Anda di halaman 1dari 8

Praktikum Kimia Organik Dasar

Uji Kualitatif Fitokimia


Nurul Hafiza*, Abi Sarwan Zharif, Khoiriyah, Marcshelius Jonathan, Yulia Eta
Putri, Nia Dahlia Program
Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknik
Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Email : nurulhafiza2800@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan uji kualitatif fitokimia mengetahui ada tidaknya
komponen bioaktif pada sampel yang akan diuji. Hal ini berdasarkan komposisi
kandungan yang dimiliki oleh tumbuhan yang akan dianalisis. Analisis ini bersifat
kualitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu
dengan metode fitokimia dapat diketahui secara kualitatif kandungan kimia dalam
jenis tumbuhan. Sampel yang akan diuji pada percobaan ini adalah daun nangka.
Uji yang dilakukan adalah uji alkaloid, uji steroid atau triterpenoid, uji saponin
dan uji fenol hidrokuinon. Adapun hasil hasil dari percobaan ini yaitu pada uji
alkaloid, sampel negatif/tidak mengandung alkaloid. Pada uji steroid/triterpenoid,
larutan berubah warna menjadi hijau menandakan sampel positif mengandung
steroid/triterpenoid. Pada uji saponin, adanya busa menandakan lsampel positif
mengandung saponin. Pada uji fenol hidrokuinon, larutan berubah warna menjadi
hijau kehitaman menandakan sampel positif mengandung fenol hidrokuinon.
Kata Kunci : alkaloid, daun nangka, fitokimia, fenol hidrokuinon, saponin,
steroid

I. Hasil dan Pembahasan


Tabel uji kualitatif fitokimia Ada busa
dipermuk
Hasil Hasil Saponin Ada busa aan Positif
Uji Kesimpu larutan
menurut yang
fitokimia lan sampel
pustaka diperoleh
Terjadi
Ada Tidak perubaha
endapan ada n warna
Alkaloid Negatif
berwarna endapan menjadi Larutan
putih berwarna hijau menjadi
Fenol pekat,
hidrokui berwarna
Terjadi hijau- Positif
non hijau
perubaha kebiruan
Larutan kehitama
Steroid/ n warna atau
menjadi n
triterpen menjadi Positif hitam
oid berwarna
hijau yang
hijau
pada kuat
larutan,

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia


Praktikum Kimia Organik Dasar

Percobaan ini dilakukan dengan alkaloid alami dan turunannya telah


tujuan untuk mengetahui ada tidaknya dikembangkan sebagai obat untuk
komponen bioaktif yang terkandung mengobati berbagai macam penyakit
dalam daun nangka yang dilakukan seperti morfin, reserpin dan taxol
dengan uji kualitatif fitokimia. (Sarker dan Nahar, 2009).
Obat tradisional adalah bahan Alkaloid bersifat basa dan
atau ramuan bahan yang berupa membentuk garam dengan asam-
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan asam mineral. Tingkat kebasaan
mineral, sediaan gelenik atau alkaloid sangat bervariari tergantung
campuran dari bahan-bahan tersebut, pada struktur molekul dan keberadaan
yang secara tradisional telah gugus fungsional. Kebanyakan
digunakan untuk pengobatan alkaloid adalah padat kristalin dan
berdasarkan pengalaman. Salah satu berasa pahit (Sarker dan Nahar,
tanaman yang bias dimanfaatkan 2009).
untuk pengobatan yaitu daun nangka
yang memiliki kandungan flafanoid,
saponin, tannin yang berfungsi
sebagai anti mikroba (Yusriana,
Chrisnawan dan Trisna, 2014).
Gambar 1.
1.1. Uji alkaloid Struktur alkaloid
Alkaloid merupakan Adanya senyawa alkaloid
sekelompok metabolit sekunder alami ditandai dengan terbentuknya
yang mengandung nitrogen yang aktif endapan berwarna putih pada larutan
secara farmakologis Yng berasal dari uji setelah direaksikan atau
tanaman, mikroba atau hewan. Dalam ditambahkan dengan reagen (pereaksi
kebanyakan alkaloid, atom nitrogen wagner, pereaksi meyer dan pereaksi
merupakan bagian dari cinci. dragendof). Senyawa ini merupakan
Alkaloid secara biosintesis segolongan senyawa organic
diturunkan dari asam amino. Nama bernitrogen yang berasal dari
alkaloid berasal dari “alkalin” yang tumbuhan dan memiliki berbagai sifat
berarti basa yang larut air. Sejumlah farmakologi. Alkaloid meliputi

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia


Praktikum Kimia Organik Dasar

morfin, kokain, atropine, kikine dan penambahan pereaksi meyer dan


kafein. Senyawa ini kebanyakan pereaksi wagner akan membentuk
digunakan dalam obat-obatan sebagai endapan berwarna putih. Setelah
analgesic atau anastetik (Radam dan diamati larutan sampel tidak
Erni, 2016). membentuk endapan berwarna, hal
Pada uji alkaloid, sampel ini menunjukan bahwa sampel negatif
(serbuk daun nangka) yang telah alkanoid/tidak mengandung alkaloid.
diberi perlakuan penyimpanan suhu
ruang gelap, terang dan dingin
dimasukan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 0,5 g. Lalu sampel
dilarutkan ke dalam asam sulfat
encer. Penambahan asam sulfat
Gambar 2.
dilakukan secara kualitatif. Fungsi Hasil akhir uji alkaloid

penambahan asam sulfat adalah untuk


mengikat kembali alkaloid menjadi 1.2. Uji steroid/ triterpenoid
garam alkaloid agar dapat bereaksi Triterpenoid adalah senyawa
dengan pereaksi-pereaksi logam berat yang kerangka karbonnya berasal dari
yaitu spesifik untuk alkaloid yang enam satuan isoprene dan secara
menghasilkan kompleks garam biosintesis diturunkan dari
anorganik yang tidak larut sehingga hidrokarbon C30 asiklik yaitu
terpisah dengan metabolik skualena. Triterpenoid dapat
sekundernya. Setelah itu sampel yang digolongkan menjadi triterpena
telah dilarutkan diberi pereaksi meyer sebenarnya, steroid, saponin dan
sebanyak 3 tetes. Kemudian diberi glikosida jantung (Harborne, 1987).
pereaksi wagner sebanyak 3 tetes. Steroid adalah terpenoid yang
Tujuan penambahan pereaksi meyer kerangka dasarnya terbentuk dari
dan pereaksi wagner adalah untuk sistem cincin siklopentana
mengamati ada tidaknya endapan prehidrofenantrena. Steroid
berwarna yang terbentuk. Jika sampel merupakan golongan senyawa
mengandung alkaloid, maka dengan metabolik sekunder yang banyak

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia


Praktikum Kimia Organik Dasar

dimanfaatkan sebagai obat. Hormon Pada uji steroid/ triterpenoid,


steroid pada umumnya diperoleh dari sampel (serbuk daun nangka) yang
senyawa-senyawa steroid alam telah diberi perlakuan penyimpanan
terutama dalam tumbuhan (Djamal, suhu ruang gelap, terang dan dingin
1988). dimasukan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 0,5 g. Lalu sampel
dilarutkan ke dalam kloroform.
Penambahan kloroform dilakukan
secara kualitatif. Alasan penggunaan
kloroform adalah karena golongan
senyawa ini paling larut baik didalam
pelarut ini dan yang paling prinsipil
Gambar 3. Struktur
dasar triterpen adalah tidak mengandung molekul
air. Penambahan kloroform
digunakan untuk mengekstraksi
terpenoid dalam sampel dan
memisahkannya dari pengotor.
Setelah itu ditambahkan 10 tetes
anhidrida asetat dan 3 tetes asam sulfat
Gambar 4. Struktur
dasar steroid pekat. Fungsi penambahan anhidrida
Adanya Steroid pada pengujian asetat adalah untuk membentuk
ini ditandai terjadinya perubahan adanya turunan asetil di dalam
warna menjadi warna hijau pada kloroform. Selanjutnya yaitu
larutan, steroid merupakan golongan penambahan asam sulfat pekat yang
lipid yang diturunkan dari senyawa berfungsi untuk membentuk
jenuh yang dinamakan kompleks warna yang menunjukan
siklopentanaperhidrofenantrena, adanya kandungan steroid. Adanya
yang memiliki inti dengan 4 cincin. kandungan steroid ditandai dengan
Beberapa turunan steroid yang terjadinya perubahan warna larutan
penting adalah alkohol steroid/sterol menjadi hijau. Setelah diamati warna
(Radam dan Erni, 2016). larutan pada sampel menjadi hijau

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia


Praktikum Kimia Organik Dasar

menunjukan sampel positif menghomolisis sel darah merah. Dari


mengandung steroid. segi pemanfaatan, saponin sangat
ekonomis sebagai bahan baku
pembuatan hormon steroid, tetapi
saponin kadang-kadang dapat
menyebabkan keracunan pada ternak
(Robinson, 1991).
Saponin diberi nama demikian
Gambar 5.
Hasil akhir uji steroid/triterpenoid karena sifatnya menyerupai sabun
“Sapo” berarti sabun. Saponin adalah
1.3. Uji saponin senyawa aktif permukaan yang kuat
Saponin adalah jenis glikosida dan menimbulkan busa bila dikocok
yang banyak ditemukan dalam dengan air. Beberapa saponin bekerja
tumbuhan. Saponin memiliki sebagai antimikroba. Dikenal juga
karakteristik berupa buah, sehingga jenis saponin yaitu glikosida
ketika direksikan dengan air dan
triterpenoid dan glikosida struktur
dikocok maka akan terbentuk buih steroid tertentu yang mempunyai
yang dapat bertahan lama. Saponin rantai spirotekal. Kedua saponin ini
diklasifikasikan menjadi dua yaitu larut dalam air dan etanol, tetapi tidak
saponin steroid dan saponin larut dalam eter. Aglikonya disebut
triterpenoid. Saponin steroid sapogenin, diperoleh dengan
dihidrolisis dapat menghasilkan suatu hidrolisis dalam suasana asam atau
aglikon (Fessenden & Fessenden, hidrolisis memakai enzim
1986) (Robinson,1995).
Saponin adalah glikosida
triterpen dan sterol. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan
dan bersifat seperti sabun, serta dapat
dideteksi berdasarkan
kemampuannya membentuk busa Gambar 6.
Struktur saponin
yang stabil dalam air dan

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia


Praktikum Kimia Organik Dasar

Pada uji saponin sampel 1.4. Uji fenol hidrokuinon


(serbuk daun nangka) yang telah Fenol meliputi berbagai
diberi perlakuan penyimpanan suhu senyawa yang berasal dari tumbuhan
ruang gelap, terang dan dingin dan mempunyai ciri-ciri yang sama
dimasukan ke dalam tabung reaksi yaitu cincin aromatik yang
sebanyak 0,5 g. Lalu sampel dari mengandung satu atau dua gugus
masing-masing perlakuan dilarutkan hidroksil. Kuinon adalah senyawa
dengan asam klorida. Penambahan berwarna dan mempunyai kromofor
asam klorida dilakukan secara dasar, yaitu kromofor pada
kualitatif. Fungsi penambahan asam benzokuinon, yang terdiri atas dua
klorida adalah untuk menghidrolisis gugus karbonil yang berkonjugasi
saponin yang terkandung dalam dengan dua ikatan rangkap karbon-
sampel. Lalu larutan sampel karbon (Harborne, 1987).
dipanaskan dalam penangas air. Hidrokuinon merupakan salah
Setelah 25 menit terlihat adanya satu senyawa golongan Fenol. Fenol
gelembung/busa dipermukaan larutan merupakan senyawa yang mudah
sampel menunjukan sampel positif dioksidasi. Fenol yang dibiarkan di
mengandung saponin. Busa yang udara terbuka cepat berubah warna
dihasilkan saponin tidak akan karena pembentukan hasil-hasil
terpengaruh oleh asam sehingga oksidasi. Hidrokuinon (1,4-
setelah penambahan HCl tetap stabil dihidroksibenzena), reaksinya mudah
dan busa tidak akan hilang. dikendalikan dan menghasilkan 1,4-
benzokuinon sering dinamakan
kuinon ( Hart, 1983).

Gambar 7.
Hasil akhir uji saponin Gambar 8.
Struktur hidrokuinon

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia


Praktikum Kimia Organik Dasar

Hasil positif adanya senyawa fenol hidrokuinon ditunjukan dengan


terbentuknya warna warna hijau pekat, hijau-kebiruan atau hitam yang kuat
(Harborne, 1987).
Pada uji fenol hidrokuinon sampel (serbuk daun nangka) yang telah diberi
perlakuan penyimpanan suhu ruang gelap, terang dan dingin dimasukan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 0,5 g. Lalu sampel dari masing-masing perlakuan diekstrak
dengan penambahan etanol secara kualitatif kemudian didiamkan selama 30 menit.
Fungsi penambahan etanol adalah untuk mempercepat laju reaksi pengekstrakan
sampel. Setelah itu diambil hasil eksraksi dan ditambahkan 2 tetes FeCl3. Tujuan
penambahan FeCl3 adalah untuk mendeteksi adanya kandungan fenol pada sampel
dengan membentuk kompleks warna hijau gelap apabila sampel mengandung fenol
hidrokuinon. Setelah diamati warna larutan menjadi hijau kehitaman yang
menunjukan sampel positif mengandung fenol hidrokuinon.

Gambar 9.
Hasil akhir percobaan uji fenol hidrokuinon

SIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan


bahwa:

 Uji kualitatif fitokimia bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa


metabolit sekunder yang terdapat dalam sampel. Hasil uji fitokimia didapatkan
bahwa daun nangka positif mengandung steroid, saponin, fenol hidrokuinon
dan negatif alkaloid.

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia


Praktikum Kimia Organik Dasar

 Adanya kandungan alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna


putih pada larutan uji. Adanya kandungan steroid ditandai dengan terjadinya
perubahan warna menjadi warna hijau pada larutan. Adanya kandungan saponin
ditandai dengan adanya busa yang terbentuk. Adanya kandungan fenol
hidrokuinon ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi hijau
kehitaman pada larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Djamal, R. 1988. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian,


Universitas Negeri Andalas.
Fessenden, J.R dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Menganalisis Tumbuhan.
ITB press, Bandung.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.
Radam, Rosidah R dan Erni Purnamasari. 2016. Uji Fitokimia Senyawa Kimia
Aktif Akar Nipah (Nyfa Fruticans WURMB) sebagai Tumbuhan Obat Di
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis. Vol 4 (1). ISSN : 2337-7771.
Robinson, T. 1991. The Organic Constituen of Higher Plants Department of
Biochemistry, University of Massachusetts.
Robinson , T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, Edisi 6. ITB,
Bogor.
Sarker, Satyajit D dan Nahar, L. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Yusriana, Chinthia, Chrisnawan Setya B dan Trisna Dewi. 2004. Uji Daya Hambat
Infusa Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Permata Indonesia. Vol 5 (2).

Nurul Hafiza│D1121171012 Uji Kualitatif Fitokimia

Anda mungkin juga menyukai