ID Perbandingankenaikan Berat Badan BBLR Ya PDF
ID Perbandingankenaikan Berat Badan BBLR Ya PDF
Abstract
This research goal was to compare the weight increase of low birth weight (LBW) neonates that
was given breast feeding and formula feeding in Perinatology unit at Arifin Achmad Hospital Pekanbaru.
This was descriptive comparative research with retrospective approach. The total number of respondent
was 279 taken from medical record in 2010-2012. The instruments in this research was entry sheet that
was consist of information about nutrition and weight increase recorded during first-two weeks of
treatment. The data were analyzed by univariate and bivariate with Wilcoxon and Mann Whitney test.
Wilcoxon test showed there was weight gain in each group of feeding (P value: 0,000), further more
Mann-whitney test showed a significant differences weight gain between breast feeding and formula
feeding groups with P value (0,007) < α (0,05). This result recommended breast feeding as nursing
intervention for LBW neonates in perinatology unit.
Tabel. 3 PEMBAHASAN
Perbandingan rata-rata Berat Badan Berdasarkan penelitian yang telah
responden sebelum dan setelah diberi susu dilakukan di RSUD Arifin Achmad Provinsi
formula Riau, didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan, yaitu
Variabe Mean SD Minim P N
l al- Value 148 (53%) dan laki-laki 131 (47%).Dari hasil
Maksi observasi peneliti faktor jenis kelamin tidak
mal berpengaruh terhadap keputusan dalam
BBL 1867,13 264,477 1300- pemberian minum ASI ataupun susu formuladan
2470 0,000 167 terhadapkenaikan berat badan BBLR.
BB dua 1902,25 285,505 1275- Rata-rata usia gestasi seluruh responden
mgg 2850 baik yang diberi ASI maupun susu formula pada
setelah dua minggu pertama perawatan adalah 35,05
diberi minggu. Usia gestasi termuda adalah 28 minggu
susu dan tertua 45 minggu. Bayi dengan masa gestasi
formula
< 32 minggu belum memiliki reflek hisap dan
menelan yang baik, pematangan organ serta alat-
Tabel 2 dan 3 diatas menunjukkan bahwa baik
alat tubuh belum sempurna dibanding bayi yang
pada kelompok responden sebelum dan setelah
cukup bulan(Kosim dkk, 2010). Dalam
diberi ASI maupun kelompok responden
penelitian ini bayi dengan masa gestasi < 32
sebelum dan setelah diberi susu formula p value
minggu banyak yang dieksklusi, dikarenakan
0,000 dimana nilai p < α (0,05). Dapat
4
sebagian besar bayi masih dipuasakan dalam tubuh yang dinamis. ASI prematur ternyata
minggu pertama perawatan. Hal ini disebabkan mengandung lebih banyak sistein, taurin, dan
oleh pematangan organ tubuh yang belum lipase yang meningkatkan absorbsi lemak, asam
sempurna, sehingga sering terjadi distensi lemak tak jenuh rantai panjang, nukleotida dan
abdomen akibat dari menurunnya motilitas usus, gangliosida (Suradi dkk, 2010). ASI juga
pengosongan lambung yang lambat, reflek mengandung whey (protein utama dari susu yang
menelan dan menghisap bayi yang lemah, berbentuk cair) lebih banyak dari pada casein
defisiensi enzim laktase pada jonjot usus serta (protein utama dari susu yang berbentuk
kerja dari spingter esofagus yang belum gumpalan) sehinga ASI lebih mudah diserap
sempurna sehingga beresiko terjadinya aspirasi tubuh bayi, dan akan berpengaruh kepada
dan (Necrotizing Entero Colitis (NEC) peningkatan berat badan bayi (Baskoro, 2008).
(Maryunani, 2013).
Sebagian besar responden adalah kategori Perbandingan berat badan BBLRyang diberi
BBLR 230 (82,4%), BBLSR 48 (17,2%) dan susu formula selama dua minggu pertama
BBLASR 1 (0,4%).Hasil penelitian rata-rata perawatan
berat badan responden turun pada usia minggu Analisa penelitian didapatkan rata-rata
pertama perawatan, namun pada BBLSR dan berat badan responden sebelum diberi susu
BBLASR mengalami penurunan berat badan formula adalah 1867,13 gr, setelah diberi susu
bahkan sampai dengan usia 10 hari. BBLR akan formula selama dua minggu pertama perawatan
kehilangan berat badan pada minggu pertama diperoleh rata-rata berat badan responden
kehidupannya sebesar 10-15%. Dan akan 1902,25 gr, terdapat perbedaan nilai mean
kembali lagi pada usia10-14 hari sebesar 25-30 antara berat badan lahir dengan berat badan
gr per hari selama 3 bulan. Sedangkan pada setelah diberi susu formula selama dua minggu
BBLSR dan BBLASR akan kehilangan berat pertama perawatan sebesar 35,12 gr. Hasil uji
badan selama 7-10 hari kehidupannya sebesar statistik diperoleh p value 0,000 atau p<0,05.
10-15%, akan kembali lagi pada usia10-14 hari Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
(Vij dkk, 2009).Peneliti merasa perlu yang signifikan antara berat badan lahir dengan
mengelompokkan berat badan menjadi BBLR, berat badan setelah dua minggu pertama
BBLSR, dan BBLASR dalam menganalisa perawatan pada bayi yang diberi susu formula.
kenaikan berat badan responden. Hal ini disebabkan pada Susu formula juga
terdapat kadar protein yang tinggi dan rasio
Perbandingan berat badan BBLR yang diberi antara fraksi-fraksi proteinnya disesuaikan
ASI selama dua minggu pertama perawatan dengan rasio yang terdapat dalam ASI
Hasil penelitian diperoleh rata-rata berat (Djitowiyono, 2010). Sehingga ASI juga dapat
badan responden sebelum diberi ASI adalah meningkatkan berat badan BBLR.
1677,63 gr. Setelah diberi ASI selama dua
minggu pertama perawatan diperoleh rata-rata Perbandingan kenaikan berat badan BBLR
berat badan responden 1786,29 gr, terdapat yang diberi ASI dengan BBLR yang diberi
perbedaan nilai mean antara berat badan lahir susu formula.
dengan berat badan setelah diberi ASI selama Hasil penelitian dengan menggunakan uji
dua minggu pertama perawatan sebesar 108,66 wilcoxon diperoleh perbandingan kenaikan mean
gr. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 atau berat badan BBLR yang diberi ASI dan susu
p<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada formula 108,66 gr:35,12 gr. Hasil uji statistik
perbedaan yang signifikan antara berat badan dengan menggunakan uji mann-whitney
lahir dengan berat badan setelah dua minggu didapatkan nilai p value 0,007. Berarti pada
pertama perawatan pada bayi yang diberi ASI. alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan
Selaras dengan manfaat ASI bahwa ASI adalah antara rata-rata kenaikan berat badan responden
makanan terbaik bagi bayi baru lahir baik bayi yang diberi ASI dibanding responden yang
yang dilahirkan cukup bulan (matur) maupun diberi susu formula.
kurang bulan (prematur). ASI dari ibu yang Hasil penelitian ini selaras dengan hasil
melahirkan bayi prematur berbeda dengan ASI penelitian yang dilakukan oleh Whardani (2009)
dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan, hal pada BBLR usia 0-2 minggu yang dirawat di
ini disebabkan karena ASI merupakan cairan ruang Peristi RS Panti Wilasa Citarum semarang.
5
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui memberikan dukungan yang maksimal dalam
apakah ada perbedaan peningkatan berat badan memberikan pelayanan kepada masyarakat
pada bayi BBLR yang diberi ASI eksklusif dan terutama pada penanganan masalah BBLR, dan
susu formula khusus BBLR, pada BBLR usia 0- tersedianya standar asuhan keperawatan tentang
2 minggu. Hasil penelitian diperoleh adanya pemberian ASI untuk bayi yang di rawat di
perbedaan nilai mean yang sangat bermakna, Rumah Sakit, bagi perawat yang bertugas
yaitu 255,00 pada ASI dan 71,00 pada susu diruangan Perinatologi dengan membaca
formula. Maka dapat dinilai bahwa ASI penelitian ini diharapkan selalu memotivasi dan
bermakna secara signifikan dalam meningkatkan membantu ibu bayi dalam proses pemberian
berat badan pada BBLR. Proverawati & ASI, serta melakukan pendokumentasian jenis
Rahmawati (2010) mengemukakan bahwa ASI nutrisi (ASI atau susu formula) yang diberikan
memiliki elemen penting dalam memenuhi dengan benar dan jelas, dan bagi peneliti
kebutuhan nutrisi, karena ASI mengandung berikutnya diharapkan dapat menjadikan hasil
semua unsur yang diperlukan BBLR, seperti penelitian ini sebagai data dasar dan dapat
kolostrum yang merupakan cairan susu kental dikembangkan lebih lanjut dalam desain dan
berwarna kekuningan yang dihasilkan pada sel variabel yang berbeda.
alveoli payudara ibu sesuai untuk kapasitas
pencernaan bayi dan kemampuan ginjal bayi ¹Rosdiana Susanti Nst, Mahasiswa Program
baru lahir yang belum mampu menerima Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
makanan dalam volume besar, kaya akan gizi Indonesia
dan sangat baik bagi bayi, protein dalam ASI ²Oswati Hasanah
terdiri dari casein dan whey, namun ASI lebih Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan anak
banyak mengandung whey daripada casein Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
sehingga protein ASI mudah dicerna, lemak ASI Riau, Indonesia
merupakan penghasil kalori utama dan ³Gamya Tri Utami Dosen Bidang Keilmuan
merupakan komponen zat gizi yang sangat Keperawatan Medikal Bedah Program Studi
bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
dalam bentuk emulsi, lactosa merupakan
karbohidrat utama pada ASI, berfungsi sebagai DAFTAR PUSTAKA
sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium, Baskoro, A. (2008). Panduan praktis ibu
dan merangsang pertumbuhan lactobacillus menyusui. Yogyakarta: Banyu Media
bifidus. Djitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. (2010).
Asuhan keperawatan neonatus dan anak.
PENUTUP Yogyakarta: Nuha Medika.
Kesimpulan Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan.
Setelah dilakukan penelitian tentang Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
perbandingan kenaikan berat badan BBLR yang Universitas Indonesia
diberi ASI dan susu formula pada dua minggu Hidayat, A. (2008). Pengantar ilmu kesehatan
pertama perawatan diperoleh nilai p value 0,007 anak untuk pendidikan kebidanan.
(p value< α), maka dapat di simpulkan bahwa Jakarta: Salemba Medika
ada perbedaan yang signifikan antara kenaikan Hockenberry, M. J.,& Wilson, D. (2009).
berat badan BBLR yang diberi ASI dibanding Wong’sessential of pediatric nursing. St
BBLR yang diberi susu formula selama dua Louis Missiouri: Mosby
minggu pertama perawatan. Sehingga pemberian Kosim, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa,
ASI sangat dianjurkan dalam memenuhi G.I., Usman, A. (2010). Buku ajar
kebutuhan nutrisi bagi BBLR. neonatologi. Jakarta: IDAI
Kurniali, P., & Abikusno, N. (2007). Memilih
SARAN dan menentukan makanan terbaik untuk
Hasil penelitian ini diharapkan dapat hidup lebih sehat. Jakarta: PT Elex media
berkonstribusi dalam pengembangan ilmu komputindo
keperawatan terutama dalam pemberian asuhan Meadow, R. & Newell, S. (2005). Lecture notes
keperawatan pada BBLR, Bagi institusi pedriatika. Jakarta: Erlangga
pelayanan Rumah Sakit diharapkan dapat
6
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Proverawati, A., & Ismawati, C. (2010). Berat
badan lahir rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2010).
Kapita selekta ASI dan menyusui.
Yogyakarta: Nuha Medika
Soedjatmiko. (2009). Cara praktis membentuk
anak sehat, tumbuh kembang optimal,
kreatif, dan cerdas. Jakarta: PT Kompas
media nusantara
Supartini, Y. (2004). Konsep dasar keperawatan
anak. Jakarta: EGC
Suradi, R., Hegar, B., Partiwi, I.G., Marzuki, A.
N., Ananta, Y. (2010). Indonesia
menyusui. Jakarta: IDAI
Vij, P., Dhikav, V.,Nalgikar., Saxena, D.,
Karmakar, G., Ahluwalla, C. (2009). Post
graduate medical entrance examinations.
India: Elsevier
Whardani, K. (2009). Analisa perbandingan
peningkatan berat badan bayi BBLR
yang diberi ASI eksklusif dan susu
formula. Diperoleh tanggal 20 September
2013, dari http// keperawatan.undip.ac.id
7
8