: Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
e. Kebiasaan Seseorang: Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-
lain.
f. Kondisi fisik atau psikis: Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
a. Dampak fisik: Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial: Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan mencintai
dan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
D. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala defisit perawatn diri menurut (Fitria, 2009)
adalah sebagai berikut :
1. Mandi/Hygine
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi. Ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Berpakaian/berdandan
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar palaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk menggunakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, mempertahanakan penampilan pada tingkat yang
memuaskan. Ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak
rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada wanita
tidak berdandan.
3. Makan
46
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, mengunyah makanan, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, mencerna makanan menurut cara yang di terima
masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
yang aman.
4. Toileting (BAK/BAB)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, dudu atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat,
dan menyiram kamar kecil.
Menurut depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau,pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut kotor.
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya,rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berpilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.
E. Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri
1. Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari
suatu taraf perkembangan yg lebih dini.
2. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujan terhadap realitas dengan mengingikari realitas
tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan pranitif
3. Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokan orang/keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan untuk memandukan nilai-nilai positif dan
negatif didalam diri sendiri
4. Intelektualisasi
47
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yg menggangguperasaanya.
F. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat
diri sendiri:
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri:
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri:
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung:
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.
G. Penatalaksanaan
Perawatan dini hari. Merupakan perawatan yang dilakukan pada waktu
bangun tidur untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam pengambilan
bahan pemeriksaan (urine/feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan
pasien dalam melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri,
seperti mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut.
Perawatan pagi hari. Perawatan yang dilakukan setelah makan pagi dengan
melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi, mandi atau mencuci rambut, melakukan pijatan punggung,
membersihkan mulut, kuku dan rambut, serta merapikan tempat tidur.
Perawatan siang hari. Perawatan yang dilakukan setelah melakukan
berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang.
Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain mencuci muka
dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur dan melakukan
pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan klien.
Perawatan menjelang tidur. Perawatan diri yang dilakukan pada saat
menjelang tidur agar klien beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi, mencuci tangan dan
muka, membersihkan mulut sebelum tidur.
48
H. Pohon Masalah
Gangguan Alam
Perasaan: Sedih
Gangguan Konsep
Diri: Harga Diri
Rendah
(etiologi)
I. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, BAB/BAK)
2. Resiko perubahan sensori persepsi: halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. Intoleransi aktifitas
5. Harga diri rendah kronis
49
1. SP1
a. Pasien
b. Keluarga
2. SP2
a. Pasien
b. Keluarga
3. SP3
50
a. Pasien
b. Keluarga
4. SP4
a. Pasien
DAFTAR PUSTAKA
51
Yosep. 2010. “Keperawatan jiwa.(Edisi Revisi)”. Bandung: Refika Aditama
Keliat, Budi Anna dan Akemat, 2009. “Model Praktek Keperawatan Professional
Jiwa”. Jakarta: EGC
52
LAPORAN PENDAHULUAN
Bunuh diri merupakan tidakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (wilson dan knesial. 1988). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi
dan menggunakan koping yang meladaftif.situasi gawat pada bunuh diri saat
ide bunuh diri timbul secara berulah tanpa rencana yang spesifik atau
percobaan bunuh diri atau rencana spesifik untuk bunuh diri .oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang tinggi dalam merawat
pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak melakukan tindakan
bunuh diri.
Menurut stuart dan sundeen (1995) faktor penyebab bunuh diri adalah
perceraian pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishiler
(1981)(dikutip oleh leashey san wright, 1987) melalui penelitiannya menyebut
bahwa motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah
dengan orang tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah,
dan 16% masalah dean saudara.
Adaftif Maladaptif
53
Gambar 1.1 Rentang Respons Propektif Diri
Keterangan
3. Perilaku destruktif diri tak langsung yaitu setiap aktifitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian seperti
perilaku merusak ,mengebut ,berjudi ,tindakan kriminal ,terlibat dalam
reakreasi yang beresiko tinggi ,penyalahgunaan zat perilaku yang
menyimpang secara social dan perilaku yang menimbulkan stres.
5. bunuh diri yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
54
1. Penyebab bunuh diri pada anak: pelarian dan penganiayaan atau
pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang atau
selalu dikritik, gagal sekolah, takut/dihina di sekolah, kehilangan orang
yang dicintai, dihukum orang lain.
3. Penyebab bunuh diri pada dewasa awal: self ideal yang terlalu tinggi,
cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademi yang berarti
kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi untuk
sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada lanjut usia: perubahan status dari mandiri
ketergantungan, penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi,
perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi sosial,
kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan), dan sumber
hidup yang berkurang.
a) Faktor determinan
1) Kebudayaan
2) Jenis kelamin
Angka bunuh diri pada wanita lebih besar dari pada pria, disemua
negara dan disepanjang masa. Perbandingan tertinggi didapatkan di
Rhode Island dan New York yaitu 3:1, angka perbandingan terendah di
dapati di Austria 1,3:1.
55
3) Status sosial
4) Status perkawinan
Frekuensi bunuh diri lebih kecil pada mereka yang sudah menikah,
terutama mereka yang sudah punya anak, dibandingkan dengan mereka
yang belum berkeluarga, janda atau yang cerai.
5) Gangguan jiwa
56
mendapatkan perhatian serius.sekali pasien berhasil mencoba bunuh
diri maka selesai riwayat pasien untuk itu perlu diperhatikan beberapa
mitos (pendapatan yang salah) tentang bunuh diri.
1. Mitos: Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian
dan tidak perlu dianggap serius . Fakta : Semua perilaku bunuh diri harus
dianggap serius.
57
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi
individual
Perilaku destruktif –diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah
dapat mengarah kepada kematian perilaku ini dapat diklasifikasi sebagai
58
langsung atau tidak langsung. Perilaku destruktif – diri tidak langsung
meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individual dan
dapat mengarah kepada kematian individual tersebut tidak menyadari tentang
pontesial terjadi kematianakibat perilakunya ini biasanya lebih lama daripada
perilaku bunuh diri. perilaku destruktif –diri langsung meliputi perilaku
berikut :
1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Tindakan kriminal
5. Terlibat dalam aktifitas rekreasi beresiko tinggi
6. Penyalagunaan zat
7. Perilaku yang menyimpang secara sosial
8. Perilaku yang menimbulkan stres
9. Gangguan makan
10. Ketidakpatuhan pada pengobatan medis
1. Perilaku Ketidakpatuhan
Telah diperkirakan bahwa setengah dari pasien tidak patuh terhadap
rencana pengobatan kesehatan mereka orang yang tidak patuh dengan
aktifitas perawat kesehatan yang dianjurkan umumnya menyadari bahwa
mereka telah memilih untuk tidak memerhatikan diri mereka. Perilaku
paling menonjol yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terdapat pada
kotak 13-1
2. Pencederaan diri
59
membenturkan kepala dan ekstreminitas, melukai tubuh sedikit demi sedikit,
dan menggit jari.
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai
berikut
a. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal dan non verbal bahwa orang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri orang tersebut mungkin
menunjukan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih
lama atau mungkin juga mengomunukasikan secara non verbal melalui
pemberian hadiah merevisi wasiat nya dan sebagainya
b. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri sendiri
yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarahkan pada kematian
jika tidak dicegah.
60
H. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
terabaikan orang yang melakukan upaya bunuh diridan yang tidak benar –
benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda tersebut tidak di ketahui tepat
pada waktunya.
I. Pemeriksaan Penunjang
K. Komplikasi
a. Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide
tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri,
namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah
berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal
akan meningkatkan kemungkinan klien untuk mengulangi perbuatan
tentamen suicide.
b. Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia
atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil
61
pi-poin, reaksi cahaya negatif, sesak anfas, sianosis, edema paru,
inkontenesia urine dan feses, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal.
c. Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan shock yang diakibatkan penurunan perfusi di jaringan
terutama jaringan otak.
d. Pada klien dengan pendarahan akan mengalami shock hipovolemik yang
jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada
penyebab hemoragik shock, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi
kegagalan multiple organ.
A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, suber koping yang dimiliki pasien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat da tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
a) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
perkerjaan, alamat, status perkawinan,diagnosa medis
b) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat dan hubungan dengan pasien
c) Keluhan utama
Keluhan gelisah, komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri
dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari – hari, mengucapkan celaan terhadap diri sendiri, Perasaan gagal
dan tidak berguna, Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang obat dosis mematikan).
d) Faktor predisposisi
62
1. Kegagalan atau adaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah atau bermusuhan Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
5. Tangisan minta tolong
e) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tanda tanda vital (TD , Nadi , suhu pernafasan TB,
BB)dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif
tentangbtubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan
b. Identitas diri
Sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua dan kehilangan
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena kondisinya mengungkapan
keinginan yang terlalu tinggi
e. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
2. Status mental
Kontak mata pasien kurang atau tidak dapat mempertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai bicara, pasien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
3. Mekanisme koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
B. Diagnosa Keperawatan
63
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik
aktual maupun potensial .Masalah keperawatan yang sering muncul yang
dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut.
1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga
2. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental.
3. Resiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat
kehilangan.
C. Intervensi Keperawatan
64
3. berhubungan sosial.
Manejemen perilaku :
Setelah dilakukan membahayakan diri sendiri
Resiko harga diri tindakan keperawatan
rendah situasional selama 2x24 jam a. Penumbuhan harapan
berhubungan dengan masalah gangguan b. Menejemen alam perasaan
riwayat kehilangan c. Dukungan spritual
identitas pribadi dapat
d. Pencegahan bunuh diri
teratasi dengan kriteria
hasil:
a. Pasien mampu
mengendalikan diri
terhadap bunuh diri
b. Pasien mampu
menahan diri dari
upaya bunuh diri
65
DaftarPustaka
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., danNurhaeni, H. 2007.
KeperawatanKesehaanJiwaKomunitas : CMHN (Basic
Courese).Jakarta : EGC
Maramis, W.F. 2010. CatatanIlmuKedokteranJiwa. Airlangga University
Press : Surabaya
Stuart danLaraia. 2015. Principles and Practice of Psychtiatric Nursing 8th
Edition. St. Louis : Mosby
Suliswati, dkk. 2004. KonsepDasarKeperawatanJiwa.Jakarta : EGC
66
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara
logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikir
dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya :
harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau
perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika
(Kusumawati, 2010).
67
B. Klasifikasi Waham
68
C. Etiologi
D. Rentang Respon
69
E. Tanda dan Gejala
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik.
Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) pada klien dengan Waham yaitu
terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah
sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan
secara berlebihan.
70
F. Mekanisme Koping
3. Menarik diri
G. Pohon Masalah
Resiko tinggi
Perilaku kekerasan mencedarai diri, orang Kerusakan Akiba
lain, dan lingkungan komunikasi verbal t
CP Gangguan proses
pikir : Waham
2. Perilaku kekerasan
71
1. SP1
a. Pasien
b. Keluarga
b. Keluarga
3. SP3
a. Pasien
72
b. Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
73
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2009. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.
Purba, dkk. 2008. Fundamentalis Of Psychiatric Nursing Edisi 5. St. Louis:
Elsevier
Gun. 2008. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Kusumawati. 2011. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Direja. 2011. Kedokteran Jiwa. Jakarta. EGC
Anna, Budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta. EGC
74