Anda di halaman 1dari 237

MODUL 5

SKENARIO 1
PBL 6
KELAINAN CELAH BIBIR
DEFINISI KELAINAN
CELAH BIBIR

❏ Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed. St. Louis, Missouri:
Elsevier Ltd; 2014.
❏ Geneser K M and Allareddy V. Cleft Lip and Palate, p 77.
cleft lip and palate

•Cleft lip terjadi jika: kegagalan fusi


antara media nasal prominence dengan
maxillary prominence.
•Cleft palate terjadi jika: kegagalan fusi
antara primary palate dengan palatal
shelves; atau antara palatal shelves kiri
dan kanan.
Kelainan Celah Bibir/Bibir Sumbing

Saat bayi berkembang selama kehamilan, jaringan tubuh dan


sel-sel khusus akan bergabung bersama membuat struktur
wajah. pada minggu ke 4 dan ketujuh kehamilan Bibir
seharusnya terbentuk. Kelainan celah bibir atau yang
biasanya disebut sebagai bibir sumbing merupakan kejadian
ketika jaringan yang seharusnya membentuk bibir tidak
bergabung sepenuhnya sebelum kelahiran, Ketika terjadi cleft
lip, akan menghasilkan lubang bibir di bibir atas, bukan
hanya di bibir saja, namun dapat berupa sebuah celah yang
besar yang dapat menembus ke dalam hidung. Dapat terjadi di
satu sisi, kedua sisi atau di tengah bibir.
KLASIFIKASI KELAINAN
CELAH BIBIR
■Berkowitz S. Cleft Lip and Palate [Internet]. 3rd ed. Berkowitz S, editor. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin
Heidelberg; 2013. 982 p. Available from: http://link.springer.com/10.1007/978-3-642-30770-6
■Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Ltd;
2014.
NONTON DULU YUUK. . . . .
Isolated Cleft Palate •Submucous Cleft Palate
Kategori Cleft

Celah pada bibir dan


Celah pada Bibir
palatum

•Complete / Extending from the Vermilion Unilateral/Bilateral complate / incomplete unilateral/ bilateral
Border to the Floor of the Nose / Incomplete
Clefts of the Lip

■Cleft Lip bisa terjadi secara complete (meluas dari vermilion


border hingga ke dasar hidung), atau juga mungkin incomplete.

■Cleft Lip bisa terjadi secara unilateral ataupun bilateral.


–Unilateral jika terjadi hanya pada satu sisi
–Bilateral jika terjadi pada dua sisi, bisa simetris atau
asimetris
Clefts Lip & Palate

■Cleft Lip dan Palate bisa unilateral atau bilateral, bisa


complete atau incomplete.
■Pada complete unilateral cleft lip dan palate, terjadi
komunikasi langsung antara kavitas oral dan nasal pada sisi
terjadinya cleft. Sedangkan pada sisi lainnya nasal septum akan
terhubung dengan palatal process dan membatasi kavitas nasal
dengan oral.
■Pada complete bilateral cleft lip dan palate, kedua kavitas
nasal terhubung dengan kavitas oral. Palatal processes terbagi
menjadi dua bagian.
A, Unilateral complete cleft of lip and palate.
B, Bilateral cleft lip and palate, complete on right, incomplete on left.
Isolated Cleft Palate
■Pada kelainan ini, baik bibir ataupun
prosesus alveolaris tidak terlibat.
■Cleft ini adalah cleft yang paling
jarang terjadi pada rongga mulut
menurut penelitian, terjadi
kemungkinan 1,3 hingga 25,3 per 10.000
kelahiran hidup, dengan tingkat
tertinggi di British Columbia, Kanada
dan tingkat terendah di Nigeria,
Afrika.
■Cleft dapat meluas ke anterior hingga
foramen nasopalatine
Submucous Cleft Palate
■Tanda diagnostik => bifid uvula
■ Untuk pemeriksaan : drg memeriksa palatum lunak,
dan minta pasien mengucapkan “ah” maka palatum mole
akan terangkat, dan pada individu dengan sumbing
palatal submukosa, alur di garis tengah terlihat di
mana terdapat diskontinuitas otot.
■ Terjadi Pemisahan sebagian otot pada midline dengan
permukaan mukosa yang utuh
Etiologi
Lars Andersson, Karl-Erik Kahnberg, M Anthony Pogrel - Oral and Maxillofacial Surgery (2010, Wiley-
Blackwell)
Etiologi

Non-syndromic cleft L/P hubungan kompleks multifaktorial etiologi dari interaksi gen-
gen dan gen-lingkungan.
Faktor lingkungan yang mungkin:
○ Merokok
○ Defisiensi asam folat
○ Alkohol
○ Konsumsi obat-obatan teratogenik→ retinoid, kortikosteroid,
antikonvulsan
○ Terpapar zat kimia
○ Hipoksia
○ Defisiensi Nutrisi
○ Radiasi
○ Virus
Jenis cleft:

● Isolated cleft: cleft muncul tidak berhubungan dengan syndrome (tidak ada masalah
kesehatan lain)
● Syndromic cleft: cleft muncul akibat adanya birth disorder ataupun syndrome
syndrome (terdapat masalah kesehatan lain). Syndrome yang sering berasosiasi
dengan cleft antara lain:
○ Stickler’s syndrome
○ Van der Woude’s Syndrome
○ DiGeorge Syndrome

Risiko memilki anak dengan cleft berbeda pada setiap keluarga. Faktor yang mempengaruhi:
● Jumlah anggota keluarga dengan cleft
● Seberapa dekat hubungan keluarga dengan yang memiliki cleft
● Jenis kelamin anggota keluarga dengan cleft
● Tipe cleft yang diderita
Embriologi
James Hupp - Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed
https://web.duke.edu/anatomy/embryology/craniofacial/craniofacial.ht
ml
Embriologi

Minggu ke 5
● Pertumbuhan lateral dan medial nasal prominence
yang cepat
● Lateral nasal prominence membentuk alae nasi
● Medial nasal prominence membentuk:
1. Tengah hidung
2. Tengah bibir atas
3. Tengah maksila
4. Primary palate
● Maxillary prominence mendekat ke arah lateral dan
medial nasal swellings.
Minggu ke 6-7
● Maxillary prominence terus tumbuh ke arah
medial dan menekan medial nasal prominence
ke midline
● Bagian luar: 2 maxillary prominence dan 2
media nasal prominence membentuk bibir atas
● Bagian dalam:
○ 2 media nasal prominence membentuk
intermaxillary segment
○ 2 maxillary prominence membentuk 2
palatal shelves
● Intermaxillary segment terdiri dari :
○ Bagian labial → membentuk philltrum
bibir atas
○ Bagian rahang atas → membentuk
alveolus gigi insisif
○ Bagian palatal → membentuk segitiga
primary palate
● Frontal prominence membentuk nasal septum
Minggu ke 7-10
● Maxillary prominence membentuk lateral bibir
● 2 Palatal shelves berfusi membentuk secondary
palate:
○ 2/3 palatum durum
○ Palatum molle
○ Uvula
● Anterior palatal shelves berfusi dengan segitiga
primary palate membentuk foramen insisivus
● Cleft lip terjadi jika:
kegagalan fusi
antara media nasal
prominence dengan
maxillary
prominence.

● Cleft palate terjadi


jika: kegagalan fusi
antara primary
palate dengan
palatal shelves;
atau antara palatal
shelves kiri dan
kanan.
PROSEDUR DIAGNOSIS
KELAINAN CELAH BIBIR
Lars Anderseon, KE Kahnberg, MA Pogrel. Oral and Maxillofacial Surgery.
Willey Blackwell. 2010
Anamnesis

● Periksa riwayat keluarga, identifikasi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang
memiliki celah bibir, celah palatum, atau celah bibir dengan palatum.
● Perhatikan keparahan dan sifat anomali serta latar belakang ras dan etnis keluarganya.
● Tanyakan penggunaan obat-obatan, tembakau, dan alkohol, serta catat waktu, durasi,
dan dosis tiap pemaparan obat teratogen selama kehamilan
Prenatal Diagnosis

● three-dimensional (3D) ultrasonography and genetic tests untuk skrining birth defect
dan intrauterine cleft lip dapat dilakukan
● transvaginal ultrasonografi dapat dilakukan pada minggu ke-11, sedangkan
transabdominal ultrasonografi dapat dilakukan pada usia kandungan minggu 16-20
● ada beberapa faktor yang mempengaruhi keakuratan ultrasound:
○ kecanggihan peralatan
○ pengalaman dan keterampilan
○ usia kandungan
○ posisi bayi
○ jumlah cairan ketuban
○ struktur tubuh ibu
○ tingkat keparahan cleft
General Assessment

● Setiap anak yang lahir dengan CL / P harus dinilai secara menyeluruh dengan
pemeriksaan fisik lengkap dan tes diagnostik yang diperlukan untuk memeriksa
kelainan sistemik terkait, termasuk kelainan jantung bawaan, ginjal, atau saluran
napas.
● Jika anak dilahirkan di fasilitas nonmedis atau rumah sakit kecil, mereka harus dirujuk
ke rumah sakit tersier dengan spesialis atau tim kraniofasial untuk evaluasi lebih lanjut.
● Penilaian jalan nafas yang tepat, dan konseling untuk nutrisi dan pemberian makanan
harus segera dimulai.
Pemeriksaan Klinis

● Penilaian terhadap ukuran, bentuk, simetris, dan penampilan umum dari kepala
● Observasi wajah, periksa kesimetrisan mata, hidung, dan mulut ketika bayi sedang
diam maupun sedang menangis.
● Perhatikan apakah ada ciri atipikal dan evaluasi terhadap asimetri.
● Nilai jarak antara mata dan lebar nasal bridge.
➢ Ketika mengevaluasi mulut :
■ Perhatikan panjang filtrum dan ukuran mulut, lidah, dan rahang.
■ Mulut harus berada di midline wajah dan terlihat simetris, serta proporsional dengan
lidah dan dagu.
■ Lidah terbentuk sempurna, continuous, dan tanpa garis luka atau irregularitas.
■ Celah bibir dapat terlihat jelas, dengan variasi dari celah kecil hingga separasi total ke
atas mencapai dasar hidung.
➢ Periksa permukaan dalam dari bibir atas :
■ Identifikasi letak frenulum→ apakah normal atau mengalami anomali seperti
ankyloglossia. Biasanya ankyloglossia berkaitan dengan mikrognatia, makroglossia, dan
celah palatum.
➢ Periksa palatum bayi secara visual :
■ Palpasi palatum keras dan lunak untuk melihat adanya celah palatum dengan jari yang
dilapisi glove.
➢ Periksa audiologi:
■ Cek abnormalitas pendengaran apakah ada risiko infeksi telinga tengah rekuren karena
anatomi dan fungsi abnormal dari saluran eustachius yang dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran
➢ Periksa airway:
■ Pada bayi dengan celah palatum, lidahnya dapat terjatuh ke celah dan menghambat
jalan nafas bayi. Bayi dengan celah palatum ini membutuhkan oropharyngeal airway
untuk mengatasi hambatan jalan nafasnya
Speech Evaluation

● Evaluasi bicara dilakukan dengan dua tujuan yaitu identifikasi masalah dan
menentukan terapi yang tepat. Seseorang dengan celah palatum biasanya terjadi
hipernasalitas.
● Periksa pasien dengan pertama-tama mendengarkan suaranya terlebih dahulu
daripada pemeriksaan visual untuk menghindari bias. Hal yang dapat ditemukan
melalui evaluasi ini adalah velopharyngeal insuffciency (VPI).
● Masalah komunikasi sangat umum terjadi pada individu dengan celah bibir dan
palatum. Kelainan komunikasi pada celah palatum bersifat atipikal, kompleks, dan
dapat menyebabkan :
○ Penundaan perkembangan bicara dan bahasa
○ Kelainan artikulasi
○ Kelainan suara akibat hiperfungsi laringeal
○ Kelainan resonansi dan aliran udara nasal akibat VPI.
Diagnosis Hipernasalitas

Hipernasalitas adalah gangguan kualitas suara yang dapat ditemukan saat produksi suara
ketika berbicara. Pada pemeriksaannya pasien diminta untuk mengucapkan test words
seperti “BEAT, BAT, BOOT, BOUGHT”. Keempatnya dievaluasi dengan cara menggunakan
listening tube dan cul-de-sac test :

● Listening tube
○ berguna untuk memeriksa keberadaan nasalitas
○ Ujung tube satunya diletakkan di hidung pasien dan ujung satu laginya diletakkan di telinga
pemeriksa.
○ Pasien diminta untuk mengucapkan test words di atas dan kalimat seperti “buy baby a Bib”.
● Cul-de-sac test
○ Pasien diminta untuk mengucapkan test words dua kali.
○ Pertama kali pasien melakukan tanpa dijepit/ditutup lubang hidungnya, sedangkan kedua kali
dilakukan dengan dijepit/ditutup.
○ Jika terdapat perbedaan antara keduanya maka menjadi indikator positif resonansi hipernasal.
Diagnosis Emisi Udara Nasal

Emisi udara nasal adalah kehilangan aliran udara melalui kavitas nasal saat berbicara sebagai
akibat dari VPI . VPI dapat diindikasikan pada pasien yang mendengus atau meringis ketika
berbicara. Nasal flaring (terjadi ketika lubang hidung melebar saat bernapas) merupakan
penanda positif keberadaan VPI.

Emisi udara nasal dapat didiagnosis dengan menginstruksikan pasien mengucapkan


“PAPER, PEOPLE, SYSTEM, SIXTY SIX”. Lalu dapat ditempatkan kaca mulut, air paddle, atau
nasal listening tube untuk menilai keberadaan aliran udara nasal.

Untuk menentukan efek emisi udara nasal saat artikulasi bicara, lubang hidung dapat ditutup
untuk mengeliminasi keluarnya udara nasal. Pasien diminta mengucapkan huruf „p‟, „t‟, atau
„s‟. Jika aliran udara nasal meningkat cukup banyak, dapat diduga/ asumsikan bahwa VPI
mungkin mengganggu tekanan artikulasi suara.
Radiologi

● radiolusen vertikal pada tulang alveolar yang


berbatas jelas serta adanya anomali gigi
● tampak supernumerary teeth pada regio
tersebut
● gigi yang terlibat sering malposisi dan
malformasi
● pada pasien cleft lip dan palate, mild delay
perkembangan gigi dapat terjadi yang
meningkatkan insidensi hypodontia

Pharoah. Oral Radiology Principles and Interpretation 5th ed. Mosby. 2004. pg 608
DD PADA KASUS
KELAINAN CELAH BIBIR
● Isolated cleft → celah bibir yang tidak berhubungan dengan kelainan lain
● Syndromic cleft → berhubungan dengan kelainan lain atau birth disorder atau
sindrom lain
● Non-syndromic cleft → multifactorial, gangguan pada saat perkembangan janin
PRINSIP SEBELUM
TINDAKAN BEDAH PADA
KELAINAN CELAH BIBIR
untuk memperbaiki celah dan berhubungan

Tujuan Perawatan dengan masalah secara pembedahan →


menutupi anomali sehingga pasien dapat
hidup normal.

Kelebihan jika Kekurangan


tindakan dilakukan
lebih cepat
● Pertumbuhan otot di palatal dan faringeal lebih ● Lebih sulit dilakukan tindakan bedah untuk anak
baik untuk tumbuh setelah diperbaiki yang strukturnya kecil
● Lebih mudah saat makan ● Pembentukan bekas luka akan muncul setelah
● Pertumbuhan kemampuan fonasi lebih baik operasi yang menyebabkan pembatasan
● Fungsi tubulus auditori lebih baik pertumbuhan maksila
● Kesehatan lebih baik jika oral dan nasal partisi
kompeten
● Lebih baik secara psikologi bagi orang tua dan
sang anak
Rule of 10
Usia lebih dari 10 minggu

Berat lebih dari 10 lbs

Hemoglobin dalam darah 10g/dL


PENATALAKSANAAN
KELAINAN CELAH BIBIR

❏ Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Ltd; 2014.
❏ Geneser K M and Allareddy V. Cleft Lip and Palate, p 77.
❏ Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry, 4th ed. Mosby Elsevier, Edinburgh. 2013, 461
❏ Peterson’s Principle of Oral and Maxillofacial Surgery, B.C Becker
❏ McDonald and Avery Dentistry for the Child and Adolescent, 9th edition, 621
Cheilorraphy → Cheilo (bibir), rhaphy (junction)

● Biasanya merupakan tindakan bedah yang paling awal dilakukan.


● Tindakan ini penting karena :
Celah pada bibir atas → mengganggu kontinuitas m. orbicularis oris akibatnya dapat mengganggu
koordinasi pertumbuhan maksila → tulang alveolar yang ada di dekat celah akan tumbuh menonjol →
sehingga mengganggu fungsi dan estetis.
● Tujuan :
● Estetis
i. Menghasilkan bibir yang memiliki struktur anatomis normal, simetris, well-contoured, lembut dan
fleksibel, serta bekas luka tidak boleh mencolok.
● Fungsional :
i. Harus mengembalikan fungsi dari m. orbicularis oris, sehingga fungsi normal bibir atas dapat
tercapai.
ii. Jika kontinuitas otot di sekitar celah tidak tercapai, akan muncul depression (lekukan) ketika
bibir befungsi.
Cheillorrhaphy

● Dilakukan pemanjangan margin celah untuk memudahkan penutupan.


● Pada kasus unilateral, sisi yang tidak mengalami celah digunakan sebagai
pedoman untuk mengukur lebar bibir dan kesimetrisan.
● Apabila dilakukan dengan benar, sekaligus menciptakan nasal tip yang
simetris.

Beberapa Teknik yng dpt dilakukan:

● Gambar A, B = teknik Le Mesurier


● Gambar C, D = teknik Tennison
● Gambar E, F = teknik Wynn
● Gambar G, H = teknik Millard
Palatorrhaphy

❏ Dilakukan dua stage


● Penutupan palatum lunak, (soft palate)
● Penutupan palatum keras. (hard palate)
❏ Tujuan → menciptakan fungsi bicara dan penelanan tanpa mengintervensi
pertumbuhan maksila.
❏ Primary intention: luka ditutup dengan jahitan
❏ Secondary intention: luka dibiarkan terbuka agar menutup dengan sendirinya
❏ Third intention: luka dibiarkan terbuka beberapa hari, dibiarkan drainase. Setelah
bersih, lalu ditutup
Soft Palate Closure

● Sulit untuk dilakukan, yang sering menjadi masalah adalah akses.


● Jaringan lunak yang digunakan untuk menutup celah umumnya tipis dan terkadang mengalami
atrofi.
● Dilakukan lebih dulu dengan harapan otot bisa dipersiapkan untuk berbicara dengan normal.
● Penutupan dilakukan dengan tiga lapisan secara urut, yaitu:

→ Mukosa nasal – otot – mukosa oral

● Margin celah diinsisi dari ujung posterior palatum keras hingga setidaknya distal end dari uvula
Soft Palate Closure

Urutan prosedur :

a. Insisi mukosa pada margin celah


b. Diseksi mukosa nasal dilanjutkan dengan penjahitan dengan simpul pada
permukaan nasal
c. Diseksi otot = dijahit pada sekitar midline
d. Penutupan mukosa oral

Terkadang, palatum lunak terlalu pendek sehingga sulit untuk menciptakan artikulasi
dinding faringeal = perlu peningkatan panjang palatal, dapat dilakukan dengan :

● U-shaped push-back procedure (Dorrance and Brown)


● W-Y push back procedure (Wardill)
Soft Palate Closure

● Dilakukan dengan menutup jaringan lunaknya.


● Jaringan lunak diinsisi sepanjang margin celah.
● Biasanya membutuhkan insisi lateral di dekat gigi (lateral releasing incisions) = teknik Von
Langenbeck
● Kemudian jaringan lunak dijahit dan dibiarkan untuk healing (primary intention)

Daerah tulang yang terekspos karena lateral releasing incisions dibiarkan sembuh dengan secondary
intention.

Aspek superior dari palatal flap akan mengalami re-epitelisasi dengan respiratory ephitelium
karena permukaan ini merupakan lapisan dasar hidung.
Soft Palate Closure
● Jika memungkinkan, dianjurkan untuk melakukan two layer closure:
● mukosa nasal dari dasar hidung, dinding lateral, dan area septal dimobilisasi dan dijahit
bersamaan,
● penutupan oral.
● Jika vomer (tulang pemisah kavitas nasal kiri dan kanan) panjang dan menempel pada
palatal shelf yang ada di sisi yang tidak memiliki celah, flap mukosa dinaikkan dan dijahit
ke jaringan palatal pada sisi yang ada celah —> teknik Vomer Flap

● Teknik Vomer Flap :


● Hanya butuh sedikit pelepasan mukoperiosteum palatal,
● Produksi jaringan parut lebih sedikit,
● Sangat berguna untuk celah sempit,
● One-layer closure.
Hard Palate closure
Prosedur

a. Menghilangkan mukosa dari margin celah


b. Flap mukoperiosteal pada palatum keras, lihat adanya lateral releasing incisions
c. Jahit mukosa nasal dengan simpul pada sisi nasal
d. Mukosa nasal sudah tertutup
e. Repair dari mukosa nasal (gambaran frontal section)
f. Penutupan mukoperiosteum oral
Alveolar Cleft Graft

● Apabila defek alveolar cleft tidak dikoreksi, dapat berpotensi menyebabkan fistula oronasal
residual dan kontinuitas tulang alveolar tidak adekuat.
● Hal ini dapat menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut :
● Cairan dari rongga mulut dapat keluar melalui kavitas nasal.
● Sekresi nasal dapat keluar melalui kavitas oral.
● Gigi dapat erupsi menuju celah alveolar.
● Kolaps pada segmen alveolar.
● Jika celah besar, dapat menyebabkan gangguan bicara.
Keuntungan : Waktu yang tepat :
● Menyatukan segmen alveolar. ● Biasanya ketika usia pasien 6-10 tahun
● Mencegah kolaps dan konstriksi lengkung gigi. karena sebagian besar pertumbuhan maksila
● Menyediakan dukungan untuk gigi geligi di sekitar sudah terjadi
celah maupun gigi yang akan erupsi di daerah tersebut. ● Ketika caninus permanen belum erupsi
● Penutupan fistula oronasal sehingga membantu (terbentuk 1/2 – 2/3 bagian) = agar
memisahkan rongga mulut dengan kavitas memperoleh periodontal support yang baik.
nasal. ● pada waktu berdekatan dengan erupsi gigi
● Mendukung penempatan protesa lepasan. insisif sentral maksila.
● Sebagai fondasi yang solid bagi bibir dan dasar hidung ● Ekspansi ortodontik dapat dilakukan
jadi idealnya graft diberikan sebelum ataupun sesudah prosedur ini.
sebelum perbaikan celah pada hidung.
Prosedur Bedah:

● Flap mukoperiosteal harus


menutupi bone graft yang
ditempatkan pada celah alveolar.
● Tulang yang ditempatkan di dalam
celah biasanya berasal dari illium
(bagian dari tulang panggul) atau
cranium pasien, serta dari individu
lain (allogeneic graft).
● Graft ini akan digantikan dengan
tulang baru.
Koreksi disharmonis maxillomandibular

● Biasanya pasien dengan celah bibir dan palatum akan


mengalami retrusi maksila dan konstriksi maksila secara
transversal karena hasil dari tindakan bedah sebelumnya.
● Perlu tindakan bedah ortognatik
● Perbedaannya, pada pasien dengan celah = ada scar pada
palatum dan berkurangnya suplai darah maksila.
● Scar membuat pelebaran maksila menjadi sulit.
Prosedur Bedah Sekunder

● Prosedur yang dilakukan setelah initial repair, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara ataupun
memperbaiki defek residual.
● Salah satu tindakan yang sering dilakukan adalah pharyngeal flap procedure.
● Dilakukan agar tidak terjadi komunikasi antara kavitas nasal dan oral.
● Mukosa dan otot faringeal dari dinding posterior faringeal diletakkan pada aspek superior dari palatum lunak.
● Defek pada dinding posterior faringeal dibiarkan bisa ditutup dengan jahitan atau dibiarkan healing dengan
secondary intention.
● Saat ini ada juga material biokompatibel yang dapat dijadikan implan dinding faringeal posterior.
Penanganan Cleft

Penanganan cleft dilakukan dalam team yang terdiri atas

● Dokter anak, dokter gigi anak, dokter orthodontist,


dokter prosthodontist, dokter bedah mulut, dokter
bedah plastik, dokter THT (audiologist,
otorhinolaryngologist)
● Speech pathologist, psikiater/psikolog, dan social
worker

Seberapa banyaknya multidisciplinary team tergantung


akan kompleksitas masalah orofacial cleft
Infant Orthopedic Treatment

● Dapat digunakan beberapa macam alat dengan


bentuk yang berbeda untuk mengurangi
keparahan cleft, seperti elastomeric tape dan
Latham appliance.
● Alat ini dapat digunakan untuk mengurangi lebar
cleft alveolar.
● Yang paling popular digunakan adalah NAM
(Nasoalveolar Molding) yang digunakan pada usia
minggu-minggu pertama.

*NAM → nasal labial extension untuk membentuk kartilago nasal cleft


dan mengurangi feformitas cleft, serta memberikan kesimetrisan nasal
cartilages
Lip Adhesion and Lip Repair

● Celah bibir kemudian diperbaiki pada usia 3-6 bulan setelah Infant Orthopedic
Treatment.
● Lip Adhesion dapat dilakukan untuk meminimalisir labial tension pada saat prosedur Lip
Repair.
● Secara umum, prosedur ini harus mengikuti Rule of 10s yaitu anak harus memiliki berat
minimal 10 pounds, memiliki level hemoglobin lebih dari 10 g/dL, dan berusia minimal 10
minggu sebelum dilakukan intervensi bedah.
Palatal repair

● Celah palatum diperbaiki pada usia 9-18 bulan, seringnya pada usia 1 tahun.
● Perbaikan palatum yang lebih awal memiliki keuntungan yaitu perkembangan berbicara
yang lebih baik, namun dapat menghambat pertumbuhan maxilla yang seharusnya,
sehingga menyebabkan maloklusi dan estetik wajah yang bekurang.
● Namun, perbaikan palatum yang terlambat (setelah 18 bulan) akan memberikan dampak
negatif pada perkembangan bicara, walaupun disertai pertumbuhan maxilla yang normal.
● Dalam menentukan waktu yang tepat, diperlukan pertimbangan yang menyeluruh yang
melibatkan seluruh tim multidisiplin.
Velopharyngeal Surgery

● Jika perkembangan berbicara di bawah dari level optimal, maka dapat dilakukan
Velopharyngeal Surgery pada usia 2,5-3 tahun.
● Prosedur ini dilakukan oleh dokter bedah plastik, otolaryngologist anak, atau dokter
gigi Sp.BM yang telah terlatih dalam bidang anak.

Maxillary Expansion

● Dilakukan sebelum melakukan alveolar bone graft untuk menjaga bentuk lengkung yang baik dan
menyediakan akses yang cukup untuk melakukan prosedur bone graft.
● Dapat dilakukan oleh dokter gigi anak atau orthodontist dengan menggunakan beberapa jenis alat.
Alveolar Bone Grafting

● Lengkung maxilla terkadang membutuhkan alveolar bone grafting untuk menjaga


kontinuitas lengkung maxilla, menyediakan support yang cukup untuk tumbuhnya gigi, dan
menstabilisasi lengkung maxilla sebelum dilakukan perawatan orthodonti.
● Waktu untuk melakukan prosedur ini yaitu usia 5-7 tahun, pada saat I2 permanen maxilla
sudah ada dan ketika I1 maxilla terlalu dekat dengan cleft alveolar.
Follow Up dan Perawatan Ortodonti

● Dilakukan oleh team secara periodik.


● Dilakukan evaluasi terhadap pola erupsi gigi permanen, dan jika diindikasikan, dapat
dilakukan perawatan orthodontik pada periode mixed dentition hanya pada lengkung
maxilla.
● Pada usia remaja awal, dilakukan followup untuk menentukan fase perawatan orthodonti
yang dibutuhkan oleh pasien. Jika diindikasikan, dapat dilakukan bedah ortognati juga.
SISTEM RUJUKAN

❏ Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Ltd; 2014.
❏ Geneser K M and Allareddy V. Cleft Lip and Palate, p 77.
❏ McDonald and Avery Dentistry for the Child and Adolescent, 9th edition, 621
Multidisciplinary Teamwork

Tim terdiri dari:

● The dental specialties (orthodontics, oral surgery, pediatric dentistry, and prosthodontics)
● The medical specialties (genetics, otolaryngology, pediatrics, plastic surgery, and psychiatry)
● Allied health care fields (audiology, nursing, psychology, social work, and speech pathology)

Anggota tim harus berkomunikasi secara efektif di antara mereka sendiri, dengan anak dan orang tua, dan
dengan dokter perawatan primer dan dokter gigi. Individu di tim harus menghormati satu pendapat lain dan
fleksibel dalam perencanaan dan pelaksanaan terapi.
Dental Specialist

● Pediatric dentistry : memonitor kesehatan, perkembangan, perawatan gigi


secara keseluruhan. Dokter gigi anak harus mendiskusikan dengan pasien
dan orang tua masalah gigi yang terkait dengan celah.
● Orthodontics : diagnosis dengan menganalisis catatan (radiograf
sefalometrik dan panoramik, model studi, dan foto diagnostik), menyediakan
perawatan ortho yang komprehensif
● Oral surgery : pembedahan untuk memperbaiki hubungan skeletal dari
kompleks maksilomandibula.
● Prosthodontics : menggantikan, mengembalikan, atau merehabilitasi
struktur orofasial yang mungkin hilang atau cacat
Medical Specialities

● Pediatrik: memonitor kesehatan umum pasien


● Bedah plastik dan rekonstruktif: determinasi waktu dan metode untuk lip
closure
● Perawat: mempersiapkan pasien untuk operasi, membantu dalam keseleruhan
manajemen
● Speech pathologist: monitor speech output, suara dianalisa untuk
mendeterminasi adanya deviasi
● Psikolog: evaluasi kognitif, emosi, tingkah laku pasien dan konsultasi dengan
orang tua
● Audiologist: melakukan tes untuk mengidentifikasi adanya kesulitan
pendengaran
GANGGUAN FUNGSI
AKIBAT KELAINAN CELAH
BIBIR

Hupp. Contemporary of Oral Maxillofacial Surgery. 6th Ed (hal 586 – 593)


Gangguan Fungsi Yang Timbul Akibat
Kelainan Celah Bibir

Terdapat beberapa gangguan yang dapat timbul akibat dari cleft palate seperti :

● Gangguan rongga mulut (Dental problem)


● Gangguan maloklusi
● Deformitas Nasal
● Gangguan Asupan Gizi (Feeding problem)
● Gangguan Pendengaran (Ear problem)
● Kesulitan Bicara
● Gangguan Estetika
● Anomali lainnya
Gangguan Dental
Mempengaruhi perkembangan gigi desidui, gigi permanen, dan rahang pasien seperti :

● Tidak adanya gigi (secara kongenital)

○ gigi yang loss biasanya adalah Insisivus lateral dan kaninus ( I2 & C), disebabkan karena
proksimitas dari celah bibir
○ Gigi lainnya juga bisa mengalami deformasi morfologi dan hipomineralisasi

● Muncul supernumerary teeth

○ Biasanya di sekitar margin cleft


○ gigi ini dapat dipertahankan jika memberikan fungsi dalam rehabilitasi gigi pasien secara
keseluruhan
○ Supernumerary teeth dari gigi permanen dipertahankan 2-3 bulan sebelum dilakukan alveolar
cleft bone grafting, untuk mempertahankan jaringan sekitar tulang alveolar.
Gangguan Dental

Figure 28-5 Occlusal radiographs from


individuals with various types of cleft
deformities.
A, Bilateral complete cleft of alveolus and
palate. Note the
absence of the permanent lateral incisors.
B, Bilateral complete cleft of alveolus and
palate. Note the absence of the permanent
lateral incisor on the
patient’s left side.
C, Unilateral complete cleft of alveolus and
palate. Note supernumerary teeth within the
clefted area.
Gangguan Maloklusi
● Memperlihatkan diskrepansi/ ketidaksesuaian skeletal dan disharmoni oklusal dalam bentuk, ukuran, dan
posisi rahang pasien

● Lebih sering terjadi Maloklusi Angle Kelas III (Retrusi Maksila/ Pseudognathisme), yang umumnya
diinisiasi oleh :

○ Kehilangan/ kelebihan benih gigi

○ Retardasi pertumbuhan maksila (dominan)

● Retardasi maksila dapat ditangani dengan perawatan :

○ Orthodontik

○ Pembuatan space maintaincer/ space regainer (pasca erupsi gigi M1 permanen)

○ Bedah orthognatik (perbaikan diskrepansi skeletal dan disharmoni oklusal)


Gangguan Maloklusi
● Retardasi disebabkan oleh :

○ Trauma saat operasi penutupan cleft dan hasil fibrosis, yang membatasi pertumbuhan maksila dalam 3 bidang
(retrusi, konstriksi, dan vertical underdevelopment)

○ Unilateral palatal clefts – collapse pada sisi cleft menuju ke pusat palatum, menyebabkan rahang menjadi
sempit/kecil.

○ Bilateral palatal cleft – collapse pada 3 segmen atau terjadi penyempitan (konstriksi) segmen posterior dan
penonjolan (protusi) segmen anterior.
Gangguan Maloklusi

A, Facial profile of typical patient with


a cleft. Note the pseudoprognathic
appearance of the mandible.

B, Occlusal relationship showing


Angle‟s Class III relationship with
anterior crossbite.

C, Lateral cephalogram showing


maxillary skeletal sagittal deficiency
contributing to Class III
occlusal relationship.
Deformitas Nasal

● Apabila cleft meluas hingga dasar hidung, tulang rawan alar pada sisi
itu akan melebar, dan columella hidung (jembatan berupa jaringan yang
memisahkan lubang hidung di dasar hidung) akan terdorong ke sisi
noncleft.

● Koreksi bedah ditunda hingga semua cleft dan masalah terkait telah
diperbaiki. Hal ini karena koreksi defek cleft alveolar dan retrusi
tulang maksila akan mengubah fondasi tulang hidung
Gangguan Pemberian Asupan Makanan

● Bayi dengan cleft palate dapat menelan secara normal apabila makanan
telah mencapai hypopharynx namun mengalami kesulitan dalam menghisap
ASI atau botol susu karena otot tidak berkembang atau tidak berorientasi
dengan benar.

● Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan :

● Penggunaan botol susu khusus di mana dotnya memanjang dan meluas


jauh ke dalam mulut bayi dengan bagian pembuka lebih besar karena
kemampuan menghisap yang tidak efektif.

● Penggunaan eye-dropper atau syringes besar dengan sambungan


rubber extension tube. Tube diletakan di dalam mulut bayi dan
sejumlah kecil larutan diinjeksikan.
Gangguan Pendengaran
● Cleft pada palatum lunak merupakan predisposisi dari infeksi telinga tengah.

● Hal ini karena otot levator veli palatini dan tensor veli palatini (berasal langsung dari atau di dekat auditory
tube) yang normalnya masuk ke dalam otot pada sisi yang berlawanan menjadi unattached, karena palatum
lunak mengalami cleft.

Upaya yang dapat dilakukan adalah :

● Penggunaan audiograms dapat berguna untuk memonitor kemampuan pendengeran anak.

● Pada anak dengan cleft palate, telinga tengahnnya harus di-“lubangi” dengan otorhinolaryngologist,

○ menciptakan lubang melalui aspek inferior dari membran timpani dan menyisipkan tabung plastik kecil
sehingga dapat dilakukan drainase keluar telinga bukan ke nasofaring (miringotomy).
Kesulitan Berbicara

● Masalah yang dapat dialami dapat berupa retardasi bunyi konsonan (p, b, t, d, k, dan g)

● Pada penderita cleft, terjadi kompensasi berupa :

○ Dinding posterior dan lateral faring pada penderita cleft memiliki mobilitas yang tinggi dan cenderung
menyempitkan jalur antara orofaring dan nasofaring selama berbicara.

○ Posisi dan postur lidah pada penderita cleft juga mengalami kompensasi menjadi pengatur udara yang lewat
dari laring menuju area faringeal.

○ Otot superfisial di sekitar hidung penderita cleft mengalami kompensasi sebagai pembatas jumlah udara yang
keluar dari rongga hidung.

● Pada pasien cleft palate, terjadi gangguan pada mekanisme velopharyngeal (mekanisme palatum lunak dan keras dalam
melakukan kontrol jalan udara ke dari orofaring ke nasofaring untuk menghasilkan speech yang jelas)
Kesulitan Berbicara
Gangguan Estetika

● Terdapat defek bibir, deformitas nasal, hipoplasia dan collapse pada maksila. Bibir dapat diperbaiki pada
masa awal anak-anak. Jika terdapat luka (scar) yang tidak estetik, dapat diperbaiki saat masa pubertas.

● Defek nasal diperbaiki secara primer selama bedah bibir primer dan bedah perbaikan sekunder dilakukan
setelah hipoplasia skeletal diperbaiki.

● Kombinasi perawatan ortodontik, bedah ortodontik, dan distraksi dibutuhkan untuk memperbaiki hipoplasia
maksila yang berkembang setelah perbaikan palatal. Missing teeth bisa digantikan menggunakan implant.
CARA PEMELIHARAAN
RONGGA MULUT
SETELAH PERBAIKAN
KELAINAN CELAH BIBIR
● https://www.dartmouth-hitchcock.org/plastic_surgery/post_op_cleft_palate_repair.html (diakses pada tanggal 7 April 2019 Pukul 06.00 WIB)
● https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/health-wellness-and-safety-resources/helping-hands/cleft-palate-repair-
instructions-after-surgery (diakses pada tanggal 7 April 2019 Pukul 06.00 WIB)
● https://www.seattlechildrens.org/pdf/pe153.pdf (diakses pada tanggal 7 April 2019 Pukul 06.00 WIB)
● https://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/plastic/Cleft%20palate%20repair%20postoperative%20information.pdf (diakses pada
tanggal 7 April 2019 Pukul 06.00 WIB)
Pemeliharaan Rongga Mulut Pasca-Bedah
Cleft Palate
Terdapat beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam memelihara area pasca-bedah cleft palate
pada anak. Di antaranya adalah sebagai berikut :

● Proses penyembuhan dan reparasi cleft palate

● Proteksi terhadap reparasi pasca-bedah cleft palate

● Perawatan kesehatan gigi dan mulut pasca-bedah cleft palate

● Diet/ konsumsi makanan dan minuman yang dapat diberikan

● Obat analgesic pasca-bedah cleft palate

● Menghubungi tenaga medis terkait cleft palate


Proses Healing dan Repair Pasca-Bedah
Cleft Palate
Tanda - tanda klinis yang dapat dijumpai :

● Muncul „Dressing Material‟ dan warna kekuningan/ keabuan yang menandakan proses healing pada area pasca-bedah

● Muncul sedikit darah di dalam mucous atau saliva (ludah) berwarna pink selama beberapa hari

● Terdapat drainase mucous jernih dari hidung (sebelum operasi, mucous selalu mengalir langsung ke rongga mulut)

● Terdapat pembengkakan pada area cleft palate yang menyebabkan anak ‘mendengkur dan suara congestive’ selama
beberapa minggu

● Setelah cleft palate surgery, akan terlihat bentuk ‘stitches’ (jahitan) pada palatum anak

○ Bersifat dissolvable (dapat hilang) yang terjadi selama 7 – 10 hari.

○ Tidak masalah apabila jahitan tertelan oleh anak


Proses Healing dan Repair Pasca-Bedah
Cleft Palate
● Selama proses penyembuhan, reparasi cleft palate tidak
memiliki strength yang cukup untuk resist cedera yang
disebabkan oleh objek asing (seperti jari).

● Pasien akan mengeluhkan rasa nyeri dan resah pada anak


(membutuhkan perhatian lebih) selama 1 – 3 minggu

● Proses selesainya healing membutuhkan waktu sekitar 2 – 3


minggu
Proteksi Selama Proses Healing Repair
Pasca-Bedah Cleft Palate
● Hindari barang-barang yang berpotensi melukai mulut pasien selama proses healing pasca-bedah cleft palate, seperti :

○ Boneka/ mainan dari kayu, logam, atau plastic (pasien biasanya suka menggigit mainan)

○ Mainan-mainan kecil (contoh: pion monopoli)

○ Garpu, sendok, pisau

○ Sedotan minum

○ Lollipop atau permen kaki

○ Makanan yang dihisap

○ Thermometer

○ Sikat gigi
Proteksi Selama Proses Healing Repair
Pasca-Bedah Cleft Palate
● Lakukan pemantauan tangan pasien dengan menggunakan alat hand-mitten (sarung tangan)/ arm splint
selama 2 minggu/ 10 hari :

○ Agar pasien tidak menaruh tangan & jari nya ke dalam mulut

○ Agar pasien tidak menaruh barang keras (hard object)/ mainan/ boneka ke dalam mulutnya

○ Dapat dilepas ketika pasien akan mandi/ situasi tertentu (co : emergency)
Perawatan Dental Pasca-Bedah Cleft
Palate

● Dilarang menggunakan sikat gigi (toothbrush) selama 1 – 3 minggu

● Dianjurkan untuk menerapkan hal - hal sebagai berikut :

○ Berkumur dengan cooled – boiled water

○ Mengusapkan gigi dan gingiva dengan air yang dicampur dengan gauze-pad

○ Selalu minum air putih setiap setelah makan untuk membersihkan rongga mulut
Diet/ Konsumsi Makanan

Ada beberapa hal yang perlu dihindari Makanan yang disarankan dalam pemberian asupan pasien :

● Biscuit ● Bubur
● Roti ● Mashed food (contoh : mashed potato)
● Kerupuk/ keripik ● Pudding
● Sereal ● Makanan bayi
● Makanan keras lainnya ● Makanan bertekstur lembut lainnya
● Makanan/ minuman panas ● Menggunakan sendok dengan sangat hati-hati (tidak
● Makanan yang merangsang pasien untuk mengunyah menyentuh area pasce-bedah)
(crunchy, biji-bijian, grains, pulp, atau skin)
● Empeng/ pacifier
● Botol minum olahraga
● Sedotan
● Garpu
● Pasien makan sendiri (harus disuapi)
Diet/ Konsumsi Makanan
Tahapan dalam pemberian asupan nutrisi pada pasien pasca-bedah cleft palate.

● Minggu ke-1 ● Minggu ke-2 ● Minggu ke-3 (normal diet)

(full liquid diet) (soft diet, melt in the mouth diet)

○ Susu ○ Ice cream

○ Makanan khusus (formula) ○ Sherbets

○ Jus buah ○ Frozen yoghurt

○ Well-melted ice cream ○ Pudding

○ Kaldu/ sup ○ Smooth yoghurt

○ Soft cereal

○ Gelatin

○ Bubur

○ Makanan bayi
Obat Analgesic Pasca-Bedah Cleft Palate
● Penting untuk pasien untuk konsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter. Pasien pasa-bedah cleft palate akan
merasakan rasa nyeri (mild to moderate pain) selama beberapa hari.

● Terdapat beberapa obat analgesic yang biasa digunakan untuk meredakan rasa nyeri tersebut dalam sediaan cair
seperti :

○ Lortab (Hydrocodone/acetaminophen)

○ Tyenol (acetaminophen)

○ Motrin (ibuprofen)

○ Advil (ibuprofen)
Obat Analgesic Pasca-Bedah Cleft
Palate
Prescription Narcotic Medicine (Lortab) Over-The-Counter Medicine

● Mengandung zat narkotik hydrocodone ● Dapat berupa Tylenol (asetaminofen) dan Motrin/ Advil
(ibuprofen)
● Dapat digunakan setiap 6 jam
● Idealnya tidak boleh dikonsumsi secara bersamaan
● Memiliki efek konstipasi dalam selang waktu 6 jam
● Jangan berikan lortab bersamaan dengan ● Dapat digunakan bersamaan dengan
obat-obatan lain dalam selang waktu 6 jam mempertimbangkan waktu pemberian dan pemberian
seperti Asetaminofen, Ibuprofen, Obat batuk dosisnya masing-masing
dan demam lainnya
○ Obat pertama dikonsumsi pada jam pertama
● Sebisa mungkin ganti penggunaan Lortab
dengan Tylenol ○ Obat kedua dikonsumsi setelah 3 jam konsumsi
obat pertama
Obat Analgesic Pasca-Bedah Cleft
Palate
Menghubungi Tenaga Medis Apabila
Ada Keluhan Pasca-Bedah Cleft Palate

Hubungi tenaga medis/ rumah sakit apabila terjadi tanda-tanda dan gejala khusus pada pasien
pascabedah cleft palate apabila :

● Demam hingga 101°F / 38°C


● Muntah dan/ atau Diare
● Perdarahan pada area suture line (area pascabedah)
● Injuri palatum (benturan keras)
● Drainase sekitar suture line yang berbau dan seperti pus
● Rasa nyeri yang tidak tertahan lagi
NUTRISI
DEFINISI DAN
PERBEDAAN
Touger-Decker R, Sirois DA, and CC Mobely. Nutrition
and Oral Medicine.
Nutrisi

● Merupakan gabungan dari kualitas diet (pola makan) dan aktivitas fisik maupun biologis
yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup.
● Menurut Navia, nutrisi adalah '' ilmu kompleks yang tidak hanya melibatkan makanan
dan diet, tetapi juga memanfaatkan prinsip-prinsip dari biokimia, genetika, imunologi,
fisiologi, dan biologi molekuler untuk menangani proses penggabungan ke dalam
senyawa-senyawa penting tubuh dari lingkungan trofik yang tidak dapat disintesis oleh
jaringan manusia. ''
Kualitas Diet

Seringkali diekspresikan dalam istilah sumber makanan agrikultur atau industri, kandungan
gizi, daya tarik organoleptic (keiinginan untuk mengkonsumsi), ragam, dan kecukupan. Makanan
dan bahan makanan adalah senyawa kimia yang dikonfigurasi oleh alam atau diformulasikan
oleh proses buatan manusia untuk meniru alam.
Status Nutrisi

● Merupakan pengukuran seberapa banyak kebutuhan fisik/fisiologis individu akan


nutrisi terpenuhi / yang dipenuhi oleh dari pilihan dan pola dietnya.
● Dengan demikian pengukuran status gizi memerlukan tinjauan asupan makanan,
penanda biokimiawi status gizi, dan tindakan antropometrik serta penilaian indeks
klinis kesehatan.
Malnutrisi
● Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan malnutrisi atau kekurangan gizi sebagai
ketidakseimbangan antara pasokan nutrisi dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan,
pemeliharaan dan menjalankan fungsi lainnya
● Malnutrisi secara independen merupakan kondisi kompleks dan multifaktorial yang biasanya
mewakili asupan makanan berkualitas rendah, kemungkinan asupan makanan berkurang, dan
terkait dengan kondisi kesehatan sistemik negatif bersamaan lainnya.
● Malnutrisi merupakan "Konsekuensi patofisiologis dari konsumsi nutrisi yang tidak mencukupi,
berlebihan, atau tidak seimbang atau gangguan penggunaan nutrisi yang dicerna '. Ini
menghasilkan ketidakseimbangan antara supply nutrisi dan energi dan demand fisiologis tubuh
untuk memastikan pertumbuhan dan fungsi.
● Merupakan konsekuensi dari kemiskinan atau ketidakpedulian, dan merupakan hasil dari
ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dengan asupan gizi, yang dapat menyebabkan
obesitas, sindrom kurang gizi, ketergantungan atau toksisitas. Berupa overnutrition atau
undernutrition.
OVERNUTRITION
● Asupan berlebihan atau penurunan ekskresi nutrisi
berkontribusi pada toksisitas dan kelebihan gizi
(Overnutrition)

UNDERNUTRITION
● Ketidakcukupan gizi/nutrisi, serta malabsorpsi, gangguan
pemanfaatan/ penggunaan (organ) yang terganggu, atau
peningkatan ekskresi nutrisi, dapat menyebabkan kekurangan gizi
(Undernutrition)
KOMPONEN, SUMBER,
DAN MANFAAT
Touger-Decker R, Sirois DA, and CC Mobely. Nutrition and
Oral Medicine.
Komponen

Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien.
➔ Makronutrien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk
memberikan tenaga secara langsung yaitu protein, karbohidrat, dan lemak. Disebut juga
sebagai Nutrisi Dasar
➔ Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya
diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas
vitamin larut lemak, vitamin tidak larut lemak, air, elektrolit, dan mineral.
Karbohidrat

➔ Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi manusia.


➔ Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kkal.
➔ Sebagian karbohidrat berada di dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan
energi segera dan sebagian lagi disimpan sebagai glikogen di dalam hati dan jaringan
otot, dan sebagian diubah menjadi lemak.
➔ Sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula.
Sumber karbohidrat yang banyak digunakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah
beras, ubi, singkong, jagung, sagu, dan talas.
Protein
➔ Protein adalah molekul makro yang terdiri dari rantai-rantai panjang asam amino yang
terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen; beberapa asam amino
mengadung unsur-unsur tambahan seperti fosfor dan besi yang terikat satu sama lain
dengan ikatan peptide.
➔ Protein ini terdiri dari 24 asam amino di antaranya 9 asam amino esensial contohnya
adalah thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin dan histidin,
selebihnya asam amino nonesensial.
➔ Terdapat enam jenis protein di dalam tubuh manusia yang dibagi berdasarkan fungsinya
yaitu, protein struktural, protein regulatori, protein kontraksi, protein imun, protein
transpor, dan protein katalitik
Protein
➔ Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging, unggas, dan sumber protein nabati adalah
kacang-kacangan
➔ Protein mempunyai fungsi sebagai berikut :
● Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
● Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati.
● Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk pencernaan dan metabolisme
serta antibodi yang diperlukan.
● Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam kompartemen yaitu intraseluler, ekstra
seluler/interseluler dan intravaskuler.
● Mempertahankan kenetralan (asam basa) tubuh
Lemak

➔ Lemak adalah senyawa-senyawa heterogen yang bersifat tidak larut dalam air
(hidrofobik). Lemak juga termasuk dalam sumber energi manusia selain bertindak sebagai
koenzim bagi vitamin larut lemak (Champ and Harvey, 2005).
➔ Lemak juga berfungsi sebagai sumber energi yang menghasilkan 9 Kkal untuk setiap gram
yaitu kira-kira tiga kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam
jumlah yang sama. Lemak merupakan cadangan energi tubuh paling besar.
➔ Lemak disimpan sebanyak 50% di subkutan, 45% di sekeliling organ dalam rongga perut
dan 5% di jaringan intramuskuler
Vitamin
Vitamin
Air
➔ Air merupakan nutrisi yang penting, lebih penting daripada nutrisi lainnya. Air dibutuhkan dalam jumlah yang
terbesar, yaitu sekitar 2-3 liter per hari. Sebagai senyawa yang paling melimpah di dalam tubuh, air bertindak
sebagai media di mana sebagian besar reaksi metabolik terjadi, dan juga berpartisipasi dalam beberapa reaksi
(misalnya, reaksi hidrolisis). Fungsi air pada metabolisme tubuh lainnya antara lain :
● Membawa nutrien dan waste products ke seluruh tubuh
● Menjaga struktur molekul besar seperti protein dan glikogen
● Berpartisipasi dalam reaksi metabolisme.
● Berfungsi sebagai pelarut untuk mineral, vitamin, asam amino, glukosa, dan banyak molekul kecil lainnya
sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan metabolic
● Bertindak sebagai pelumas dan bantal di sekitar sendi dan di dalam mata, sumsum tulang belakang, dan
pada kehamilan, kantung ketuban yang mengelilingi janin dalam kandungan
● Alat regulasi suhu tubuh normal, seperti penguapan keringat dari kulit menghilangkan kelebihan panas dari
tubuh
● Menjaga volume darah
Elektrolit
● Elektrolit merupakan substansi yang mengandung ion bebas yang berperan sebagai media
konduktor listrik. Biasanya, elektrolit berada pada suatu larutan, sehingga kadang disebut juga
sebagai ionic solutions. Akan tetapi, elektrolit juga mungkin terdapat dalam bentuk molten atau
solid.
Mineral
Mineral mirip seperti vitamin, yaitu molekul esensial yang bebas kalori. Akan tetapi, mineral adalah
molekul anorganik. Komposisi mineral sekitar 4% dari total massa tubuh. Mineral berfungsi untuk
menginisiasi berbagai fungsi biologis dan membantu mengatur reaksi enzimatik.
● Mineral trace elements dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti : besi, seng, yodium, selenium,
tembaga, mangan, fluoride, kromium dan molibdenum.
● Major mineral antara lain natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfat.
MANIFESTASI ORAL
AKIBAT MALNUTRISI
ASUPAN NUTRISI YANG
BAIK UNTUK KESEHATAN
RONGGA MULUT
Asupan yang baik diperlukan
untuk menjaga kesehatan
mulut
Nutrisi yang tidak baik dan
kebiasaan buruk dapat
menimbulkan penyakit mulut
1. Vitamin
a. Folat dan vitamin B kompleks
· Folat (Vit B9) merupakan komponen sebuah reaksi biokimia untuk
sintesis DNA dan diperlukan dalam metabolisme asam amino untuk divisi
sel > oleh karena asam folat berperan dalam sintesis asam nukleat dan
pembentukan sel dari fetus, ibu hamil memerlukan banyak asam folat
· Karena Vitamin B biasanya berada pada makanan yang sama, oleh
karena itu istilah yang biasa dipakai adalah Vitamin B kompleks.
Defisiensi B2, B3, B6, dan B12 dapat menimbulkan manifestasi oral:
stomatitis, glossitis, dan ulser mulut. Faktor risiko defisiensi vit B meliputi
umur lebih tua, obat-obatan, pengguna alcohol, sindrom malabsorptif,
dan diet vegetarian dan vegan.
1. Vitamin

b. Vitamin C
· Untuk sintesis kolagen yang digunakan untuk menggantikan porsi
protein dari gigi dan tulang dan sebagai scaffold structural saat terjadi
mineralisasi dari gigi dan tulang. Kolagen diperlukan untuk pembentukan
dentin, pulpa, sementum, jaringan periodontal, pembuluh darah gingiva,
jaringan ikat, dan ligamen periodontal
· Kekurangan vitamin C menyebabkan scurvy (sariawan). Gejala
awalnya meliputi inflamasi pada gingiva
· Semua buah dan sayuran mengandung vitamin C tetapi yang
mengandung vitamin C tertinggi adalah buah jeruk, berry, brokoli, dan
lada merah.
Beberapa Obat-obatan yang berkaitan
dengan defisiensi Vitamin B dan C,
Kalsium dan Magnesium
1. Vitamin

c. Vitamin A
· Komponen penting untuk menjaga membrane mukosa,
kelenjar saliva, dan gigi.
· Studi pada hewan menunjukkan defisiensi vitamin A
menyebabkan: tooth brittleness, degenerasi kelenjar
saliva, dan peningkatan risiko karies
· Vitamin A dapat memberikan efek protektif melawan
celah bibir.
1. Vitamin

d. Vitamin D
· Berperan penting dalam absorpsi kalsium, fosfor, dan magnesium
dalam usus, dan membantu dalam mineralisasi tulang dan gigi.
· Defisiensi vitamin D berkaitan dengan hipoplasia enamel dan dentin
· Defisiensi vitamin D pada saat pembentukan gigi dapat
menyebabkan erupsi yang tertunda, kehilangan lamina dura dan
sementum, yang dapat menimbulkan kehilangan gigi.
· Beberapa faktor risiko defisiensi vitamin D: umur yang lebih tua,
tinggal pada daerah tinggi, obat-obatan, penyakit ginjal, dan diet vegan
· Makanan bervitamin D: produk susu dan biji-bijian
2. Mineral
a. Kalsium dan Fosfor
❖ Mineralisasi protein matriks dengan deposisi hidroksiapatit memberikan compressive
strength pada gigi dan tulang, Hidroksiapatit yang tersusun dari kalsium dan fosfor
adalah komponen penting pada dentin dan enamel.
❖ Kekurangan asupan kalsium saat kehamilan dapat menyebabkan kelainan pada
tulang, kalsifikasi gigi yang tidak selesai, malformasi gigi, dan lebih rentan terhadap
karies saat gigi erupsi.
❖ Pada anak-anak dan dewasa muda, bila kurang asupan kalsium dapat menyebabkan
osteopenia (penurunan densitas dan massa tulang). Apabila dibiarkan, dapat
menyebabkan osteoporosis, yang menyebabkan mobilitas gigi hingga kehilangan gigi.
❖ Defisiensi kalsium berhubungan dengan penyakit periodontal yang lebih severe.
❖ Faktor risiko defisiensi kalsium: orang yang lebih tua, wanita postmenopause, individu
dengan lactose intolerance, dan vegan.
2. Mineral

b. Fluoride
· Ditemukan pada semua tanah, air, tanaman, dan hewan.
· Berfungsi untuk meng-katalis gabungan kalsium dan fosfat
menjadi enamel dan mengubah dirinya menjadi enamel saat
mineralisasi, yang menghasilkan fluorapatite
· Dapat menggunakan konsumsi air berfluoride dan pasta gigi
berfluoride
· Suplemen diet direkomendasikan sebagai tambahan dari pasta
gigi, varnish, dan obat kumur apabila suplai air tidak terfluoridasi.
3. Nutrisi lain
a. Karbohidrat
· Sebagai sumber energi dan cadangan energi.
· Digunakan juga untuk pertumbuhan patogen dalam mulut
· Konsumsi karbohidrat pada porsi yang tepat digunakan untuk menyediakan energi yang cukup
untuk individu dan menjaga flora normal oral. Jika terlalu banyak, karbohidrat akan digunakan
untuk produksi energi bakteri, dan menumbuh-kembangkan bakteri dalam mulut.
· Bakteri S. mutans, Lactobacillus sp., dan S. sanguinis memetabolisme karbohidrat dan
menghasilkan metabolit asam yang menyebabkan penurunan pH kurang dari 5,5 yang dapat
menyebabkan demineralisasi enamel maupun dentin.
· Bakteri biofilm juga dapat terbentuk pada gingiva, yang dapat menyebabkan plaque-induced
gingivitis.
· Makanan asam dan minuman dengan pemanis gula berkontribusi dalam proses demineralisasi.
· Oleh karena itu perlu pengurangan konsumsi gula berlebih.
3. Nutrisi lain

b. Protein
· Nutrisi dasar yang digunakan untuk konstruksi semua jaringan pada tubuh.
· Pada level biokimia, protein kolagen diperlukan untuk formasi dentin, sementum,
ligamen periodontal, gingiva, mukosa oral, dan tulang
· Asam amino diperlukan untuk maintenance dan perbaikan jaringan oral dan formasi
antibody
· Akibat defisiensi protein: struktur gigi yang lemah, degenerasi struktur penunjang gigi,
penyembuhan tertunda, dan resistensi buruk terhadap patogen dalam mulut.
· Defisiensi protein sangat berkaitan dengan malnutrisi protein-energi (kekurangan
asupan kalori dan protein)
· Malnutrisi pada masa awal anak-anak berhubungan dengan hipoplasia enamel, karies
pada gigi susu, dan tertundanya tanggalnya gigi susu.
Beberapa
sumber
makanan
HUBUNGAN NUTRISI
SAAT KEHAMILAN
DENGAN TERJADINYA
KELAINAN RONGGA
MULUT PADA ANAK
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, asupan nutrisi yang
cukup diperlukan, khususnya
pada saat kehamilan. Defisiensi
nutrisi tertentu dapat
menyebabkan defek pada bayi.
Efek defisiensi
nutrisi pada bayi
terhadap
perkembangan
gigi
NUTRISI YANG HARUS
DIPENUHI SELAMA
PERIODE KEHAMILAN
● Harus punya status nutrisi yang baik dan optimal selama kehamilan karena kehamilan
mempengaruhi perkembangan gigi anak
● Beberapa nutrisi penting yang diperlukan ibu hamil di antaranya adalah sumber kalori
(karbohidrat dan lemak), protein, asam folat, vitamin B12, zat besi, seng, kalsium,
vitamin C, vitamin A, Vitamin D, vitamin B6, dan vitamin E
● Sedangkan nutrisi yang dibutuhkan bagi janin dalam kandungan adalah DHA,
gangliosida (GA), asam folat, zat besi, EFA, FE dan kolin
Pada masa kehamilan dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat gizi tertentu sebagai
penunjang kesehatan ibu dan janin
maupun untuk keperluan
perkembangan dan pertumbuhan

http://gizi.fk.ub.ac.id/en/gizi-seimbang-ibu-hamil/
janin. Berikut ini merupakan zat gizi
yang diperlukan ibu hamil:
PENGARUH NUTRISI
TERHADAP TUMBUH
KEMBANG ANAK
● Kebutuhan gizi anak harus tercukupi untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangannya khususnya sampai umur 2 tahun, jika tidak maka pertumbuhan dan
perkembangan dari fisik dan mentalnya akan melambat
● Menurut penelitian, mengkonsumsi diet yang bernutrisi tinggi saat masih bayi dapat
mengurangi faktor risiko dan potensi terkena penyakit saat dewasa nanti
Screening Nutrisi
Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker
R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Tujuan Peran Dokter Gigi
Tujuan utama nutrition risk screening adalah untuk 1. Menentukan risiko nutrisi
mengidentifikasi pasien yang mungkin berisiko atau 2. Melakukan pemeriksaan rongga mulut terkait
bahkan berisiko membutuhkan nutrisi, serta dengan defisiensi nutrisi
membutuhkan intervensi diet oleh OHCP (Oral Health 3. Melakukan penatalaksanaan pasien yang berisiko
Care Practitioner) dan/atau dirujuk ke RD (Registered mengalami defisiensi nutrisi
Dietition) atau tenaga kesehatan profesional lainnya 4. Melakukan rujukan atau konsultasi dengan ahli gizi
untuk asesmen dan intervensi lebih lanjut. 5. Mengedukasi pasien perihal modifikasi diet

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Riwayat Pasien
Berat Badan
● Perubahan berat badan yang tidak sengaja → defisiensi nutrisi, kurangnya
uang untuk makan, atau adanya penyakit sistemik
● Perubahan berat badan berhubungan dengan adanya perubahan
kebiasaan makan atau kemungkinan terdapat penyakit sistemik
● Tanyakan kepada pasien, apakah perubahan berat badan disengaja atau
tidak

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Riwayat Medis
Diabetes Penyakit Autoimun

● Diabetes → penyakit periodontal, ● Artritis → nyeri sendi atau keterbatasan


dysgeusia (penyimpangan indera pergerakan sendi
perasa), xerostomia, dll. ● Medikasi steroid → meningkatkan
● Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan akan protein dan kalsium
nafsu makan → mempengaruhi status ● Xerostomia (Sjögren’s syndrome) →
nutrisi periodontitis, nyeri pada mukosa oral

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Riwayat Medis

Kanker
Infeksi HIV
● Radiasi → gangguan rasa, perubahan
kualitas & kuantitas saliva ● HIV → mengubah fungsi sensorik dan
● Kemoterapi → mual, muntah → fungsional rongga mulut
mengganggu status nutrisi

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Medikasi
Pasien harus ditanya mengenai penggunaan
obat yang diresepkan dan obat OTC, serta
penggunaan obat herbal, mineral, vitamin, dan
suplemen makan lainnya.
Medikasi tertentu (resep atau OTC) dapat
mempengaruhi jaringan gingiva, saliva, dan
mulut

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Dietary Supplement

Suplemen makan tertentu dalam bentuk oral,


tablet, suspensi, atau bubuk dapat mempengaruhi
rongga mulut, mengganggu aksi medikasi (resep
atau OTC), dan/atau mengubah respon terapi
tertentu.

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Pemeriksaan Rongga Mulut

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Eating Disorder
Bulimia
Anoreksia
● Pembengkakan kelenjar saliva
● Bitemporal wasting
● Kemerahan di pangkal tenggorokan
● Penipisan rambut
● Erosi lingual
● Tonjolan tulang
● Sering regurgitasi

SCOFF Questionnaire
1. Apakah anda membuat diri anda muntah karena merasa tidak nyaman kekenyangan?
2. Apakah anda khawatir kehilangan kendali terhadap banyaknya makanan yang dikonsumsi?
3. Apakah anda baru-baru ini kehilangan 15 lb (6,8 kg) dalam waktu 3 bulan?
4. Apakah anda percaya bahwa anda gemuk ketika orang lain mengatakan bahwa anda terlalu kurus?
5. Akankah anda mengatakan bahwa makanan mendominasi hidup anda?

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Osteoporosis
Predileksi
Terdapat hubungan antara osteoporosis
dengan kesehatan mulut, terutama yaitu
1 dari 2 perempuan
mengenai penyakit periodontal
1 dari 8 laki-laki

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
Dietary Habits
24-hours Recall

● Pasien mengingat apa yang telah dikonsumsinya di


hari sebelumnya beserta ukuran porsinya
● Hasil dari analisisnya menunjukkan risiko karies (jumlah
konsumsi kariogenik), kelompok makanan yang
dikonsumsi, jumlah energi, dan asupan nutrisi

Food Frequency Questionnaire (FFQ)


Food Diary Terdiri dari daftar makanan dan minuman, yang
Mirip 24-hours recall, dikelompokkan, kemudian dipilih; ada ukuran porsi
namun tidak praktis dan frekuensi konsumsinya (tiap hari, mingguan,
bulanan, atau kurang dari bulanan)

Referensi:
Touger-Decker R. Approaches to Oral Nutrition Health Risk Screening and Assessment. In: Touger-Decker R, Mobley C, Epstein JB, eds. Nutrition And Oral Medicine. 2nd ed. London: Humana Press; 2014:351-367.
KELAINAN TMJ
PROSEDUR DIAGNOSIS
KELAINAN TMJ
SUBJEKTIF

Yang paling penting untuk ditanyakan adalah Gunakan skala rasa sakit dan analisis visual
KELUHAN UTAMA PASIEN. pasien untuk mendeteksi keparahan gejala yang
dialami pasien.
perdalam mengenai keluhan dan gejala yang pasien
alami dengan informasi seperti : skala yang digunakan :

- lokasi - angka 1-10 bersadarkan rasa sakit yang


- kualitas diderita
- keparahan - visual wajah pasien
- kuantita - tidak sakit, mild pain, moderate pain,
- pemicu severe pain
- dsb
OBJEKTIF
OBJEKTIF

- Evaluasi seluruh sistem mastikasi →


kepala dan leher diperiksa untuk melihat ada
tidaknya asimetrisitas jaringan atau tanda
hipertropi muscular. Perlu diperhatikan tanda
jaw clenching atau kebiasan lainnya. Otot
mastikasi diperiksa secara sistematis dan
dipalpasi untuk melihat adanya tenderness,
fasciculations, spasm, atau trigger point.
OBJEKTIF

- TMJ diperiksa untuk ada tidaknya tenderness


atau noise. Lokasi tenderness (lateral atau posterior)
perlu dicatatat. Apabila sendi lebih sakit pada area
berbeda pada siklus bukaan mulut atau fungsi
tertentu perlu diperhatikan. Bentuk joint nose yang
umum ditemukan adalah clicking (a distinct sound)
dan crepitus (scapping or grating sound). Biasanya
sudah terdengar tanpa instrumentasi khusus, tetapi
pada kasus tertentu auskulasi dengan stetoskop
dapat lebih jelas.
OBJEKTIF

- Pemeriksaan gerakan mandibula


diperhatikan. Range normal pergerakan
mandibula adalah 45 mm secara vertical dan 10
mm secara protrusive dan lateral. Gerakan
normal adalah lurus dan simetris. Pada kasus
tertentu, tenderness pada sendi atau otot dapat
menyebabkan trismus. Pasien juga mungkin
memiliki obstruksi mekanis pada sendi yang
menyebabkan keterbatasan bukaan mulut tetapi
gentle pressure dapat mengembalikan ke
bukaan normal. Hal ini menunjukan masalah
muscular daripada masalah intracapsular.
OBJEKTIF

- Pemeriksaan dental penting untuk melihat ada tidaknya sumber rasa sakit odontogenic yang perlu
di eliminasi. Perlu diperhatikan ada tidaknya wear facets, soreness, mobilitas pada gigi yang
menunjukan pasien memiliki kebiasaan bruxism. Hubungan oklusal dievaluasi, gigi geligi,klasifikasi
dental dan skeletal ditentukan. Klinisi perlu meperhatikan ada tidaknya diskrepansi oklusi sentrik atau
relasi sentrik pada pasien.
OBJEKTIF

Pasien dengan disfungsi dan rasa sakit TMJ jangka panjang akan mengbasilkan manifestasi chronic
pain syndrome behavior. Konpleksitas ini mungkin terkait eksagerasi gejala depresi ataupun depresi
secara jlinis. 10%-20% pasien TMD mencari perawatan terkait masalah psikiatriknya. 1/3 pasien
sudah mulai merasa depresi dari awal kelainan. 2/3 pasien memiliki episode depresif parah.
Gangguan psikiatrik ini terkait komponen somatic dari kebiasaan parafungsional yang menyebabkan
dystonia dan myalgia, serta pasien dengan rasa sakit kronis memiliki insidensi lebih tinggi untuk terjadi
asietas.
Apabila keterbatasan fungsinal dari TMJJ menunjukan gejala pasien depresi, evaluasi psikologi lebih
lanjut perlu dilakukan.
PENUNJANG -
RADIOGRAF
PANORAMIK
INDIKASI INFORMASI DIAGNOSTIK

- Sama seperti pada transfaringeal - Bentuk kepala kondil dan kondisi dari
- Untuk melihat adanya hipo/hiperplasia permukaan artikular dilihat dari aspek lateral
enamel - Perbandingan antara kedua kondil

AREA YANG TERLIHAT

Aspek lateral dari kedua kepala kondil lying


within the focal through

Pengambilang gambar → high panoramik


(sedikit lebih tinggi dari panoramik biasa)
PANORAMIK
TRANSKRANIAL INFORMASI DIAGNOSTIK

Closed view
Ukuran dari ruangan dalam sendi (posisi dan bentuk dari
INDIKASI diskus) dan joint space (zona radiolusen di antara kepala
kondil dan fossa glenoid). Perbedaan dari proyeksi
Sindrom rasa sakit akibat disfungsi TMJ dan internal transkranial dan transfaringeal adalah pada transkranial luas
derangement/kekacauan dari sendi yang joint space dapat diamati, sedangkan pada transfaringeal
menghasilkan rasa sakit, clicking, dan limitasi tidak.
pembukaan rongga mulut Pada closed view dapat dilihat :
- Memeriksa posisi dan ukuran dari diskus. - Posisi dari kepala kondilus dalam fossa
- Melihat pergerakan sendi dan batasannya - Kondisi dan bentuk dari fossa glenoid serta articular
eminence dari aspek lateral
- Bentuk dari kepala kondilus dan permukaan artikular dari
AREA YANG TERLIHAT
aspek lateral
- Perbandingan kedua sisi TMJ
Aspek Lateral dari fossa glenoid, articular Open view
eminence, joint space, dan kepala kondil - Pergerakan dan batas bergeraknya kondil
- Derajat pergerakan kedua sisi TMJ
TRANSKRANIAL
TRANSFARINGEAL
INDIKASI INFORMASI DIAGNOSTIK

- Terdapat sindrom rasa sakit pada disfungsi TMJ - Bentuk dari kepala kondil dan permukaan
- Mengetahui adanya penyakit sendi terutama
artikular dilihat dari aspek lateral
osteoarthritis dan rheumatoid artritis
- Untuk menginvestigasi adanya kondisi patologis yang - Perbandingan dari kedua kondil
berhubungan dengan kepala kondil
termasuk kista dan tumor
- Fraktur dari kepala dan leher kondil

AREA YANG TERLIHAT

Aspek lateral dari kepala dan leher kondil,


permukaan artikular
TRANSFARINGEAL
REVERSE TOWNE
INDIKASI INFORMASI DIAGNOSTIK

- Mengetahui permukaan artikular dari kondil -Bentuk kepala kondil


dan penyakit di sendi - Kondisi permukaan artikular dari arah
- Fraktur kepala dan leher kondil posterior
- Kondil hipo/hyperplasia - Perbandingan langsung kedua kondil

AREA YANG TERLIHAT

Tampak posterior dari kedua kepala dan leher


kondil
REVERSE TOWNE
TOMOGRAPHY
INDIKASI INFORMASI DIAGNOSTIK

- Untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh dari sendi - Ukuran dari joint space
sehingga dapat mengetahui ada atau tidaknya - Posisi dari kepala kondil dalam fossa
abnormalitas/penyakit pada tulang
- Bentuk dan kondisi dari permukaan articulare
- Mengetahui keadaan kondil dan fossa articulare ketika
pasien tidak dapat membuka mulut dari aspek medial dan lateral
- Pemeriksaan fraktur dari fossa articulare dan fraktur - Kondisi dan bentuk dari fossa eminence
intracapsular articulare
- Informasi sendi dari segala sisi
- Posisi dan orientasi dari fragmen pada fraktur

AREA YANG TERLIHAT

Seluruh aspek fossa glenoid, eminence


artikularis, joint space, dan kepala kondil
TOMOGRAPHY
TEKNIK

ARTHOGRAPHY ● Injeksikan medium kontras ke ruang sendi bawah,


gunakan fluoroscopy untuk menentukan posisi akuran
jarum.
● Primary record menggunakan video-recorded
INDIKASI
fluorography atau cinefluorography yang
memungkinkan terlihatnya sendi pada saat
● Longstanding TMJ pain dysfunction yang pergerakan. Hanya bagian lateral yang terlihat.
tidak responsive terhadap perawatan ● Thin-section, multidirectional tomofraphy sendi dapat
sederahan dilakukan untuk melihat aspek medial dan lateral
● Riwayat persisten locking sendi.
● Apabila informasi lanjutan dibutuhkan, medium kontras
● Limited opening yang tidak diketahui
dapat diinjeksi ke upper joint space
penyebabnya

INFORMASI DIAGNOSIK
KONTRAINDIKASI
Informasi dinamis terkait posisi komponen sendi dan diskus
Infeksi akut sendi saat pergerakan
Alergi iodine atau medium kontras. Gambaran static komponen sendi dalam kondisi mulut
tertutup atau terbuka. Disposisi anterior atau anteromedial
dapat terlihat
Integritas diskus, ada tidaknya perforasi.
ARTHOGRAPHY
COMPUTED TOMOGRAPHY
Menunjukan potongan sectional dari sendi dan dapat menghasilkan gambaran jaringan
keras dan lunak dari sendi dari sisi yang berbeda-beda

INFORMASI DIAGNOSIK

● Bentuk condyle dan kondisi permukaan articular


● Kondisi fossa glenoid dan eminence
● Posisi dan ukuran diskus
● Integritas diskus dan perlekatan jaringan lunak
● Kelainan pada kepala kondil
COMPUTED TOMOGRAPHY
MRI
Memperlihatkan elemen jaringan lunak jaringan keras TMJ. Secara spesifik berguna untuk menentukan
posisi dan bentuk diskus ketika mulut terbuka dan tertutup

INFORMASI DIAGNOSIK

Digunakan ketika:
● Diagnosis dari internal derangemen diragukan
● Sebagai pemeriksaan preoperative sebelum operasi diskus
MRI
ARTHROSKOPI

Memberikan visualisasi langsung yang jelas sebelum tindakan intervensi dilakukan, termasuk :
- Membilas sendi dengan saline
- Memberikan steroid langsung ke sendi
- Divisi Adesi
- Pengangkatan loose bodies disekitar sendi.
Pemeriksaan ini dianggap garis terakhir investigasi sebelum full surgical exploration
JENIS KELAINAN TMJ
(ANKYLOSIS &
DISLOKASI)
ANKYLOSIS
INTRACAPSULAR ANKYLOSIS

Menyebabkan bukaan mandibular menjadi terbatas hingga tidak bisa bergerak sama
sekali. Merupakan hasil dari fusi kondil, disk, dan fossa karena terbentuknya jaringan
fibrosa, fusi tulang, atau kombinasi keduanya.

Hasil pemeriksaannya ditemukan pasien merasa kesakitan saat membuka mulut,


mempengaruhi sisi sebelahnya, dan meminimalkan kemampuan bergerak lateral
excursion ke sisi kontralateralnya.
Pada hasil pemeriksaan radio akan terlihat bentuk permukaan articular yang irregular
pada kondil dan fossanya, dengan derajat kalsifikasi yang beragam.
EXTRACAPSULAR ANKYLOSIS

Melibatkan prosesus koronoid dan otot temporalis. Biasanya disebabkan oleh


perbesaran prosesus koronoid, hyperplasia, atau trauma pada area tulang
zygomatic. Infeksi pada sekitar otot temporalis juga bisa jadi salah satu
penyebabnya.
Pasien biasanya akan merasa kesulitan membuka mulut dan gabisa lebar-lebar.
Jarang terjadi complete restriction of opening. Pergerakan ke lateral dan
protrusifnya terbatas (yang bedain sama intracapsular).
Pada hasil panoramic terlihat elongasi prosesus koronoid. Pemeriksaan submental
verterx dan CB-CT bisa digunakan untuk melihat fraktur zygomatic arch dan
zygomaticomaxillary complex.
Bentuk kelainannya bisa berupa neoplasma dan infection, tapi keduanya jarang
terjadi.
DISK DISPLACEMENT
DISORDER
normalnya, TMJ bergerak hinge dan sliding. Selama
pergerakan maksimal mandibular, kodil tidak hanya
berotasi pada sumbu hinge, tapi juga translasi ke depan
mendekati bagian paling inferior dari articular eminence.
ANTERIOR DISK DISPLACEMENT WITH
REDUCTION

Bentuk kronis dari anterior disk displacement dengan reduksi. Jadi kalua
normalnya disk masih berbentuk bikonkaf, disini disknya bentuknya udah gajelas,
abnormal gitu. Jadi, ketika kondil translasi, disk tetep di anterior kondil sehingga si
kondil tidak mampu translasi maksimal à buka mulut jadi ga maksimal dan
menyebabkan deviasi mandibular ke sisi yang terkena.
ANTERIOR DISK DISPLACEMENT WITH
REDUCTION

Pada pemeriksaan akan ditemukan tidak ada clicking karena kondilnya tidak
mampu translasi melewati aspek posterior diskus, pergerakan mandibular
terbatas dan deviasi ke sisi yang terkena, lalu terlihat pergerakan mandibular
terbatasnya tidak secara langsung berhubungan dengan displacement diskus tapi
karena nempelnya disk ke fosa jadi fungsi sliding sendinya terbatas.
Pada pemeriksaan radio terlihat TMJ normal.
ANTERIOR DISPLACEMENT WITHOUT
REDUCTION

Pada keadaan mulut tertutup, disk posisinya di anterior dan medial dari kondil.
Selama pergerakan mandibular, kondil translasi ke depan melewati band
posterior diskus ke area cekung tipis pada tengah diskus, menciptakan bunyi
clicking dan kemudian kembali ke hubungan kondil dan diskus yang normal.
Ketika mandibular menutup, diskus dan kondilnya balik ke posisi awal lagi. Jadi
disk nya balik lagi ke anterior dari permukaan articulating condyle.
ANTERIOR DISPLACEMENT WITHOUT
REDUCTION

Pemeriksaan dengan melihat sendi dan otot yang lunak saat dipalpasi, clicking
saat buka mulut, pembukaan rahang maksila mungkin normal atau sedikit
terbatas, dan mungkin ada krepitus.
Pada pemeriksaan radio tidak terlihat kelainan TMJ atau sedikit abnormalitas pada
tulang. Gambaran displacement disk biasanya terlihat pada MRI.
DISLOKASI REKUREN KRONIS

Dislokasi TMJ seringkali muncul dan disebabkan oleh hypermobilitas mandibular.


Jadi, ada namanya subluksasi, subluksasi merupakan perpindahan kondil yang self
reducing dan umumnya tidak butuh perawatan.
Kondisi serius muncul ketika kondil translasi ke anterior di depan articular
eminence dan terkunci pada posisi tersebut. Ini bisa terjadi unilateral ataupun
bilateral dan muncul spontan setelah membuka mulut dengan lebar.
DISLOKASI REKUREN KRONIS

Dislokasi ini harus dikurang sesegera mungkin dengan cara mengaplikasikan


tekanan ke bawah pada gigi posterior dan tekanan keatas pada dagu à pada kasus
dimana ga bisa di reduksi, anestesi saraf auricular temporal dan otot mastikasi
dan sedasi untuk mendukung relaksasi otot à setelah reduksi, pasien
diinstruksikan untuk membatasi pergerakan mandibular selama 2-4 minggu +
NSAIDs.
MYOFASCIAL PAIN

Penyebab umum pada terjadinya nyeri di otot mastikasi. Nyeri dan disfungsi
berasal dari sistem otot, dengan tenderness pada otot mastikasi dan nyeri yang
muncul karena hiperaktivitas atau parafungsi otot.
Disebabkan oleh berbagai faktor, paling sering karena bruxism akibat stress dan
kecemasan, serta masalah internal pada sendi seperti disk displacement disorder
atau penyakit sendi degenerative.
MYOFASCIAL PAIN

Keluhan umumnya berupa nyeri preauricular yang difuse yang dapat melibatkan
otot mastikasi lain seperti temporalis dan median pterygoid, pembukaan mulut
terbatas dengan nyeri yang timbul saat sendi berfungsi, dan sakit kepala.
Pemeriksaan didapatkan palpasi lunak yang difuse pada otot mastikasi, TMJ
nontender, clicking/krepitasi sendi tidak ditermukan, range pergerakan
mandibular terbatas dan deviasi mandibular kesisi yang terkena, gigi umumnya
aus, dan radiograph menunjukan tidak ada kelainan TMJ.
DEGENERATIVE JOINT DISEASE

Berbagai temuan anatomis seperti perforasi, iregularitas, dan kerusakan yang


parah dari diskus yang berkaitan dengan abnormalitas permukaan articular.
Mekanisme terjadinya bisa karena trauma mekanis direk (excessive stress pada
sendi), cedera reperfusi hipoksia (tekanan intracapsular didalam TMJ melebihi
tekanan perfusi pembuluh darah biasanya pada bruxism), dan inflamasi
neurogenic (pelepasan substansi seperti prostaglandin).
DEGENERATIVE JOINT DISEASE

Pada pemeriksaan akan ditemukan clicking atau krepitus pada TMJ dan
pembukaan mandibular yang terbatas.
Pada pemeriksaan radiograf akan ditemukan ruang sendi berkurang, erosi
permukaan, osteophytes, dan kepala kondil rata, dan iregularitas pada fossa dan
articular eminence.
SYSTEMIC ARTHRITIC CONDITIONS

Yang paling sering mempengaruhi keadaan TMJ itu rheumatoid arthritis dan lupus
sistemik. Pada rheumatoid arthritis, proses inflamasi menghasilkan proliferasi
abnormal dari jaringan synovial à pembentukan pannus.
Kalua terjadi DJD unilateral, si rheumatoid arthritis ini biasanya akan
mempengaruhi kedua TMJ.
SYSTEMIC ARTHRITIC CONDITIONS

Pada pemeriksaan radiograf akan ditemukan perubahan erosive pada aspek


posterior dan anterior kepala kondil à bisa sampe bikin kondil yang kecil dan
tajam pada area fossa yang besar, bahkan bisa bikin seluruh kondil dan leher
kondil rusak. Biasanya dibutuhkan tes lab untuk konfirmasi penyakit.
CARA MENANGANI
KELAINAN TMJ
DISK DISPLACEMENT/BELUM DISLOKASI

Perawatan
Perawatan
Reversible/Non
Irreversible/ Bedah
Bedah

SUDAH DISLOKASI

Perawatan
Dislokasi TMJ
PERAWATAN
REVERSIBLE (NON-
BEDAH)
TUJUAN:

- Mengurangi nyeri
- mengurangi ketidaknyamanan
- mengurangi inflamasi pada otot dan sendi
- meningkatkan fungsi rahang
Edukasi Pasien Medikasi

Terapi Fisik Terapi Splint


EDUKASI PASIEN

● Menjelaskan kepada pasien mengenai TMD yang diderita pasien.


Berikan penjelasan kondisi patologis serta prognosis.
● Mengedukasi pasien untuk mengontrol stress
● Mengedukasi pasien untuk melakukan perubahan perilaku terhadap
perilakunya yang dapat memicu terjadinya nyeri dan disfungsi
● Memodifikasi diet lunak yang dikombinasikan dengan latihan rutin
EDUKASI PASIEN

● Diet lunak diberhentikan secara bertahap dan diganti dengan diet


normal dalam periode waktu 6 minggu. Setelah itu, diharapkan
gejala nyeri dapat berkurang.
● Mengedukasi pasien untuk mengurangi kebiasaan seperti
mengunyah permen, menggigit kuku, dan menggigit es.
MEDIKASI

Kelas agen farmakologi yang diindikasikan meliputi analgesik, agen anti-


inflamasi non-steroid, kortikosteroid, ansiolitik, relaksan otot, lowdose
(pain-dosing) antidepressants, dan stabilisator membran saraf. Analgesik
non-opiat, seperti acetaminophen, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang, sedangkan narkotik opioid, seperti kodein, ultram, hidrokodon,
dan demerol, sebaiknya hanya digunakan jangka pendek untuk
mengendalikan nyeri akut yang lebih parah.
- Analgesik, kortikosteroid, dan ansiolitik untuk terapi medikasi
penyakit TMD akut.

- Anti-inflamasi dan antidepressan untuk terapi medikasi rasa sakit


TMD kronis.

- Muscle relaxants, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID),


dan anestesi lokal untuk terapi medikasi rasa sakit TMD akut
maupun kronis.
TERAPI FISIK

●Untuk mengurangi nyeri TMJ dan meningkatkan rentang


pergerakan
●Terapi yang lebih hemat biaya dibandingkan dengan terapi
medikasi.
● Memberikan risiko yang minimal.
Relaxation
Motion Exercise
Training

Spray and
Ultrasound
Stretch

Pressure
TENS
Massage
Motion Exercise

Pasien diinstruksikan:

- Menurunkan beban fungsi TMD


- Memaksimalisasi rentang pergerakan dari TMJ.

Kurangnya pergerakan pada sendi juga dapat menyebabkan


fibrosis dan menimbulkan nyeri. Motion exercise meliputi teknik
gentle stretching.
Relaxation
Training

Teknik ini dapat mengurangi efek stres dari otot dan sendi
sehingga nyeri dapat berkurang juga.

Alat electromyographic dapat digunakan untuk memonitor


aktivitas otot dan memberi feedback kepada pasien terhadap terapi
relaksasinya.
Spray and
Ultrasound
Stretch

Teknik ini akan Teknik ini memberikan


memproduksi panas dari stimulasi superfisial yang dapat
gelombang ultrasonik yang mendistraksi input nyeri.
akan mengubah aktivitas Dengan menyemprotkan
metabolik dan aliran darah. vapocoolant (fluoromethane)
Suhu panas akan pada permukaan lateral wajah,
meningkatkan suhu pada otot-otot pengunyahan dapat
jaringan dan meningkatkan meregang dan tingkat nyeri
sirkulasi darah. menjadi berkurang.
Pressure
TENS
Massage

Teknik ini disebut juga dengan Teknik ini digunakan untuk


friction massage, dilakukan meredakan nyeri pada kasus
dengan memberi tekanan nyeri hebat dan kronik yang tidak
yang kuat pada kutan untuk bisa diredakan dengan terapi fisik
memproduksi iskemia lainnya. TENS ini akan
temporer. Kondisi iskemia ini menstimulasi serat saraf
merupakan bentuk dari superfisial kemudian akan
inaktivasi area yang menghambat terjadinya persepsi
menstimulus terjadinya nyeri. nyeri pada struktur di sekitar.
TERAPI SPLINT

Anterior
Autorepositioning
Repositioning
Splint
Splint
Autorepositioning Splint

Indikasinya untuk kasus anterior disc displacement, maloklusi kelas II,


dan overjet yang signifikan.

Splint ini digunakan dengan tujuan memberikan permukaan yang


datar dengan kontak yang sama rata pada seluruh bidang oklusi.
Dengan kata lain splint ini memberikan oklusi full arch kontak tanpa
working atau balancing interferensi, sehingga kedua sisi mandibular
akan selalu bekerja dengan beban yang sama.

Dengan menggunakan splint jenis ini, posisi kondil akan berada lebih
ke posterior.
Anterior Repositioning Splint

- Hanya untuk penggunaan sementara

- Dalam kasus ini posisi anterior ditetapkan oleh protusi mandibula


untuk menempatkan diskus pada posisi yang tepat dan hubungan
kondil yang baik (setelah protusi dan pembukaan “klik” terjadi).

- Splint ini biasanya dipakai 24 jam sehari selama beberapa bulan.

- Splint ini umunya kurang efektif dalam membuat reduksi permanen


dari disc displacement.
- Namun dapat memberikan keringanan/pertolongan pada
ketidaknyamanan dalam tahap akut disfungsi TMJ.

- Setelah perawatan reversible diberikan, beberapa pasien dapat


diindikasikan untuk diberikan modifikasi permanen pada oklusinya.

- Contoh dari modifikasi permanen adalah occlusal equilibration,


restorasi prostetik, ortodonti, dan bedah ortognati. Modifikasi
permanen dari oklusi ini diduga dapat meningkatkan kondisi pasien
dalam jangka panjang.
PERAWATAN
IRREVERSIBLE (BEDAH)
ARTHROCENTESIS
Arthrocentesis merupakan teknik invasif minimal yang melibatkan
penempatan port (jarum atau kanula kecil) ke TMJ untuk
membersihkan sendi dan memecah adhesi-adhesi kecil.
Arthrocentesis atau aspirasi sendi ini biasanya dilakukan dengan
sedasi intravena dan blok saraf auriculotemporal.

Sejumlah kecil larutan ringer laktat disuntikkan untuk membesarkan


ruang sendi dan melepaskan adhesi yang mungkin membatasi
mobilitas diskus.
Dengan sendi yang tertiup, jarum
kedua ditempatkan ke ruang sendi
superior, memungkinkan
lavage/washing out menyeluruh
dengan sejumlah besar cairan
(sekitar 200 ml).

Pemberian cairan ini akan


mengembungkan ruang sendi dan
melepaskan adhesi-adhesi yang
mungkin melimitasi pergerakan
sendi.
ARTHROSCOPY

Teknik arthroscopy berupa penempatan kanula kecil ke dalam ruang


sendi superior, diikuti dengan penyisipan artroskop untuk
memungkinkan visualisasi langsung semua aspek fossa glenoid, ruang
sendi superior, dan aspek superior dari diskus. Evaluasi artroskopi
memungkinkan ahli bedah untuk memvisualisasikan sendi dan karena
itu memberikan kontribusi untuk diagnosis kondisi patologis internal
sendi.

Bedah artroskopi menjadi salah satu metode yang paling populer dan
efektif untuk mendiagnosis dan mengobati gangguan TMJ.
DISK-REPOSITIONING SURGERY
Perawatan ini bertujuan untuk merelokasi diskus sehingga posterior
band dapat dikembalikan ke hubungan kondil-diskus-fossa yang
normal.

Indikasi :
● Memperbaiki perpindahan diskus ke anterior
● Apabila tidak merespon terhadap perawatan non operasi
● Apabila terdapat clicking joint yang persisten dan menyakitkan
atau closed locking.
DISK-REPAIR OR REMOVAL

Untuk kasus yang sudah parah, apabila disk sudah rusak


maka sisa disk harus dibuang. Prosedur diskectomi tanpa
penggantian adalah salah satu prosedur bedah yang
pertama kali ada untuk merawat kerusakan TMJ yang
sudah parah.
PERAWATAN DISLOKASI
TMJ
Penatalaksanaan

Akut: Segera lakukan reposisi sebelum spasme otot


bertambah dalam

Kronis dan Rekuren: Mungkin diperlukan pendekatan secara


nonbedah dengan menggunakan splint TMJ atau pendekatan
secara bedah misalnya melalui rekonstruksi TMJ.

Sebelum reposisi TMJ, pasien diberikan:

- Muscle relaxant: Untuk menurunkan spasme otot

- Analgesik lokal
TAHAPAN:
● Jika kemungkinan ada fraktur, perlu dilakukan rontgen foto
terlebih dahulu. Jika tidak ada trauma, dapat dilakukan proses
penanganan secara langsung.
● Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan
menempel dinding sehingga punggung dan kepala pasien
bersandar pada dinding.
● Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa
yang agak tebal untuk mencegah tergigitnya ibu jari karena
setelah berada pada posisi yang benar maka rahang akan
mengatup dengan cepat dan keras. Setelah itu gunakan sarung
tangan.
● Posisi operator berada di depan pasien.
● Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (di
belakang gigi molar terakhir) pada kedua sisi
mandibula setinggi siku-siku operator dan jari-jari yang
lain memegang permukaan bawah mandibula
● Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah
untuk membebaskan kondilus dari posisi terkunci di
depan eminensia artikulare
● Dorong mandibula ke belakang untuk
mengembalikan ke posisi anatominya
● Jika tidak mudah untuk direlokasi, operator dapat
merujuk untuk dilakukan rontgen foto
● Dapat dilakukan pemberian midazolam intra vena
(untuk mengendorkan otot) dan 1-2 mL 1% lidokain
intraarticular (untuk mengurangi nyeri). Injeksi
dilakukan pada sisi kiri daerah yang tertekan dari
kondilus yang berpindah.
● Pemasangan Barton Head Bandage untuk mencegah
relokasi dan menghindari pasien membuka mulut
terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien juga
diinstruksikan untuk diet makanan lunak.
● Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot
(jika perlu)
Pascaoperasi:
● Hindari pembukaan mulut terlalu lebar (lebih dari 2 cm
selama 2 minggu)
● Lakukan follow-up
● Diet lunak
● Pemberian analgetik
● Splint TMJ bila diperlukan

Rujuk pasien ke spesialis bedah mulut apabila:


- Terjadi dislokasi terbuka
- Dislokasi ke superior, posterior, dan/atau lateral
- Dislokasi non-reducible
- Dislokasi yang berhubungan dengan terjadinya fraktur

Anda mungkin juga menyukai