Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6112
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS CLEANING
SERVICE DENGAN PENANGANAN LIMBAH MEDIS DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2018
SKRIPSI
OLEH
RAYSYAH RAHMADHANI HASIBUAN
NIM : 141000673
OLEH
RAYSYAH RAHMADHANI HASIBUAN
NIM : 141000673
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
06 November 1997 di Medan. Beragama Islam, anak ketiga dari tiga bersaudara
dari pasangan Ayahanda Dr. H. Sarmadan Hasibuan, SH, MM dan Ibunda Hj.
Nuraja Lubis. Penulis bertempat tinggal di Jalan STM Suka Makmur No. 11, Suka
Kesehatan Kerja.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan
Limbah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun
skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
4. dr. Mhd Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
6. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan saran dan kritik kepada peneliti untuk perbaikan skripsi
ini.
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin kepada
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang
11. Yang teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, ibunda Hj. Nuraja Lubis dan
Akbar Hasibuan, ST, dan H. Feryansyah Hasibuan yang dengan sabar serta
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Pihak-pihak dan sahabat-sahabat yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan
satu persatu, semoga tak mengurangi rasa hormat dan rasa terimakasih
Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi
siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan.
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.2 Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menangani Limbah
Medis ......................................................................................... 29
2.6 Petugas Cleaning Service ..................................................................... 30
2.6.1 Pengertian Petugas Cleaning Service......................................... 30
2.6.2 Sistem Kerja Petugas Cleaning Service di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan ....................................................... 30
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................. 31
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Hasil Bivariat ....................................................................................... 52
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Limbah Medis .... 52
4.3.2 Hubungan Sikap dengan Penanganan Limbah Medis ............... 53
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah
Sakit.......................................................................................... 21
Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya .... 26
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 6. Output
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
Disamping itu, rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang
kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap
berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas (Adisasmito,
2007).
buangannya berasal dari kegiatan non medis maupun medis yang bersifat
berbahaya dan beracun dan dalam jumlah besar. Hasil buangan rumah sakit
berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman
patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat
berbahaya dan beracun merupakan hasil dari aktivitas rumah sakit (Paramita,
2007).
Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap
Kesehatan RI, 2010). Petugas cleaning service mempunyai risiko terbesar terpajan
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
bahan biologi berbahaya (biohazard) dan kontak dengan alat medis sekali pakai
(disposable equipment), seperti jarum suntik bekas maupun selang infus bekas
(Melandari dan Ety, 2014). Penanganan limbah medis tajam harus segera dibenahi
karena limbah alat suntik dan limbah medis lainnya dapat menjadi faktor risiko
penularan berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah (Depkes RI, 2003).
Penyakit yang dapat timbul seperti penyakit HIV/AIDS, HBV dan HCV,
2010).
mengalami cedera adalah perawat dan tenaga kesehatan, dimana setiap tahunnya
diperkirakan 10 hingga 20 orang per 1000 pekerja mengalami cedera saat bekerja.
limbah layanan kesehatan ternyata berada pada kelompok tenaga kebersihan dan
layanan kesehatan dan tenaga kebersihan adalah terkilir dan ketegangan otot/pegal
akibat kelelahan kerja, jumlah bermakna justru berasal dari luka teriris dan
tertusuk limbah benda tajam (WHO, 2005). WHO memperkirakan bahwa setiap
tahunnya ada sekitar 8.000.000 hingga 16.000.000 kasus Hepatitis B Virus (HBV)
baru, 2.300.000 hingga 4.700.000 kasus Hepatitis C Virus (HCV) dan 80.000
yang tidak aman dan sistem penanganan limbah medis yang buruk (Tobin dkk,
2013).
dengan limbah medis adalah 180 per 1.000 pekerja per tahun (Bdour dkk, 2015).
suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita dermatitis kontak iritan kronik tangan.
Berdasarkan hasil penelitian dr. Joseph pada tahun 2005-2007 mencatat bahwa
angka KAK NSI mencapai 38% hingga 73% dari total petugas kesehatan
(Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kemudian pada tahun 2014, di RSU Permata
Bunda Medan masih terdapat petugas cleaning service yang tertusuk jarum suntik
pemisahan antara limbah medis dengan limbah non medis, tempat penampungan
limbah medis tidak memakai APD, pengangkutan limbah medis menuju ke tempat
Sifat bahaya dari limbah layanan kesehatan mungkin muncul akibat satu
mengandung zat kimia atau obat-obat berbahaya atau beracun, limbah bersifat
radioaktif, limbah mengandung benda tajam. Semua orang yang terpajan limbah
berisiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah berbahaya dan
mereka yang berada di luar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola limbah
semacam itu atau yang berisiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen
limbah non medis serta pengangkutan limbah medis yang tidak aman, dimana
petugas saniter mengangkut limbah medis dengan trolli dalam keadaan terbuka
(2007), menunjukkan bahwa di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto
masih terdapat limbah benda tajam yang belum dilakukan pengemasan secara
baik, sehingga sering ditemukan kantong yang sobek akibat tertusuk jarum atau
benda tajam lainnya yang berakibat sering terjadinya ceceran atau tumpahan
dan perlu ditangani dan dibuang oleh petugas kesehatan terlatih. Pengetahuan,
sikap dan praktik petugas kesehatan sangat penting saat menangani limbah medis.
Oleh karena itu, pendidikan staff yang terlibat dalam pengumpulan limbah sangat
penting. Jika memiliki pengetahuan yang benar tentang pedoman dan peraturan
penanganan limbah medis yang mana, dan dapat juga membantu melindungi
masyarakat dari dampak buruk limbah medis terhadap kesehatan dan lingkungan
limbah biomedis.
sikap petugas terhadap praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum
baik (61,8%), sikap baik (52,9%) dan praktik pengelolaan sampah medis baik
hubungan antara sikap dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit
sikap dengan praktik petugas kebersihan pengelola sampah medis di RSUD dr.
medis RSUD dr. M. Ashari Pemalang dengan p = 0,020 ada hubungan antara
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, diketahui bahwa petugas cleaning service
yang bertugas dalam menangani sampah medis dan non medis di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan berjumlah 14 orang. Petugas cleaning service
tersebut bertugas dalam menempatkan limbah medis sesuai dengan wadahnya dan
Medan memulai pekerjaannya pada pukul 07:00 – 14:00 WIB dan waktu istirahat
selama 60 menit pada pukul 12:00 – 13:00 WIB untuk shift 1, sedangkan untuk
petugas cleaning service yang bekerja pada shift 2 memulai pekerjaannya pada
pukul 14:00 – 21:00 WIB dan beristirahat pada pukul 18:00 – 19:00 WIB. Setiap
harinya petugas cleaning service mengangkut limbah dari setiap ruangan yang
Limbah Bahan Berbahaya Beracun) dan limbah non medis diangkut ke Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) sebanyak empat kali, dimana pada pagi hingga
siang hari dilakukan dua kali pengangkutan dan pada sore hingga malam hari
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan diberikan fasilitas berupa Alat
Pelindung Diri (APD) berupa sepatu boots, masker dan sarung tangan oleh pihak
yang belum ditangani dengan baik seperti masih ditemukannya limbah medis
yang ditempatkan pada warna wadah yang tidak sesuai, wadah limbah medis yang
dibiarkan terbuka dan sudah melebihi 2/3 bagian dari kontainer serta troli limbah
medis dan limbah non medis yang didorong secara bersamaan, selain itu beberapa
petugas cleaning service yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang lengkap saat menangani limbah medis seperti tidak menggunakan masker,
tutup kepala, pelindung mata, sarung tangan khusus, sepatu boots dan tidak
cleaning service, salah satu dari petugas cleaning service tersebut pernah
mengalami kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik saat pemilahan dan
penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap petugas
cleaning service dengan penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah
penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2018.
penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2018.
service di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2018.
1.4 Hipotesis
service dengan penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
service dengan penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
1. Sebagai bahan informasi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan pada umumnya dan terkhusus bagi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak (Wawan dan Dewi, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010)
Perilaku manusia terjadi melalui proses: respons, sehingga teori ini disebut
tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari
perilaku dibedakan menjadi tiga area, wilayah, ranah atau domain, yakni kognitif
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
perkembangan domain oleh Bloom ini dan untuk kepentingan pendidikan praktis,
dikembangkan menjadi tiga tingkat ranah perilaku yaitu, pengetahuan, sikap, dan
tindakan/ praktik.
2.2 Pengetahuan
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
pengetahuan, yaitu :
1. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
1. Faktor internal
informasi.
c. Umur, menurut Elisabet yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), usia
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi
2. Faktor eksternal
b. Sosial budaya, sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
2.3 Sikap
terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu
pendapat Walgito (2003) yang mengutip pendapat para ahli (Baron dan Byrne,
1984; Gerungan, 1966; Myres, 1983; Newcomb, 1965; Thurstone, 1957), bahwa
situasi yang relatif ajeg yang di sertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan
dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara
objek.
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
berikut :
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang
lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespon.
mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko
1. Arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau
atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang
yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti
memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau
tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arah nya negatif.
tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama
tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah
negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang
pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju.
Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang,
dapat konsistensi, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang
tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang
dan perilakunya, atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan
(Azwar, 2007).
1. Adopsi, suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kegiatan yang
berulang dan terus menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap akan
pada awalnya dipandang sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari
individu terhadap hal tertentu dapat menimbulkan sikap tertentu (positif atau
Menurut Purwanto yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), sikap
Menurut Azwar yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap
orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
4. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
Menurut Azwar yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), pengukuran
sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap
yang hendak diungkapkan. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-
hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap, pernyataan ini disebut dengan pernyataan favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek
sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable
dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan
yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
mengandung patogen (bakteri, virus, parasit atau jamur) dengan konsentrasi atau
kuantitas yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada host yang rentan.
Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
Tabel 2.1 Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit
Kategori Contoh Limbah
No Definisi
Limbah yang Dihasilkan
1. Infeksius Limbah yang terkontaminasi Kultur laboratorium,
organisme patogen (bakteri, virus, limbah dari bangsal
parasit, atau jamur) yang tidak isolasi, kapas,
secara rutin ada lingkungan dan materi, atau
organisme tersebut dalam jumlah peralatan yang
dan virulensi yang cukup untuk tersentuh pasien
menularkan penyakit pada manusia yang terinfeksi,
rentan. ekskreta.
2. Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan Bagian tubuh
stok bahan yang sangat infeksius, manusia dan hewan
otopsi, organ binatang percobaan (limbah anatomis),
dan bahan lain yang telah darah dan cairan
diinokulasi, terinfeksi atau kontak tubuh yang lain,
dengan bahan yang sangat janin.
infeksius.
patogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia beberapa jalur yaitu,
tusukan, lecet atau luka dikulit, membran mukosa, pernapasan dan ingesti. Kultur
patogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutama jarum suntik)
mungkin merupakan jenis limbah yang potensi bahayanya paling akut bagi
kesehatan. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka
tusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda tajam ini terkontaminasi
patogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam
Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan
kesehatan (misalnya zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar,
reaktif, mudah meledak, atau yang sensitif terhadap guncangan). Kandungan zat
kimia didalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat
pajanan secara akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar.
dapat terjadi selama masa persiapan atau selama terapi yang menggunakan obat
atau zat tertentu. Jalur pajanan utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol,
absorbsi melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi obat–
obatan sitotoksik, zat kimia, atau limbah, dan kebiasaan buruk saat makan,
dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing,
dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif,
seperti halnya limbah bahan farmasi, bersifat genotoksik, maka efeknya juga
dapat mengenai materi genetik. Penanganan sumber yang sangat aktif, misalnya
mengamputasi bagian tubuh) dan karenannya harus dilakukan dengan sangat hati-
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
medis padat mulai dari sumber yang menghasilkan sampah yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Kementrian Kesahatan RI,
2004).
sakit harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label, sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Warna
No Kategori Kontainer/ Lambang Keterangan
Kantong Plastik
Kantong boks
1. Radioaktif Merah timbal dengan
simbol radioaktif
Kantong palstik
kuat, anti bocor
Sangat
2. Kuning atau kontainer yang
Infeksius
dapat disterilisasi
dengan otoklaf
Kontainer plastik
4. Sitotoksik Ungu
kuat dan anti bocor
Kimia dan
5. Coklat - Kantong plastik
farmasi
atau kontainer
Sumber: Kepmenkes RI No.1204 Menkes/SK/X/2004
rumah sakit memasukan limbah ke dalam wadah yang benar dan menjaga
potensi risiko yang ditimbulkan oleh limbah dalam wadah tersebut (WHO, 2014).
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah (Kementrian Kesahatan RI, 2004). Kantong plastik harus
ditempatkan dengan baik pada wadah. Dalam kondisi tertentu, jika tidak ada
kantong plastik yang tersedia, wadah harus dikosongkan terlebih dulu, kemudian
dicuci dan didisinfeksi (dengan larutan klorin aktif 5%). Persediaan kantong dan
kontainer baru harus siap tersedia di semua lokasi yang menghasilkan limbah.
menggunakan sarung tangan agar tidak terjadi kontak langsung dengan limbah
puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai (disposable), limbah jarum suntik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi
baik, setiap jenis limbah harus dikumpulkan dan disimpan secara terpisah.
Limbah infeksius tidak boleh disimpan dalam tempat-tempat yang terbuka untuk
khusus benda tajam yang telah ditutup. Kantong-kantong yang telah dikumpulkan
harus segera diganti dengan tas baru (ICRC, 2011). Limbah umum tidak boleh
dikumpulkan pada saat bersamaan atau didalam troli yang sama dengan limbah
dan isinya.
c. Kontainer harus diganti segera dengan kontainer baru dari jenis yang sama
(WHO, 2005).
tertutup dan menyimpan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan aman dari jangkauan manusia
Bila limbah klinis dan yang sejenis diangkut dengan kontainer khusus,
kontainer harus kuat dan tidak bocor. Kontainer harus mudah ditangani, dalam hal
detergent (Depkes RI, 2002). Limbah berbahaya dan tidak berbahaya harus selalu
diangkut secara terpisah (WHO, 2014). Limbah layanan kesehatan harus diangkut
dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan untuk
waktu yang tak terlalu sibuk. Kemudian rute pengangkutan harus ditetapkan agar
mencegah terpaparnya limbah infeksius dengan staff rumah sakit dan pasien,
dengan menggunakan tangga atau lift khusus (WHO, 2014). Semua ikatan atau
tutup kantong limbah harus berada dotempatnya dan masih utuh setibanya diakhir
b. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
2.5.2 Alat Pelindung Diri (APD) dalam menangani limbah medis di Rumah
Sakit
petugas hendaknya dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja (APD)
lengkap diantaranya ;
1. Sarung tangan khusus, yang digunakan ada dua macam yaitu sarung tangan
pencucian kontainer sampah medis dan peralatan yang akan didesinfeksi, yang
kedua adalah sarung tangan kulit yang tahan terhadap panas, dipergunakan
2. Masker, digunakan pada saat menangani bau busuk, debu atau abu yang
berasal dari sampah medis, mencegah percikan yang bersifat infeksius masuk
ke dalam mulut .
3. Sepatu boot, digunakan untuk pekerjaan yang rawan kecelakaan pada kaki
yaitu pada saat melaksanakan pengelolaan sampah medis benda tajam dan
pembakaran sampah medis agar tubuh petugas tidak terkena percikan dari
2.6.2 Sistem kerja petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan
Jam kerja petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan dimulai pada pukul 07:00 WIB – 21:00 WIB yang terbagi
ruangan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan seperti
kantor, poliklinik, kamar pasien, kamar mandi/wc dan koridor yang ada di
2. Tim taman (out side), bertugas untuk membersih dan menata taman di Rumah
Sementara (TPS).
seperti area kerja dengan ketinggian > 5 meter serta kaca, langit-langit
METODE PENELITIAN
variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,
2012).
Jalan Prof. H. M. Yamin SH No. 47 Medan pada Januari 2018 sampai dengan
pengetahuan dan sikap petugas cleaning service dengan penanganan limbah medis
3.3.1 Populasi
cleaning service yang bertugas dalam menangani limbah medis yang berjumlah
sebanyak 14 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak
14 orang.
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Data primer ini merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti
terhadap objek penelitian. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung
dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti dan pengisian
Data sekunder ini untuk melengkapi atau penunjang data primer yang ada.
Adapun data sekunder ini diperoleh dari pihak Rumah Sakit berupa data mengenai
petugas cleaning service dan profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan.
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo,
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
rumah sakit.
3. Penanganan limbah medis adalah tata cara dilakukan oleh petugas cleaning
pembuangan akhir.
3.6.1 Pengetahuan
Adapun ketentuan pemberian skor yaitu “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi
skor 0.
sebagai berikut :
pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 76% - 100% yaitu dengan
skor 11 – 15.
pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 56% - 75% yaitu dengan
skor 8 – 10.
pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar <56% yaitu dengan skor <
8.
3.6.2 Sikap
yang terdiri dari 5 point (Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat
tidak setuju). Responden yang menjawab “sangat setuju” diberi skor 5 dan
“sangat tidak setuju” diberi skor 1 pada pertanyaan positif no. 2, 3, 7, 8, dan 10,
“sangat setuju” diberi skor 1 dan “sangat tidak setuju” diberi skor 5. Sehingga
total skor tertinggi yang dicapai responden adalah 50. Jawaban skor dikategorikan
menjadi:
2. Sikap responden dikatakan negatif jika total skor < nilai median.
limbah medis yang berlaku di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pada lembar observasi
baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan editing
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry
data.
3. Proses data (Processing), setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar, dan
data agar dapat dianalisis. Processing data dilakukan dengan cara memasukan
yang sudah dimasukan (entry), apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
(Santoso, 2013).
uji chi square dengan taraf kepercayaan 95%. Uji chi square digunakan
dengan alasan variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini
sehingga tepat digunakan untuk penelitian ini yang memiliki sampel sebanyak
14 responden. Syarat uji chi square adalah jika pada tabel 2x2 dijumpai nilai
expected kurang dari 5 maka digunakan uji fisher’s exact test (Santoso, 2013).
Jika p < 0,05 artinya adanya hubungan yang bermakna antara variabel
independen dengan variabel dependen. Jika p > 0,05 artinya tidak adanya
dependen.
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pingadi Medan
Medan
Kolonial Belanda dengan nama “Gementa Zieken Huis” yang peletakan batu
Constantia Macky anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai
Rumah Sakit ini diambil dan berganti nama dengan “Syuritsu Byusono Ince” dan
tanggal 17 Agustus 1945, Rumah Sakit Umum Pirngadi langsung diambil alih dan
Sementara (RIS), dengan pergolakan politik yang sangat cepat saat itu pada
tanggal 17 Agustus 1950 semua negara bagian RIS dihapus diganti dengan
Jakarta.
Periode tahun 1950 sampai dengan tahun 1952 Rumah Sakit Pirngadi
mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah proses pendirian Fakultas
Kedokteran USU karena salah satu syarat pendirian Fakultas Kedokteran tersebut
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
harus ada Rumah Sakit sebagai pendukung disamping harus adanya dosen
pengajar yang saat itu pada umumnya adalah para dokter yang berkerja di Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi ini, baik kebangsaan Belanda maupun Bangsa
Indonesia sendiri.
tanggal 20 Agustus 1952, maka Rumah Sakit Pirngadi secara otomatis sebagai
Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran USU pada
Januari 1993, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi berubah status dari Rumah Sakit
Pendidikan menjadi Rumah Sakit Tempat Pendidikan, sehingga dengan status ini
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi dengan fasilitas dan kapasitas yang dimiliki
disamping masih gunakan untuk pendidikan para calon dokter dari Fakultas
Kedokteran USU, juga membuka diri untuk mendidik para calon dokter dari
Fakultas lain baik yang ada di provinsi Sumatera Utara maupun Sumatera Barat
dan Lampung.
Tidak diperoleh data yang pasti kapan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi milik Kota Medan, Pemerintah Kota Medan
mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk kemajuan Rumah Sakit
Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang, hal ini diwujudkan
dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tanggal 6 September
palayanan. Pada era ini pula sejarah mencatat suatu gebrakan besar dan berani
Umum Dr. Pirngadi Medan dalam pelaksanaan pendidikan, maka Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan mengajukan peningkatan status dari Rumah Sakit
menjadi Rumah Sakit Pendidikan oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur
Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro
Hukum dan Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta
Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sek. Dutjen. Bina Pelayanan Medik.
Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr.
4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pingadi Medan
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pingadi Medan yaitu menjadi rumah
sakit pusat rujukan dan unggulan di Sumatera bagian utara tahun 2020.
Sedangkan misi yang di emban oleh RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu, sebagai
berikut :
4.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota
Nopember 2010 tentang rincian tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Rumah
1. Tugas Pokok
Tugas pokok Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan
2. Fungsi
Adapun fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan
4.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
adalah struktur organisasi matriks (matrix of authority flows), dimana terdapat dua
jenis wewenang, yaitu wewenang yang mengalir secara horizontal pada unit
fungsional dan wewenang yang mengalir secara vertikal pada pimpinan struktural
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan sebagaimana ditunjukkan dalam
lampiran 7.
Pirngadi Medan
4.2.1 Pengetahuan
service mengenai penanganan limbah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, gigi dan farmasi.
Seluruh responden menjawab dengan benar bahwa yang termasuk limbah medis
adalah jarum suntik, perban, dan pembalut bekas pasien, sebanyak 11 orang
(78,6%) menjawab bahwa limbah non medis diletakkan di tong sampah berwarna
hitam, sedangkan responden yang menjawab bahwa limbah medis diletakkan pada
(50,0%) menjawab bahwa kantong plastik limbah medis pada tong sampah akan
diikat jika telah terisi sebanyak 2/3 penuh, sebanyak 8 orang (57,1%) tidak
mengetahui bahwa penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah medis adalah
dermatitis iritan kronik, sebanyak 12 orang (85,7%) mengetahui bahwa alat yang
menggunakan troli khusus yang tertutup dan dipisahkan dari limbah non medis,
sebanyak 9 orang (64,3%) menjawab bahwa hal yang harus dilakukan bila mana
bahwa penanganan akhir limbah medis yang sebaiknya adalah dipisahkan dari
limbah non medis dan dibuang ke TPA. Seluruh responden menjawab dengan
benar bahwa ada peraturan khusus untuk penanganan limbah medis di rumah
dalam penangangan limbah medis adalah sepatu boot, masker, sarung tangan
khusus. Semua responden menjawab bahwa akibat tidak menggunakan APD saat
menangani limbah medis yaitu tertusuk/ tegores benda tajam dan tertular penyakit
limbah medis dan seluruh responden menjawab dengar benar bahwa dengan
memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang penanganan limbah medis, yaitu
4.2.2 Sikap
dalam penanganan limbah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat
orang (71,4%) menyatakan sangat tidak setuju bahwa jika limbah rumah sakit
tidak perlu dipisahkan antara limbah medis dengan non medis, sebanyak 8 orang
(57,1%) menyatakan sangat setuju bahwa jika limbah medis dipilah-pilah menjadi
limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah sitotoksik,
limbah farmasi, limbah kimia, limbah radioaktif, limbah yang mengadung logam
menyatakan sangat setuju bahwa jika tempat pembuangan limbah dilapisi kantong
plastik yang berbeda warnanya sesuai dengan jenis limbah, agar tidak salah
kebiasaan yang baik sehingga tidak perlu adanya upaya untuk menghentikan
setuju apabila setiap petugas kebersihan yang langsung menangani limbah medis
menyatakan sangat setuju bahwa jika setelah menangani limbah medis hendaknya
setuju dan sangat tidak setuju apabila setiap kali pengosongan tempat
orang (42,9%) dan sebanyak 8 orang (57,1%) menyatakan sangat setuju bahwa
jika petugas kebersihan yang langsung menangani sampah medis perlu diberikan
penanganan limbah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat dilihat
sampah medis dan tempat sampah non medis serta meletakkan limbah medis pada
kontainer berwarna kuning sedangkan tempat limbah non medis diletakkan pada
(78,6%) menempatkan kontainer pada wadah dengan baik, semua responden tidak
tidak mengganti kontainer yang baru pada tong sampah infeksius, sebanyak 8
orang (57,1%) menggunakan APD lengkap saat memilah dan mengemas limbah
medis. Semua responden mengumpulkan limbah medis secara teratur (satu hari
sekali), menyimpan limbah medis ditempat yang tertutup dan limbah medis tidak
dikumpulkan pada saat bersamaan atau didalam troli yang sama dengan limbah
non medis. Sebanyak 9 orang (63,4%) tidak selalu mengganti kontainer yang
melapisi tempat sampah sesuai dengan warna yang seharusnya (kuning untuk
tempat sampah infeksius dan hitam untuk tempat sampah yang infeksius,
pengangkut sampah yang kuat dan tertutup, lebih banyak responden yakni 13
medis setiap hari dengan disinfektan yang tepat, sebanyak 9 orang (63,4%) tidak
memiliki tindakan baik dalam penanganan limbah medis dan 5 responden (14,3%)
Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
4.7.
Tabel 4.7 Hasil Uji Exact Fisher Hubungan Pengetahuan Responden dan
Penanganan Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2018
Penanganan Limbah
Total
Medis
No Pengetahuan p RR
Baik Kurang
n %
n % n %
1 Baik 8 88,9 1 11,1 9 100,0
32,000
2 Cukup 1 20,0 4 80,0 5 100,0 0,023
Jumlah 9 64,3 5 37,5 14 100,0
Pada hasil uji exact fisher diperoleh nilai p = 0,023 dimana p < 0,05
limbah medis. Berdasarkan nilai relative risk atau RR = 4,444 artinya responden
medis dengan baik sebesar 4,444 atau 32 kali lebih besar dibandingkan responden
medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.8.
positif terdapat 9 responden (64,3%) yang menangani limbah medis dengan baik
medis.
PEMBAHASAN
Medis
lihat dan temukan di lingkungan sekitar responden berada. Hal ini menunjukkan
yakni tentang jenis-jenis limbah medis, tempat sampah limbah medis, mengetahui
bahwa ada peraturan khusus untuk penanganan limbah medis, akibat bila tidak
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
pengikatan kantong limbah medis dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh
limbah medis.
limbah medis sebab petugas cleaning service sudah diberikan informasi oleh
pihak rumah sakit melalui pelatihan dan penyuluhan tentang penanganan limbah
medis, sehingga dapat dilihat bahwa petugas cleaning service telah memiliki
hasil kuesioner, sikap responden yang paling tinggi yaitu mereka setuju bahwa
sesuai dengan jenis limbah agar tidak salah menempatkan limbah berbahaya
ditempat yang tidak berbahaya dan responden tidak setuju jika setiap petugas
APD. Sedangkan sikap responden yang paling rendah yaitu tentang penggunaan
Menurut Wawan dan Dewi (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi
khususnya tentang kantong plastik limbah medis yang tidak sesuai dengan
Sakit dalam hal ketentuan mengganti kantong plastik secara rutin dengan plastik
terbentuk (Jasmawati dkk, 2012). Sikap responden yang positif bisa dipengaruhi
oleh pengetahuan responden yang baik, namun sebaliknya jika sikap responden
negatif dalam penanganan limbah medis ini juga bisa diakibatkan karena
tepat. Oleh karena itu sikap yang positif dan pengetahuan yang baik sangat
tindakan nyata yang dilakukan oleh petugas cleaning service. Hasil penelitian
dengan baik. Tindakan penanganan limbah medis yang paling baik dilakukan
dengan baik oleh petugas cleaning service adalah pewadahan limbah medis pada
hari), penyimpanan limbah medis ditempat sampah yang tertutup, limbah medis
tidak dikumpulkan didalam troli yang sama dengan limbah medis serta kontainer
limbah medis diletakkan didalam troli yang kuat dan tertutup serta mengangkut
limbah medis dari ruangan ke TPS LB3. Sedangkan tindakan penanganan limbah
medis yang paling rendah dilakukan oleh petugas cleaning service adalah
mengikat kantong plastik setiap 2/3 penuh, mengganti kontainer yang baru pada
tong sampah infeksius serta membersihkan dan mendisinfektan troli setiap hari
Limbah Medis
service dengan penanganan limbah medis diperoleh data bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik dan bertindak baik dalam menangani limbah medis
sebesar 88,9% (8 orang) dan responden yang berpengetahuan cukup baik dan
(80,0%).
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Pernyataan ini sesuai dengan yang terjadi pada
terganggu dalam penggunaan APD saat penanganan limbah medis, tidak mengikat
dan mengangkat kantong plastik dari tempat sampah ke troli serta tidak
Pada kenyataannya saat wawancara responden paham dan yakin bahwa hal
tersebut perlu dilakukan saat menangani limbah medis. Oleh sebab itu, walaupun
pengetahuan responden tersebut baik namun karena ia merasa terganggu dan tidak
Hal tersebut sesuai dengan teori perubahan perilaku menurut Katz dalam
penerima objek dan pemberi arti. Dalam perannya dengan tindakan itu seseorang
tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Sesuai
dengan hal diatas bahwa responden tersebut tidak nyaman dan terganggu saat
serta mencuci dan mendisinfektan troli setiap hari merupakan hal yang
menerapkannya.
sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
sejalan dengan hasil penelitian bahwa ada 8 responden yang berpengetahuan baik
orang petugas cleaning service memiliki pengetahuan yang cukup baik dan
dibuktikan berdasarkan hasil uji chi square antara pengetahuan petugas dengan
penanganan limbah medis dapat diketahui nilai p = 0,023 dimana p < 0,05 artinya
medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula
nilai relative risk atau RR = 4,444 hal ini berarti responden yang berpengetahuan
baik memiliki kemungkinan untuk menangani limbah medis dengan baik 4 kali
lebih besar dibandingkan responden yang berpengetahuan kurang. Oleh sebab itu,
semakin baik pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula orang tersebut
dilakukan oleh Dewi (2012), hasil penelitian Dewi menunjukkan ada hubungan
dilakukan oleh Meliani dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan
Medis
medis, sehingga tidak dilakukan uji terhadap hubungan sikap dengan tindakan
penanganan limbah medis. Adapun hasil tabulasi silang antara sikap petugas
cleaning service dengan penanganan limbah medis diperoleh data bahwa sebagian
besar responden bersikap positif dan baik dalam penanganan limbah medis yaitu
orang (35,7%).
cenderung menangani limbah medis dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil
Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak (Kholid, 2014).
Menurut Azwar dalam Kholid (2014) bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap
akan tetapi sikap dan tindakan sering kali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan
nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi sikap oleh berbagai faktor
eksternal lainnya seperti. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku
tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa
Sejalan dengan adanya responden yang memiliki sikap positif tetapi masih
kurang baik dalam menangani limbah medis, salah satu faktor yang memperkuat
Satu orang teman melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan,
sehingga orang lain akan cenderung untuk menirunya. Hal ini sesuai dengan teori
Azwar dalam Dewi (2007) bahwa salah satu penyebab terjadinya perubahan
kuesioner, responden setuju bahwa troli harus dibersihkan dan didisinfektan setiap
hari, namun dikarenakan beberapa petugas cleaning service lainnya sudah terbiasa
bersikap positif namun masih kurang baik dalam menangani limbah medis.
Responden tersebut tahu dan yakin bahwa troli limbah medis harus dicuci dan
didisinfektan setiap hari, namun karena pihak rumah sakit tidak menyediakan
detergen, sehingga petugas cleaning service tidak menerapkannya. Hal ini sesuai
dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) bahwa salah satu faktor
stimulus yang ada. Praktik atau tindakan merupakan wujud dari perilaku terbuka
seseorang setelah mengetahui stimulus atau objek kesehatan, jika stimulus yang
diketahui disikapi dan dinilai baik maka orang tersebut akan melaksanakan atau
6.1 Kesimpulan
(64,3%) dan yang berpengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 5 orang (35,7%).
2. Petugas cleaning service yang memiliki sikap positif, yaitu 14 orang (100,0%).
3. Petugas cleaning service yang menangani limbah medis dengan baik yaitu
sebanyak 9 orang (64,3%) dan kurang baik dalam menangani limbah medis
6.2 Saran
1. Pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi Medan perlu melengkapi sarana dan
prasarana penanganan limbah padat medis seperti warna kontainer yang sesuai
mempertahankan pengetahuan yang baik dan sikap yang positif dalam hal
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
Anwar, O., Nazia M., dan Muhammad A. 2013. Evaluation of Hospital Waste
Management in Public and Private Sector Hospitals of Faisalabad City,
Pakistan. (Jurnal Elektronik) diakses 6 Februari 2018;
https://www.researchgate.net/publication/271040587
Bdour, A.N., Zeyad T., Thakir A., dan Mohammed E., 2015. Analysis of Hospital
Staff Exposure Risks and Awareness about Poor Medical Waste
Management - A Case study of the Tabuk Regional Healthcare System -
Saudi Arabia. (Jurnal Elektronik) diakses 6 Februari 2018;
https://pdfs.semanticscholar.org/8e2f/9651c449d78fd66c7ea99995068671
b95793.pdf
Depkes RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Dirjen P2M dan
PLP dan Dirjen Yan Medik: Jakarta.
Depkes RI. 2003. Penanganan Limbah Medis Tajam Harus Segara Dibenahi.
Jakarta.
Dewi, H.Y. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik
Petugas Kebersihan Pengelola Sampah Medis di RSUD Dr. M. Ashari
Pemalang. (Jurnal Elektronik) diakses 29 November 2017;
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Jasmawati, Syafar M., dan Jafar N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan
Ketersediaan Fasilitas dengan Praktik Petugas Pengumpul Limbah Medis
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. (Jurnal Elektronik) diakses
29 November 2017;
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/a7d7db997b1202c0d12999f345c777f7.
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
Karmakar, N., Shib S.D., Anjan D., Kaushik N., Kaushik T., dan Partha B. 2016.
A Cross-Sectional study on Knowledge, Attitude and Practice of
Biomedical Waste Management by Health Care Personnel in A Tertiary
Care Hospital of Agartala, Tripura. (Jurnal Elekronik) diakses 6 Februari
2018; https://www.researchgate.net/publication/310462354_A_cross-
sectional_study_on_knowledge_attitude_and_practice_of_biomedical_was
te_management_by_health_care_personnel_in_a_tertiary_care_hospital_o
f_Agartala_Tripura
Meilani, Y., Lilik H., dan Siti N. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas
Terhadap Praktik Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Umum
Daerah Ciamis. (Jurnal Elektonik) diakses 29 November 2017;
file:///Users/Hasibuan/Downloads/url.html
Mohammed, S.M., Nasih O., Ali H.H., dan Kamal J.R. 2017. Knowledge,
Attitude and Practice of Health Care Workers in Sulaimani Health
Facilities in Relation to Medical Waste Management. (Jurnal Elektronik)
diakses 6 Februari 2018;
http://www.spu.edu.iq/kjar/index.php/kjar/article/view/63
Permata, R., 2014. Karakteristik dan Perilaku Petugas Cleaning Service Mengenai
Pengelolaan Limbah Padat Medis Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di
RSU Permata Bunda Medan Tahun 2014. Tesis, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Tobin, E.A. Ediagbonya T.F., Asogun D.A., dan Oteri A.J., 2013. Assessment of
Healthcare Waste Management Practices in Primary HealthCare Facilities
in a Lassa Fever Endemic Local Government Area of Edostate, Nigeria.
(Jurnal Elektronik) diakses 6 Februari 2018;
https://www.ajol.info/index.php/afrij/article/view/106045
Wawan, A. dan Dewi M.. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. 2014. Safe Management of Wastes from Health Care Activities. Second
Edition. Malta: WHO.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka saya selaku peneliti sangat
mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi atau menjawab
secara jujur dan apa adanya semua pertanyaan yang tersedia didalam kuesioner.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu hal yang berdampak negatif
terhadap diri dan karir Bapak/Ibu/Saudara/i maupun instansi tempat
Bapak/Ibu/Saudara/i bekerja, saya akan menjaga kerahasiaan identitas
Bapak/Ibu/Saudara/i serta informasi/data yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i berikan
sebagai tanda bahwa saya sangat menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak
saudari sebagai responden.
Peneliti,
Medan, April
2018
Responden
(....................................)
I. Aspek Pengetahuan
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai
dengan pengetahuan Bapak/Ibu/Saudara/i, dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan yang tersedia.
1. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i apakah yang dimaksud dengan limbah
medis ?
a. Limbah yang berasal dari pelayanan medis, gigi, dan farmasi
b. Limbah yang berasal dari dapur dan halaman rumah sakit
c. Tidak tahu
2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i manakah dibawah ini yang termasuk limbah
medis ?
a. Jarum suntik, perban, dan pembalut bekas pasien
b. Limbah yang berasal dari dapur dan halaman rumah sakit
c. Kertas-kertas dari kantor administrasi rumah sakit
3. Limbah non medis diletakkan di tong sampah berwarna ?
a. Kuning
b. Hitam
c. Ungu
4. Limbah medis diletakkan di tong sampah berwarna ?
a. Kuning
b. Hitam
c. Ungu
5. Kantong plastik limbah medis pada tong sampah akan diikat jika telah
terisi sebanyak ?
a. ± 3/3 bagian
b. ± 2/3 bagian
c. ± 1/3 bagian
6. Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah medis adalah ?
a. Kecacingan
b. Dermatitis iritan kronik
c. Gangguan pencernaan
7. Apakah alat yang digunakan untuk mengangkut limbah medis ?
a. Troli terbuka
b. Troli tertutup
No Pernyataan SS S R TS STS
1. Limbah rumah sakit tidak perlu
dipisahkan antara limbah medis
dengan non medis.
2. Limbah medis dipilah-pilah
menjadi limbah benda tajam,
limbah infeksius, limbah
jaringan tubuh, limbah
sitotoksik, limbah farmasi,
limbah kimia, limbah radioaktif,
limbah yang mengadung logam
berat, dan limbah kemasan
bertekanan.
3. Tempat pembuangan limbah
dilapisi kantong plastik yang
berbeda warnanya sesuai dengan
jenis limbah, agar tidak salah
menempatkan limbah berbahaya
di tempat yang tidak berbahaya.
4. Menggunakan Alat Pelindung
Diri (sarung tangan, masker, dan
sepatu boots) mengganggu
kenyamanan saat menangani
limbah medis.
5. Penggunaan kantong plastik
untuk penampungan limbah
medis sangatlah menyusahkan
petugas dalam pemeliharaan
tempat penampungan sampah.
6. Setiap petugas kebersihan yang
langsung menangani limbah
medis tidak harus menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD).
No Tindakan Ya Tidak
Pewadahan Limbah Medis
Petugas cleaning service dapat membedakan tempat sampah
1
medis dan tempat sampah non medis.
Petugas cleaning service meletakkan limbah medis pada
2 kontainer berwarna kuning sedangkan tempat limbah non
medis diletakkan pada kontainer berwarna hitam.
Petugas cleaning service menempatkan kontainer pada wadah
3
dengan baik.
4 Kantong plastik kontainer harus diikat setiap ± 2/3 bagian
Petugas cleaning service mengganti kontainer yang baru pada
5
tong sampah infeksius.
Petugas cleaning service menggunakan APD lengkap saat
6
memilah dan mengemas limbah medis.
Pengumpulan Limbah Medis
1 Limbah medis dikumpulkan secara teratur (satu hari sekali).
2 Limbah medis disimpan ditempat sampah yang tertutup.
Limbah medis tidak dikumpulkan pada saat bersamaan atau
3
didalam troli yang sama dengan limbah non medis.
Kontainer yang melapisi tempat sampah selalu diganti sesuai
4 dengan warna yang seharusnya (kuning untuk tempat sampah
infeksius dan hitam untuk tempat sampah yang infeksius).
Petugas cleaning service menggunakan Alat Pelindung Diri
5
(APD) lengkap saat mengumpulkan limbah medis.
Pengangkutan Limbah Medis
Kontainer limbah medis padat sebelum dimasukkan ke
1 kendaraan pengangkut diletakkan didalam tempat sampah
yang kuat dan tertutup.
Troli pengangkut limbah medis harus dibersihkan dan
2
didesinfeksi setiap hari dengan disinfektan yang tepat.
Semua ikatan atau tutup kontainer masih utuh ditempatnya
3
setibanya diakhir pengangkutan.
Petugas cleaning service mengangkut limbah medis dari
4 ruangan ke Tempat Pembuangan Sementara Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (TPS LB3).
MASTER DATA
KETERANGAN :
Pengetahuan : Pengetahuan Responden
Sikap : Sikap Responden
Tindakan : Tindakan Responden
Pengetahuan1 : Pengetahuan responden dalam bentuk kategori
1) Baik
2) Cukup
Sikap1 : Sikap responden dalam bentuk kategori
1) Positif
Tindakan1 : Tindakan responden dalam bentuk kategori
1) Baik
2) Kurang
Crosstabs