Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Jatipuro merupakan salah satu kecamatan dari 17
kecamatan yang ada di Kabupaten Karangananyar. Luas Wilayah
Kecamatan Jatipuro adalah 40.36 ha. Secara geografis Jatipuro terdiri dari
bukit-bukit rendah dengan lembah-lembah yang sempit, serta jalur-jalur
sungai agak dalam. Tekstur tanah didominasi oleh tanah liat/merah.
Jumlah penduduk Kecamatan Jatipuro adalah 37.661 jiwa sebagian besar
penduduk mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri
dan buruh tani), yaitu 12.794 orang (40.37%). Pertanian tanaman pangan
merupakan salah satu sektor yang mendorong perekonomian rakyat.
Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat yang dilakukakn
di Kecamatan Jatipuro terkait dengan kondisi geografis yang ada yaitu
sebagian besar masyarakat memanfaatkan lahan sebagai sawah irigasi,
tegalan dan hutan sekunder. Sektor tersebut menghasilkan bahan pangan
untuk kebutuhan konsumsi perekonomian dan mendorong perekonomian.
Produktivitas lahan dari sawah, tegalan, hutan sekunder mencapai 1.468.24
ha, tegalan 987,34 ha dan hutan sekunder 49,51 ha. Dengan penggunaan
lahan yang seperti itu maka dapat diketahui terjadinya penurunan kualitas
tanah. Hal ini terjadi karena tanah merupakan sumber daya tak terbarukan
dan mempunyai keterbatasan. Tanah akan terdegradasi atau tanah akan
mengalami penurunan produktivitas aktual/potensial akibat faktor-faktor
alam maupun manusia. Sebagai akibat dari penurunan kualitas tanah maka
tanah tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga ekosistem disekitarnya
akan tergantung termasuk didalamnya manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Belum adanya indeks kualitas tanah dan peta indeks kerusakan tanah di
Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi kualitas tanah
Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui kondisi kondisi kualitas
tanah di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar dan dapat digunakan
sebagai acuan yang dapat digunakan oleh para pengambil keputusan
(Decision Maker) dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
tanah yang ada di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar berdasarkan
indeks kualitas tanah yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Tanah

Kualitas tanah adalah pernyataan berkaitan dengan suatu standar dalam


istilah tingkat keunggulan. Kualitas tanah adalah suatu komponen kritis
pertanian berkelanjutan. Suatu sistem pengelolaan tanah hanya berkelanjutan
ketika memperbaiki atau mepertahankan kualitas tanah (Larsonad Pierce,
1994).
Mutu tanah dikembangkan sebagai alat penilaian atau alat evaluasi
terhadap praktek pengolahan tanah dan penilaian sumber daya alam sebagai
alat uji. Keterlanjutan praktek-praktek pertanian dan penggunaan lahan
lainnya secara kuantitatif yaitu untuk mengevaluasi tingkat degradasi dan
kontaminasi tanah dari pencemaran logam berat (Karlenand Mausbach,
2001).
Evaluasi terhadap mutu tanah identik dengan Checkup kesehatan
manusia oleh sorang dokter, yakni dengan mengetahui indikator fisik meliputi
berat isi (BV), kedalaman perakaran, laju infliltrasi air, kapasitas memegang
air, stabilitas agregat ; indicator kimia meliputi Ph, DHL, KTK, BO, N yang
dapat di mineralisasi , K tertukar, Ca tertukar; indikator biologi meliputi C
bimass mikribia, N biomass mikrobia, cacing tanah, penekanan terhadap
penyakit (Mitchellatel, 2000).
Selama beberapa dekade para peneliti dari berbagai negara dan petani
maju berusaha untuk membuat suatu rumus tentang “minimum data set”
untuk penilaian kualitas tanah yang terdiri dari komponen fisika, kimia dan
biologi tanah yang dapat digunakan sebagai indicator kuantitatif dalam
penetapan criteria tanah sehat (SoilHealth). Indicator penilaian kualitas tanah
untuk sifat kimia tanah yaitu Ph elevtrical conductivity, kapasitas tukar
kation, bahan organic, mineralisasi N, K dan Ca dapat ditukar. Sifat fisik
tanah yaitu bobot isi, kedalaman perakaran, laju air infiltrasi, kapasitas
menahan air, dan stabilitas agregat dan sifat biologi tanah yaitu C-mic, N-
mic, cacing, enzim, hama penyakit respirasi mikroba tanah. Kriteria tersebut
bertujuan untuk membuat pengelompokan atau kelas kualitas tanah pada
tanah-tanah dari yang sangat subur sampai sangat tidak subur (terdegradasi),
sehingga kelas yang tersusun, dapat digunakan secara cepat oleh para
pengguna yang menentukan komoditas, teknologi dan pola usaha taninya.
Dalam upaya untuk mempelajari sampai sejauh mana adanya perubahan
kualitas tanah yang ditunjukkan dengan perbaikan sifat kimia, fisika dan
biologi tanah (Hartatiketal, 2007).
Kualitas tanah ditentukan dengan dengan cara mengumpulkan data-data
indicator yang telah terpilih atau Minimum Data Set (MDS). Setelah data-data
indicator terkumpul maka informasi tersebut dipadukan untuk menentukan
indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah ini dapat digunakan untuk
memantau dan menaksir dampak sistem pertanian dan praktek-praktek
pengelolaan terhadap kualitas tanah secara kuantitatif adalah dengan
mengukur atau menganalisis indicator-indikator yang digunakan (Seybold et
al, 1996)

2.1.1 Sifat Biologi Tanah


Biologi makro biologi dan mikro mikrobilogi) tanah merupakan
studi tentang biota (organism) yang hidup dan beraktifitas di dalam
tanah, yang melalui aktivitas metaboliknya, perannya dalam aliran
energi dan siklus hara berkaitan erat dengan produksi bahan organic
primer (tanaman) (Hanafiah etal, 2005).
Sifat biologi tanah yang terpaut sebagai indicator kualitas tanah
dan kesehatan tanah adalah Biomassa C dan N mikrobia tanah.
Potensi N dapat termineralisasi, respirasi tanah, kandungan air dan
suhu tanah (Purwanto, 2002).
Biomassa karbon mikroorganisme (C-mic) dalam penelitian
kualitas tanah dapat digunakan sebagai parameter fraksi aktif dari
bahan organic tanah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa C-mic
merupakan parameter/indicator kualits tanah yang jauh lebih peka
dibandingkan sifat kimia tanah (C-organik total) maupun sifat fisik
tanah dan mempunyai kolerasi yang erat dengan sifat biologi tanah
lainnya.
2.1.2 Sifat Fisik Tanah
Fisika tanah merupakan cabang ilmu tanah yang
berhubungan dengan sifat fisik tanah. Seperti ngukuran,
peramalan dan mengontrol proses fisik yang terjadi di dalam
dan di seluruh. Fisika tanah ditunjukkan pada peda pergerakan
bahan dan debit aliran serta transformasi energy dalam tanah
(Saidi, 2006).
Sifat fisik tanah yang terpaut sebagai indicator kualitas
tanah adalah tekstur tanah kedalaman atasan dan perakaran,
berat volume dan infiltrasi serta kapasitas menahan air
(Purwanto, 2002).
Tanah yang terdegradasi dengan baik biasanya dicirikan
oleh tingkat infiltrasi, permeabilitas, dan ketersediaan air yang
tinggi. Sifat lain adalah tanah tersebut mudah diolah serasi baik
menyediakan media respirasi akar dan aktivitas mikrobia tanah
yang baik (KurniaU. etal, 2006).
1.2.3 Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimia tanah didefinisikan sebagai kesuluruhan
reaksi fisika, kimia dan kimia yang berlangsung antar
penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan yang
ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun
pemebenah tanah lainnya (Bolt dan Bruggenwert, 1978).
Faktor kecepatan semua bantuk reaksi kimia yang berlangsung
dalam tanah mempunyai kisaran sangat lebar, yakni anatara
sangat singkat yang memperhitungkan dengan menit (reaksi
jerapan tertentu) sampai luar biasa yang diperhitungkan
dengan abad (reaksi yang berhubungan dengan proses
pembentukan tanah. Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi
dalam tanah di imbas oleh tindakkan faktor lingkungan tertentu
(Sutanto, 2005).
Sifat kimia tanah yang terpaut sebagai indicator kulitas
tanah adalah bahan organic tanah, konduktivitas listrik terdedia
bagai tanaman (dorne et a, 1996 cit/Purwanto , 2002 ).
Ph atalah ukuran keasaman, netralisasi, alkalinitas atau
commonly termas ydrogenionactivity. Ini pentng unuk
penentuan hara tanah sebagai media tumbuh tanaman,
beberapa unsure hara yang diperlukan keberadaannya
tergantung pH (Hidayat, 1990). Purwanto, 2002 juga
menyebutkan bahwa pengukuran Ph penting untuk mengukur
kualitas tanah kaena Ph menentukan aktivitas mikrobia dan tan
aman.
Reaksi tanah menunnjukkan sifat keasaman atau
alkalinitas tanah yang sudah dinyatakan dengan nilai Ph. Nilai
pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+)
didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah
semakin masam tanah tersebut. Didalam tanah selain ion H+
dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. pada tanah-
tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada ion
OH- (Hardjowigeno, 1987).
2.2 Indeks Kerusakan Tanah (Soil DeterioRation Indeks)
Indeks kerusakan tanah (Soil DeterioRation Indeks) dihitung dengan
menjumlahkan presentase perubahan nilai masing-masing sifat tanah dari
suatu lahan (hutan alami) sebagai bas referensi yang kemudian di rata-rata.
Presentase nilai rata-rata masing-masing sifat tersebut dihitung dengan
membandingkan perbedaan niai rata-rata masing-masing tanah yang sejajar.
Nilai pH, C/N rasio, BR (Basal Respirasi), debu, dan lempung, tidak masuk
dalam perhitungan karena criteria “lebih baik” tidak benar atau tidak pasti
melebihi jenjang nilai dalam studi (Ade Juwondan Ekanade, 1998 cit.Islam
dan Weill, 2000)
2.3 Sistem Informasi Geografi
Arc View merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem
Informasi Geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI.
Dengan Arc View, pengguna dapat memilik kemampuan-kempuan untuk
melakukan visualisasi, mengexplore, menjawab query (baik basis data
spasial maupun non spasial), menganalisa data secara geografis, dan
sebagainya. (Prahasta, 2005).
Keuntungan-keuntungan bekerja dengan menggunakan data spasial
Shape file Arc View adalah sebagai berikut:

1. Proses penggambaran (draw) atau penggambaran kembali (redraw) dari


feature petanya dapat dilakukan dengan relative cepat setidaknya lebih
cepat dari proses penggambaran cover age milik Arc info.
2. Informasi atribut dan geometriknya dapat diedit.
3. Dapat dikonversikan kedalam format-format data spasial lainnya.
4. Memungkikan untuk proses on sceen digitizing (Prahasta, 2005). Peta
menggambarkan penyebaran beberapa satuan tanah dalam berbagai luas
lahan dengan skala tertentu. Peta tanah menyajian keadaan tanah lahan
sesuai dengan nama petanya. Informasi tersebut dijelaskan dalam legenda
petayang umumnya tertera dibawah pojok peta tersebut (Darmawijaya,
1997).
2.4 Kecamatan Jatipuro
Kecamatan jatipuro merupakan salah satu kecamatan dari 17
kecamatan yang berada di Kabupaten Karanganyar. Jarak dari Ibukota arah
selatan. Luas Wilayah Kecamatan Jatipuro adalah 40.36 ha. Wilayah
Kecamatan Jatipuro yang geografis daerahnya terdiri dari bukit-bukit rendah
dengan lembah-lembah yang sempit, serta jalur-jalur sungai agak dalam.
Dengan demikian keadaan wilayah Jatipuro keadaannya miring
bergelombang serta sebagian besar berupa tanah liat/merah. Ketinggian
tempat untuk wilayah Kecamatan Jatipuro yaitu antara 370-510 mdpl.
Batas wilayah Kecamatan Jatipuro secara administrative:
Sebelah Utara : Kecamatan Jumapolo
Sebelah Selatan : Kecamatan Wonogiri
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Timur : Kecamatan Jatiyoso

Luas wilayah kecamatan Jatipuro adalah 40.36 ha yang terdiri dari


luas tanah sawah 1.468,24 ha dan luas tanah kering 2.568,26 ha. Tanah
sawah terdiri
dari irigasi teknis 0.00 ha, ½ teknis 326.70 ha, sederhana 1.141.54 ha
dan tanah
hujan0.00ha.Sementaraituluastanahuntukpekarangan/bangunan1.420mh
a danluasuntukladang/tegalan987.34ha.Di
KecamatanJatipuroterdapathutan
negaraseluas49.51hadantanahlainnyaseluas63.19ha.

JumlahpendudukdikecamatanJatipurosebanyak37.661jiwa,yang
terdiri darilaki-laki18.840jiwadanperempuan18.821jiwa.Desa
denganpenduduk terbanyak adalah Desa Jatisobo, yaitu 4.947 jiwa
(13.14%), kemudian Desa Jatiroyo, yaitu 4.202 jiwa (11.16%), dan Desa
Ngepungsari, yaitu 4.049 jiwa

(10.75%),sedangkanDesadenganjumlahpendudukpalingsedikitadalahDe
sa
Jatiharjo,yaitu2.834jiwa(7.53%)danDesaJatimulyo,yaitu3.201jiwa(8.38
%).

SesuaidengankondisialamKecamatanJatipuroyangpegunungan,
makasebagianbesarpenduduknya mempunyai matapencaharian
disektorpertanian (petanisendiridanburuhtani),yaitu12.794orang
(40.37%).Kemudiansebagai buruhindustri/karyawan
swastasebanyak378orang(1.19%),buruhbangunan

1.368orang(4.32%)danpedagangsebanyak3.822orang
(12.06%).Selebihnya
adalahsebagaipengusaha,disektorpengangkutan,PNS/TNI/Polri,pensiuna
n, jasa-jasadanlain-lain.

Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor


dimana produkyangdihasilkan
menjadikebutuhanpokokhiduprakyat.Produksipadi
sawahsebanyak8.954tondariluas 1.897ha,jagung
sebanyak5.549tondariluas
panen1.076ha,ketelapohonsebanyak15.9tondariluaspanen1.012hadan
kacangtanahsebanyak1.044tondariluaspanen962ha.
BAB III

METODEPENELITIAN
3.1 TempatdanWaktuPenelitian

Penelitian inidilaksanakan diKecamatanJ atipuro,Kabupaten


Karanganyar,PropinsiJawa Tenggah.Daerahpenelitianterletak di lereng
kaki gunung lawu sebelah barat.Jenis tanahnya termasuk tanah Alfisols
dan Inceptisols. Luas daerah Kecamatan Jatipuroyaitu 4.036,50ha. Desa
Jatiroyo merupakan desa yang
terluas dan Desa Jatiharjo adalah Desa terkecil.

Analisis GIS dilakukan diLabolatorium Pedologi dan Survai Ta


nah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Analisis Tanah
dilakukan diLabolatorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertani
an
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada Bula
n September 2007 sampai selesai.

3.2 BahandanAlatPenelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tan


ah
dan khemikal untuk analisis laboratorium yang meliputirespirasita
nah
(NaOH, HCL, indicator mo); C biomassa mikrobia tanah (NaOH,
HCL,klorofom, indikator mo); kemantapan agregat (alkohol), C
organik
tanah (K2Cr2O7, H2SO4,H3PO4, FeSO4,IndikatorDPA);pHtanah
(H2O,KCL);kandungan P tersedia tanah (SnC12,NH4F)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan basereferent yangberbeda, indeks kualitas tanah yang terbaik


pada SPTI adalah hutan sekunder dan sawah dengan indeks 22.22,padaSP
TII hutan sekunder dengan indeks22, SPTIII hutan sekunder
dengan indeks 23.33
dan pada SPTIV juga hutan sekunder dengan indeks 24.44.

2. Berdasarkan basereferent yang berbeda, kerusakan tanah terjadi pada SPI


pada lahan sawah dengan indeks 0.10, dan SPTIII pada lahan sawah deng
an indeks-1.15

4.1 Saran

Perlu adanya arahan pengolahan tanah berdasarkan faktor yang


paling menentukan terhadap kualitas tanah pada setiap SPT untuk menjagaku
alitas tanahdi Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Pada SPTI,III
danIV
dengan penambahan bahan organik. Bahan organic merupakan substrat alami
untuk mikroorganis medan secaratidak langsung memberikan nutrisi bagi
tanaman melalui kegiatan mikroorganisme tanah. Bahan organic membantu
dalam pembentukan agregat tanah dan Karen anyajugauntuk pembentukan
strukturtanahyang
pada akhirnya menentukan sampai sejauh mana aerasitanah dan
kebiasaan perakaran tanaman. Bahan organic membantu dalam konservasi
nutrisi tanah dengan mencegah erosi dan peluruhan nutrisi dan permukaan
tanah. Sedangkan pada SPTII pengolahan tanah dengan penambahan kapur.
Penambahan kapurberguna untuk meningkatkan pH tanah. Dengan
meningkatnya pH tanah dapat mendukung aktivitas mikrobia dan penyerapan
unsure hara didalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai