Anda di halaman 1dari 7

Layanan Kebidanan

Adanya Program ANC Terpadu Guna Menurunkan Angka HIV & AIDS di Indonesia
Liya Lutfiana
STIKes Surya Mitra Husada
Liyalutfiana95@gmail.com

Abstrac
HIV dan AIDS merupakan salah satu penyakit yang menempati posisi teratas di Negara
Indonesia. Penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Adapun obatnya hanya
untuk mengurangi gejala-gejala yang timbul serta mengobati penyakit peserta lainnya pada
penderita HIV & AIDS. Dengan berbagai macam cara penularannya, yakni salah satunya adalah
penularan melalui ibu kepada bayinya. Sehingga pemerintah membuat suatu program guna
mencegah HIV & AIDS dalam lingkup KIA yaitu program ANC TERPADU. Dimana salah satu
item ANC TERPADU adalah mengharuskan setiap ibu hamil untuk Tes Laboratorium (Tes
HIV). Dengan adanya program ini, diharapkan dapat menurunkan tingginya angka Infeksi HIV &
AIDS di Indonesia. Terkait program ANC terpadu ini peran bidan sangatlah penting. Tidak
sedikit ibu hamil yang bersedia memeriksakan kesehatannya terutama tes HIV. Berikan
pelayanan yang berkualitas, berlaku baik kepada pasien sehingga pasien bersedia memeriksakan
kehamilannya secara kooperatif.

Kata kunci: ANC Terpadu, HIV, Bidan

1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian agar memenuhi standar tertentu agar
Integral dari pembangunan nasional. Tujuan aman dan efektif. Sebagai tindak lanjut
pembangunan bidang kesehatan mengembangkan standar pelayanan
internasional dapat terlihat pada tujuan kebidanan, standar ini diperlukan bagi
Sustainable Development Goals (SDGs) semua pelaksana kebidanan sebagai
yang harus dicapai pada tahun 2030 yang
acuan pelayanan di tingkat masyarakat
disusus dalam tujuh belas indikator. Tujuan
SDGs adalah untuk menurunkan kematian yang meliputi pelayanan umum,
ibu, menurunkan kematian anak, pelayanan antenatal, pertolongan
mengendalikan TBC, malaria, dan persalinan, pelayanan nifas dan
HIV/AIDS, mewujudkan kesetaraan gender, kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
menjaga kelestarian lingkungan dan lahir (Kepmenkes RI, 2006).
menjaga akses terhadap air bersih, Salah satu permasalah adalah kepuasan
melaksanakan kemitraan global termasuk ibu hamil dengan kualitas pelayanan
menjamin akses terhadap obat esensial terhadap pelayanan antenatal, karena
(DepKes RI, 2010). kunjungan ANC yang tidak rutin akan
Pada pertemuan World Health menyebabkan terjadinya bahaya pada
organizition (WHO) dan pengelola ibu hamil seperti perdarahan, karena
program safe motherhood dari negara- tidak terdeteksinya tanda bahaya
negara di wilayah Asia Tenggara pada kehamilan akibat kurangnya ANC,
tahun 2010, disepakati bahwa pelayanan sehingga informasi dan tanda-tanda
kebidanan yang diberikan kepada setiap bahaya kurangdiharapkan dapat lebih
ibu yang memerlukan perlu diupayakan
meningkatkan motivasi dan kunjungan “10T” yaitu mengukur tinggi badan dan
ibu hamil serta kepuasan ANC terpadu menimbang berat badan, mengukur
secara teratur dan rutin. (Gadysa dan tekanan darah, mengukur tinggi fundus
Delbaina, 2009). uteri, pemberian imunisasi TT (Tetanus
Berdasarkan kunjungan ibu hamil dapat Teksoid) lengkap, pemberian tablet
dilihat dari kunjangan K1 dan target K1 selama kehamilan minimal 90 tablet
Nasional adalah 74% dan target K4 selama kehamilan. Tes terhadap
Nasional adalah 64% (Depkes, RI, penyakit menular seksual, dan temu
2013). Pemerintah menetapkan, bahwa wicara, dalam rangka persiapan rujukan.
pelayanan yang baik memenuhi asuhan (Depkes, RI 2010).
standar pelayanan ANC terpadu minimal

2. Kasus/Masalah
Ibu atau bayi dengan HIV/AIDS berpeluang masa depan. Diperkirakan sebanyak 8.604
besar untuk menyumbang angka kematian bayi dengan HIV lahir setiap tahun. Potensi
ibu maupun bayi yang sangat menentukan kehilangan biaya yang diperlukan untuk
derajat kesehatan masyarakat di suatu mengobati dan merawat bayi-bayi dengan
negara. Meski penelitian pada 2003-2010 di HIV tersebut sekitar Rp42 miliar setiap
8 provinsi Indonesia menunjukkan bahwa tahunnya. Biaya ini digunakan untuk obat
prevalensi atau angka HIV/AIDS pada ibu antiretroviral (ARV) yang harus dikonsumsi
hamil tergolong rendah, ini tidak membuat oleh bayi dengan HIV tersebut seumur
HIV/AIDS pada ibu hamil menjadi masalah hidupnya. Kemungkinan untuk menjadi
kecil. Sebaliknya hasil penelitian yatim piatu juga sangat besar dialami oleh
memproyeksikan beban sosial dan ekonomi anak yang lahir dari ibu dengan HIV/AIDS.
yang cukup besar dari masalah tersebut di
Pelayanan antenatal terpadu adalah
3. Tinjauan Pustaka perawatan yang ditujukan kepada ibu
Pelayanan ANC terpadu merupakan hamil, yang bukan saja ibu sakit dan
pelayanan yag sangat penting, pelayanan memerlukan perawatan, tetapi juga
ini diberikan ibu selama kehamilan agar pengawasan dan penjaga wanita hamil
kehamilannya sehat sampai melahirkn agar tidak terjadi kelainan sehingga
bayinya sehat pula sehingga pada mendapatkan ibu dan anak yang sehat
akhirnya dapat menurunkan angka (Mochtar, 2005). Pelayanan
kematian ibu dan bayi. Pelayanan antenatalterpadu ialah untuk mencegah
kesehatan disebut bermutu apabila adanya komplikasi obstetri bila mungkin
pelayanan kesehatan yang diberikan dan memastikan bahwa komplikasi
dapat memberikan kepuasan setiap dideteksi sedini mungkin (Saifuddin,
pemakai jasa pelayanan kesehatan serta dkk 2005).
penyelenggaraan sesuai dengan standar Menurut (Ferrer, 2005) perawatan
pelayanan profesi dan kode etik yang antenatalterpadu mencakup:
telah ditetapkan yaitu sesuai dengan pengawasan kehamilan untuk melihat
standar pelayanan (Wiyono, 2007). apakah segalanya berlangsung normal,
untuk mendeteksi dan mengatasi setiap
1) Pelayanan (ANC)Terpadu kelainan yang timbul juga antisipasinya,
penyuluhan atau pendidikan mengenai
a. Pengertian kehamilan dan bagaimana cara-cara
mengatasi gejalanya mengenai gaya
hidupnya; persiapan, baik fisik maupun Standar pemeriksaan dan
psikologis untuk persalinan nantinya, pemantauan antenatal terpadu adalah
dukungan dan dorongan mental jika standar pelayanan kehamilan yang
terdapat masalah-masalah sosial atau bertujuan memantau kemajuan
psikologis dalam kehamilan. kehamilan untuk memastikan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kesehatan umum dan tumbuh
bahwa pelayanan antenatal terpadu kembang janin, mengenali secara
adalah perawatan kepada ibu hamil dini adanya ketidaknormalan atau
untuk mengawasi dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi
adanya komplikasi obtetri sehingga selama kehamilan, deteksi resiko
mendapatkan ibu dan anaknya sehat. tinggi, (anemia, kurang gizi,
b. Tujuan pelayanan antenatalterpadu hipertensi, penyakit menular
Tujuan pelayanan antenatal seksual), memberikan pendidikan
terpaduadalah pengawasan kesehatan serta mempersiapkan
kehamilan untuk mendapatkan hal persalinan cukup bulan, melahirkan
sebagai berikut: menegakan secara dengan selamat, ibu maupun bayinya
dini penyakit yang mengenai dengan trauma seminimal mungkin
kehamilan, menegakan secara dini (Depkes RI, 2010).
komplikasi kehamilan, menyiapkan Menurut Pedoman Pelayanan
persalinan menuju wellborn baby Antenatal Terpadu (2010), standar
dan well health mother, pelayanan antenata lterpadu ada
mempersiapkan memelihara bayi sepuluh standar pelayanan yang
(Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin harus dilakukan oleh bidan atau
Obstetri Ginekologi dan KB, 2004), tenaga kesehatan yang dikenal
mempromosikan dan menjaga dengan “10T”, yaitu:
kesehatan fisik dan mental ibu dan 1. Timbang berat badan
bayi dengan memberikan pendidikan Penimbangan berat badan pada
gizi, kebersihan diri dan proses setiap kali kunjungan antenatal
kelahiran bayi dan membantu dilakukan untuk mendeteksi adanya
menyampaikan ibu untuk menyusui gangguan pertumbuhan
dengan sukses, menjalankan janin.Penambahan berat badan yang
puerperinium normal, dan merawat kurang dari 9 kilogram selama
anak secara fisik, psikologis dan kehamilan atau kurang dari 1
sosial (Mufdlilah, 2009). kilogram setiap bulannya
Pemberi perawatan antenatal terpadu menunjukkan adanya gangguan
dapat seseorang dokter umum atau pertumbuhan janin.
ahli kandungan, yang bekerja dengan 2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
perawat dan bidan. Perawatan Pengukuran LiLA hanya dilakukan
antenatal dapat diberikan diruang pada kontak pertama untuk skrining
praktek dokter, klinik di rumah sakit, ibu hamil berisiko kurang energi
atau klinik bidan swasta. Ibu hamil kronis (KEK). Kurang energikronis
harus diberikan kesempatan untuk disini maksudnya ibu hamil yang
memelih fasilitas yang disukainya mengalami kekurangan gizi dan telah
(Liewellyn, 2002). berlangsung lama (beberapa
c. Pelayanan/asuhan standar “10T” bulan/tahun) dimana LiLA kurang
dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK
akan dapat melahirkan bayi berat kontak pertama, ibu hamil diskrining
lahir rendah (BBLR). status imunisasi TT-nya. Pemberian
3. Ukur tekanan darah. imunisasi TT padaibu hamil,
Pengukuran tekanan darah pada disesuaikan dengan status imunisasi
setiap kali kunjungan antenatal ibu saat ini.
dilakukan untuk mendeteksi adanya 8. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
hipertensi (tekanan darah140/90 Untuk mencegah anemia gizi besi,
mmHg) pada kehamilan dan setiap ibu hamil harus mendapat
preeklampsia (hipertensi disertai tablet zat besi minimal minum 90
edema wajah dan atau tungkai tablet selama kehamilan diberikan
bawah; dan atau proteinuria). sejak kontak pertama.
4. Ukur tinggi fundus uteri 9. Periksa laboratorium (rutin dan
Pengukuran tinggi fundus pada khusus)
setiap kali kunjungan antenatal Pemeriksaan laboratorium dilakukan
dilakukan untuk mendeteksi pada saat antenatal meliputi:
pertumbuhan janin sesuai atau tidak a. Pemeriksaan golongan darah
dengan umur kehamilan. Jika tinggi Pemeriksaan golongan darah
fundus tidak sesuai denganumur pada ibu hamil tidak hanya
kehamilan, kemungkinan ada untuk mengetahui jenis
gangguan pertumbuhan janin.Standar golongan darah ibu
pengukuran menggunakan pita melainkan juga untuk
pengukur setelah kehamilan 24 mempersiapkan calon
minggu. pendonor darah yang
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ) sewaktu-waktu diperlukan
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir apabila terjadi situasi
trimester I dan selanjutnya setiapkali kegawatdaruratan.
kunjungan antenatal. DJJ lambat b. Pemeriksaan kadar
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat hemoglobin darah (Hb)
lebih dari 160/menit menunjukkan Pemeriksaan kadar
adanya gawat janin. hemoglobin darah ibu hamil
6. Tentukan presentasi janin dilakukan minimal sekali
Menentukan presentasi janin pada trimester pertama dan
dilakukan pada akhir trimester II dan sekali pada trimester ketiga.
selanjutnya setiap kali kunjungan Pemeriksaan ini ditujukan
antenatal. Pemeriksaan ini untuk mengetahui ibu hamil
dimaksudkan untuk mengetahui letak tersebut menderita anemia
janin. Jika, pada trimester III bagian atau tidak selama
bawah janin bukan kepala, atau kehamilannya karena kondisi
kepala janin belum masuk ke anemia dapat mempengaruhi
panggul berarti ada kelainan letak, proses tumbuh kembang
panggul sempit atau ada masalah janin dalam kandungan.
lain. c. Pemeriksaan protein dalam
7. Beri imunisasi tetanus toksoid (TT) urine
Untuk mencegah terjadinya tetanus Pemeriksaan protein dalam
neonatorum, ibu hamil harus urine pada ibu hamil
mendapat imunisasi TT. Pada saat dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas menetapkan sendiri
indikasi. Pemeriksaan keputusannya untuk
iniditujukan untuk menjalani tes HIV.
mengetahui adanya 10. Tatalaksana/penanganan Kasus
proteinuria pada ibu hamil. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Proteinuria merupakan salah antenatal diatas dan
satu indikator terjadinya hasilpemeriksaan laboratorium,setiap
preeklampsia pada ibu hamil. kelainan yang ditemukan pada ibu
d. Pemeriksaan kadar gula hamil harus ditangani sesuai dengan
darah standar dan kewenangantenaga
e. Ibu hamil yang dicurigai kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
menderita diabetes melitus dapat ditangani dirujuksesuai dengan
harus dilakukan pemeriksaan sistem rujukan.
gula darah selama Kebijakan program dalam kunjungan
kehamilannya minimal sekali antenatal sebaiknya dilakukan paling
pada trimester pertama, sekali sedikit empat kali selama kehamilan,
pada trimester kedua, dan yaitu:satu kali pada triwulan
sekali pada trimester ketiga pertama, satu kali dalam triwulan
(terutama pada akhir kedua dalam triwulan ketiga
trimester ketiga). (Saifuddin dkk, 2005).
f. Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah 4. Pembahasan
endemis malaria dilakukan Seperti diketahui bahwa infeksi HIV
pemeriksaan darah malaria merupakan penyakit kronis yang dapat
dalam rangka skrining pada dikendalikan dengan pemberian obat
kontak pertama. Ibu hamil di ARV seumur hidup. Oleh karena itu
daerah non endemis malaria diperlukan layanan yang mudah
dilakukan pemeriksaan darah dijangkau untuk mejaga
malaria apabila ada indikasi. ketersinambungan perawatan dan
g. Pemeriksaan tes sifilis pengobatan pasien. Layanan ini pada
Pemeriksaan tes sifilis awalnya hanya tersedia di rumah sakit
dilakukan di daerah dengan rujukan ARV saja. Ketersediaan layanan
risiko tinggidan ibu hamil perlu diperluas hingga ke tingkat
yang diduga sifilis. puskesmas atau puskesmas pembantu,
Pemeriksaaan sifilis bahkan polindes/poskesdes terutama
sebaiknya dilakukan sedini untuk daerah dengan beban HIV yang
mungkin pada kehamilan. besar seperti Papua dan Papua Barat serta
h. Pemeriksaan HIV daerah dengan geografi sulit dan
Pemeriksaan HIV terutama memiliki sumber daya terbatas (daerah
untuk daerah dengan risiko tertinggal, perbatasan dan kepulauan/
tinggikasus HIV dan ibu DTPK).
hamil yang dicurigai Dalam upaya memperluas akses layanan
menderita HIV. Ibu bagi ODHA, Kementerian Kesehatan
hamilsetelah menjalani menerapkan sistim Layanan
konseling kemudian diberi Komprehensif Berkesinambungan (LKB).
kesempatan untuk LKB merupakan suatu model layanan
terpadu yang melibatkan semua unsur pemerintah untuk meningkatkan
layanan baik dari sektor kesehatan efektifitas penanganan HIV dan AIDS
primer, sekunder hingga tersier dan termasuk pelibatan pemerintah daerah
layanan dari sektor lain yang terkait yang lebih besar.
dengan kebutuhan ODHA, termasuk Terkait dengan program ARV, intregasi
keterlibatan dari komunitas. LKB yang lebih tinggi terjadi pada tingkat
bertujuan untuk mendekatkan dan layanan seperti di Puskesmas, dan Dinas
memperkuat sistim layanan kesehatan Kesehatan Daerah karena dalam system
hingga menjamin ketersediaan layanan kesehatan kedua institusi ini adalah ujung
komprehensif dan berkesinambungan. tombak layanan kesehatan. Namun
Adapun yang dimaksud dengan layanan intregasi layanan pengobatan ARV tidak
komprehensif adalah layanan yang mengindikasi bahwa kedua institusi
mencakup semua kebutuhan ODHA. tersebut memiliki kewenangan untuk
Sedang layanan berkesinambungan mengelola program baik secara teknis
adalah layanan yang terhubung dari satu maupun administrasi. Hal ini terjadi
titik layanan ke titik layanan lain dengan karena perencanaan dan manajemen
sistem rujukan yang efektif sepanjang program ARV telah ditentukan dari pusat,
hayat. sedangkan Puskesmas dan Dinkes hanya
Mengingat infeksi HIV merupakan melaksanakan layanannya (Noor, 2010).
kondisi kronis dengan di antaranya terjadi
kondisi akut maka pelayanannya 5. Kesimpulan
membutuhkan perawatan akut, kronis dan Masyarakat atau ibu hamil pada
paliatif yang meliputi fase seseorang umumnya, merasa bahwa kehamilan
belum terpapar hingga masuk fase adalah proses alamiah dari Tuhan.
terminal. Diperlukan paket pengobatan Sehingga mereka beranggapan bahwa
dan perawatan kronis secara kondisi tubuhnya baik-baik saja. Selain
komprehensif termasuk pengobatan ARV itu mereka berpendapat, jika melakukan
dan layanan untuk mengurangi penularan pemeriksaan secara rutin akan
HIV, pencegahan penyakit dan menghabiskan banyak biaya. Dalam hal
meningkatkan kualitas hidup ODHA. ini unsur pengetahuan juga
Adapun penanganan HIV AIDS di mempengaruhi masyarakat atau ibu hamil
Indonesia, yang masih menggantungkan itu sendiri. Kurangnya pengetahuan
pendanaan dari GHI, diperlukan bagaimana infeksi HIV itu bisa terjadi
pemahaman yang lebih baik mengenai pada bayi yg dilahirkan.
sejauh mana dukungan GHI ini telah Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
memperkuat system kesehatan di sudah membuat program ANC
Indonesia dan seberapa jauh penanganan TERPADU guna memonitoring dan
HIV dan AIDS telah terintregasi mengevaluasi kondisi ibu hamil yang
kedalamnya. Sebenarnya konsep intregasi menunjukkan ke kondisi berisiko.
telah dijadikan strategi utama oleh

6. Daftar Pustaka
Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan ________. 2012. Faktor Penyebab
Indonesia. http:www.depkes.go.id. Akses Tingginya AKI dan AKB Di Indonesia.
Jam 15.00 WIB, Tgl 9 Desember 2018
http:www.pusdatin.kemkes.go.id. Akses Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri.
Jam 19.30 WIB, Tgl 9 Desember 2018 Jakarta : EGC.
________. 2014. Data AKI dan AKB World Health Organiztion (WHO). 2012.
Badan Pusat Statistik Jatim. Maternal Mortality Database in World.
http:www.depkesjatim.co.id/spa/content/ Rukiyah, Yeyeh, dkk. 2012. Asuhan
8-php. Akses Jam 16.00 WIB, Tgl 9 KebidananI. Jakarta : Trans Info Medik.
Desember 2018 Marmi, Retno. 2012. Asuhan Kebidanan
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Indonesia. http:www.depkes.go.id. Akses Dewi, Vivian N.L dan Tri Sunarsih.
Jam 15.00 WIB, Tgl 19 November 2018 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Noor. 2010. Pengantar Epidemiologi Jakarta: Salemba Medika.
Penyakit Menular. Jakarta: Rineke Cipta, Mandriawati, G. A. 2015. Asuhan
Saifudin, .2008. Indikator Melihat Kebidanan Antenatal ed 2. Jakarta. EGC.
Derajat Kesehatan AKI dan AKB . Manuaba, I Gde, dkk. 2010. Ilmu
http:www.jurnalkesehatan.go.id. Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai