Anda di halaman 1dari 110

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Hubungan Pengetahuan dan Sikap


Petugas Cleaning Service dengan
Penanganan Limbah Medis di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2018

Hasibuan, Raysyah Rahmadhani


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6112
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS CLEANING
SERVICE DENGAN PENANGANAN LIMBAH MEDIS DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH
RAYSYAH RAHMADHANI HASIBUAN
NIM : 141000673

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS CLEANING
SERVICE DENGAN PENANGANAN LIMBAH MEDIS DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
RAYSYAH RAHMADHANI HASIBUAN
NIM : 141000673

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN


PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS CLEANING SERVICE DENGAN
PENANGANAN LIMBAH MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau
pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak
lain terhadap karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Raysyah Rahmadhani Hasibuan

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, namun selain memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, rumah sakit memberikan dampak
negatif berupa risiko kecelakaan kerja bagi petugas cleaning service apabila
penanganan limbah medisnya tidak ditangani dengan baik. Pengetahuan dan sikap
merupakan faktor yang dapat mempermudah petugas cleaning service dalam
menangani limbah medis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap petugas cleaning service dengan penanganan limbah medis
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun.
Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain cross sectional
melibatkan 14 petugas cleaning service sebagai populasi dan menggunakan total
sampling sebagai sampel. Data diperoleh dengan kuisioner dan observasi,
dianalisis dengan uji chi-square.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dikategorikan baik (64,7%),
sikap positif (100,0%) dan penanganan limbah medis dikategorikan baik (64,7%).
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan penanganan limbah medis (p = 0,023).
Disarankan kepada pihak rumah sakit agar dapat untuk melengkapi sarana
dan prasarana penanganan limbah padat medis, melakukan penyuluhan dan
pelatihan untuk mempertahankan pengetahuan yang baik serta sikap yang positif
dalam menangani limbah medis.

Kata Kunci: Cleaning Service, Pengetahuan, Sikap, Penanganan Limbah


Medis

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Hospital as an institution that gives health care services including


preventive, promotive, curative and rehabilitative, but other than a positive
impact on the surrounding community, the hospital also provided a negative
impact such as risk of occupational accidents for cleaning service if the medical
waste isn’t handled properly. Knowledge and attitude are factors that can
facilitate cleaning service in medical waste handling.
This study was conducted to determine the relationship between
knowledge and attitude of cleaning service with medical waste handling in Dr.
Pirngadi Hospital Medan. This study was analytic with cross sectional design
involving 14 cleaning services as population and using total sampling as sample.
The data were gathered by distributing questionnaires and conducting
observation while the analyzed by using chi-square test.
The result of the research obtained that knowledge is categorized good
(64,7%), positive attitude (100,0%) and medical waste handling is categorized
well (64,7%). The result of chi-square test showed that there is a significant
relationship between knowledge with medical waste handling (p = 0,023).
It is suggested to hospital to be able to equip the facility and
infrastructure of handling medical waste, make counseling and training for
maintain knowledge and attitude in medical waste handling.

Keywords: Cleaning Service, Knowledge, Attitude, Medical Waste Handling

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Raysyah Rahmadhani Hasibuan dilahirkan pada tanggal

06 November 1997 di Medan. Beragama Islam, anak ketiga dari tiga bersaudara

dari pasangan Ayahanda Dr. H. Sarmadan Hasibuan, SH, MM dan Ibunda Hj.

Nuraja Lubis. Penulis bertempat tinggal di Jalan STM Suka Makmur No. 11, Suka

Maju, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Taman Kanak-kanak Al

Musyarafah Padangsidempuan pada tahun 2001-2002, pendidikan dasar di SD

Negeri 200117/ Teladan Padangsidimpuan pada tahun 2002-2007, pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri Padangsidimpuan pada tahun 2007-2011,

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan pada tahun 2011-

2014. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan

anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Petugas Cleaning Service dengan Penanganan

Limbah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun

2018 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara

moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dan dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

saran dan kritik kepada peneliti untuk perbaikan skripsi ini.

4. dr. Mhd Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan saran dan kritik kepada peneliti untuk perbaikan skripsi

ini.

7. Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD, selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staff pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

9. Dr. Suryadi Panjaitan, M.Kes, Sp.PD, FINASIM selaku Direktur Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

10. Bapak Sanvery P. Sihombing, SKM, M.Kes selaku Kepala Instalasi

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang

telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

11. Yang teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, ibunda Hj. Nuraja Lubis dan

ayahanda Dr. H. Sarmadan Hasibuan, SH, MM, serta saudara-saudaraku Yogi

Akbar Hasibuan, ST, dan H. Feryansyah Hasibuan yang dengan sabar serta

penuh cinta, perhatian, kasih sayang dan memberikan dukungan moral,

spiritual dan material hingga penulis bisa menyelesaikan studi di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Pihak-pihak dan sahabat-sahabat yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan

satu persatu, semoga tak mengurangi rasa hormat dan rasa terimakasih

penulis atas segala semangat, bantuan dan dukungan yang diberikan.

Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi

siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2018

Raysyah Rahmadhani Hasibuan

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................... i


HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................. xv\

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 8
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 8
1.4 Hipotesis ............................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10


2.1 Perilaku ................................................................................................ 10
2.2 Pengetahuan ......................................................................................... 11
2.2.1 Pengertian Pengetahuan ............................................................. 11
2.2.2 Tingkat Pengetahuan .................................................................. 11
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ....................... 13
2.3 Sikap..................................................................................................... 14
2.3.1 Pengertian Sikap ........................................................................ 14
2.3.2 Komponen Sikap ........................................................................ 15
2.3.3 Tingkatan Sikap ......................................................................... 16
2.3.4 Karakter Sikap ........................................................................... 16
2.3.5 Pembentukan Sikap .................................................................... 18
2.3.6 Sifat Sikap .................................................................................. 18
2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ........... 19
2.3.8 Pengukuran Sikap ...................................................................... 20
2.4 Limbah Medis ...................................................................................... 21
2.4.1 Pengertian Limbah Medis .......................................................... 21
2.4.2 Klasifikasi Limbah Medis .......................................................... 21
2.4.3 Dampak Limbah Medis terhadap Kesehatan ............................. 23
2.5 Penanganan Limbah Medis di Rumah Sakit ........................................ 25
2.5.1 Tata Laksana Penanganan Limbah Medis ................................. 25

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.2 Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menangani Limbah
Medis ......................................................................................... 29
2.6 Petugas Cleaning Service ..................................................................... 30
2.6.1 Pengertian Petugas Cleaning Service......................................... 30
2.6.2 Sistem Kerja Petugas Cleaning Service di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan ....................................................... 30
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 32


3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 32
3.3.1 Populasi ...................................................................................... 32
3.3.2 Sampel........................................................................................ 32
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 33
3.4.1 Data Primer ................................................................................ 33
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................ 33
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ...................................................... 33
3.5.1 Variabel Penelitian ..................................................................... 33
3.5.2 Defenisi Operasional .................................................................. 34
3.6 Metode Pengukuran ............................................................................. 35
3.6.1 Pengetahuan ............................................................................... 35
3.6.2 Sikap .......................................................................................... 36
3.6.3 Penanganan Limbah Medis ........................................................ 36
3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 37
3.7.1 Metode Pengolahan Data ........................................................... 37
3.7.2 Metode Analisis Data ................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 39


4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan .
Tahun 2018 ........................................................................................... 39
4.1.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018 ............................................... 39
4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2018 .................................................................... 42
4.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2018 .................................................................... 42
4.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2018 .................................................................... 43
4.1.5 Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018 ............................................... 44
4.2 Hasil Univariat ..................................................................................... 44
4.2.1 Pengetahuan ............................................................................... 44
4.2.2 Sikap .......................................................................................... 47
4.2.3 Penanganan Limbah Medis ........................................................ 50

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Hasil Bivariat ....................................................................................... 52
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Limbah Medis .... 52
4.3.2 Hubungan Sikap dengan Penanganan Limbah Medis ............... 53

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 55


5.1 Pengetahuan Petugas Cleaning Service mengenai Penanganan
Limbah Medis....................................................................................... 55
5.2 Sikap Petugas Cleaning Service mengenai Penanganan Limbah
Medis .................................................................................................... 56
5.3 Penanganan Limbah Medis oleh Petugas Cleaning Service ................ 57
5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Petugas Cleaning Service dengan
Penanganan Limbah Medis .................................................................. 58
5.5 Hubungan Sikap Petugas Cleaning Service dengan Penanganan
Limbah Medis....................................................................................... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 64


6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 64
6.2 Saran..................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66


LAMPIRAN

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah
Sakit.......................................................................................... 21

Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya .... 26

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ................................................................ 35

Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Penanganan


Limbah Medis di Dr. RSUD Pirngadi Medan Tahun 2018...... 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden


Mengenai Penanganan Limbah Medis di Dr. RSUD Pirngadi
Medan Tahun 2018................................................................... 46

Tabel 4.3 Distribusi Sikap Responden dalam Penanganan Limbah


Medis di Dr. RSUD Pirngadi Medan Tahun 2018 ................... 47

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Mengenai Penanganan


Limbah Medis di Dr. RSUD Pirngadi Medan Tahun 2018...... 49

Tabel 4.5 Distribusi Tindakan Responden dalam Penanganan Limbah


Medis di Dr. RSUD Pirngadi Medan Tahun 2018 ................... 50

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Penanganan


Limbah Medis di Dr. RSUD Pirngadi Medan Tahun 2018...... 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Exact Fisher Pengetahuan Responden dan


Penanganan Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2018............................................................................... 53

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Hubungan Sikap Responden dan Penanganan


Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018...... 54

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 31

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pernyataan Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Lembar Observasi

Lampiran 5. Master Data

Lampiran 6. Output

Lampiran 7. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 8. Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan

Lampiran 9. SOP Penanganan Limbah Medis

Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 11. Surat Selesai Penelitian

Lampiran 12. Dokumentasi

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

APD : Alat Pelindung Diri


Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
HBV : Hepatitis B Virus
HCV : Hepatitis C Virus
HIV : Human Immundeficiency Virus
ICRC : International Committee of the Red Cross
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KAK : Kecelakaan Akibat Kerja
Kepmenkes RI : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NSI : Needle Stick Injury
SOR : Stimulus Organism Respons
SOP : Sistem Operasional Prosedur
TPS : Tempat Pembuangan Sementara
TPS LB3 : Tempat Pembuangan Sementara Limbah Berbahaya dan Beracun
WHO : World Health Organization

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, meliputi pelayanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Undang-Undang Republik Indonesia, 2009).

Disamping itu, rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang

melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga

kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap

lingkungan sekitarnya. Dari berbagai kegiatannya, rumah sakit menghasilkan

berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas (Adisasmito,

2007).

Rumah sakit juga dapat dikatakan sebagai pendonor limbah karena

buangannya berasal dari kegiatan non medis maupun medis yang bersifat

berbahaya dan beracun dan dalam jumlah besar. Hasil buangan rumah sakit

berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman

patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat

berbahaya dan beracun merupakan hasil dari aktivitas rumah sakit (Paramita,

2007).

Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap

petugas, jika petugas tidak melakukan penanganan limbah sesuai dengan

persyaratan yang telah diatur dalam Kepmenkes RI Nomor 1204

Menkes/SK/X/2014 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit (Kementrian

Kesehatan RI, 2010). Petugas cleaning service mempunyai risiko terbesar terpajan

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

bahan biologi berbahaya (biohazard) dan kontak dengan alat medis sekali pakai

(disposable equipment), seperti jarum suntik bekas maupun selang infus bekas

(Melandari dan Ety, 2014). Penanganan limbah medis tajam harus segera dibenahi

karena limbah alat suntik dan limbah medis lainnya dapat menjadi faktor risiko

penularan berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah (Depkes RI, 2003).

Penyakit yang dapat timbul seperti penyakit HIV/AIDS, HBV dan HCV,

dermatitis iritan kronik serta gangguan pernafasan (Kementrian Kesehatan RI,

2010).

Secara global, berdasarkan laporan World Health Organization (WHO)

bahwa pada fasilitas layanan kesehatan, kelompok utama yang berisiko

mengalami cedera adalah perawat dan tenaga kesehatan, dimana setiap tahunnya

diperkirakan 10 hingga 20 orang per 1000 pekerja mengalami cedera saat bekerja.

Angka tertinggi cedera okupasional dikalangan pekerja yang mungkin terpajan

limbah layanan kesehatan ternyata berada pada kelompok tenaga kebersihan dan

pengelola limbah, walaupun sebagian besar cedera okupasional dikalangan tenaga

layanan kesehatan dan tenaga kebersihan adalah terkilir dan ketegangan otot/pegal

akibat kelelahan kerja, jumlah bermakna justru berasal dari luka teriris dan

tertusuk limbah benda tajam (WHO, 2005). WHO memperkirakan bahwa setiap

tahunnya ada sekitar 8.000.000 hingga 16.000.000 kasus Hepatitis B Virus (HBV)

baru, 2.300.000 hingga 4.700.000 kasus Hepatitis C Virus (HCV) dan 80.000

sampai 160.000 kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) karena suntikan

yang tidak aman dan sistem penanganan limbah medis yang buruk (Tobin dkk,

2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Diluar negeri, dilaporkan bahwa di Amerika Serikat tingkat cedera

keseluruhan pekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan yang mungkin kontak

dengan limbah medis adalah 180 per 1.000 pekerja per tahun (Bdour dkk, 2015).

Sedangkan di Indonesia pada tahun 2004 ditemukan 65.4% petugas pembersih

suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita dermatitis kontak iritan kronik tangan.

Berdasarkan hasil penelitian dr. Joseph pada tahun 2005-2007 mencatat bahwa

angka KAK NSI mencapai 38% hingga 73% dari total petugas kesehatan

(Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kemudian pada tahun 2014, di RSU Permata

Bunda Medan masih terdapat petugas cleaning service yang tertusuk jarum suntik

sebanyak 18 orang (40,0%) dari 45 petugas cleaning service saat melakukan

pengangkutan limbah padat ke tempat penampungan limbah sementara, hingga

mengalami alergi pada kulit (Permata, 2014).

Limbah medis yang dihasilkan rumah sakit dapat berdampak negatif

terhadap kesehatan masyarakat apabila penanganan limbahnya tidak sesuai

dengan Kepmenkes RI Nomor 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004, misalnya tidak dilakukan

pemisahan antara limbah medis dengan limbah non medis, tempat penampungan

sampah di masing- masing ruangan tidak memenuhi standar, petugas pengumpul

limbah medis tidak memakai APD, pengangkutan limbah medis menuju ke tempat

pembuangan sementara menggunakan troli/gerobak terbuka dan tidak ada label

baik di tempat sampah maupun di troli (Jasmawati dkk, 2012).

Sifat bahaya dari limbah layanan kesehatan mungkin muncul akibat satu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

atau beberapa karakteristik berikut: limbah mengandung agen infeksius, limbah

mengandung zat kimia atau obat-obat berbahaya atau beracun, limbah bersifat

radioaktif, limbah mengandung benda tajam. Semua orang yang terpajan limbah

berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar menjadi orang yang

berisiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah berbahaya dan

mereka yang berada di luar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola limbah

semacam itu atau yang berisiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen

limbahnya (WHO, 2005).

Hasil penelitian Anwar dkk (2013), menunjukkan bahwa di Rumah Sakit

di Faisalabad, Pakistan masih ditemukan limbah infeksius yang tercampur dengan

limbah non medis serta pengangkutan limbah medis yang tidak aman, dimana

petugas saniter mengangkut limbah medis dengan trolli dalam keadaan terbuka

dan tidak menggunakan APD. Kemudian, berdasarkan hasil penelitian Paramita

(2007), menunjukkan bahwa di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto

masih terdapat limbah benda tajam yang belum dilakukan pengemasan secara

baik, sehingga sering ditemukan kantong yang sobek akibat tertusuk jarum atau

benda tajam lainnya yang berakibat sering terjadinya ceceran atau tumpahan

benda tajam baik di tempat sampah maupun dalam proses pengangkutan.

Limbah medis dianggap sebagai limbah paling berbahaya kedua di dunia

dan perlu ditangani dan dibuang oleh petugas kesehatan terlatih. Pengetahuan,

sikap dan praktik petugas kesehatan sangat penting saat menangani limbah medis.

Oleh karena itu, pendidikan staff yang terlibat dalam pengumpulan limbah sangat

penting. Jika memiliki pengetahuan yang benar tentang pedoman dan peraturan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

penanganan limbah medis yang mana, dan dapat juga membantu melindungi

masyarakat dari dampak buruk limbah medis terhadap kesehatan dan lingkungan

(Mohammed dkk, 2017).

Hasil penelitian Karmakar dkk (2016), tentang studi cross-sectional

mengenai pengetahuan, sikap dan praktik penanganan limbah biomedis oleh

petugas kesehatan di Rumah Sakit tersier Agartala, Tripura menunjukkan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan petugas kesehatan dengan praktik penanganan

limbah biomedis (p = 0,004), ada hubungan antara sikap petugas kesehatan

dengan praktik penanganan limbah biomedis (p = 0,003). Temuan tersebut

diulangi pada diskusi kelompok terarah, dimana diketahui bahwa petugas

kesehatan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik mengenai penanganan

limbah biomedis.

Hasil penelitian Meliani dkk (2014), tentang hubungan pengetahuan dan

sikap petugas terhadap praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum

Daerah Ciamis, menunjukkan pengetahuan cleaning service termasuk kategori

baik (61,8%), sikap baik (52,9%) dan praktik pengelolaan sampah medis baik

(55,9%). Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pengelolaan sampah

medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis (p = 0,001). Ada

hubungan antara sikap dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Ciamis (p =0,002).

Hasil penelitian Dewi (2012), tentang hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap dengan praktik petugas kebersihan pengelola sampah medis 
di RSUD dr.

M. Ashari Pemalang, menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

dengan praktik pengelolaan sampah medis petugas kebersihan pengelola sampah

medis RSUD dr. M. Ashari Pemalang dengan p = 0,020 ada hubungan antara

sikap dengan praktik pengelolaan sampah medis petugas kebersihan pengelola

sampah medis RSUD dr. M. Ashari Pemalang dengan p =0,001.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kordinator Sanitasi Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, diketahui bahwa petugas cleaning service

yang bertugas dalam menangani sampah medis dan non medis di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan berjumlah 14 orang. Petugas cleaning service

tersebut bertugas dalam menempatkan limbah medis sesuai dengan wadahnya dan

mengumpulkan limbah medis dari setiap ruangan yang menghasilkan limbah

medis kemudian mengangkutnya ke TPS LB3 (Tempat Pembuangan Sementara

Limbah Bahan Berbahaya Beracun) sedangkan limbah non medis diangkut ke

Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi

Medan memulai pekerjaannya pada pukul 07:00 – 14:00 WIB dan waktu istirahat

selama 60 menit pada pukul 12:00 – 13:00 WIB untuk shift 1, sedangkan untuk

petugas cleaning service yang bekerja pada shift 2 memulai pekerjaannya pada

pukul 14:00 – 21:00 WIB dan beristirahat pada pukul 18:00 – 19:00 WIB. Setiap

harinya petugas cleaning service mengangkut limbah dari setiap ruangan yang

menghasilkan limbah medis ke TPS LB3 (Tempat Pembuangan Sementara

Limbah Bahan Berbahaya Beracun) dan limbah non medis diangkut ke Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) sebanyak empat kali, dimana pada pagi hingga

siang hari dilakukan dua kali pengangkutan dan pada sore hingga malam hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

dilakukan pengangkutan sebanyak dua kali. Petugas cleaning service di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan diberikan fasilitas berupa Alat

Pelindung Diri (APD) berupa sepatu boots, masker dan sarung tangan oleh pihak

manajemen rumah sakit.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, masih ditemukan limbah medis

yang belum ditangani dengan baik seperti masih ditemukannya limbah medis

yang ditempatkan pada warna wadah yang tidak sesuai, wadah limbah medis yang

dibiarkan terbuka dan sudah melebihi 2/3 bagian dari kontainer serta troli limbah

medis dan limbah non medis yang didorong secara bersamaan, selain itu beberapa

petugas cleaning service yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

yang lengkap saat menangani limbah medis seperti tidak menggunakan masker,

tutup kepala, pelindung mata, sarung tangan khusus, sepatu boots dan tidak

menggunakan baju khusus. Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang petugas

cleaning service, salah satu dari petugas cleaning service tersebut pernah

mengalami kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum suntik saat pemilahan dan

pengumpulan limbah medis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap petugas

cleaning service dengan penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap

petugas cleaning service dengan penanganan limbah medis di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas cleaning service dalam

penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

tahun 2018.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap petugas cleaning service dalam

penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

tahun 2018.

3. Untuk mengetahui gambaran penanganan limbah medis oleh petugas cleaning

service di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2018.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis

penelitian ini, yaitu :

1. Ada hubungan antara pengetahuan penanganan limbah medis petugas cleaning

service dengan penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan tahun 2018.

2. Ada hubungan antara sikap penanganan limbah medis petugas cleaning

service dengan penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada berbagai pihak, yaitu :

1. Sebagai bahan informasi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi

Medan dalam melakukan evaluasi ataupun peningkatan kualitas kerja petugas

cleaning service dalam menangani limbah medis.

2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan pada umumnya dan terkhusus bagi

petugas cleaning service agar memperhatikan aspek keselamatan dan

kesehatan kerja saat menangani limbah medis.

3. Sebagai bahan referensi untuk diadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku adalah respons individu terhadap suatu stimulus atau tindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik

disadari maupun tidak (Wawan dan Dewi, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010)

yang mengutip pendapat Skinner, perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Perilaku manusia terjadi melalui proses: respons, sehingga teori ini disebut

dengan teori “S-O-R” (Stimulus-Organism-Response). Berdasarkan teori “S-O-

R”, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Perilaku tertutup (covert behavior), terjadi bila respons terhadap stimulus

tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.

Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

“unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur dari

pengetahuan dan sikap.

2. Perilaku terbuka (overt behavior), terjadi bila respons terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari

luar atau “observable behavior” (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Notoadmojo (2010) yang mengutip pendapat Bloom, bahwa

perilaku dibedakan menjadi tiga area, wilayah, ranah atau domain, yakni kognitif

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psyschomotor). Dalam

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

perkembangan domain oleh Bloom ini dan untuk kepentingan pendidikan praktis,

dikembangkan menjadi tiga tingkat ranah perilaku yaitu, pengetahuan, sikap, dan

tindakan/ praktik.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat

pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoadmodjo, 2007).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, sebagai berikut :

1. Faktor internal

a. Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Mantra yang

dikutip oleh Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

b. Pekerjaan, adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

c. Umur, menurut Elisabet yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok dikutip oleh Wawan dan

Dewi (2010), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya.

2. Faktor eksternal

a. Lingkungan, menurut Mariner yang dikutip oleh Wawan dan Dewi

(2010), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan

perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial budaya, sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respons tertutup seseorang

terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak

baik, dan sebagainya). Sedangkan, menurut Maulana (2009) yang mengutip

pendapat Koentjaraningrat, sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari

dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

objek akibat pendirian dan perasaaan terhadap objek tersebut. Berdasarkan

pendapat Walgito (2003) yang mengutip pendapat para ahli (Baron dan Byrne,

1984; Gerungan, 1966; Myres, 1983; Newcomb, 1965; Thurstone, 1957), bahwa

sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau

situasi yang relatif ajeg yang di sertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan

dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara

yang tertentu yang dipilihnya.

2.3.2 Komponen sikap

Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, artinya

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap

objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap

adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

2.3.3 Tingkatan sikap

Sikap mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai

berikut :

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding), diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pernyataan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing), diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible), sikap yang paling tinggi tingkatannya

adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang

telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani

mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko

lain (Notoatmodjo, 2010).

2.3.4 Karakter sikap

Disamping memiliki tingkatan, sikap juga memiliki beberapa karakteristik

(dimensi) sikap, sebagai berikut:

1. Arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau

tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak

atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang

yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau

tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arah nya negatif.

2. Intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum

tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama

tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah

negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang

pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju.

Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang,

mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.

3. Konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang

dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud.

Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk

dapat konsistensi, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang

relatif panjang. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak adanya

kebimbangan dalam sikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama

tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang

tidak konsisten, yang tidak menunjukkan kesesuaian antara pernyataan sikap

dan perilakunya, atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan

sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta

memprediksi perilaku individu yang bersangkutan.

4. Spontanitas, yaitu menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk

menyatakan sikap secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang

tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya

(Azwar, 2007).

2.3.5 Pembentukan sikap

Menurut Sarwono yang dikutip oleh Maulana (2009), terdapat beberapa

cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu:

1. Adopsi, suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kegiatan yang

berulang dan terus menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap akan

diserap oleh individu.

2. Diferensi, terbentuk dan berubahnya sikap karena individu telah memiliki

pengetahuan, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. Hal yang

pada awalnya dipandang sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari

jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri.

3. Integrasi, sikap terbentuk secara bertahap. Diawali dari pengetahuan dan

pengalaman terhadap objek sikap tertentu.

4. Trauma, pembentukan dan perubahan sikap terjadi melalui kejadian yang

tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam.

5. Generalisasi, sikap terbentuk dan berubah karena pengalaman traumatik pada

individu terhadap hal tertentu dapat menimbulkan sikap tertentu (positif atau

negatif) terhadap semua hal.

2.3.6 Sifat sikap

Menurut Purwanto yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), sikap

dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif :

1. Sikap positif, terdapat kecenderungan tindakan adalah mendekati,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

2.3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

Menurut Azwar yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor

yang mempengaruhi pembentukan sikap, sebagai berikut :

1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap

orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanam garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari

lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem

kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3.8 Pengukuran sikap

Menurut Azwar yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), pengukuran

sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan

sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap

yang hendak diungkapkan. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-

hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau

memihak pada objek sikap, pernyataan ini disebut dengan pernyataan favourable.

Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek

sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.

Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu

skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable

dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan

yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi

skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat ataupun pernyataan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden

melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2007).

2.4 Limbah Medis

2.4.1 Pengertian limbah medis

Menurut WHO (2014) limbah infeksius adalah bahan yang diduga

mengandung patogen (bakteri, virus, parasit atau jamur) dengan konsentrasi atau

kuantitas yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada host yang rentan.

Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah

kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi (Kementrian Kesehatan RI, 2004).

2.4.2 Klasifikasi limbah medis

Tabel 2.1 Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit
Kategori Contoh Limbah
No Definisi
Limbah yang Dihasilkan
1. Infeksius Limbah yang terkontaminasi Kultur laboratorium,
organisme patogen (bakteri, virus, limbah dari bangsal
parasit, atau jamur) yang tidak isolasi, kapas,
secara rutin ada lingkungan dan materi, atau
organisme tersebut dalam jumlah peralatan yang
dan virulensi yang cukup untuk tersentuh pasien
menularkan penyakit pada manusia yang terinfeksi,
rentan. ekskreta.
2. Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan Bagian tubuh
stok bahan yang sangat infeksius, manusia dan hewan
otopsi, organ binatang percobaan (limbah anatomis),
dan bahan lain yang telah darah dan cairan
diinokulasi, terinfeksi atau kontak tubuh yang lain,
dengan bahan yang sangat janin.
infeksius.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Lanjutan Tabel 2.1


Kategori Contoh Limbah
No Definisi
Limbah yang Dihasilkan
3. Sitotoksis Terinfeksi atau kontak dengan Dari materi yang
bahan yang sangat infeksius. terkontaminasi pada
Limbah dari bahan yang saat persiapan dan
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat,
pemberian obat sitotoksis untuk misalnya spuit,
kemoterapi kanker yang ampul, kemasan,
mempunyai kemampuan untuk obat kadaluarsa,
membunuh atau mengahambat larutan sisa, urin,
pertumbuhan sel hidup. tinja, muntahan
pasien yang
mengandung
sitotoksis.
4. Benda Merupakan materi yang dapat Obat-obatan, vaksin,
Tajam menyebabkan luka iris atau luka dan serum yang
tusuk. Semua benda tajam ini sudah kedaluarsa,
memiliki potensi bahaya dan dapat tidak digunakan,
menyebabkan cedera melalui tumpah, dan
sobekan atau tusukan. Benda-benda terkontaminasi, yang
tajam yang terbuang mungkin tidak diperlukan lagi.
terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radioaktif.
5. Farmasi Limbah farmasi mencakup Obat-obatan, vaksin,
produksi farmasi. Kategori ini juga dan serum yang
mencakup barang yang akan di sudah kedaluarsa,
buang setelah digunakan untuk tidak digunakan,
menangani produk farmasi, tumpah, dan
misalnya botol atau kotak yang terkontaminasi, yang
berisi residu, sarung tangan, tidak diperlukan lagi.
masker, selang penghubung darah
atau cairan, dan ampul obat.
6. Kimia Mengandung zat kimia yang Reagent di
berbentuk padat, cair, maupun gas laboratorium, film
yang berasal dari aktivitas untuk rontgen,
diagnostik dan eksperimen serta desinfektan yang
dari pemeliharaan kebersihan kadaluarsa atau
rumah sakit dengan menggunakan sudah tidak
desinfektan. diperlukan lagi,
solven.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Lanjutan Tabel 2.1


Kategori Contoh Limbah
No Definisi
Limbah yang Dihasilkan
7. Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan Cairan yang tidak
radioisotope yang berasal dari terpakai dari radio
penggunaan medis atau riset radio aktif atau riset di
nukleida. Limbah ini dapat berasal laboratorium,
dari: tindakan kedokteran nuklir, peralatan kaca,
radio immunoassay dan kertas absorben yang
baakteriologis, dapat berbentuk terkontaminasi, urin
padat, cair atau gas. dan ekskreta dari
pasien yang diobati
atau diuji dengan
radio nuklida yang
terbuka.
8. Logam Limbah yang mengandung logam Thermometer, alat
yang Berat dalam konsetrasi tinggi pengukur tekanan
bertekanan termasuk dalam subkategori limbah darah, residu dari
tinggi/berat kimia berbahaya dan biasanya ruang pemeriksaan
sangat toksik. Contohnya adalah gigi, dan sebagainya.
limbah merkuri yang berasal dari
bocoran peralatan kedokteran yang
rusak.
9. Kontainer Limbah yang berasal dari berbagai Tabung gas, kaleng
bertekanan jenis gas yang digunakan di rumah aerosol yang
sakit. mengandung residu,
gas cartridge.
Sumber: Kepmenkes RI No.1204 Menkes/SK/X/2004

2.4.3 Dampak limbah medis terhadap kesehatan

Dampak limbah secara khusus berdasarkan limbah yang dihasilkan, antara

lain, sebagai berikut:

1. Bahaya limbah infeksius dan benda tajam

Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme

patogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia beberapa jalur yaitu,

tusukan, lecet atau luka dikulit, membran mukosa, pernapasan dan ingesti. Kultur

patogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutama jarum suntik)

mungkin merupakan jenis limbah yang potensi bahayanya paling akut bagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

kesehatan. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka

tusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda tajam ini terkontaminasi

patogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam

termasuk ke dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya.

2. Bahaya limbah kimia dan farmasi

Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan

kesehatan (misalnya zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar,

reaktif, mudah meledak, atau yang sensitif terhadap guncangan). Kandungan zat

kimia didalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat

pajanan secara akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar.

3. Bahaya limbah genotoksik

Pajanan terhadap zat genotoksik di lingkungan layanan kesehatan juga

dapat terjadi selama masa persiapan atau selama terapi yang menggunakan obat

atau zat tertentu. Jalur pajanan utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol,

absorbsi melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi obat–

obatan sitotoksik, zat kimia, atau limbah, dan kebiasaan buruk saat makan,

misalnya menyedot makanan.

4. Bahaya limbah radioaktif

Jenis penyakit yang disebabkan limbah radioaktif bergantung pada jenis

dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing,

dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif,

seperti halnya limbah bahan farmasi, bersifat genotoksik, maka efeknya juga

dapat mengenai materi genetik. Penanganan sumber yang sangat aktif, misalnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

terhadap sumber tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera

yang jauh lebih parah (misalnya kerusakan jaringan, keharusan untuk

mengamputasi bagian tubuh) dan karenannya harus dilakukan dengan sangat hati-

hati (WHO, 2005).

2.5 Penanganan Limbah Medis di Rumah Sakit

2.5.1 Tata laksana penanganan limbah medis

Tata laksana penanganan limbah medis pada layanan kesehatan sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004 dan World Health Organization tentang pengolahan

limbah layanan kesehatan, yaitu:


1. Pemilahan dan pewadahan limbah medis

Secara umum pemilahan adalah proses pemisahan limbah dari sumbernya,

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menjelaskan bahwa pemilahan jenis limbah

medis padat mulai dari sumber yang menghasilkan sampah yang terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah

sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan

limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Kementrian Kesahatan RI,

2004).

Berdasarkan Kepmenkes RI No.1204 Menkes/SK/X/2004 tentang

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, pewadahan limbah medis rumah

sakit harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label, sebagai

berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Warna
No Kategori Kontainer/ Lambang Keterangan
Kantong Plastik
Kantong boks
1. Radioaktif Merah timbal dengan
simbol radioaktif
Kantong palstik
kuat, anti bocor
Sangat
2. Kuning atau kontainer yang
Infeksius
dapat disterilisasi
dengan otoklaf

Infeksius, Plastik kuat dan


3. patologi dan Kuning anti bocor atau
anatomi kontainer

Kontainer plastik
4. Sitotoksik Ungu
kuat dan anti bocor

Kimia dan
5. Coklat - Kantong plastik
farmasi
atau kontainer
Sumber: Kepmenkes RI No.1204 Menkes/SK/X/2004

Pengodean wadah dengan warna memudahkan petugas medis dan pekerja

rumah sakit memasukan limbah ke dalam wadah yang benar dan menjaga

pemisahan limbah selama proses trasportasi, penyimpanan, perawatan dan

pembuangan. Pengodean dengan warna juga memberikan indikasi visul tentang

potensi risiko yang ditimbulkan oleh limbah dalam wadah tersebut (WHO, 2014).

Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian

telah terisi limbah (Kementrian Kesahatan RI, 2004). Kantong plastik harus

ditempatkan dengan baik pada wadah. Dalam kondisi tertentu, jika tidak ada

kantong plastik yang tersedia, wadah harus dikosongkan terlebih dulu, kemudian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

dicuci dan didisinfeksi (dengan larutan klorin aktif 5%). Persediaan kantong dan

kontainer baru harus siap tersedia di semua lokasi yang menghasilkan limbah.

Saat mengangkat kantong plastik, pegang bagian atas kantong dengan

menggunakan sarung tangan agar tidak terjadi kontak langsung dengan limbah

medis (ICRC, 2011).

3. Pengumpulan limbah medis

Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Sedangkan limbah jarum suntik

tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit maupun

puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai (disposable), limbah jarum suntik

dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi

(Kementrian Kesahatan RI, 2004).

Limbah harus dikumpulkan secara teratur, setidaknya sekali sehari.

Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk dimana limbah diproduksi.

Pengumpulan limbah padat medis dari tempat produksinya direncanakan dengan

baik, setiap jenis limbah harus dikumpulkan dan disimpan secara terpisah.

Limbah infeksius tidak boleh disimpan dalam tempat-tempat yang terbuka untuk

umum. Petugas yang bertugas mengumpulkan dan mengangkut limbah harus

diberitahu untuk mengumpulkan hanya wadah berwarna kuning dan wadah

khusus benda tajam yang telah ditutup. Kantong-kantong yang telah dikumpulkan

harus segera diganti dengan tas baru (ICRC, 2011). Limbah umum tidak boleh

dikumpulkan pada saat bersamaan atau didalam troli yang sama dengan limbah

infeksius atau berbahaya lainnya (WHO, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga

pendukung yang bertugas mengumpulkan limbah :

a. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang

ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan.

b. Jangan memindahkan satu kontainer limbah pun kecuali labelnya memuat

keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau bagian-bagiannya)

dan isinya.

c. Kontainer harus diganti segera dengan kontainer baru dari jenis yang sama

(WHO, 2005).

4. Pengangkutan limbah medis

Pengangkutan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah ke

Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dengan menggunakan troli khusus yang

tertutup dan menyimpan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada

musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kenderaan pengangkut

harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan aman dari jangkauan manusia

maupun binatang (Kementrian Kesahatan RI, 2004).

Bila limbah klinis dan yang sejenis diangkut dengan kontainer khusus,

kontainer harus kuat dan tidak bocor. Kontainer harus mudah ditangani, dalam hal

kontainer akan digunakan kembali harus mudah dibersihkan/dicuci dengan

detergent (Depkes RI, 2002). Limbah berbahaya dan tidak berbahaya harus selalu

diangkut secara terpisah (WHO, 2014). Limbah layanan kesehatan harus diangkut

dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

tujuan lain (WHO, 2005). Bila memungkinkan pengangkutan dilakukan selama

waktu yang tak terlalu sibuk. Kemudian rute pengangkutan harus ditetapkan agar

mencegah terpaparnya limbah infeksius dengan staff rumah sakit dan pasien,

dengan menggunakan tangga atau lift khusus (WHO, 2014). Semua ikatan atau

tutup kantong limbah harus berada dotempatnya dan masih utuh setibanya diakhir

pengangkutan (WHO, 2005).

Kebijakan mengenai pengangkutan limbah padat medis dijelaskan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 MenKes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yaitu:

a. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut

harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

b. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun

binatang.

c. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) (Kementrian Kesahatan RI, 2004).

2.5.2 Alat Pelindung Diri (APD) dalam menangani limbah medis di Rumah

Sakit

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia menyatakan bahwa setiap

petugas hendaknya dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja (APD)

lengkap diantaranya ;

1. Sarung tangan khusus, yang digunakan ada dua macam yaitu sarung tangan

karet yang dipergunakan pada saat pengangkutan sampah medis dan

pencucian kontainer sampah medis dan peralatan yang akan didesinfeksi, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

kedua adalah sarung tangan kulit yang tahan terhadap panas, dipergunakan

pada saat melakukan pekerjaan pembakaran sampah medis.

2. Masker, digunakan pada saat menangani bau busuk, debu atau abu yang

berasal dari sampah medis, mencegah percikan yang bersifat infeksius masuk

ke dalam mulut .

3. Sepatu boot, digunakan untuk pekerjaan yang rawan kecelakaan pada kaki

yaitu pada saat melaksanakan pengelolaan sampah medis benda tajam dan

pengontrolan sampah medis infeksius.

4. Pakaian pelindung, dipergunakan sewaktu melakukan pekerjaan pencucian

peralatan sampah medis, pengambilan peralatan sampah medis dan

pembakaran sampah medis agar tubuh petugas tidak terkena percikan dari

proses pembakaran (Depkes RI, 2002).

2.6 Petugas Cleaning Service

2.6.1 Pengertian petugas cleaning service

Petugas cleaning service adalah orang yang dalam tugasnya memelihara

kebersihan dan memberikan pelayanan kebersihan di suatu tempat, kantor atau

instansi bersih dengan menyediakan layanan kebersihan (Machdika, 2013).

2.6.2 Sistem kerja petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Medan

Jam kerja petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan dimulai pada pukul 07:00 WIB – 21:00 WIB yang terbagi

kedalam 2 shift, yaitu :

1. Shit pertama pada pukul 07:00 WIB – 14:00 WIB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

2. Shit kedua pada pukul 14:00 WIB – 21:00 WIB

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya petugas cleaning service, maka

setiap harinya dibentuk tim yang terdiri atas 4 tim, yaitu:

1. Tim ruangan (in side), bertanggung jawab untuk membersihkan setiap

ruangan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan seperti

kantor, poliklinik, kamar pasien, kamar mandi/wc dan koridor yang ada di

area rumah sakit.

2. Tim taman (out side), bertugas untuk membersih dan menata taman di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

3. Tim sampah, bertugas dalam menangani limbah medis dan mengangkutnya

ke Tempat Pembuangan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(TPS LB3) dan sampah non infeksius diangkut ke Tempat Pembuangan

Sementara (TPS).

4. Tim khusus, bertugas membersihkan bagian-bagian khusus di rumah sakit

seperti area kerja dengan ketinggian > 5 meter serta kaca, langit-langit

ruangan dan karat yang memerlukan penanganan khusus.

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


1. Pengetahuan Penanganan Limbah
2. Sikap Medis

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran

variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan,

Jalan Prof. H. M. Yamin SH No. 47 Medan pada Januari 2018 sampai dengan

April 2018, dikarenakan belum pernah ada penelitian mengenai hubungan

pengetahuan dan sikap petugas cleaning service dengan penanganan limbah medis

di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas

cleaning service yang bertugas dalam menangani limbah medis yang berjumlah

sebanyak 14 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak

14 orang.

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer ini merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti

terhadap objek penelitian. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung

dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti dan pengisian

kuesioner oleh peneliti melalui wawancara dengan responden. Kuesioner disusun

dengan modifikasi dari kuesioner penelitian Helwi (2002).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder ini untuk melengkapi atau penunjang data primer yang ada.

Adapun data sekunder ini diperoleh dari pihak Rumah Sakit berupa data mengenai

petugas cleaning service dan profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi

Medan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo,

2012). Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi:

1. Variabel Indenpenden (Variabel Bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

independen adalah pengetahuan dan sikap petugas cleaning service di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2. Variabel Dependen (Variabel Terkait)

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

3.5.2 Defenisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang penanganan limbah medis adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh petugas cleaning service tentang penanganan limbah medis di

rumah sakit.

2. Sikap tentang penanganan limbah medis adalah tanggapan petugas cleaning

service tentang penanganan limbah medis di rumah sakit.

3. Penanganan limbah medis adalah tata cara dilakukan oleh petugas cleaning

service dalam menangani limbah medis di Rumah Sakit.

a. Pewadahan limbah medis adalah proses yang dilakukan petugas cleaning

service dalam menempatkan limbah medis sesuai dengan warna wadah

yang telah ditetapkan.

b. Pengumpulan limbah medis adalah proses yang dilakukan petugas

cleaning service dalam mengumpulkan seluruh limbah medis dari ruangan

yang menghasilkan limbah medis sebelum dikelola lebih lanjut ke

pembuangan akhir.

c. Pengangkutan limbah medis adalah proses yang dilakukan petugas

cleaning service dalam memindahkan limbah medis dari ruangan yang

menghasilkan limbah medis ke TPS LB3 dan area insenerator.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel


Skala Hasil
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur
Ukur Ukur
Independen
1. Baik
1 Pengetahuan Wawancara Kuesioner Ordinal 2. Cukup
3. Kurang
1. Positif
2 Sikap Wawancara Kuesioner Ordinal
2. Negatif
Dependen
Penanganan Limbah Medis
a. Pewadahan Limbah Medis
Lembar 1. Baik
3 b. Pengumpulan Limbah Medis Observasi Ordinal
Observasi 2. Kurang
c. Pengangkutan Limbah
Medis

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang

tersedia pada kuesioner, dengan menggunakan skala Guttman yaitu multiple

choise. Pertanyaan tentang pengetahuan berjumlah 15 dengan total skor 15.

Adapun ketentuan pemberian skor yaitu “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi

skor 0.

Menurut Arikunto yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010),

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala

sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu menjawab

pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 76% - 100% yaitu dengan

skor 11 – 15.

2. Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika responden mampu menjawab

pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 56% - 75% yaitu dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

skor 8 – 10.

3. Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab

pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar <56% yaitu dengan skor <

8.

3.6.2 Sikap

Sikap diukur melalui 10 pernyataan dengan menggunakan skala Likert

yang terdiri dari 5 point (Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat

tidak setuju). Responden yang menjawab “sangat setuju” diberi skor 5 dan

“sangat tidak setuju” diberi skor 1 pada pertanyaan positif no. 2, 3, 7, 8, dan 10,

sedangkan pada pertanyaan negatif no. 1, 4, 5, 6, dan 9 jika menjawab untuk

“sangat setuju” diberi skor 1 dan “sangat tidak setuju” diberi skor 5. Sehingga

total skor tertinggi yang dicapai responden adalah 50. Jawaban skor dikategorikan

menjadi:

1. Sikap responden dikatakan positif jika total skor ≥ nilai median.

2. Sikap responden dikatakan negatif jika total skor < nilai median.

3.6.3 Penanganan Limbah Medis

Penanganan limbah medis diukur melalui observasi langsung yang

dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan skala ukur Guttman. Lembar

observasi disusun berdasarkan Kepmenkes RI No.1204 Menkes/SK/X/2004

tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dan SOP penanganan

limbah medis yang berlaku di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pada lembar observasi

tersedia 17 pernyataan, apabila peneliti mencentang “Ya” diberi skor 1 dan

“Tidak” diberi skor 0.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel tindakan

penanganan limbah medis dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Tindakan dikatakan baik jika responden menangani limbah medis dengan

tepat sebesar ≥ 60% yaitu dengan skor 9 – 15.

2. Tindakan dikatakan kurang jika responden menangani limbah medis dengan

tepat sebesar <60 % yaitu dengan skor 0 – 8 (Arikunto, 2013).

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Metode Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data,

dengan langkah-langkah, sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data (Editing), adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan

baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan editing

untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner, apakah jawaban

yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

2. Pemberian kode (Coding), yaitu merupakan kegiatan merubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan coding adalah untuk

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry

data.

3. Proses data (Processing), setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar, dan

telah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya melakukan processing

data agar dapat dianalisis. Processing data dilakukan dengan cara memasukan

data (data entry) dari kuesioner ke paket program komputer.

4. Pembersihan data (Cleaning), merupakan kegiatan pengecekan kembali data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

yang sudah dimasukan (entry), apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi pada saat meng- entry data ke komputer

(Santoso, 2013).

3.7.2 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini yang mencakup:

1. Analisa univariat, bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012), kemudian

disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa bivariat, dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi dengan pengujian statistik (Notoatmodjo, 2012). Analisis

bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dua

variabel yaitu variabel independen (pengetahuan dan sikap) dan variabel

dependen (penanganan limbah medis) dengan menggunakan uji statistik yaitu

uji chi square dengan taraf kepercayaan 95%. Uji chi square digunakan

dengan alasan variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini

menggunakan data kategori dan termasuk kedalam uji non parametrik

sehingga tepat digunakan untuk penelitian ini yang memiliki sampel sebanyak

14 responden. Syarat uji chi square adalah jika pada tabel 2x2 dijumpai nilai

expected kurang dari 5 maka digunakan uji fisher’s exact test (Santoso, 2013).

Jika p < 0,05 artinya adanya hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen. Jika p > 0,05 artinya tidak adanya

hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pingadi Medan

4.1.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi

Medan

Rumah Sakit Pirngadi didirikan tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah

Kolonial Belanda dengan nama “Gementa Zieken Huis” yang peletakan batu

pertamanya dilakukan oleh seorang bocah berumur 10 tahun bernama Maria

Constantia Macky anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai

Direktur Dr. W. Bays. Selanjutnya dengan masuknya Jepang ke Indonesia,

Rumah Sakit ini diambil dan berganti nama dengan “Syuritsu Byusono Ince” dan

pimpinannya dipercayakan kepada putra Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi

Gonggo Putro. Setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada

tanggal 17 Agustus 1945, Rumah Sakit Umum Pirngadi langsung diambil alih dan

diurus oleh Pemerintah Negara Bagian Sumatera Timur Republik Indonesia

Sementara (RIS), dengan pergolakan politik yang sangat cepat saat itu pada

tanggal 17 Agustus 1950 semua negara bagian RIS dihapus diganti dengan

berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rumah Sakit Umum

Pirngadi diambil alih dan diurus oleh Pemerintah Pusat/Kementerian Kesehatan di

Jakarta.

Periode tahun 1950 sampai dengan tahun 1952 Rumah Sakit Pirngadi

mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah proses pendirian Fakultas

Kedokteran USU karena salah satu syarat pendirian Fakultas Kedokteran tersebut

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40

harus ada Rumah Sakit sebagai pendukung disamping harus adanya dosen

pengajar yang saat itu pada umumnya adalah para dokter yang berkerja di Rumah

Sakit Umum Dr. Pirngadi ini, baik kebangsaan Belanda maupun Bangsa

Indonesia sendiri.

Sejak ditetapkan oleh Pemerintah berdirinya Fakultas Kedokteran USU

tanggal 20 Agustus 1952, maka Rumah Sakit Pirngadi secara otomatis sebagai

Teaching Hospital (Rumah Sakit Pendidikan) dipakai sebagai tempat kepaniteraan

Klinik para Mahasiswa Kedokteran USU. Selanjutnya dengan ditetapkan RSU H.

Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran USU pada

Januari 1993, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi berubah status dari Rumah Sakit

Pendidikan menjadi Rumah Sakit Tempat Pendidikan, sehingga dengan status ini

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi dengan fasilitas dan kapasitas yang dimiliki

disamping masih gunakan untuk pendidikan para calon dokter dari Fakultas

Kedokteran USU, juga membuka diri untuk mendidik para calon dokter dari

Fakultas lain baik yang ada di provinsi Sumatera Utara maupun Sumatera Barat

dan Lampung.

Tidak diperoleh data yang pasti kapan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

ini diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Propinsi

Sumatera Utara. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya

dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan.Setelah

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi milik Kota Medan, Pemerintah Kota Medan

mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk kemajuan Rumah Sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang, hal ini diwujudkan

dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tanggal 6 September

2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi Badan

Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi

restrukturisasi Organisasi, Personil dan Manajemen dimana sebagai Direktur

diangkat Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan diikuti pembenahan Sarana,

Prasarana dan Pengadaan Peralatan-peralatan canggih sebagai pendukung

palayanan. Pada era ini pula sejarah mencatat suatu gebrakan besar dan berani

Bapak Walikota Medan dengan melakukan pembangunan Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi 8 (delapan) tingkat dilengkapi dengan peralatan canggih, yang

peletakan batu pertamanya telah dilaksanakan 4 Maret 2004 dan mulai

dioperasikan tanggal 16 April 2005.

Berdasarkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana di Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan dalam pelaksanaan pendidikan, maka Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan mengajukan peningkatan status dari Rumah Sakit

Tempat Pendidikan menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Berdasarkan Rekomendasi

dari Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), maka selanjutnya

dilaksanakan penilaian kelayakan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

menjadi Rumah Sakit Pendidikan oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur

Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro

Hukum dan Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta

Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sek. Dutjen. Bina Pelayanan Medik.

Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.

4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pingadi Medan

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pingadi Medan yaitu menjadi rumah

sakit pusat rujukan dan unggulan di Sumatera bagian utara tahun 
 2020.

Sedangkan misi yang di emban oleh RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu, sebagai

berikut :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional, dan terjangkau


oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran 


serta tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional. 


4.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota

Medan dan Peraturan Daerah kota Medan No 47 Tahun 2010 tanggal 24

Nopember 2010 tentang rincian tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Rumah

Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.

1. Tugas Pokok

Tugas pokok Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna

dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan dan dilaksanakan secara

serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

upaya rujukan, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

Adapun fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan medis.

b. Menyelenggarakan pelayanan non medis.

c. Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan.

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.

e. Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan.

f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

4.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

adalah struktur organisasi matriks (matrix of authority flows), dimana terdapat dua

jenis wewenang, yaitu wewenang yang mengalir secara horizontal pada unit

fungsional dan wewenang yang mengalir secara vertikal pada pimpinan struktural

atau manajerial. Struktur organisasi matriks ini menyadari adanya ketergantungan

antara berbagai fungsi. Bentuk susunan organisasi Badan Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan sebagaimana ditunjukkan dalam

lampiran 7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

4.1.5 Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan memiliki 26 instalasi,

salah satunya adalah Instalasi Kesehatan Lingkungan. Adapaun struktur

organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan dapat dilihat pada lampiran 8.

4.2 Hasil Univariat

4.2.1 Pengetahuan

Hasil penelitian berdasarkan pertanyaan Pengetahuan petugas cleaning

service mengenai penanganan limbah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun

2018 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Penanganan Limbah


Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Benar Salah
No Pengetahuan
n % n %
1 Apakah yang dimaksud dengan limbah 13 92,9 1 7,1
medis?
2 Manakah yang termasuk limbah medis? 14 100,0 0 0,0
3 Limbah non medis diletakkan di tong sampah 11 78,6 3 21,4
berwarna?
4 Limbah medis diletakkan di tong sampah 14 100,0 0 0,0
berwarna?
5 Kantong plastik limbah medis pada tong 7 50,0 7 50,0
sampah akan diikat jika telah terisi sebanyak?
6 Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah 6 42,9 8 57,1
medis adalah?
7 Apakah alat yang digunakan untuk 12 85,7 2 14,3
mengangkut limbah medis?
8 Bagaimana sebaiknya pengangkutan limbah 12 85,7 2 14,3
medis?
9 Apakah yang harus dilakukan bila mana 9 64,3 5 35,7
tempat sampah limbah medis kotor?
10 Sebaiknya bagaimanakah penanganan akhir 9 64,3 5 35,7
limbah medis?
11 Apakah ada peraturan khusus untuk 14 100,0 0 0,0
penanganan limbah medis di rumah sakit?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Lanjutan Tabel 4.1


Benar Salah
No Pengetahuan
n % n %
12 Apa saja Alat Pelindung Diri (APD) yang 10 71,4 4 28,6
digunakan dalam penangangan limbah
medis?
13 Apakah akibat bila tidak menggunakan Alat 14 100,0 0 0,0
Pelindung Diri (APD) saat menangani limbah
medis?
14 Apakah Saudara memahami dan menerapkan 14 100,0 0 0,0
Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
menangani limbah medis?
15 Apakah dengan menerapkan SOP 14 100,0 0 0,0
penanganan limbah medis akan mencapai
keberhasilan dalam menangani limbah medis
yang tepat?

Tabel 4.1 menunjukkan sebanyak 13 orang (92,9%) mengetahui bahwa

limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, gigi dan farmasi.

Seluruh responden menjawab dengan benar bahwa yang termasuk limbah medis

adalah jarum suntik, perban, dan pembalut bekas pasien, sebanyak 11 orang

(78,6%) menjawab bahwa limbah non medis diletakkan di tong sampah berwarna

hitam, sedangkan responden yang menjawab bahwa limbah medis diletakkan pada

tong sampah berwarna kuning adalah seluruh responden. Sebanyak 7 orang

(50,0%) menjawab bahwa kantong plastik limbah medis pada tong sampah akan

diikat jika telah terisi sebanyak 2/3 penuh, sebanyak 8 orang (57,1%) tidak

mengetahui bahwa penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah medis adalah

dermatitis iritan kronik, sebanyak 12 orang (85,7%) mengetahui bahwa alat yang

digunakan untuk mengangkut limbah medis adalah troli tertutup, sebanyak 12

orang (85,7%) mengetahui bahwa sebaiknya pengangkutan limbah medis

menggunakan troli khusus yang tertutup dan dipisahkan dari limbah non medis,

sebanyak 9 orang (64,3%) menjawab bahwa hal yang harus dilakukan bila mana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

tempat sampah limbah medis kotor adalah dengan membersihkan dan

mendisinfektan troli dengan detergent, sebanyak 9 orang (64,3%) menjawab

bahwa penanganan akhir limbah medis yang sebaiknya adalah dipisahkan dari

limbah non medis dan dibuang ke TPA. Seluruh responden menjawab dengan

benar bahwa ada peraturan khusus untuk penanganan limbah medis di rumah

sakit, diketahui sebanyak 10 orang (71,4%) menjawab APD yang digunakan

dalam penangangan limbah medis adalah sepatu boot, masker, sarung tangan

khusus. Semua responden menjawab bahwa akibat tidak menggunakan APD saat

menangani limbah medis yaitu tertusuk/ tegores benda tajam dan tertular penyakit

infeksi, semua responden memahami dan menerapkan SOP dalam menangani

limbah medis dan seluruh responden menjawab dengar benar bahwa dengan

menerapkan SOP penanganan limbah medis akan mencapai keberhasilan dalam

menangani limbah medis yang tepat.

Seluruh indikator penilaian pengetahuan petugas cleaning service tentang

penanganan limbah medis kemudian dikategorikan menjadi 2 kategori, yang dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai


Penanganan Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2018
Jumlah Pesentase
No Kategori
(Orang) (%)
1 Baik 9 64,3
2 Cukup 5 35,7
Jumlah 14 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar petugas cleaning service

memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang penanganan limbah medis, yaitu

sebanyak 9 responden (64,7%) dan yang berpengetahuan cukup baik tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

penanganan limbah medis sebanyak 5 orang (35,7%).

4.2.2 Sikap

Hasil penelitian berdasarkan pernyataan sikap petugas cleaning service

dalam penanganan limbah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Sikap Responden dalam Penanganan Limbah Medis di


RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Sangat
Sangat Ragu Tidak
Setuju Tidak
No Sikap Setuju -ragu Setuju
Setuju
n % n % n % n % n %
1 Limbah rumah sakit tidak perlu 0 0,0 0 0,0 0 0,0 4 28,6 10 71,4
dipisahkan antara limbah medis dengan
non medis.
2 Limbah medis di pilah-pilah menjadi 8 57,1 1 7,1 3 21,4 1 7,1 1 7,1
limbah benda tajam, limbah infeksius,
limbah jaringan tubuh, limbah
sitotoksik, limbah farmasi, limbah
kimia, limbah radioaktif, limbah yang
mengadung logam berat, dan limbah
kemasan bertekanan.
3 Tempat pembuangan limbah dilapisi 11 78,6 2 14,3 0 0,0 1 7,1 0 0,0
kantong plastik yang berbeda warnanya
sesuai dengan jenis limbah, agar tidak
salah menempatkan limbah berbahaya
di tempat yang tidak berbahaya.
4 Kebiasaan membuang limbah medis 1 7,1 0 0,0 0 0,0 7 50,0 6 42,9
disembarang tempat merupakan
kebiasaan yang baik sehingga tidak
perlu adanya upaya untuk
menghentikan kebiasaan tersebut.
5 Penggunaan kantong plastik untuk 0 0,0 2 14,3 0 0,0 7 50,0 5 35,7
penampungan limbah medis sangatlah
menyusahkan petugas dalam
pemeliharaan tempat penampungan
sampah.
6 Setiap petugas kebersihan yang 2 14,3 0 0,0 0 0,0 1 7,1 11 78,5
langsung menangani limbah medis tidak
harus menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD).
7 Menggunakan Alat Pelindung Diri 10 71,4 3 21,4 0 0,0 1 7,1 0 0,0
(APD) saat menangani limbah medis
akan terhindar dari gangguan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Lanjutan Tabel 4.3


Sangat
Sangat Ragu- Tidak
Setuju Tidak
No Sikap Setuju ragu Setuju
Setuju
n % n % n % n % n %
8 Setelah menangani limbah medis 9 64,3 5 35,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0
hendaknya mencuci tangan dengan
menggunakan sabun.
9 Setiap kali pengosongan tempat 0 0,0 1 7,1 1 7,1 6 42,9 6 42,9
penampungan limbah medis termasuk
Tempat Penampungan Sementara
(TPS), tidak perlu dilakukan
pembersihan atau pencucian tempat
penampungan limbah.
10 Petugas kebersihan yang langsung 8 57,1 5 35,7 0 0,0 1 7,1 0 0,0
menangani sampah medis perlu
diberikan pelatihan khusus mengenai
penanganan limbah medis yang tepat.

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden yakni 10

orang (71,4%) menyatakan sangat tidak setuju bahwa jika limbah rumah sakit

tidak perlu dipisahkan antara limbah medis dengan non medis, sebanyak 8 orang

(57,1%) menyatakan sangat setuju bahwa jika limbah medis dipilah-pilah menjadi

limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah sitotoksik,

limbah farmasi, limbah kimia, limbah radioaktif, limbah yang mengadung logam

berat, dan limbah kemasan bertekanan. Kemudian, sikap responden yang

menyatakan sangat setuju bahwa jika tempat pembuangan limbah dilapisi kantong

plastik yang berbeda warnanya sesuai dengan jenis limbah, agar tidak salah

menempatkan limbah berbahaya di tempat yang tidak berbahaya adalah sebanyak

11 orang (78,6%), kemudian sebanyak 7 orang (50,0%) menyatakan tidak setuju

bahwa kebiasaan membuang limbah medis disembarang tempat merupakan

kebiasaan yang baik sehingga tidak perlu adanya upaya untuk menghentikan

kebiasaan tersebut, selanjutnya sebanyak 7 orang (50,0%) menyatakan tidak

setuju dengan pernyataan bahwa penggunaan kantong plastik untuk penampungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

limbah medis sangatlah menyusahkan petugas dalam pemeliharaan tempat

penampungan sampah, sebanyak 11 orang (78,5%) menyatakan sangat tidak

setuju apabila setiap petugas kebersihan yang langsung menangani limbah medis

tidak harus menggunakan APD, kemudian sebanyak 10 orang (71,4%)

menyatakan sangat setuju apabila menggunakan APD saat menangani limbah

medis akan terhindar dari gangguan kesehatan, sebanyak 9 orang (64,3%)

menyatakan sangat setuju bahwa jika setelah menangani limbah medis hendaknya

mencuci tangan dengan menggunakan sabun, responden yang menyatakan tidak

setuju dan sangat tidak setuju apabila setiap kali pengosongan tempat

penampungan limbah medis termasuk TPS, tidak perlu dilakukan pembersihan

atau pencucian tempat penampungan limbah, masing-masing adalah sebanyak 6

orang (42,9%) dan sebanyak 8 orang (57,1%) menyatakan sangat setuju bahwa

jika petugas kebersihan yang langsung menangani sampah medis perlu diberikan

pelatihan khusus mengenai penanganan limbah medis yang tepat.

Seluruh indikator penilaian sikap petugas cleaning service dalam

penanganan limbah medis kemudian dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu

positif dan negatif.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden dalam Penanganan Limbah


Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Jumlah Persentase
No Kategori
(Orang) (%)
1 Positif 14 100,0
Jumlah 14 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa seluruh responden bersikap

positif yaitu sebanyak 14 orang (100,0%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

4.2.3 Penanganan limbah medis

Hasil observasi berdasarkan tindakan petugas cleaning service dalam

penanganan limbah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Tindakan Responden dalam Penanganan Limbah Medis


di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Ya Tidak
No Tindakan
n % n %
1 Petugas cleaning service dapat membedakan 14 100,0 0 0,0
tempat sampah medis dan tempat sampah non
medis.
2 Petugas cleaning service meletakkan limbah 14 100,0 0 0,0
medis pada kontainer berwarna kuning
sedangkan tempat limbah non medis diletakkan
pada kontainer berwarna hitam.
3 Petugas cleaning service menempatkan kontainer 11 78,6 3 21,4
pada wadah dengan baik.
4 Kantong plastik kontainer harus diikat setiap ± 0 0,0 14 100,0
2/3 bagian
5 Petugas cleaning service mengganti kontainer 1 7,1 13 92,9
yang baru pada tong sampah infeksius.
6 Petugas cleaning service menggunakan APD 8 57,1 6 42,9
lengkap saat memilah dan mengemas limbah
medis.
7 Limbah medis dikumpulkan secara teratur (satu 14 100,0 0 0,0
hari sekali).
8 Limbah medis disimpan ditempat sampah yang 14 100,0 0 0,0
tertutup.
9 Limbah medis tidak dikumpulkan pada saat 14 100,0 0 0,0
bersamaan atau didalam troli yang sama dengan
limbah non medis.
10 Kontainer yang melapisi tempat sampah selalu 5 35,7 9 63,4
diganti sesuai dengan warna yang seharusnya
(kuning untuk tempat sampah infeksius dan
hitam untuk tempat sampah yang infeksius).
11 Petugas cleaning service menggunakan Alat 8 57,1 6 42,9
Pelindung Diri (APD) lengkap saat
mengumpulkan limbah medis.
12 Kontainer limbah medis padat sebelum 14 100,0 0 0,0
dimasukkan ke kendaraan pengangkut diletakkan
didalam tempat sampah yang kuat dan tertutup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Lanjutan Tabel 4.5


Ya Tidak
No Tindakan
n % n %
13 Troli pengangkut limbah medis harus 1 7,1 13 92,9
dibersihkan dan didesinfeksi setiap hari dengan
disinfektan yang tepat.
14 Semua ikatan atau tutup kontainer masih utuh 5 35,7 9 63,4
ditempatnya setibanya diakhir pengangkutan.
15 Petugas cleaning service mengangkut limbah 14 100,0 0 0,0
medis dari ruangan ke Tempat Pembuangan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (TPS LB3).

Berdasarkan tabel 4.5 semua responden dapat membedakan tempat

sampah medis dan tempat sampah non medis serta meletakkan limbah medis pada

kontainer berwarna kuning sedangkan tempat limbah non medis diletakkan pada

kontainer berwarna hitam, kemudian sebagian besar responden yakni 11 orang

(78,6%) menempatkan kontainer pada wadah dengan baik, semua responden tidak

mengikat kantong plastik kontainer setiap ± 2/3 bagian, sebanyak 13 (92,0%)

tidak mengganti kontainer yang baru pada tong sampah infeksius, sebanyak 8

orang (57,1%) menggunakan APD lengkap saat memilah dan mengemas limbah

medis. Semua responden mengumpulkan limbah medis secara teratur (satu hari

sekali), menyimpan limbah medis ditempat yang tertutup dan limbah medis tidak

dikumpulkan pada saat bersamaan atau didalam troli yang sama dengan limbah

non medis. Sebanyak 9 orang (63,4%) tidak selalu mengganti kontainer yang

melapisi tempat sampah sesuai dengan warna yang seharusnya (kuning untuk

tempat sampah infeksius dan hitam untuk tempat sampah yang infeksius,

sebanyak 8 orang (57,1%) menggunakan APD lengkap saat mengumpulkan

limbah medis, semua responden meletakkan kontainer limbah medis ke kenderaan

pengangkut sampah yang kuat dan tertutup, lebih banyak responden yakni 13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

orang (92,9%) tidak membersihkan dan mendisinfektan troli pengangkut limbah

medis setiap hari dengan disinfektan yang tepat, sebanyak 9 orang (63,4%) tidak

mengikat atau menutup kontainer setibanya diakhir pengangkutan dan semua

responden mengangkut limbah medis dari ruangan ke Tempat Pembuangan

Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPS LB3).

Seluruh indikator penilaian penanganan limbah medis oleh petugas

cleaning service kemudian dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup

dan kurang, yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Penanganan


Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Jumlah Persentase
No Kategori
(Orang) (%)
1 Baik 9 64,3
2 Kurang 5 35,7
Jumlah 14 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 9 responden (64,3%) yang

memiliki tindakan baik dalam penanganan limbah medis dan 5 responden (14,3%)

dikategorikan kurang baik dalam menangani limbah medis.

4.3 Hasil Bivariat

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Limbah Medis

Hubungan pengetahuan petugas cleaning service dengan Penanganan

Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel

4.7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tabel 4.7 Hasil Uji Exact Fisher Hubungan Pengetahuan Responden dan
Penanganan Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2018
Penanganan Limbah
Total
Medis
No Pengetahuan p RR
Baik Kurang
n %
n % n %
1 Baik 8 88,9 1 11,1 9 100,0
32,000
2 Cukup 1 20,0 4 80,0 5 100,0 0,023
Jumlah 9 64,3 5 37,5 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dari 9 responden yang memiliki

pengetahuan baik terdapat 8 responden (88,9%) yang menangani limbah medis

dengan baik dan 1 responden (11,1%) dikategorikan kurang baik dalam

menangani limbah medis. Sedangkan dari 5 responden yang berpengetahuan

kurang baik terdapat 1 responden (20,0%) yang dikategorikan baik dalam

menangani limbah medis dan 4 responden (80,0%) dikategorikan kurang baik

dalam menangani limbah medis.

Pada hasil uji exact fisher diperoleh nilai p = 0,023 dimana p < 0,05

artinya ada hubungan pengetahuan petugas cleaning service dengan penanganan

limbah medis. Berdasarkan nilai relative risk atau RR = 4,444 artinya responden

yang berpengetahuan baik memiliki kecenderungan untuk menangani limbah

medis dengan baik sebesar 4,444 atau 32 kali lebih besar dibandingkan responden

yang berpengetahuan kurang baik.

4.3.2 Hubungan sikap dengan penanganan limbah medis

Hubungan sikap petugas cleaning service dengan penanganan limbah

medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Hubungan Sikap Responden dan Penanganan


Limbah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018
Penanganan Limbah Medis Total
No Sikap Baik Kurang
n %
n % n %
1 Positif 9 64,3 5 35,7 14 100,0
Jumlah 9 64,3 5 35,7 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui dari 14 responden yang memiliki sikap

positif terdapat 9 responden (64,3%) yang menangani limbah medis dengan baik

dan 5 responden (35,7%) dikategorikan kurang baik dalam menangani limbah

medis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Petugas Cleaning Service mengenai Penanganan Limbah

Medis

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari

sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya (Notoadmodjo, 2007). Pengetahuan responden

terhadap penanganan sampah medis yaitu untuk mengetahui sejauh mana

responden mengetahui cara-cara untuk menangani sampah medis dengan baik.

Pengetahuan petugas cleaning service tentang penanganan limbah medis

dibangun berdasar kemampuan berpikir sesuai dengan kenyataan yang responden

lihat dan temukan di lingkungan sekitar responden berada. Hal ini menunjukkan

bahwa pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan pada 14 responden menunjukkan bahwa

terdapat 64,3% berpengetahuan baik dan 35,7% berpengetahuan cukup baik

tentang penanganan limbah medis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

hampir seluruh petugas cleaning service sudah mengetahui bagaimana

penanganan limbah medis yang tepat.

Berdasarkan hasil kuesioner, pengetahuan responden yang paling tinggi

yakni tentang jenis-jenis limbah medis, tempat sampah limbah medis, mengetahui

bahwa ada peraturan khusus untuk penanganan limbah medis, akibat bila tidak

menggunakan APD serta memahami dan menerapkan SOP penanganan limbah

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56

medis. Sedangkan pengetahuan responden yang paling rendah yaitu tentang

pengikatan kantong limbah medis dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh

limbah medis.

Mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang penanganan

limbah medis sebab petugas cleaning service sudah diberikan informasi oleh

pihak rumah sakit melalui pelatihan dan penyuluhan tentang penanganan limbah

medis, sehingga dapat dilihat bahwa petugas cleaning service telah memiliki

pengetahuan yang baik mengenai penanganan limbah medis.

5.2 Sikap Petugas Cleaning Service dalam Penanganan Limbah Medis

Hasil penelitian yang dilakukan pada 14 responden menunjukkan bahwa

seluruh responden bersikap positif dalam menangani limbah medis. Berdasarkan

hasil kuesioner, sikap responden yang paling tinggi yaitu mereka setuju bahwa

tempat pembuangan limbah dilapisi kantong plastik yang berbeda warnanya

sesuai dengan jenis limbah agar tidak salah menempatkan limbah berbahaya

ditempat yang tidak berbahaya dan responden tidak setuju jika setiap petugas

kebersihan yang langsung menangani limbah medis tidak harus menggunakan

APD. Sedangkan sikap responden yang paling rendah yaitu tentang penggunaan

kantong plastik untuk penampungan limbah medis sangatlah menyusahkan dalam

pemeliharaan tempat penampungan sampah.

Menurut Wawan dan Dewi (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap seseorang adalah pengalaman pribadi. Pembentukan sikap

petugas cleaning service dalam menangani limbah medis sesuai dengan

pengalaman pribadi di lapangan. Berdasarkan pengalaman pribadi petugas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

cleaning service tersebut, sikap responden terhadap pengemasan limbah medis

khususnya tentang kantong plastik limbah medis yang tidak sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit dalam hal ketentuan mengganti kantong plastik secara rutin dengan plastik

yang baru dan diikat setelah terisi penuh 2/3 bagian.

Sikap yang terbentuk tergantung pada pengetahuan seseorang, semakin

tinggi pengetahuan seseorang terhadap sesuatu, semakin positif sikap yang

terbentuk (Jasmawati dkk, 2012). Sikap responden yang positif bisa dipengaruhi

oleh pengetahuan responden yang baik, namun sebaliknya jika sikap responden

negatif dalam penanganan limbah medis ini juga bisa diakibatkan karena

kurangnya pengetahuan responden mengenai penanganan limbah medis yang

tepat. Oleh karena itu sikap yang positif dan pengetahuan yang baik sangat

dibutuhkan dalam penanganan limbah medis.

5.3 Penanganan Limbah Medis oleh Petugas Cleaning Service

Hasil penelitian mengenai tindakan diperoleh dari pengamatan terhadap

tindakan nyata yang dilakukan oleh petugas cleaning service. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar petugas cleaning service menangani limbah medis

dengan baik. Tindakan penanganan limbah medis yang paling baik dilakukan

dengan baik oleh petugas cleaning service adalah pewadahan limbah medis pada

kontainer berwarna kuning, pengumpulan limbah medis secara teratur (setiap

hari), penyimpanan limbah medis ditempat sampah yang tertutup, limbah medis

tidak dikumpulkan didalam troli yang sama dengan limbah medis serta kontainer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

limbah medis diletakkan didalam troli yang kuat dan tertutup serta mengangkut

limbah medis dari ruangan ke TPS LB3. Sedangkan tindakan penanganan limbah

medis yang paling rendah dilakukan oleh petugas cleaning service adalah

mengikat kantong plastik setiap 2/3 penuh, mengganti kontainer yang baru pada

tong sampah infeksius serta membersihkan dan mendisinfektan troli setiap hari

dengan disinfektan yang tepat.

5.4 Hubungan Pengetahuan Petugas Cleaning Service dengan Penanganan

Limbah Medis

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan petugas cleaning

service dengan penanganan limbah medis diperoleh data bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik dan bertindak baik dalam menangani limbah medis

sebesar 88,9% (8 orang) dan responden yang berpengetahuan cukup baik dan

dikategorikan kurang baik dalam menanganani limbah medis sebesar 4 orang

(80,0%).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior), perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Pernyataan ini sesuai dengan yang terjadi pada

responden yang diteliti, dimana sebagian besar responden yang memiliki

pengetahuan baik dan tindakannya juga baik.

Diantara responden yang berpengetahuan cukup, masih ditemukan

responden yang kurang baik dalam penanganan limbah medis. Berdasarkan

wawancara dengan responden tersebut ternyata ia merasa tidak nyaman dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

terganggu dalam penggunaan APD saat penanganan limbah medis, tidak mengikat

dan mengangkat kantong plastik dari tempat sampah ke troli serta tidak

menbersihkan dan mendisinfektan troli setiap hari karena dianggap menyusahkan.

Pada kenyataannya saat wawancara responden paham dan yakin bahwa hal

tersebut perlu dilakukan saat menangani limbah medis. Oleh sebab itu, walaupun

pengetahuan responden tersebut baik namun karena ia merasa terganggu dan tidak

nyaman saat bekerja maka ia tidak menerapkannya.

Hal tersebut sesuai dengan teori perubahan perilaku menurut Katz dalam

Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku berfungsi sebagai

penerima objek dan pemberi arti. Dalam perannya dengan tindakan itu seseorang

senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari

tersebut seseorang melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek

atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan mengakibatkan tindakan-

tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Sesuai

dengan hal diatas bahwa responden tersebut tidak nyaman dan terganggu saat

menggunakan APD, mengikat dan mengangkat kantong plastik ke tempat sampah

serta mencuci dan mendisinfektan troli setiap hari merupakan hal yang

menyusahkan, maka dalam kesehariannya beberapa responden tidak

menerapkannya.

Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan

sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan

merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Kholid, 2014). Hal tersebut

sejalan dengan hasil penelitian bahwa ada 8 responden yang berpengetahuan baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

dan bersikap positif, dalam bertindakpun dikategorikan baik. Kemudian ada 1

orang petugas cleaning service memiliki pengetahuan yang cukup baik dan

bersikap positif serta tindakannya dikategorikan baik.

Hubungan tingkat pengetahuan dengan penanganan limbah medis juga

dibuktikan berdasarkan hasil uji chi square antara pengetahuan petugas dengan

penanganan limbah medis dapat diketahui nilai p = 0,023 dimana p < 0,05 artinya

ada hubungan pengetahuan petugas cleaning service dengan penanganan limbah

medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula

nilai relative risk atau RR = 4,444 hal ini berarti responden yang berpengetahuan

baik memiliki kemungkinan untuk menangani limbah medis dengan baik 4 kali

lebih besar dibandingkan responden yang berpengetahuan kurang. Oleh sebab itu,

semakin baik pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula orang tersebut

dalam melakukan penanganan limbah medis.

Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Dewi (2012), hasil penelitian Dewi menunjukkan ada hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan praktik petugas kebersihan pengelola sampah

medis dengan nilai p = 0,20 dimana p < 0,05.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Meliani dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan dengan praktik pengelolaan sampah medis dengan nilai

pvalue = 0,001 dimana p < 0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

5.5 Hubungan Sikap Petugas Cleaning Service dengan Penanganan Limbah

Medis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 14 responden

menunjukkan bahwa seluruh responden bersikap positif dalam menangani limbah

medis, sehingga tidak dilakukan uji terhadap hubungan sikap dengan tindakan

penanganan limbah medis. Adapun hasil tabulasi silang antara sikap petugas

cleaning service dengan penanganan limbah medis diperoleh data bahwa sebagian

besar responden bersikap positif dan baik dalam penanganan limbah medis yaitu

sebanyak 9 orang (64,3%) sedangkan responden yang bersikap positif tetapi

dikategorikan kurang baik dalam penanganan limbah medis yaitu sebanyak 5

orang (35,7%).

Menurut Azwar dalam Dewi (2012), sikap merupakan suatu

kecenderungan untuk merespon terhadap suatu obyek atau sekumpulan obyek

dalam bentuk perasaan memihak (favourable) maupun tidak memihak

(unfavourable) melalui suatu proses interaksi komponen-komponen sikap, yaitu

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan konatif (kecenderungan untuk

bertindak). Dapat diasumsikan bahwa responden yang bersikap positif akan

cenderung menangani limbah medis dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian, bahwa responden yang bersikap positif lebih banyak menangani

limbah medis dengan baik.

Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak (Kholid, 2014).

Menurut Azwar dalam Kholid (2014) bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap

merupakan prediposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

akan tetapi sikap dan tindakan sering kali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan

nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi sikap oleh berbagai faktor

eksternal lainnya seperti. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku

tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa

seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.

Sejalan dengan adanya responden yang memiliki sikap positif tetapi masih

kurang baik dalam menangani limbah medis, salah satu faktor yang memperkuat

penyebab terjadinya perilaku responden yang demikian adalah seorang teman.

Satu orang teman melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan,

sehingga orang lain akan cenderung untuk menirunya. Hal ini sesuai dengan teori

Azwar dalam Dewi (2007) bahwa salah satu penyebab terjadinya perubahan

perilaku adalah seorang teman. Berdasarkan hasil wawancara peneliti melalui

kuesioner, responden setuju bahwa troli harus dibersihkan dan didisinfektan setiap

hari, namun dikarenakan beberapa petugas cleaning service lainnya sudah terbiasa

tidak melakukannya, sehingga responden cenderung untuk menirunya.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 1 responden yang memiliki

pengetahuan yang baik dan bersikap positif namun tindakannya masih

dikategorikan kurang dan 4 responden yang berpengetahuan baik dan sikap

bersikap positif namun masih kurang baik dalam menangani limbah medis.

Responden tersebut tahu dan yakin bahwa troli limbah medis harus dicuci dan

didisinfektan setiap hari, namun karena pihak rumah sakit tidak menyediakan

detergen, sehingga petugas cleaning service tidak menerapkannya. Hal ini sesuai

dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) bahwa salah satu faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah faktor pemungkin (enabling

factor) seperti ketersediaan fasilitas.

Menurut Meliani dkk (2014) adanya hubungan antara sikap dengan

penanganan limbah medis, tidak terlepas dari pengetahuan responden serta

stimulus yang ada. Praktik atau tindakan merupakan wujud dari perilaku terbuka

seseorang setelah mengetahui stimulus atau objek kesehatan, jika stimulus yang

diketahui disikapi dan dinilai baik maka orang tersebut akan melaksanakan atau

mempraktikan penanganan limbah medis secara baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta analisa yang dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Petugas cleaning service yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 9 orang

(64,3%) dan yang berpengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 5 orang (35,7%).

2. Petugas cleaning service yang memiliki sikap positif, yaitu 14 orang (100,0%).

3. Petugas cleaning service yang menangani limbah medis dengan baik yaitu

sebanyak 9 orang (64,3%) dan kurang baik dalam menangani limbah medis

sebanyak 5 orang (35,7%).

4. Ada hubungan antara pengetahuan petugas cleaning service dengan

penanganan limbah medis (p = 0,023).

6.2 Saran

1. Pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi Medan perlu melengkapi sarana dan

prasarana penanganan limbah padat medis seperti warna kontainer yang sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004 serta Alat Pelindung Diri (APD) berupa baju khusus,

kacamata, topi, dan celemek.

2. Perlu mengadakan penyuluhan bagi petugas cleaning service dalam rangka

mempertahankan pengetahuan yang baik dan sikap yang positif dalam hal

penanganan limbah medis.

3. Perlu mengadakan pelatihan bagi petugas cleaning service dalam rangka

64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65

meningkatkan praktik dalam hal penanganan limbah medis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Rumah Sakit. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.

Anwar, O., Nazia M., dan Muhammad A. 2013. Evaluation of Hospital Waste
Management in Public and Private Sector Hospitals of Faisalabad City,
Pakistan. (Jurnal Elektronik) diakses 6 Februari 2018;
https://www.researchgate.net/publication/271040587

Arikunto, S. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Bdour, A.N., Zeyad T., Thakir A., dan Mohammed E., 2015. Analysis of Hospital
Staff Exposure Risks and Awareness about Poor Medical Waste
Management - A Case study of the Tabuk Regional Healthcare System -
Saudi Arabia. (Jurnal Elektronik) diakses 6 Februari 2018;
https://pdfs.semanticscholar.org/8e2f/9651c449d78fd66c7ea99995068671
b95793.pdf

Depkes RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Dirjen P2M dan
PLP dan Dirjen Yan Medik: Jakarta.

Depkes RI. 2003. Penanganan Limbah Medis Tajam Harus Segara Dibenahi.
Jakarta.

Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah Padat dan


Limbah Cair di Rumah Sakit. Dirjen Yan Medik: Jakarta.

Dewi, H.Y. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik
Petugas Kebersihan Pengelola Sampah Medis di RSUD Dr. M. Ashari
Pemalang. (Jurnal Elektronik) diakses 29 November 2017;
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Helwi. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petugas Terhadap


Penanganan Sampah Medis di Rumah Sakit Haji Medan. Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

ICRC, 2011. Medical Waste Management. Switzerland.

Jasmawati, Syafar M., dan Jafar N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan
Ketersediaan Fasilitas dengan Praktik Petugas Pengumpul Limbah Medis
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. (Jurnal Elektronik) diakses
29 November 2017;
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/a7d7db997b1202c0d12999f345c777f7.

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67

pdf

Karmakar, N., Shib S.D., Anjan D., Kaushik N., Kaushik T., dan Partha B. 2016.
A Cross-Sectional study on Knowledge, Attitude and Practice of
Biomedical Waste Management by Health Care Personnel in A Tertiary
Care Hospital of Agartala, Tripura. (Jurnal Elekronik) diakses 6 Februari
2018; https://www.researchgate.net/publication/310462354_A_cross-
sectional_study_on_knowledge_attitude_and_practice_of_biomedical_was
te_management_by_health_care_personnel_in_a_tertiary_care_hospital_o
f_Agartala_Tripura

Kementerian Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit, Jakarta.

Kholid, A. 2014. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,


dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Pers.

Machdika, S.T. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja


pada Petugas Cleaning Service di RSUD Kota Semarang Tahun
2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dian
Nuswantoro.

Maulana, H.D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: ECG.

Meilani, Y., Lilik H., dan Siti N. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas
Terhadap Praktik Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Umum
Daerah Ciamis. (Jurnal Elektonik) diakses 29 November 2017;
file:///Users/Hasibuan/Downloads/url.html

Mohammed, S.M., Nasih O., Ali H.H., dan Kamal J.R. 2017. Knowledge,
Attitude and Practice of Health Care Workers in Sulaimani Health
Facilities in Relation to Medical Waste Management. (Jurnal Elektronik)
diakses 6 Februari 2018;
http://www.spu.edu.iq/kjar/index.php/kjar/article/view/63

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Permata, R., 2014. Karakteristik dan Perilaku Petugas Cleaning Service Mengenai
Pengelolaan Limbah Padat Medis Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di
RSU Permata Bunda Medan Tahun 2014. Tesis, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Paramita, N. 2007. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan


Darat Gatot Soebroto. (Jurnal Elektronik) diakses 18 Januari 2018;
http://eprints.undip.ac.id/533/1/halaman_51-55__Nadia_.pdf

Santoso, I. 2013. Manajemen Data Untuk Analisis Data Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Tobin, E.A. Ediagbonya T.F., Asogun D.A., dan Oteri A.J., 2013. Assessment of
Healthcare Waste Management Practices in Primary HealthCare Facilities
in a Lassa Fever Endemic Local Government Area of Edostate, Nigeria.
(Jurnal Elektronik) diakses 6 Februari 2018;
https://www.ajol.info/index.php/afrij/article/view/106045

Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. No. 44 Tahun 2009 . Tentang Rumah


Sakit.

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offiser.

Wawan, A. dan Dewi M.. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO. 2005. Pengelolaan Limbah Aman Layanan Kesehatan, Jakarta: ECG.

WHO. 2014. Safe Management of Wastes from Health Care Activities. Second
Edition. Malta: WHO.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Lembar Pernyataan Penelitian

LEMBAR PERNYATAAN PENELITI

Responden yang saya hormati,

Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih atas partisipasi


Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian saya yang berjudul Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Petugas Cleaning Service dengan Penanganan Limbah Medis di
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka saya selaku peneliti sangat
mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi atau menjawab
secara jujur dan apa adanya semua pertanyaan yang tersedia didalam kuesioner.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu hal yang berdampak negatif
terhadap diri dan karir Bapak/Ibu/Saudara/i maupun instansi tempat
Bapak/Ibu/Saudara/i bekerja, saya akan menjaga kerahasiaan identitas
Bapak/Ibu/Saudara/i serta informasi/data yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i berikan
sebagai tanda bahwa saya sangat menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak
saudari sebagai responden.

Atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini, ijinkan saya


untuk mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Medan, April 2018

Peneliti,

Raysyah Rahmadhani Hasibuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan mengenai maksud dan


tujuan penelitian ini, saya selaku responden mengerti dan memahami tentang
pentingnya dan manfaat penelitian ini bagi perkembangan ilmu khususnya ilmu
kesehatan. Dengan ditandan tanganinya lembar persetujuan ini maka saya
menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Keterangan
dan informasi yang saya berikan adalah benar adanya dan tanpa rekayasa, unsur
paksaan ataupun tekanan dari pihak lain.

Demikian keterangan dan informasi yang dapat saya berikan, semoga


bermanfaat.

Medan, April
2018

Responden

(....................................)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Kuesioner

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan hanya digunakan untuk


tujuan akademik semata 
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 

Waktu Pengisian Kuesioner : ............................................................
Nomor responden
 : ............................................................
Nama responden
 : ............................................................

I. Aspek Pengetahuan

Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai
dengan pengetahuan Bapak/Ibu/Saudara/i, dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan yang tersedia.
1. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i apakah yang dimaksud dengan limbah
medis ?
a. Limbah yang berasal dari pelayanan medis, gigi, dan farmasi
b. Limbah yang berasal dari dapur dan halaman rumah sakit
c. Tidak tahu
2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i manakah dibawah ini yang termasuk limbah
medis ?
a. Jarum suntik, perban, dan pembalut bekas pasien
b. Limbah yang berasal dari dapur dan halaman rumah sakit
c. Kertas-kertas dari kantor administrasi rumah sakit
3. Limbah non medis diletakkan di tong sampah berwarna ?
a. Kuning
b. Hitam
c. Ungu
4. Limbah medis diletakkan di tong sampah berwarna ?
a. Kuning
b. Hitam
c. Ungu
5. Kantong plastik limbah medis pada tong sampah akan diikat jika telah
terisi sebanyak ?
a. ± 3/3 bagian
b. ± 2/3 bagian
c. ± 1/3 bagian
6. Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah medis adalah ?
a. Kecacingan
b. Dermatitis iritan kronik
c. Gangguan pencernaan
7. Apakah alat yang digunakan untuk mengangkut limbah medis ?
a. Troli terbuka
b. Troli tertutup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Goni

8. Bagaimana sebaiknya pengangkutan limbah medis ?


a. Menggunakan troli terbuka dan digabung bersama limbah non medis
b. Menggunakan troli khusus yang tertutup dan dipisahkan dari limbah
non medis
c. Menggunakan troli terbuka dan dipisahkan dari limbah non medis
9. Apakah yang harus dilakukan bila mana tempat sampah limbah medis
kotor ?
a. Langsung melapisi tempat sampah dengan kantong plastik
b. Dibilas dengan air bersih
c. Dibersihkan dan didisinfektan dengan detergent
10. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i sebaiknya bagaimanakah penanganan akhir
limbah medis ?
a. Dipisahkan dari limbah medis dan dimusnahkan di insenerator
b. Dikumpul dengan limbah non medis dan dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA)
c. Dibakar bersama dengan limbah non medis
11. Apakah ada peraturan khusus untuk penanganan limbah medis di rumah
sakit ?
a. Ada
b. Ragu- ragu
c. Tidak ada
12. Apa saja Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam penangangan
limbah medis ?
a. Sepatu kulit, kain lap dan masker
b. Sarung tangan biasa, sepatu biasa dan celemek
c. Sepatu boot, masker, sarung tangan khusus
13. Apakah akibat bila tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat
menangani limbah medis ?
a. Tidak ada akibatnya
b. Tertusuk/ tergores benda tajam dan tertular penyakit infeksi
c. Terpapar debu dan pecemaran lingkungan
14. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i memahami dan menerapkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dalam menangani limbah medis ?
a. Ya
b. Kurang
c. Tidak
15. Apakah dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
penanganan limbah medis akan mencapai keberhasilan dalam menangani
limbah medis yang tepat?
a. Ya
b. Ragu-ragu
c. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II. Aspek Sikap
Petunjuk :
1. Bacalah setiap pernyataan dengan cermat sebelum menjawab.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan sikap
Bapak/Ibu/Saudara/i, dengan cara memberi tanda ( √ ) pada kolom yang
tersedia.
Keterangan : SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
R (Ragu-ragu)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)

No Pernyataan SS S R TS STS
1. Limbah rumah sakit tidak perlu
dipisahkan antara limbah medis
dengan non medis.
2. Limbah medis dipilah-pilah
menjadi limbah benda tajam,
limbah infeksius, limbah
jaringan tubuh, limbah
sitotoksik, limbah farmasi,
limbah kimia, limbah radioaktif,
limbah yang mengadung logam
berat, dan limbah kemasan
bertekanan.
3. Tempat pembuangan limbah
dilapisi kantong plastik yang
berbeda warnanya sesuai dengan
jenis limbah, agar tidak salah
menempatkan limbah berbahaya
di tempat yang tidak berbahaya.
4. Menggunakan Alat Pelindung
Diri (sarung tangan, masker, dan
sepatu boots) mengganggu
kenyamanan saat menangani
limbah medis.
5. Penggunaan kantong plastik
untuk penampungan limbah
medis sangatlah menyusahkan
petugas dalam pemeliharaan
tempat penampungan sampah.
6. Setiap petugas kebersihan yang
langsung menangani limbah
medis tidak harus menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


No Pernyataan SS S R TS STS
7. Menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) saat menangani
limbah medis akan terhindar dari
gangguan kesehatan.
8. Setelah menangani limbah medis
hendaknya mencuci tangan
dengan menggunakan sabun.
9. Setiap kali pengosongan tempat
penampungan limbah medis
termasuk Tempat Penampungan
Sementara (TPS), tidak perlu
dilakukan pembersihan atau
pencucian tempat penampungan
limbah.
10. Petugas kebersihan yang
langsung menangani sampah
medis perlu diberikan pelatihan
khusus mengenai penanganan
limbah medis yang tepat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI TINDAKAN PETUGAS CLEANING


SERVICE MENGENAI PENANGANAN LIMBAH MEDIS
DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2018
Waktu Observasi : ............................................
Nomor responden : ............................................
Nama responden : ............................................

No Tindakan Ya Tidak
Pewadahan Limbah Medis
Petugas cleaning service dapat membedakan tempat sampah
1
medis dan tempat sampah non medis.
Petugas cleaning service meletakkan limbah medis pada
2 kontainer berwarna kuning sedangkan tempat limbah non
medis diletakkan pada kontainer berwarna hitam.
Petugas cleaning service menempatkan kontainer pada wadah
3
dengan baik.
4 Kantong plastik kontainer harus diikat setiap ± 2/3 bagian
Petugas cleaning service mengganti kontainer yang baru pada
5
tong sampah infeksius.
Petugas cleaning service menggunakan APD lengkap saat
6
memilah dan mengemas limbah medis.
Pengumpulan Limbah Medis
1 Limbah medis dikumpulkan secara teratur (satu hari sekali).
2 Limbah medis disimpan ditempat sampah yang tertutup.
Limbah medis tidak dikumpulkan pada saat bersamaan atau
3
didalam troli yang sama dengan limbah non medis.
Kontainer yang melapisi tempat sampah selalu diganti sesuai
4 dengan warna yang seharusnya (kuning untuk tempat sampah
infeksius dan hitam untuk tempat sampah yang infeksius).
Petugas cleaning service menggunakan Alat Pelindung Diri
5
(APD) lengkap saat mengumpulkan limbah medis.
Pengangkutan Limbah Medis
Kontainer limbah medis padat sebelum dimasukkan ke
1 kendaraan pengangkut diletakkan didalam tempat sampah
yang kuat dan tertutup.
Troli pengangkut limbah medis harus dibersihkan dan
2
didesinfeksi setiap hari dengan disinfektan yang tepat.
Semua ikatan atau tutup kontainer masih utuh ditempatnya
3
setibanya diakhir pengangkutan.
Petugas cleaning service mengangkut limbah medis dari
4 ruangan ke Tempat Pembuangan Sementara Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (TPS LB3).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Master Data

MASTER DATA

NO Nama Pengetahuan Sikap Tindakan Pengetahuan1 Sikap1 Tindakan1


1 JN 10 38 7 2 1 2
2 HS 14 44 11 1 1 1
3 JS 14 49 11 1 1 1
4 MRH 9 43 9 2 1 1
5 DS 9 41 8 2 1 2
6 AP 9 37 8 2 1 2
7 HPS 15 49 11 1 1 1
8 SS 14 45 10 1 1 1
9 AR 14 48 11 1 1 1
10 AD 14 46 12 1 1 1
11 AY 15 45 12 1 1 1
12 AM 14 50 12 1 1 1
13 IG 13 44 8 1 1 2
14 PM 10 41 7 2 1 2

KETERANGAN :
Pengetahuan : Pengetahuan Responden
Sikap : Sikap Responden
Tindakan : Tindakan Responden
Pengetahuan1 : Pengetahuan responden dalam bentuk kategori
1) Baik
2) Cukup
Sikap1 : Sikap responden dalam bentuk kategori
1) Positif
Tindakan1 : Tindakan responden dalam bentuk kategori
1) Baik
2) Kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Output
OUTPUT

Frequencies Table Pengetahuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frequencies Table Sikap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frequencies Table Tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Frequency Table

Crosstabs

Pengetahuan Responden * Tindakan Responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Crosstabs

Sikap Responden * Tindakan Responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8. Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 9. SOP Penanganan Limbah Medis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 12. Dokumentasi
DOKUMENTASI

Gambar 1 dan 2. Pengisian Kuesioner

Gambar 3. Tempat Sampah Non Infeksius


dan Tempat Sampah Infeksius

Gambar 4. TPS LB3 Gambar 5. Limbah medis


ditempatkan pada kontainer
berwarna hitam dan tidak diikat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 6 dan 7. Troli tidak dicuci dan dibiarkan terbuka
setelah selesai mengangkut

Gambar 8, 9, 10 dan 11. Petugas Cleaning Service


Saat Menangani Limbah Medis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai