Anda di halaman 1dari 8

Keong emas kita

Dahulu kala, jauh di dalam hutan yang dalam, hiduplah seorang yang tampan, kuat,
rambut kelabu, pria di sebuah gubuk tua. Dia adalah Ki Ageng Sapujagat. Dia tinggal di sana
dengan lima putra tercintanya. Putra pertama adalah Joko Waseso, dia putra terpintar di rumah
itu. Putra kedua adalah Joko Wiguna, ia memiliki kemampuan yang baik di berbagai bidang.
Anak ketiga adalah Joko Prabowo, dia yang paling bijaksana di antara mereka. Putra keempat
adalah Joko Yudhoyono, ia memiliki kemampuan yang baik dalam membela diri. Anak lelaki
terakhir putra bungsu adalah Joko Slamet, dia putra paling ramah di antara anak laki-laki.
Mereka saling mencintai dan peduli satu sama lain.
Suatu hari, seekor siput kecil berjalan menembus hutan. Sebenarnya itu bukan siput
biasa. Itu adalah Roro Ayu Sari Asih yang dikutuk oleh seorang penyihir jahat yang kejam,
kasar, tua. Dan berubah menjadi keong emas beutiful. Siput itu perlahan tiba di depan pondok.
Di pagi hari yang cerah, Ki Ageng Sapujagat yang sedang membersihkan halaman
gubuknya, dikejutkan dengan adanya keong emas yang berada di antara sampah daun - daun.
Lalu dia pun menyingkirkan siput itu agar tidak tersapu bersama dengan sampah dedaunan itu,
dan meletakkannya di atas sebuah meja. Selesai membersihkan halaman, Ki Ageng Sapujagat
langsung mengambil barang dagangan yang akan dijualnya dan segera menuju ke pasar.
Pekerjaan Ki Ageng Sapujagat adalah seorang pedagang ikan, walaupun umurnya
sudah memasuki umur tua, ia tak patah semangat mencari nafkah untuk ke lima anaknya. Dan
sekaligus menjadi pengganti sosok ibu bagi ke lima anaknya. anak - anak Ki Ageng Sapujagat
sering memintanya untuk berhenti berjualan, karena mereka yang seharusnya bekerja dan
seharusnya Ki Ageng Sapujagat beristirahat saja di rumah. Tetapi dia tidak mau menjadi
beban bagi ke lima anaknya sehingga ia memutuskan untuk tetap berjualan dengan kondisinya
yang sudah tua dan sering sakit – sakitan.
Istri Ki Ageng Sapujagat, telah meninggal dunia saat putra bungsu mereka yaitu
Joko Slamet berumur 10 tahun. Saat itu, Joko Slamet sedang sakit keras dan belum tahu
penyebab dari munculnya penyakit itu. Mereka pun membawa Joko Slamet ke tabib yang
sangat terkenal akan keahliannya dalam mengobati penyakit. Tabib mengatakan bahwa sakit
yang diderita Joko Slamet bukan sakit biasa yang bisa disembuhkan dengan obat, melainkan
harus menggunakan kekuatan tenaga dalam. Sakit yang diderita Joko Slamet adalah penyakit
kiriman sihir dari seseorang, sehingga tak mudah untuk disembuhkan.
Salah satu cara agar Joko Slamet sembuh adalah dengan menyatukan kekuatan Ki
Ageng Sapujagat dan istrinya. Mereka berdua memang terkenal akan kesaktiannya di desanya.
Sehingga banyak orang yang iri dan berniat menghilangkan kesaktian mereka dengan berbagai
cara, salah satunya dengan mengirimkan penyakit pada anak bungsunya. Risiko yang harus
diterima mereka pun adalah harus kehilangan kesaktiannya dan juga kehilangan nyawa.
Mereka segera menuju ke perbukitan yang berada di belakang pondoknya.
Sesampainya, mereka meletakkan Joko Slamet di sebuah batu besar. Lalu mereka berusaha
menyembuhkan anaknya dengan menyatukan kekuatan yang mereka miliki. Dan beberapa
lama, Istri Ki Ageng Sapujagat terjatuh lemas ke tanah dan dengan nafas terengah – engah
menyampaikan pesan terakhir kepada suaminya.
“Wahai suamiku, jika aku telah tiada berjanjilah padaku. Jagalah anak – anak kita,
dan didiklah mereka agar menjadi anak yang baik dan berguna. Jangan sekali – kali kamu
menceritakan kejadian ini pada anak – anak kita, dan ini menjadi rahasia kita berdua. Biarlah
waktu yang akan menceritakan kejadian ini kelak kepada anak – anak kita.” Ujar Istri Ki
Ageng Sapujagat.
Selesai mengatakan pesan terakhirnya, istri Ki Ageng Sapujagat perlahan menutup
matanya dan nafas yang sedari tadi bisa didengarnya telah hilang. Ki Ageng Sapujagat
langsung menggendong istrinya lalu membawanya ke tabib. Namun takdir berkata lain, bahwa
Ki Ageng Sapujagat harus kehilangan istrinya. Ia pun segera menuju ke pondok dan
mengatakan kepada Putra Sulungnya yaitu Joko Waseso untuk segera menjemput adiknya
yang berada di bukit. Sedangkan ia mengurus jasad istrinya dan mencari alasan mengapa ibu
dari anak – anaknya bisa meninggal, sehingga tidak menimbulkan banyak tanya dari anak –
anaknya.
15 tahun berlalu, Joko Slamet sudah berumur 25 tahun. Ia tumbuh menjadi pemuda
yang tinggi, tampan, dan gagah perkasa. Joko Slamet adalah anak yang sangat ramah sehingga
banyak orang yang menyukainya, karena keramahannya. Selain itu, Joko Slamet sangat
pandai memasak dan juga mengurusi urusan rumah saat ayah dan saudaranya – saudaranya
pergi bekerja.
Setiap pagi, Joko Slamet selalu menyediakan minuman untuk ayahnya sebelum
ayahnya pergi bekerja. Hingga suatu saat, bahan – bahan yang berada di dapur sudah mulai
habis, ia harus pergi belanja ke pasar terlebih dahulu. Dan sepulangnya dari pasar ia langsung
membuatkkan minuman untuk ayahnya, tetapi ternyata ayahnya sudah pergi bekerja.
Akhirnya ia menikmati minuman itu sendiri dan bersantai di depan rumahnya. Saat
meletakkan minuman tersebut di sebuah meja, ia melihat seekor keong emas yang cantik. Ia
pun dengan cepat memindahkan siput itu ke sebuah aquarium kecil yang sudah tidak terpakai
lagi.
Di siang hari, sebelum ayah dan kakak – kakaknya pulang ke rumah. Ia yang selalu
memasak untuk makan siang untuk mereka. Setelah ada keong emas itu, saat memasak ia
ditemani dengan keong emas tersebut dan ia juga sering bercerita tentang kehidupannya
kepada keong emas itu. Padahal ia tau, setiap bercerita ia terlihat seperti orang bodoh karena
berbicara kepada hewan yang tak mungkin mengetahui apa yang dikatakannya. Sembari
bercerita, ia juga sedang memotong sayur, tetapi belum selesai memotong sayur, rasa
kantuknya datang. Akhirnya ia meninggalkan perkerjaannya itu dan beristirahat sejenak untuk
tidur.
Saat Joko Slamet tertidur, keong emas tersebut langsung berubah menjadi wanita
cantik atau yang bernama Roro Ayu Sari Asih. Roro Ayu menggantikan pekerjaan Joko
Slamet untuk memasak makanan , ia dengan cepat menyelesaikannya sebelum Joko Slamet
bangun dari tidurnya. Selesai memasak ia menata makanan tersebut di atas sebuah meja
makan dan lengkap dengan makanan kesukaan ayah dan kakak – kakak Joko Slamet. Roro
Ayu menatanya dengan tepat, sesuai dengan yang Joko Slamet ceritakan. Selesai memasak,
Roro Ayu pun langsung membersihkan dapur dan rumah tersebut, juga merapihkan barang –
barang di rumah Joko Slamet yang cukup berantakan.
Setelah selesai membersihkan rumah, saat itu pula Joko Slamet terbangun dari
tidurnya. Roro Ayu dengan segera merubah dirinya menjadi keong emas kembali. Joko
Slamet yang masih setengah sadar, kembali ke tempat ia memotong sayur. Saat membuka
matanya, ia terkejut dan matanya langsung terbuka lebar, melihat bahan makanan yang akan
dimasaknya sudah menjadi makanan. Keadaan rumahnya pun tidak berantakan lagi dan lebih
bersih dari sebelumnya.
“Mungkin semua ini sudah dikerjakan oleh Joko Wiguna, tapi kan dia tidak bisa
memasak. Mungkin Joko Waseso, tapi kan dia tidak pandai membersihkan rumah. Apa
mungkin ayah, tapi... ayah kan selalu pulang terakhir. Lalu siapa ya.” Kata Joko Slamet di
dalam hati.
Saat kebingungan melanda Joko Slamet, kakaknya yaitu Joko Wiguna pulang dari
sungai dengan membawa ikan. Joko Slamet pun langsung bertanya pada kakaknya, apa yang
melakukan semua pekerjaanya adalah Joko Wiguna. Tetapi Joko Wiguna hanya
menggelengkan kepala, pertanda bukan ia yang melakukannya. Setelah beberapa menit
kemudian, ayah dan kakak – kakaknya pulang ke rumah, ia pun langsung menanyakan kepada
mereka, tetapi sama saja jawabannya kalau bukan mereka yang melakukan semua perkejaan
itu. Bahkan mereka, mengira semua itu dilakukan oleh Joko Slamet yang memang hanya ia
yang bisa melakukan semua itu. Akhirnya, Joko Slamet menceritakan awal dari semua
kejadian aneh tersebut pada mereka, tetapi ayah dan kakak – kakaknya tidak percaya bahwa
bukan Joko Slamet yang menyelesaikan itu semua. Joko Slamet pun hanya terdiam, karena
tidak ada yang percaya pada ceritanya.
Keesokan harinya, keong emas itu kembali merubah dirinya menjadi Roro Ayu. Ia
kembali membersihkan rumah sebelum Ki Ageng Sapujagat dan anak – anaknya bangun tidur.
Setelah membersihkan rumah, ia memasak untuk sarapan dan menyiapkan minuman untuk Ki
Ageng Sapujagat. Ketika semua pekerjaan telah dilakukan, ia kembali menjadi keong emas.
Saat itu pula Ki Ageng Sapujagat bangun dari tidurnya, dan segera membersihkan rumahnya.
Namun, tiba – tiba langkahnya terhenti di sebuah meja makan yang sudah terpenuhi makanan
enak. Yang ada dibenaknya mungkin yang memasak itu semua adalah Joko Slamet, sehingga
ia pun segera menuju ke halaman rumah. Tetapi halaman rumah yang hendak dibersihkannya
ternyata sudah bersih dan sudah tersaji minuman untuknya, karena menurutnya itu semua
adalah pekerjaan dari Joko Slamet, ia tidak terlalu memikirkannya, dan segera kembali ke
ruang makan untuk sarapan.
Ketika Ki Ageng Sapujagat sedang makan, Joko Slamet keluar dari kamar tidurnya
dengan wajah seperti orang bangun tidur. Ki Ageng Sapujagat yang awalnya tidak terlalu
memikirkan keanehan itu mulai terlihat kebingungan, hingga akhirnya bertanya pada Joko
Slamet. Ternyata bukan Joko Slamet yang melakukan semua pekerjaan itu, dan juga bukan ke
empat anaknya. Saat mereka berkumpul di meja makan, obrolan mereka dipenuhi dengan
kejadian aneh yang terjadi di rumahnya. Joko Slamet yang sudah menyadari keanehan itu
sejak awal pun semakin menjadi - jadi, menurutnya keong emas itulah yang melakukan semua
pekerjaan di rumah mereka. Tetapi ayah dan kakak – kakaknya tidak percaya dengan
perkataan Joko Slamet karena menurut mereka keong emas itu hanyalah seekor hewan kecil
biasa dan Joko Slamet lah yang sebenarnya mengerjakan pekerjaan itu semua karena memang
hanya ia yang pandai mengurusi segala hal tentang rumah. Dan apa yang dikatakan oleh Joko
Slamet hanyalah sebuah kebohongan.
Mendengar perkataan Joko Slamet yang tidak masuk akal, membuat Joko Wiguna
marah. Ia berniat untuk menyingkirkan keong emas tersebut dan akan ia gunakan sebagai
umpan pancing untuk memancing agar tidak ada lagi keributan di rumahnya. Suasana didalam
rumah tersebut menjadi tenang kembali ketika mereka berangkat bekerja kecuali Joko Slamet.
Sesuai dengan yang dikatakan Joko Wiguna, sebelum ia berangkat memancing ia tak lupa
untuk membawa keong emas tersebut beserta dengan akuariumnya. Melihat kakaknya, Joko
Slamet pun tak banyak berkata, ia hanya terdiam melihat kakaknya membawa keong emas
tersebut.
Joko Wiguna adalah anak kedua dari Ki Ageng Sapujagat, ia sangat tampan, tinggi
dan juga pandai dalam melakukan segala hal seperti berkuda, memanah, memancing, berburu,
dan masih banyak lagi. Ia juga pandai memasak tapi tak sepandai Joko Slamet dan pandai
membersihkan rumah tapi tak sebersih Joko Slamet. Karena hobinya memancing, dia lebih
memilih untuk bekerja sebagai nelayan. Alat yang digunakannya pun masih sederhana yaitu
menggunakan pancingan dari rotan dan bambu runcing, sehingga terkadang hasil tangkapan
ikannya tidak sebanyak menggunakan jaring. Lalu ikan hasil tangkapannya, ia berikan kepada
ayahnya untuk dijual. Sehingga selain menyalurkan hobinya, ia juga bisa membantu ayahnya.
Sesampainya di sungai, ia segera menaiki perahu dan menuju ke tengah sungai untuk
mencari ikan. Keong emas itu, ia letakkan di belakang perahu karena niatnya keong emas itu
akan digunakan sebagai umpan ketika umpan cacingnya sudah habis. Setelah beberapa jam
menunggu, ikan belum juga memakan umpan cacingnya. Sehingga ia berniat untuk mengganti
umpannya dengan keong emas tersebut. Tetapi saat hendak mengambil keong emas itu,
cahaya yang menyilaukan tiba – tiba muncul, dibarengi dengan angin yang kencang, hingga
membuat Joko Wiguna tidak seimbang lalu perahunya terbalik dan ia pun terjatuh.
Saat Joko Wiguna membuka matanya, ia sudah berada ditepi sungai. Disekitarnya
pun banyak ikan bertebaran dan yang membuatnya heran, perahu yang tadinya terbalik juga
sudah tertali rapih di tempat biasa ia meletakannya. Ia segera mengambil keranjang untuk
mengumpulkan ikan tersebut. Disamping keranjang itu terdapat akuarium yang berisi keong
emas tanpa lecet sedikitpun padahal jelas sekali akuarium itu juga ikut tenggelam bersamanya.
Ketika keranjang sudah terpenuhi ikan, ia segera berkemas untuk pulang dan juga membawa
kembali keong emas tersebut.
Dalam perjalanan ke rumah, ia terlihat seperti orang bingung ketika mengingat
kejadian aneh yang sudah menimpa dirinya. Hal itu membuat dirinya tidak fokus ketika
berjalan, hingga menabrak seseorang yang ada didepannya. Dan ternyata seseorang yang
ditabraknya adalah Joko Waseso, kakaknya sendiri. Melihat barang bawaan adiknya
berserakan, Joko Waseso segera membantu membereskannya. Setelah semua sudah
dibereskan mereka berjalan bersama karena memang sama - sama akan pulang ke rumah.
Selama perjalanan, Joko Wiguna bercerita tentang kejadian aneh yang dialaminya
kepada Joko Waseso. Dan ia juga mengaitkan kejadian yang dialaminya mungkin ada
hubungannya dengan keong mas itu. Tetapi Joko Waseso tidak percaya dan berkata“Tidak
mungkin, kamu seperti Joko Slamet saja, bicaranya yang ga mungkin. Mungkin yang terjadi
sama kamu, hanya kebetulan saja” dengan wajah yang sedikit ragu. Mendengar jawaban Joko
Waseso, akhirnya Joko Wiguna menyerah bercerita kepada kakaknya itu. Dan mungkin yang
akan mempercayai perkataannya hanya Joko Slamet. Sehingga sesampainya di rumah nanti, ia
akan menceritakan kejadian itu kepada Joko Slamet.
Suatu hari, Joko Slamet dan Joko Wiguna merencanakan sesuatu untuk mencari tahu
tentang keong mas. Mereka bangun lebih pagi dari biasanya, dan saat bangun mereka
mendengar suara air mendidih dari dapur. Kemudian mereka membangunkan saudaranya, lalu
menuju ke dapur. Mereka bersembunyi dibalik pintu dapur, terlihat disana hanya ada panci
berisi air mendidih diatas kompor. Setelah menunggu lama, tiba tiba sebuah tangan meraih
pundak Joko Slamet yang bersembunyi di barisan belakang. Ia terkejut dan berteriak, sontak
membuat kakak – kakaknya juga ikut berteriak. Tetapi yang didapat hanya ayahnya yang
sedang memasak air, bukan keong mas. Karena keong mas sudah lebih dulu mengetahui
rencana mereka sehingga ia tidak berubah di pagi hari. Kakak – kakak dari Joko Slamet dan
Joko Wiguna pun marah karena sudah dibangunkan dari tidurnya hanya untuk hal yang
bahkan tidak mungkin terjadi. Joko Waseso yang kesal karena tingkah kedua adiknya pun
segera bertindak untuk segera menyingkirkan keong mas yang sudah membuat adik – adiknya
mengatakan hal – hal yang aneh.
Joko Waseso adalah seorang guru di kampung seberang, ia hanya mengajar anak –
anak dari kaum bangsawan. Karena kepintarannya, ia bisa mendapat kesempatan yang tidak
semua orang bisa mendapatkannya. Sebelum berangkat bekerja, ia membawa keong mas
tersebut untuk diberikan kepada muridnya tempat ia mengajar. Saat dalam perjalanan, tiba –
tiba ia dihadang oleh preman – preman yang hendak merampoknya. Dan ia hampir saja
tertusuk oleh pisau milik perampok itu, tetapi sebuah cahaya yang sangat terang muncul dari
keong mas. Hingga membuat mata perampok itu tak bisa melihat sekitarnya. Melihat keadaan
itu, Joko Waseso pun segera melarikan diri dan membawa kembali keong mas tersebut. Saat
hendak kabur, pundaknya dipukul dengan kayu oleh perampok lainnya, hingga membuatnya
pingsan. Ketika ia terbangun, ia sudah berada didepan rumahnya beserta dengan keong mas
dan juga tak ada satupun yang kurang dari barang yang dibawanya, bahkan ia pun tak terluka.
Sejak saat itu, ia akhirnya memercayai perkataan kedua adiknya, bahwa ada yang aneh dengan
keong mas tersebut.
Satu minggu setelah peristiwa itu, kejadian – kejadian aneh masih sering terjadi di
pondok mereka. Joko Waseso, Joko Wiguna, dan Joko Slamet memercayai bahwa semua ini
ada kaitannya dengan keong mas yang dipelihara mereka. Hingga suatu saat, Joko Slamet
yang baru pulang dari pasar setelah membantu ayahnya berjualan, ia bertemu dengan
kakaknya yaitu Joko Wiguna dan Joko Waseso dan akhirnya ia pulang bersama dengan
kakaknya. Sesampainya di rumah, mereka mencium aroma masakan dari dapur, dan
menyadari bahwa di rumah sedang tidak ada orang, sehingga mereka pun segera menuju ke
dapur. Dan didapati mereka, seorang perempuan cantik yang sedang memasak, mereka juga
melihat aquarium yang berisi keong mas itu sudah tidak ada lagi isinya. Joko Slamet yang
sedari awal sudah curiga, bahwa keong mas itu bukan hewan biasa, ia segera merencanakan
sesuatu untuk menangkap jelmaan keong mas tersebut. “Kak Joko Wiguna ke sebelah
kanannya, Kak Joko Waseso ke sebelah kirinya dan Aku di belakangnya. Dalam hitungan
ketiga, kita tangkap bersama, menggunakan jaring itu (menunjuk jaring ikan yang sedang
dipegang oleh Joko Wiguna).” Kata Joko Slamet dengan lirih.
Setelah melaksanakan rencana itu, akhirnya mereka bisa menangkap perempuan
tersebut atau yang bernama Roro Ayu. “Jangan sakiti saya, saya tidak bermaksud
mengganggu kehidupan kalian, saya hanya ingin membalas kebaikan kalian semua. Tolong
saya, jangan sakiti saya.” Ujar Roro Ayu yang kemudian meneteskan air matanya. Karena
tidak tega melihat Roro Ayu menangis, akhirnya mereka membuka jaring tersebut dan
membawanya ke tempat duduk di ruang makan, lalu memberinya minum.
Ketika suasana sudah tenang, Joko Slamet meminta Roro Ayu untuk menjelaskan
apa yang sudah terjadi dengan dirinya. Lalu Roro Ayu sedikit demi sedikit membuka
mulutnya untuk bercerita, “ Namaku adalah Roro Ayu Sari Asih, aku adalah seorang putri dari
Kerajaan Jenggala. Ayahku bernama Prabu Indra Jenggala dan Ibuku bernama Sinta
Purbaningsih. Saat itu hari ulang tahunku yang ke 20, seorang pemuda yang bernama Arya
Kirna datang melamarku bersama dengan ibunya yang bernama Randa. Lalu aku menolak
lamarannya, karena aku dan keluargaku tidak tahu asal – usulnya. Tetapi ia terus memaksaku
untuk menerima lamarannya. Sehingga membuat ayahku marah, dan menyuruh prajurit untuk
mengusir mereka. Arya Kirna dan ibunya memberontak sehingga menimbulkan perkelahian,
dan akhirnya Arya Kirna meninggal saat itu, seketika wajahnya yang tampan berubah menjadi
tua. Melihat anaknya meninggal, Randa pun marah dan ia kembali berubah menjadi tua. Saat
itu pula, kami mengetahui siapa sebenarnya Randa itu, yang ternyata adalah seorang penyihir
yang terkenal sangat jahat. Ia mengeluarkan tongkatnya lalu menyihirku menjadi seekor
keong dan membawaku hingga ke hutan. Lalu ayah kalian yang menemukanku, mungkin
kalau tidak ada ayah kalian, aku bisa mati karena terinjak.” Ungkap Roro Ayu. Mereka
bertiga, akhirnya meminta maaf dengan Roro Ayu, karena tadi telah menuduh dan
menyakitinya.
Setelah itu Roro Ayu kembali memasak dan juga dibantu oleh Joko Slamet,
sedangkan Joko Wiguna dan Joko Waseso merapikan barang yang berantakan dan juga
membersihkan ikan hasil tangkapan. Karena saling bekerja sama, akhirnya pekerjaannya cepat
selesai. Lalu mereka duduk bersama di meja makan, sambil bercerita dan juga menunggu
ayah, Joko Prabowo, dan Joko Yudhoyono pulang bekerja. Beberapa menit kemudian, Joko
Prabowo dan Joko Yudhoyono pulang, mereka begitu terkejut melihat Roro Ayu. Ternyata
Roro Ayu yang sedang dicari oleh ratu dan raja Kerajaan Jenggala berada dirumahnya. Joko
Yudhoyono langsung mengeluarkan pedang yang ada ditangannya, begitu pula Joko Prabowo
yang langsung mengepalkan kedua tangannya. “Jangan bergerak! ternyata kalian yang
menculik tuan putri.” Ujar Joko Prabowo dengan wajah marah.
Joko Waseso sangat marah melihat kelakuan kedua adiknya karena main hakim
sendiri tanpa menanyakan kebenarannya. “Ayo bunuh saya, kalian tahu tidak yang
sebenarnya? main hakim sendiri, apalagi kalian menuduh saudara kalian sendiri? Harusnya
kalian berterimakasih dengan kami, karena kami yang menyelamatkannya. Dan kalian ingin
membunuh kami?” Ujar Joko Waseso. Melihat pertengkaran kelima bersaudara itu, Roro Ayu
langsung menengahi dan menceritakan kebenarannya. Setelah mendengar penjelasan dari
Roro Ayu, Joko Prabowo dan Joko Yudhoyono langsung meminta maaf karena sudah main
hakim sendiri.
Joko Prabowo dan Joko Yudhoyono bekerja di Kerajaan Jenggala. Karena
kepandaiannya dalam berkelahi, Joko Prabowo dipercayai oleh Raja Indra Jenggala untuk
menjadi pemimpin prajurit. Sedangkan Joko Yudhoyono adalah seorang penasehat di
Kerajaan Jenggala, karena kebijakannya dalam memberi nasehat. Sehingga tidak heran
mereka akan sangat marah apabila terjadi sesuatu yang berhubungan dengan Kerajaan
Jenggala. Dan bahkan mereka rela mati untuk selalu melindungi Kerajaan Jenggala dan akan
melawan siapa saja yang menyakiti raja, ratu dan putri Kerajaan Jenggala, walaupun yang
menyakiti adalah saudaranya sendiri, mereka tetap akan melawannya.
Setelah kejadian itu, suasana di ruang makan menjadi sangat begitu canggung, Joko
Prabowo dan Joko Yudhoyono sangat menyesali perbuatannya sehingga tak berani untuk
bicara. Hingga akhirnya Joko Slamet membuat lelucon untuk mencairkan suasana, dan saat itu
pula Ki Ageng Sapujagat pulang bekerja. Joko Slamet menceritakan semuanya kepada
ayahnya, bahwa ia tidak berbohong. Selama ini, yang sering mengerjakan tugas rumahnya
adalah keong mas tersebut, bukan dirinya. “Ayah, lihat saya tidak berbohong, bukan saya
yang mengerjakan semua ini, melainkan dialah yang mengerjakan semua ini (menunjuk ke
arah Roro Ayu)” Kata Joko Slamet pada ayahnya. Tetapi Ki Ageng Sapujagat tetap tak
percaya, karena tidak mungkin keong mas bisa menjadi seorang perempuan. Akhirnya keong
mas itu yang membuktikan pada Ki Ageng Sapujagat bahwa ia sebenarnya bisa berubah
menjadi manusia karena memang sebenarnya ia adalah manusia yang sudah dikutuk menjadi
keong mas. Dan Roro Ayu segera berubah menjadi keong mas didepan Ki Ageng Sapujagat
untuk membuatnya percaya pada perkataan Joko Slamet. Roro Ayu bisa berubah kapan saja
saat hari sudah pagi, tetapi tidak di malam hari, karena ia akan tetap menjadi keong mas di
malam hari.
Semenjak keberadaan Roro Ayu di pondok Ki Ageng Sapujagat, suasana
dirumahnya menjadi sangat berbeda. Ia bisa merasakan bagaimana rasanya mempunyai
seorang anak perempuan. Ia bahkan menganggap Roro Ayu seperti anaknya sendiri, begitu
pula Roro Ayu yang menganggap Ki Ageng Sapujagat seperti ayahnya sendiri dan juga ke
lima anaknya yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Suasana dirumahnya pun
sangat harmonis dan penuh dengan kekeluargaan. Roro Ayu sering membantu keluarga Ki
Ageng Sapujagat dalam urusan pekerjaan rumah. Dan juga terkadang ikut membantunya
berjualan dan juga membantu Joko Wiguna dan Joko Waseso ketika bekerja. Tetapi tidak
dengan Joko Prabowo dan Joko Yudhoyono, karena ia tak mau pergi ke istana sebelum ia
kembali menjadi manusia, supaya kedua orang tuanya tak terus bersedih melihat keadaannya
yang sekarang.
Suasana yang begitu harmonis dan penuh dengan kebahagian, sekejap berubah
dratis. Ketika Joko Waseso, Joko Wiguna, Joko Prabowo, dan Joko Yudhoyono jatuh hati
dengan Roro Ayu. Mereka begitu mengagumi kecantikan dan kebaikan yaang diberikan Roro
Ayu kepada mereka. Satu persatu dari mereka menyatakan perasaannya kepada Roro Ayu,
tetapi semuanya ditolak oleh Roro Ayu, karena memang ia sudah menganggap mereka
berempat seperti saudaranya. Hingga akhirnya muncul perasaan saling curiga diantara mereka
karena mereka tidak mengetahui bahwa mereka menyukai satu perempuan yang sama dan
juga sama – sama sudah menyatakan perasaan tetapi ditolak , lalu terjadilah perkelahian antar
saudara. Melihat anak – anaknya bertengkar, Ki Ageng Sapujagat segera memisahkannya
sebelum ada korban. Saat ditanya mengapa mereka berkelahi, jawaban mereka sama yaitu
karena cinta mereka ditolak dan mengira bahwa Roro Ayu sudah menyukai saudaranya
sendiri. Mendengar jawaban dari anaknya Ki Ageng Sapujagat hanya tersenyum dan berkata,
“hanya karena satu perempuan kalian bertengkar? Seperti anak kecil saja. Sudahlah
perempuan didesa ini banyak yang cantik tak usah merebutkan perempuan yang bahkan tidak
menyukai kalian.” Lalu Ki Ageng Sapujagat meninggalkan mereka berempat di halaman
rumahnya.
Walaupun sudah dinasehati oleh Ki Ageng Sapujagat , tidak membuat mereka
melupakan Roro Ayu, justru mereka balik menuduh adiknya yaitu Joko Slamet, yang menjadi
penyebab ditolaknya cinta mereka oleh Roro Ayu. Mereka merasa bahwa Roro Ayu menyukai
Joko Slamet karena dilihat dari wajah Roro Ayu yang selalu tersenyum ketika bersama Joko
Slamet. Akhirnya mereka membuat rencana untuk menyingkirkan Joko Slamet dari rumahnya
tanpa sepengetahuan ayahnya dan Roro Ayu.
Saat Roro Ayu dan Ki Ageng Sapujagat pergi ke pasar, mereka mulai melancarkan
rencananya. Mereka mengajak Joko Slamet untuk berburu dihutan. Joko Slamet pun dengan
lapang hati menerima ajakan keempat kakaknya tanpa rasa curiga sedikit pun. Sesampainya di
hutan, rasa curiga Joko Slamet muncul, karena keempat kakaknya membawanya ke hutan
bukan yang seperti biasanya. Hutan itu terkenal sangat angker dan setiap orang yang
memasuki hutan itu tidak akan pernah bisa keluar. Tetapi rasa curiga itu terkalahkan oleh
keyakinannya bahwa tidak mungkin kakak – kakaknya akan menempatkannya dalam posisi
bahaya, sehingga dia dengan mudah menuruti kemauan ke empat kakaknya.
Di tengah hutan, seketika langit menjadi gelap dan langit dipenuhi oleh burung yang
berbunyi sangat nyaring, hingga membuat Joko Slamet merinding. Saat itu pula ke empat
saudara itu memulai rencananya untuk menyingkirkan Joko Slamet. “Aku sama Joko Wiguna
ke arah barat, Joko Prabowo dan Joko Yudhoyono ke Timur, sedangkan kamu Joko Slamet ke
arah selatan. Setelah dapat tangkapan, kita berkumpul disini lagi.” Kata Joko Waseso dengan
tersenyum licik dihatinya. Joko Slamet sempat menolak untuk pergi berburu sendiri karena ia
merasa takut dan juga tak pandai berkelahi, tetapi ke empat kakaknya terus membujuknya,
hingga akhirnya Joko Slamet memutuskan untuk pergi sendiri.
Setelah Joko Slamet mendapat buruan berupa kelinci, ia kembali ke tempat awal
berkumpul. Ketika hari mulai menjelang malam, kakak – kakak dari Joko Slamet belum
datang juga. Ia khawatir, dan menelusuri hutan untuk mencari kakak – kakaknya, padahal
kakak – kakaknya sudah meninggalkannya di hutan. Saat sedang berjalan, ia mendengar suara
rintihan orang sedang kesakitan dan juga menangis. Lalu ia mencari sumber suara tersebut,
sampailah ia di sebuah pohon besar, dan menjumpai seorang nenek yang kakinya terjepit oleh
perangkap untuk menangkap hewan. Ia segera menolong, dan juga membantu mengobati luka
kaki nenek itu yang terluka. Nenek bercerita bahwa sudah 3 hari ia terjebak karena perangkap
tersebut, sehingga selama 3 hari pula ia belum makan. Joko Slamet yang tidak tega melihat
nenek tersebut, langsung memberikan kelinci hasil buruannya kepada nenek. Sebagai bentuk
balas budi, nenek tersebut mengajak Joko Slamet untuk ke rumahnya yang tidak jauh dari
hutan untuk makan hasil masakannya, dan Joko Slamet dengan senang hati pula menerima
ajakan dari nenek tersebut.
Di rumah nenek tersebut, Ia dihidangkan berbagai makanan dan minuman. Perlahan
makanan dan minuman tersebut dimakannya. Setelah makan, Joko Slamet mulai mengantuk
hingga akhirnya ia tertidur. Saat ia sudah tertidur, nenek tersebut berubah menjadi penyihir tua
yang jahat, ternyata semuanya adalah tipu daya dari si nenek sihir. Nenek sihir berusaha
menjadikan Joko Slamet sebagai tumbal untuk membangkitkan anaknya yang sudah
meninggal. Dan nenek sihir tersebut juga merupakan penyihir yang sudah menyihir Roro Ayu
menjadi Keong Mas. Joko Slamet yang sudah tersihir makanan seketika berubah menjadi
pangeran tidur, ia tak berdaya di atas kasur kayu.
Roro Ayu dan Ki Ageng Sapujagat yang sedang menunggu di pondok, terkejut
melihat ke empat bersaudara tersebut menangis. Karena khawatir, Ki Ageng menanyakan apa
yang sedang terjadi kepada JokoWaseso, dan Joko Waseso menjawab, “Joko Slamet sudah
dimakan binatang buas Yah, kami terlambat menolongnya, maafkan kami.” Berkata sambil
menangis. Setelah mendengar perkataan dari Joko Waseso, Ki Ageng Sapujagat langsung
terjatuh lemas dengan wajah yang begitu pucat. Roro Ayu segera menolong Ki Ageng
Sapjagat

Anda mungkin juga menyukai