Anda di halaman 1dari 5

PMII Dalam Perspekif Organisasi: Kepemimpinan, ideologi Kaderisasi,

Format dan Stratak Gerakan[1]


Oleh : Ahmad Muhajir
“Untuk mencapai sesuatu yang diingikan maka kita akan berusaha semaksimal mungkin
untuk mendapatkannya, namun jika kita tidak mampu maka kita akan mencoba untuk meminta
bantuan orang lain yang kita anggap mampu atau sebanding dengan kita untuk mencapai tujuan
kita tadi”.
Perilaku individu yang sederhana ini kemudian ditarik pada konteks sosial yang lebih besar
yakni organisasi. Sebenarnya organisasi adalah upaya pengorganan dari sekian banyak kerja,
tugas, dan satuan kelompok orang, sehingga tercapinya sesuatu yang diinginkan. Hal ini
dimaksudkan untuk efisiensi dan efektifitas dalam menyelesaikan pekerjaan. Untuk itulah
dipandang perlu melakukan pengorganisasian.
PMII adalah organisasi pergerakan yang mempunyai tujuan, mutlak memerlukan upaya
pengorganisasian. Dalam proses kesejarahan maka akan terlihat bagaimana PMII kemudian
menjadi sebuah organsisasi dan kemudian meletakkan tujuan dasarnya. Kelahiran PMII berawal
dari kegelisahan anak muda NU yang belajar di perguruan tinggi. Kegelisahan itu terjawab
dengan didirikannya IMANU (Ikatan Mahasiswa NU) pada akhir 1955. Namun IMANU tidak
berumur panjang, karena PBNU menolak keberadaannya dan menampung aspirasi
berorganisasi mahasiswa NU ke departemen perguruan tinggi dalam wadah IPNU. Baru
kemudian pada konfrensi besar IPNU pada tanggal 14 – 16 Maret 1960 di Kaliurang Jogja, ada
kesempatan untuk mendirikan organisasi sendiri, karena departemen itu dinilai tidak efektif lagi
menampung aspirasi mahasiswa yang begitu besar. Kesepakatan itu lalu di tindak lanjuti sebulan
setelahnya pada tangal 14 – 16 April 1960 di Taman Pendidikan Siti Khadijah Surabaya.
Bertepatan dengan itu ketua PBNU KH. DR. Idham Khalid memberikan lampu hijau, bahkan
beliau sempat membakar semangat agar mahasiswa mempunyai prinsip “ Ilmu untuk di amalkan
bukan ilmu untuk ilmu “ maka lahirlah PMII pada tanggal 17 April 1960.
Dari selayang sejarah ini, kelahiran PMII diwarnai banyak pertarungan kepentingan. Konflik
tak terelakkan baik antara kau tua dan muda bahkan antara sesama kaum muda. Ini
mengidikasikan bahwa banyak interes yang kontra-produktif sehingga pihak yang merasa
dirugikan tidak menghendaki kehadiran PMII. Dalam perpektif Organsisasi, bagaimana PMII
mencapai tujuan dengan didasarkan visi kepemimpinan basis ideologi, sistem kaderisasi, format
dan stratak gerakan. Hal ini menjadi penting kemudian jika dalam proses sosial dan dinamikanya
PMII ingin terlibat dan ingin memberikan perubahan. Dari sekian momentum yang dijadikan
pijakan maka kitapun dapat menilai keberhasilan PMII dalam mewujudkan tujuannya.

a. Visi kepemimpinan
Keberadaan PMII tidak terlepas pada konteks dan proses kebangsaan (kerakyatan). Dalam
perjalanannya tren visi kepemimpinan ini juga akan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi
baik di internal organisasi maupun di eksternal organisasi. Proses kesejarahan ini juga yang akan
mematangkan visi kepemimpinan. Karena disetiap kondisi baik makro maupun mikro dari bangsa
ini mau tidak mau PMII memberikan kontribusi untuk kepentingan bersama (rakyat). Pada posisi
inilah PMII sebagai bagian dari nation-state seyogyanya menata diri guna menunjukkan peran
kesejarahan dengan mengukuhkan kembali komitmen dan keberpihakan, penegakkan demokrasi
dan penguatan masyarakat civil society yang telah dipancangkan sebelumnya. Sementara para
pemimpin bangsa belum menunjukkan kenegarawannya hingga membawa bangsa ini keluar dari
krisis. Yang juga berarti tugas PMII belumlah usai.
Dengan demikian PMII sebagai komunitas mahasiswa harus mampu memposisikan diri sebagai
perekat bagi semua komponen kebangsaan yang ada, tanpa pretensi melebihkan suatu
kelompok dengan kelompok yang lainnya upaya yang dilakukan PMII untuk merangkul semua
pihak (kelompok) di masyarakat perlu mendapatkan perhatian yang lebih bermakna. Artinya
bahwa upaya tersebut diperluas spektrum dan jangkauannya di masyarakat. Komunikasi dialogis
seluruh komponen kebngsaan inilah bentuk penghargaan yang harus kita selamatkan pada
pluralitas kebangsaan. Dan disinilah ide besar kepemimpinan PMII akan diuji.

b. Basis ideologi
PMII sebagai organisasi pergerakan perlu adanya penguatan ideologi yang menjadi ruh
gerakan, kemudian juga agar gerakan yang dilakukan lebih bermakna. Penguatan dan pencarian
terus menerus sebagaimana yang menjadi watak PMII sebagai organisasi intelektual dan massa,
harus dilakukan sepanjang masa, sesuai dengan tuntutan zaman agar ideologi yang dibangun
tidak menghalangi gerakan PMII. Karena kita ketahui bahwa ada bermacam-macam sifat dari
ideologi baik itu yang bersifat merintangi, maupun yang membantu atau mengarahkan. Ideologi
bersifat merintangi karena ide yang dijadikan pedoman telah menjadi sistem yang menjadi
perilaku dan yang mempertahnkan tatanan yang ada. Sehingga ia menjadi kekuatan yang
mengendalikan daya pikir, tata bicara, dan tata tindak. Oleh karena itu mau tidak mau ideologi itu
menjadi sumber petaka dari sebuah organisasi. Kemudian ideologi sebagai pengarah gerakan
adalah untuk memaksakan perubahan agar mengikuti perubahan tertentu dari logika ideologi.
Bayanga masa depan yang dibangun sebuah ideologi akan mengarahkan jalannya gerakan
perubahan dalam masyarakat. Walau ideologi seperti ini akan menjadi pemikiran utopis yang
tidak sesuai dengan realitas yang terjadi dan cenderung meledakkan tatanan ikatan yang ada,
namun sangat efektif membangun kesadaran bersama.
Ideologi dilihat pada sasarannya sebagai suatu cara berfikir yang menjelaskan
kepentingan dan pandangan istimewa suatu kumpulan sosial tertentu. Ideologi selalu dipengaruhi
oleh sosio-ekonomi sesuatu masyarakat. Kemudian ideologi juga timbul karena kehendak nurani
manusia untuk membentuk peraturan intelektual di dalam masyarakat. Dalam suatu ideologi akan
diwarnai oleh hasil pemikiran mereka yang melahirkannya tentang realitas masyarakat dimasa
lalu dan tentang visi dimasa yang akan datang. Pengertian dan analisa mereka tentang nilai dasar
keadilan sosial, umpamanya, tentunya amat berkaitan dengan dengan suasana dan kondisi
masyarakat yang mungkin sekali sudah amat jauh berbeda. Oleh sebab itu, pengertian dan
analisa tentang keadilan sosial tidak sesuai, lagi dan mungkin tidak bersentuhan sama sekali
dengan realita yang baru. Penegrtian masyarakat tentang nilai-nilai dasar itu yang lambat laun
menjerumuskannya menjadi tidak bermakna sama sekali. Kalau maknanya sudah hilang
masyarakat tidak akan mempedulikannya lagi, bahkan akan memandang dan meperlakukannya
secara sisnis. Sehingga diperlukan keluesan atau fleksibilitas di dalam suatu ideologi untuk
membuka jalan pada generasi muda yang nantinya akan melahirkan interprestasi-interprestasi
baru yang akan digunakan sesuai dengan zamannya.

c. Kaderisasi
Dalam perspektif kaderisasi PMII mencoba manjadikan proses ini menjadi jawaban yang
nyata terhadap tujuan yang dingikan dengan terlebih dahulu memproduksi kader-kader yang
berkualitas tentunya. Hal ini sangat penting sebelum melakukan proses distribusi dan perebutan.
Mengingat kekuatan yang akan dibangun haruslah lebih besar dengan kekuatan lain (lawan) atau
minimal sebanding sebelum melakukan pendistribusian kader dan melakukan usaha perebutan.
Kuantitas belum cukup untuk melakukan usaha tadi, oleh karena itu mutlak diperlukan upaya
terus-menerus untuk memproduksi kader seraya melakukan perbaikan kualitas kader, baik
dibidang umum maupun bidang fakultatif. Banyak kader kemudian tidak respek terhadap
persoalan yang menjadi wilayah garapan organisasi, dengan membiarkan atau bahkan keluar
dari PMII. Ini menunjukkan bahwa sistem organisasi tersebut tidak berjalan dengan maksimal
sehingga mangalami kemandekan.
Citra diri Ulul Albab yang idealkan PMII kiranya akan sirna juga seiring dengan
melemahnya manajement organisasi tersebut. Individu-individu yang membentuk komunitas
dipersatukan oleh konstruksi ideal seorang manusia. Secara ideologis PMII merumuskannya
sebagai Ulul Albab yang diartikan sebagai seseorang yang haus akan ilmu pengetahuan, tetap
taat beribadah, dan terus melakukan upaya taransformasi-taransformasi di tengah-tengah
masyarakat. Ulul Albab itu yang dalam bahasa pergerakan sebagai kader pelopor (vanguardist),
asal usulnya berasal dari khasanah bahasa politik. Yang pertama kali diperkenalkan oleh Lenin
tahun 1980-an. Kader pelopor (vanguardist) menghendaki sosok kader yang berkesadaran
historis-primordial atas relasi Tuhan-Manusia-Alam, Berjiwa optimis transendental atas
kemampuan pribadi dalam mengatasi semua persoalan kehidupan, berpikir dealektis-struktural
dalam melihat berbagai peristiwa sosial kemasyarakatan, bersikap kritis proporsional
menghadapi berbagai perbedaan dan berperan di masyarakat yang transformatif kultural.

d. Stratak gerakan PMII


Hal yang perlu diperhatikan sebelum merancang strategi taktis gerakan
adalah; pertama, mekanisme gerakan. Persoalan yang muncul setelah dirumuskannya
paradigma kritis transformatif adalah bagaimana membangun mekanisme gerakan. Mekanisme
ini lebih berkaitan dengan, bagaimana membangun pengetahuan dan kesadaran sehingga
secara mekanik gerakan PMII dapat dijalankan. Ide mekanisme yang perlu diperhatikan dalam
gerakan PMII adalah; penguatan ideologi, desentralisasi gerakan, menghargai kompetisi (konflik)
dan pemanfaatan teknologi informasi. Kedua, pola gerakan. Pola gerakan menjadi sangat
penting artinya bagi sebuah organisasi seperti PMII dalam mengembangkan kiprahnya dimasa
yang akan datang. Tanpa memiliki pola gerakan yang jelas rasanya sangat sulit bagi PMII untuk
mewujudkan cita-citanya.
Ada tiga tawaran yang bisa diadopsi oleh PMII yakni ; a). pola evolutif adalah perubahan
secara perlahan-lahan, atau merupakan tahapan proses untuk mencapai pertumbuhan,
perkembangan, dan kemajuan. Dalam perspektif berpikir evolutif, PMII pada tahap awal
dibesarkan dalam budaya tradisional, dalam perkembanganya harus menuju neo-tradisionalis
untuk mencapai tahapan yang idealitas. b). Pola akulturasi merupakan suatu strategi perubahan
sosial yang mengacu pada pengaruh suatu kebudayaan terhadap kebudayaan yang lain atau
saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan
kebudayaan tertentu. Perubahan kebudayaan dimulai dengan berhubungnya dua sistem
kebudayaan atau lebih yang masing-masing otonom. Akulturasi terjadi lewat kegiatan penyiaran
agama, migrasi, ekspansi ekonomi dll. Dalam konteks organisasi, pola akulturasi dapat dilakukan
secara intrnal dalam rangka penguatan peran organisasi. C). pola taransformasi adalah gerak
untuk mengubah dari sesuatu yang masih bersifat abstrak ke tataran perilaku empirik.
Setelah melihat mekanisme gerakan dan pola gerakan maka maka akan terlihat bagaimana
kita akan merumuskan strategi taktis gerakan untuk PMII ke depan. Kemudian kalau kita
rumuskan dan kita sistematisir kira-kira sebagai berikut. Pertama harus ada Targetan, dalam
targetan ini barometer yag digunakan adalah open, equality, emansipative, individu, group, dan
struktu sosial. Kedua harus ada Agen, yang terdiri dari kelompok strategis, (Ormas, NGO, OKP,
kelompok diskusi dll), partisipasi warga. Modal ini yang akan membangun kemandirian dengan
kesadaran yang tumbuh dari pemahaman konferensif terhadap ruh gerakan. Yang ketiga harus
ada Metode, keberhasilan suatu strategi gerakan akan dipengaruhi oleh metode yang dipakai.
Hal ini harus menjadi perhatian dalam merumukan metode apa yang akan dipakai oleh organisasi
gerakan seperti PMII. Secara umum metode yang sering dipakai oleh organisasi biasanya 1). Non
violence yang menekankan pendekatan persuasif, anti kekerasan. Metode ini juga yang
bersentuhan dengan wilayah sakral manusia. 2). Konfrontatif metode yang menekankan
pendekatan pemaksaan (kekerasan), berdiri secara berlawanan dengan penguasa merupakan
langkah yang efektif untuk melakukan perubahan sosial. 3). Kooperatif nan Kooptasi, yang
menekankan hubungan kerja sama untuk mempengaruhi pihak lain dengan prinsip win-win
solution. Metode kooperatif harus didasari oleh sikap yang mandiri, dan kedewasaan dalam
melakukan hubungan dengan pihak lain. Tanpa adanya konsep, sikap kemandirian sebuah
organisasi akan mudah dikooptasi oleh suatu kepentingan.
Salah satu kekuatan PMII yang harus dikembangkan adalah kedekatannya dengan arus
bawah/pinggiran. Investasi ini adalah modal sosial yang akan menjdai salah satu kekuatan kita
dalam melakukan perubahan.

Anda mungkin juga menyukai