PEMBAHASAN
A. Definisi Hipotermi
Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana
suhu tubuh inti turun sampai dibawah 35°C. Hipotermi adalah penurunan
suhu tubuh dibawah normal (Depkes RI, 1994). Jadi, hipotermi merupakan
kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas yang dihasilkan.
B. Etiologi Hipotermi
Hipotermi terjadi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan
dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas. Panas badan dapat hilang bila berada di dalam
air melalui beberapa cara :
1. Konduksi adalah transfer panas langsung dari molekul ke molekul. Air
mempunyai kapasitas konduksi 25 kali dari pada udara. Jadi kecepatan
hilangnya panas di air 25 x lebih cepat dari pada di udara.
2. Konveksi adalah transfer panas dengan adanya pergerakan arus air.
3. Radiasi adalah transfer panas dengan cara pancaran tanpa adanya zat
perantara.
4. Evaporasi keringat dari kulit dan keluarnya uap air dari paru
menyebabkan hilangnya panas dari badan secara signifikan.
Suhu air yang berada di sekeliling penyelam menentukan kenyamanan
dan lamanya penyelaman secara maksimal. Hampir semua perairan lebih
dingin dibandingkan suhu tubuh manusia yang normal, karena itu seorang
penyelam akan kehilangan panas tubuh terhadap air. Pada penyelaman
saturasi, pemeliharaan suhu tubuh penyelam menjadi suatu kebutuhan
utama, suhu air akan makin turun secara nyata bersamaan dengan
bertambahnya kedalaman.
3
Perubahan suhu terbesar terjadi pada 10 meter pertama, dikarenakan
hilangnya sebagian besar panas matahari pada kedalaman yang lebih dalam.
Air yang dingin dapat menyebabkan gangguan fisiologi seperti vertigo dan
sakit kepala. Untuk itu dibituhkan pakaian selam sesuai kebutuhan.
Menurut Tanto (2014), etiologi hipotermi dapat dibagi menjadi:
1. Hipootermia primer : apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat
mengimbangi adanya stres dingin, terutama bila cadangan energi
dalam tubuh sedang berkurang. Kelainan panas dapat terjadi melalui
mekanisme radiasi (55-65%), konduksi (10-15%), konveksi, respirasi,
dan evaporasi.
2. Hipotermi sekunder : adanya penyakit atau pengobatan teertentu yang
menyebabkan penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang dapat
mengakibatkan hipotermi menurut Hardisman (2014), yaitu:
a. Penyakit endokrin : hipoglikemi, hipotiroid, penyakit addison,
diabetes melitus, dll.
b. Penyakit kardiovaskuler : infark miokard, gagal jantunng
kongestif, insufisiensi vascular, dll.
c. Penyakit neurologis : cedera kepala, tumor, cedera tulang
belakang, penyakit alzheimer, dll.
d. Obat-obatan : alkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik.
C. Klasifikasi Hipotermi
1. Hipotermi Ringan (34-36°C)
Kebanyakan orang bila berada pada suhu ini akan menggigil
secara hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih
turun lagi, pasien mungkin akan mengalami amnesia dan disartria.
Peningkatan kecepatan nafas juga mungkin terjadi.
2. Hipotermi Sedang (30–34°C)
Terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf secara
besar yang mengakibatkan terjadinya hiporefleks, hipoventilasi, dan
penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun,
4
kesadaran pasien bisa menjadi stupor, tubuh kehilangan
kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh, dan adanya risiko timbul
aritmia.
3. Hipotermi Berat (<30°C)
Pasien rentan mengalami fibrilasi ventrikular, dan penurunan
kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk menjadi koma,
pulse sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea, dan oligouria.
Pasien dengan hipotermi ringan dapat diterapi langsung di lapangan,
yaitu dengan melepas atau menjauhkan benda atau zat yang mendinginkan,
kemudian diberi penghangat seperti handuk atau selimut. Sementara pasien
dengan hipotermia sedang atau berat memerlukan perawatan khusus di
rumah sakit berupa rewarming atau peningkatan kembali suhu tubuh.
Perawatan ini berupa rewarming aktif yang diikuti rewarming pasif,
rewarming aktif yaitu mendekatkan benda hangat atau panas dari luar tubuh
yang ditempelkan pada tubuh pasien. Contohnya yaitu air panas yang sudah
dimasukan ke tempat khusus kemudian ditempelkan ke tubuh.
Bila pasien teraba dingin, tetapi sirkulasi masih terjaga dengan baik,
maka tugas penolong adalah untuk menjaga agar korban tidak kehilangan
panas tubuh lebih banyak, dan berusaha untung menghangatkan (rewarm),
bila pasien mengalami cardiac arrest atau henti jantung, maka dilakukan
resusitasi jantung-paru dengan modifikasi sesuai dengan prosedur.
5
2. Hipotermia sedang (30–34°C) : nadi berkurang, pernapasan dangkal
dan pelan, berhenti menggigil, refleks melambat, pasien menjadi
disorientasi, sering terjadi aritmia.
3. Hipotermia berat (<30°C) : hipotensi, nadi lemah, edema paru, koma,
aritmia ventrikel, henti jantung.
E. Masalah Keperawatan
1. Hipotermi b.d terpapar suhu lingkungan rendah.
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri.
3. Termoregulasi tidak efektif b.d suhu lingkungan ekstrem.
4. Gangguan pola tidur b.d hambatan linkungan (suhu lingkungan).
5. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme.
F. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pada pasien hipotermi dapat dilakukan dengan
langkah-langkah:
1. Intervensi Keperawatan
a. Hipotermi b.d terpapar suhu lingkungan rendah
1). Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
2). Rencanakan monitor suhu secara kontinyu.
3). Monitor TD, nadi, dan RR.
4). Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
5). Selimuti pasien untuk mencegah menghilangnya
kehangatan tubuh.
6). Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
diperlukan.
7). Berikan anti piretik kalau perlu.
6
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri
1). Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen.
2). Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, warna, suhu).
3). Monitor tanda-tanda infeksi.
4). Monitor status cairan.
5). Periksa tingkat kesadaran.
6). Berikan posisi syok.
7). Kolaborasi dengan dokter dalam terapi yang dijalankan.
7
dada, dan selangkangan. Hindari meletakkan kompres
di lengan atau tungkai karena malah menyebabkan
darah yang dingin mengalir kembali ke jantung, paru-
paru, dan otak.
6). Hindari penggunaan air panas, bantal pemanas, atau
lampu pemanas untuk menghangatkan penderita
hipotermia. Panas yang belebihan dapat merusak kulit
dan menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
7). Temani dan pantau terus kondisi orang tersebut,
hingga bantuan medis tiba.
b. Penanganan Lanjutan
Setelah tiba di rumah sakit, penderita hipotermia akan
menerima serangkaian tindakan medis, berupa:
1). Pemberian oksigen yang telah dilembapkan melalui
masker atau selang hidung, untuk menghangatkan
saluran pernapasan dan membantu meningkatkan
suhu tubuh.
2). Pemberian cairan infus yang telah dihangatkan.
3). Penyedotan dan penghangatan darah, untuk kemudian
dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses ini
menggunakan mesin cuci darah.
4). Pemberian cairan steril yang telah dihangatkan.
Cairan steril ini dimasukkan ke dalam rongga perut
menggunakan selang khusus.