Anda di halaman 1dari 2

Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan

sikap. Sebagai produk, IPA merupakan hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan atau
penelitian yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori ataupun model. Sebagai
suatu proses, IPA merupakan proses untuk menemukan, mengembangkan dan menguji informasi
ilmiah yang telah diperoleh. IPA sebagai sikap diartikan sebagai proses penemuan, pengamatan,
pengukuran dan penyelidikan ilmiah yang dilakukan memerlukan proses mental dan sikap yang
berasal dari suatu pemikiran ilmiah (Dewi, dkk, 2016). IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
terdiri dari beberapa cabang ilmu diantaranya Fisika, Kimia, Biologi yang menyatu dalam mata
pelajaran IPA terpadu.

Fisika merupakan cabang dari IPA yang berkaitan dengan produk dan proses. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau dalam lingkup ruang dan waktu. Oleh karena itu
proses pembelajaran fisika mestinya menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada
peserta didik sehingga peserta didik memperoleh pemahaman mendalam tentang alam sekitar dan
prospek pengembangan lebih lanjut dapat menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari (Ariani,
dkk, 2015). Masalah utama yang masih banyak ditemui di sekolah-sekolah adalah rendahnya hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA khusunya fisika. Hakikat pembelajaran yang
sesungguhnya dimana seharusnya menekankan pada belajar peserta didik, dan bukan pada
mengajarnya guru. Selain itu, guru dituntut memiliki kemampuan dalam menyusun strategi dan
metode mengajar agar proses pembelajaran berjalan optimal. Oleh karena itu pemilihan model
pembelajaran dalam pelajaran IPA khusunya fisika haruslah menitikberatkan peserta didik sebagai
subjek belajar yang tidak hanya menerima (pasif) ketika belajar di dalam kelas, namun peserta
didik harus aktif, sering latihan soal, berdiskusi, dan tanya jawab, memiliki pengalaman keinginan,
dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab hasil belajar fisika peserta didik rendah karena
kurangnya minat belajar peserta didik dalam proses pembelajaran, peserta didik masih pasif dalam
kegiatan pembelajaran dikelas karena motivasi belajar rendah sehingga peserta didik kurang
terlatih untuk menemukan sendiri konsep-konsep dalam suatu topik pembelajaran. Pembelajaran
fisika yang dilakukan oleh guru menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction),
sehingga peran guru yang seharusnya sebagai fasilitator dan pembimbing bagi peserta didik yang
kesulitan menemukan pengetahuannya belum terlaksana dengan baik.
Salah satu model yang disarankan didalam kurikulum 2013 adalah model problem based
learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang mendorong
peserta didik untuk belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah didunia nyata. Model ini dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif untuk
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Osman dan Kaur (dalam Hastuti, dkk,
2016) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah suatu pendekatan yang
berfokus pada peserta didik memecahkan masalah melalui kelompok kolaboratif. Penggunaan
model Problem Based Learning (PBL) akan semakin maksimal jika dikolaborasikan dengan
penggunaan media pembelajaran baik berupa media sederhana maupun berbasis teknologi.

Anda mungkin juga menyukai