• Wecshler (1939): Kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi searah dgn tujuan, berpikir
rasional dan mengelola lingkungan secara efektif
• Spearman (1921): aktivitas itelektual tergantung pd General and Specific Factor (GS Factors)
• Guilford (1967): structure of intellect model (SOI Model), kecerdasan memiliki 3 dimensi:
Operations (apa yg dilakukan); Contents (informasi yg ditampilkan); Product (bentuk pemrosesan
informasi).
3. Kemampuan memahami.
Kecerdasan adl potensi dasar seseorang utk berpikir, menganalisis dan mengelola tingkah
lakunya di dalam lingkungan
Ciri Kecerdasan: dapat menilai, memahami secara menyeluruh, memberi alasan dengan baik.
• Seseorang dgn IQ tinggi tapi EQ rendah, cenderung mengalami kegagalan yg lebih besar
dibanding seseorang dgn IQ rata-rata tapi EQ tinggi (Goleman, 1996)
• Perlu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan (IQ) juga harus menampilkan EQ sebak-
baiknya. SQ juga perlu dilatih untuk membangkitkan ketulusan hati terhadap profesi. Lebih baik
lg disertai AQ untuk pandai menjadikan tantangan menjadi peluang.
Idealnya dengan IQ, EQ, SQ, dan AQ anda akan sukes meniti karir, InsyaAllah..
A. Intellegence Quotient
• Kapasitas umum seseorang untuk mengerjakan sesuatu
• Keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Pali, 1993)
Average : 90 – 109
Dull Normal : 80 – 89
Borderline : 70 – 79
IQ baik dan terstandar = memiliki kemantapan pemahaman ttg potensi diri & pengembangannya
utk kegiatan2 kreatif dan produktif di kehidupan sehari-hari maupun sbg pelaku profesi
1. Intellegence Quotient
2. Emotional Quotient
3. Spiritual Quotient
4. Adversity Quotient
5. Creativity Quotient
Situasi kerja kondusif dapat dicipta melalui pemberian motivasi dan peluang kerja yg berfokus
pada kelebihan yang dimiliki masing-masing individu
B. Emotional Quotient
• Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri,
mengelola emosi dgn baik, dan berhubungan dgn orang lain (Goldman)
• Bertanggungjawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan adaptasi sosial (Seagel)
Meningkatkan EQ
1. Paham peran emosi dan memungkinkan anda merasakan perbedaan besar dlm bgm
mengendalikan emosi
2. Mengekspresikan kenyataan bahwa tdk seorangpun memiliki perasaan yg sama ttg persoalan yg
serupa
3. Mengekang emosi adh tindakan tidak sehat dan mengarahkan ke cara-cara negatif
4. Mempertajam intuisi pemecahan masalah ketika menghadapi masalah yg tdk dpt kita kontrol
6. Memungkinkan orang lain utk jadi diri sendiri, tanpa memaksakan harapan kita pada mereka
• V. S. Ramachandran and Team, Neurologics California University, menemukan titik tuhan (God
Spot) di dalam otak manusia, yg bersinar dan bergetar ketika berbicara topik spiritual dan
agama
• Tokoh paling berpengaruh sepanjang masa, pembentuk arah sejarah peradaban, hampir
semuanya adalah pemimpin/penggerak spiritual:
- Muhammad,
- Issac Newton,
- Isa (Jesus),
- Sidharta Gautama,
- Kong Hu Chu,
- St Paul
1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat: Kebenaran, keadilan, dan kebaikan
Seorang Pelaksana Profesi memahami harkat dirinya yang telah tuhan tetapkan untuk ia hidup
di dunia dan kelak akan diminta pertanggung jawaban atas perbuatan hidupnya di dunia
Ikhlas, berbuat sebaik dan sebenar mungkin, profesi sbg perwujudan ibadah bekal , yang akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan kelak
D. Creativity Quotient
• Potensi utk memunculkan penemuan baru di bidang apapun
• CQ Tinggi >> mampu merubah bentuk THREAT menjadi CHALLENGE kemudian menjadi
OPPORTUNITY.
• Daya kreativitas membangkitkan SELF CONFIDENCE dan OPTIMISME masyarakat akan masa
depan. Kreativitas bersifat rasional bukan hanya angan-angan, dapat diaplikasikan
Memunculkan Kreativitas :
Pelaksana profesi hrs mampu menghasilkan ide-ide baru dlm meningkatkan daya saing, tdk diam,
menginginkan perubahan kearah kehidupan yg lebih baik, reformatif, dan tidak statis
E. Adversity Quotient
• Adalah kecerdasan seseorang utk bertahan menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi
tantangan hidup
• Seseorang ber-AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-cita dibanding yang memiliki AQ
rendah (Stoltz) :
• Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan Zero Mind Proces; melepas belenggu mental,
maka emosi terkendali, terjadi ketenangan batin, berserah diri kepada Tuhan, kemudian
akal/logika berpikir. Maka potensi energi dan nilai spiritual muncul dan bangkit, tercipta dalam
bentuk aplikasi nyata.