Anda di halaman 1dari 14

7

MAKALAH: Manajemen Bencana


Makalah :

MANAJEMEN BENCANA

OLEH :
RIZKI INDAH SARY
J1A1 16 332
KELAS C

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 1

C. TUJUAN................................................................................................................ 2

D. MANFAAT........................................................................................................... 2

II PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN JENIS BENCANA................................................................... 3

B. TAHAPAN BENCANA....................................................................................... 3

C. DEFINISI MANAJEMEN BENCANA.............................................................. 5

D. TAHAPAN DAN KEGIATAN DALAM MANAJEMEN BENCANA............ 6

E. PRINSIP-PRINSIP PENANGGULANGAN BENCANA................................. 8

F. ASAS-ASAS DALAM PEAGGULANGAN BENCANA................................ 9

G. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN BENCANA......................... 11


III PENUTUP

A. KESIMPULAN.................................................................................................... 12

B. SARAN................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 13

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga Tugas mandiri berupa makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Dalam pembuatan makalah ini,penulisi bertujuan untuk melengkapi tugas mata
kuliah Manajemen bencana.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
berperan serta dalam pembuatan makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi materi
yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para
pembaca pada umumnya.

Kendari, 17 september 2017

Penulis
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data
yang dikeluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa untuk strategi internasional
pengurangan risiko bencana (un-isdr). Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari jumlah
manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi.
Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.

Badan nasional penanggulangan bencana (bnpb) selama januari 2013 mencatat ada 119
kejadian bencana yang terjadi di indonesia. Bnpb juga mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang
meninggal akibat kejadian tersebut. Kejadian bencana belum semua dilaporkan ke bnpb. Dari
119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan
mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan.
Untuk mengatasi bencana tersebut, bnpb telah melakukan penanggulangan bencana baik
kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap darurat
banjir dan longsor sejak akhir desember 2012 hingga sekarang, bnpb telah mendistribusikan
dana siap pakai sekitar rp 180 milyar ke berbagai daerah di indonesia yang terkena bencana.

Namun, penerapan manajemen bencana di indonesia masih terkendala berbagai


masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat masyarakat
umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan informasi spasial
kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan manajemen bencana di
indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana
sulit dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi
kebenarannya.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem manajemen
bencana di indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau
meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di peroleh berbagai macam pembahasan atau
masalah yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini. Adapun berbagai macam
pembahasan dalam makalah ini dapat di temukan berbagai titik permasalahan yang
membentuk suatu pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa yang di maksud dengan bencana dan apa saja jenis bencana?

2. Apa saja tahapan terjadinya bencana?

3. Apa yang di maksud dengan manajemen bencana?

4. Apa saja kegiatan dan tahapan manajemen bencana?

5. Apa saja prinsip-prinsip penanggulangan bencana?

6. Apa saja asas-asas dalam penanggulangan bencana?

7. Tindakan apa saja yang dapat di lakukan pada pertolongan pertama pada korban bencana?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan bencana dan apa saja jenis bencana?

2. Untuk mengetahui apa saja tahapan terjadinya bencana

3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan manajemen bencana

4. Untuk mengetahui apa saja kegiatan dan tahapan manajemen bencana

5. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip penanggulangan bencana

6. Untuk mengetahui apa saja asas-asas dalam penanggulangan bencana

7. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang dapat di lakukan pada pertolongan pertama pada korban
bencana
D. MANFAAT

1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan penulis dalam hal menajemen
bencana.

2. Pembaca dapat menerapkan upaya penanggulangan bencana, terutama untuk para


petugas kesehatan.

II. PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN JENIS BENCANA

Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyebutkan


bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh
karena itu, undang-undang nomor 24 tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi. Dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

B. TAHAPAN BENCANA

Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster, tahap serangan
atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap rekonstruksi. Dari ke-empat
tahap ini, tahap pra disaster memegang peran yang sangat strategis.

a. Tahap pra-disaster

Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai saat
sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini dipandang oleh
para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini
masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan
yang diberikan kepada petugas danmasyarakat akan sangat berdampak kepada
jumlah besarnya korban saat bencana menyerang (impact), peringatan dini dikenalkan
kepada masyarakat pada tahap pra bencana.

b. Tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)

Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase) merupakan fase
terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat dimana, manusia sekuat tenaga mencoba
ntuk bertahan hidup. Waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu
atau bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat bencana menyerang sampai serang
berhenti.

c. Tahap emergensi

Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana


yang pertama.tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong korban bencana adalah
masyarakat awam atau awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat
bencana. Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu pertama adalah : korban
dengan masalah airway dan breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah ditolong
dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam benda tumpul,
patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka bakar bila
ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada
minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karena terkait dengan
kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau personal higiene. Masalah
kesehatan dapat berupa sakit lambung (maag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat
gigitan serangga.

d. Tahap rekonstruksi

Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah,
sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap rekonstruksi ini
yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun
kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-
orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab. Dengan
melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita berharap
kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi bencana. Situasi ini
seharusnya bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun kembali
indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun, lebih cerdas hidupnya lebih
memiliki daya saing di dunia internasional.

C. DEFINISI MANAJEMEN BENCANA

Penanggulangan bencana atau yang sering didengar dengan manajemen bencana


(disaster management) adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi. Konsep manajemen bencana saat ini telah mengalami
pergeseran paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan holistik
(menyeluruh). Pada pendekatan konvensial bencana itu suatu peristiwa atau kejadian yang
tidak terelakkan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan, sehingga manajemen
bencana lebih fokus pada hal yang bersifat bantuan (relief) dan tanggap darurat (emergency
response).

Selanjutnya paradigma manajemen bencana berkembang ke arah pendekatan


pengelolaan risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, baik yang
bersifat struktural maupun non-struktural di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana, dan
upaya membangun kesiap-siagaan.

Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan paradigma manajemen
bencana tersebut, pada bulan januari tahun 2005 di kobe-jepang, diselengkarakan konferensi
pengurangan bencana dunia (world conference on disaster reduction) yang menghasilkan
beberapa substansi dasar dalam mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa,
sosial, ekonomi dan lingkungan. Substansi dasar tersebut yang selanjutnya merupakan
lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005-2015 yaitu :

1. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang
pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat.

2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem


peringatan dini

3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan membangun kesadaran kesadaran


keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkat masyarakat.

4. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana

5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar


respons yang dilakukan lebih efektif

D. TAHAPAN DAN KEGIATAN DALAM MANAJEMEN BENCANA

1. Pencegahan (prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya).
Misalnya :

 Melarang pembakaran hutan dalam perladangan

 Melarang penambangan batu di daerah yang curam

 Melarang membuang sampah sembarangan

2. Mitigasi Bencana (Mitigation)

Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan


fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana(UU 24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.

Bentuk mitigasi :

 Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan


gempa, dll.)

 Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)

3. Kesiapsiagaan (Preparedness)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui


pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU
24/2007)Misalnya:

Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana


Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana.

4. Peringatan Dini (Early Warning)

Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat


tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi.

Pemberian peringatan dini harus :

 Menjangkau masyarakat (accesible)

 Segera (immediate)

 Tegas tidak membingungkan (coherent)

 Bersifat resmi (official)

5. Tanggap Darurat (response)

Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda,
evakuasi dan pengungsian.

6. Bantuan Darurat (relief)

Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan


kebutuhan dasar berupa :

 Pangan

 Sandang

 Tempat tinggal sementara

 kesehatan, sanitasi dan air bersih

7. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang
dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih,
pasar puskesmas, dll).

8. Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.Upaya langkah yang diambil setelah
kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum
dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

9. Rekonstruksi (reconstruction)

Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau
lebih baik dari sebelumnya. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali
semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita


berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting dari
manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana
sehingga korban yang tidak kita harapan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan
upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan secepatnya.

Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis masyarakat dan


pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan
bencana, penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang
berbentuk peraturan nagari dan peraturan daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah
pentingnya dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama pada
daerah rawan bencana.

E. PRINSIP-PRINSIP PENANGGULANGAN BENCANA

Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana berdasarkan pasal 3 uu no. 24 tahun


2007, yaitu:

1. Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan
tuntutan keadaan.

2. Prioritas. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi
bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada
kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

3. Koordinasi dan keterpaduan. Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa
penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung.
Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa penanggulangan bencana
dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik
dan saling mendukung.

4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah
bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,
tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah
bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang
berlebihan.

5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah


bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum.

6.

Anda mungkin juga menyukai