Anda di halaman 1dari 18

1 SISTEM BANYAK PARTIKEL

1.1. Pendekatan Makroskopis versus Pendekatan Mikroskopis

Pernahkah anda merasa gerah akibat udara yang panas? Jika pernah, pernahkah
anda berpikir mengapa udara tersebut terasa panas bagi kita? Jawabnya adalah karena
temperatur udara sendiri sudah sangat panas, anggaplah mencapai temperatur T.
Mengingat udara sebenarnya terdiri dari banyak molekul, apakah hal ini berarti bahwa
setiap molekul udara juga mencapai temperatur T? Tidak ada jaminan untuk hal itu.
Beberapa molekul barangkali temperaturnya lebih besar dari T, sedang beberapa yang
lain temperaturnya lebih kecil dari T. Meskipun demikian, seluruh molekul udara secara
bersama-sama membentuk sistem, yang secara makroskopis dicirikan oleh temperatur
T.
Udara adalah salah satu contoh sistem1 yang terdiri atas banyak partikel. Pada
sistem seperti ini, perilaku makroskopis sistem tidak selalu mencerminkan perilaku
individual partikelnya, meski terdapat hubungan yang khas antara keduanya. Salah satu
metode yang sering dipakai untuk meninjau sistem banyak partikel adalah
termodinamika dan teori kinetik. Pada termodinamika, perhatian ditujukan pada sifat
makroskopik sistem (sifat yang terukur, sifat yang secara langsung atau tidak langsung
didasarkan atas tanggap indera kita), misalnya temperatur T. Termodinamika tidak
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 2

mempermasalahkan bagaimana besaran makroskopik tersebut terbentuk. Tujuan


termodinamika adalah mencari nilai serta hubungan antar besaran makroskopis yang
taat asas dengan hukum pokok termodinamika.
Berbeda dengan termodinamika, teori kinetik mencoba menjelaskan besaran
makoskopis dengan membuat pra anggapan mengenai adanya partikel dasar (atom atau
molekul) sebagai penyusun suatu sistem.2 Dengan menerapkan hukum-hukum fisika
pada partikel pembentuk sistem lalu mengambil harga rata-ratanya, diperoleh nilai
besaran makroskopik yang dicari (yang bersesuaian dengan hasil pengukuran
termodinamik). Pada teori kinetik sudah digunakan cara yang agak fisis dengan teknik
matematika yang sederhana.
Pada tingkat berikutnya, kita dapat menerapkan hukum fisika -khususnya
mekanika- dengan cara yang lebih resmi dan lebih formal pada partikel dan kemudian
merataratakan hasilnya. Pendekatan terakhir dikenal sebagai Fisika Statistik.3 Pada
fisika statistik, sifat-sifat makroskopik suatu sistem seperti temperatur T, tekanan p,
energi E, dan lain-lain diturunkan dari pengetahuan mengenai keadaan partikel-partikel
penyusunnya. Kata sifat statistik menunjukkan bahwa hasil-hasil dalam metode ini
diperoleh dengan jalan mengambil nilai rata-rata dari keadaan banyak partikel.
Keberhasilan fisika statistik dalam menurunkan hukum-hukum termodinamika dan teori
kinetik menempatkan kedua ilmu tersebut sebagai cabang fisika statistik.
Pengembangan lebih lanjut dari fisika statistik bahkan telah melibatkan hukum
mekanika kuantum untuk sistem yang tersusun atas banyak partikel berukuran kecil,
seperti atom, partikel alfa, elektron, dan lain-lain.
Fisika statistik merupakan salah satu contoh pendekatan mikroskopis, sedangkan
termodinamika menggunakan pendekatan makroskopis. Ciri-ciri kedua pendekatan
disajikan pada tabel 1.1. Walaupun sepintas sangat berbeda dan tidak bersesuaian,
namun sebenarnya kedua pendekatan tersebut saling terkait. Bila kedua pendekatan

1
Di sini sistem dibatasi sebagai bagian yang dipisahkan (dalam pikiran) dan sekaligus menjadi pusat
perhatian kita. Di luar sistem ada lingkungan, sedang di luar lingkungan ada semesta.
2
Ide untuk memahami sifat termodinamika gas dari sifat dasar partikel penyusunnya, merupakan ide yang
revolusioner pada abad 19, mengingat hakikat atom belum benar-benar dipahami pada saat itu. Sebagai
penggagas, Boltzmann harus mendapat tentangan untuk idenya, hampir sepanjang hidupnya.
3
Pendekatan ini juga dikenal sebagai mekanika statistik, mengacu pada hukum mekanika –klasik dan
kuantum- yang digunakan untuk memahami perilaku partikel penyusun sistem.
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 3

tersebut diterapkan pada sistem yang sama, maka harus dihasilkan kesimpulan yang
sama. Hubungan keduanya terletak pada kenyataan bahwa beberapa sifat makroskopik
yang terukur secara langsung (dalam termodinamika) sebenarnya merupakan nilai rata-
rata terhadap selang waktu tertentu dari sejumlah ciri khas mikroskopik (yang
didefinisikan di fisika statistik). Di sini fisika statistik berfungsi sebagai jembatan antara
dunia mikro dan dunia makro. Dapat juga dikatakan bahwa hukum-hukum fisika
statistik merupakan bentuk perumuman (generalisasi) dari hukum-hukum
termodinamika, dan diharapkan mampu memecahkan masalah yang tidak / belum bisa
dipahami melalui termodinamika. Dari namanya, fisika statistik tidak meninjau keadaan
individual tiap partikel, melainkan keadaan dengan peluang terbesar. Tujuan fisika
statistik adalah membahas penggunaan teknik-teknik statistik guna memahami sistem
banyak partikel yang hukum mekanikanya diketahui tetapi tidak dapat dipecahkan.

Tabel 1.1 Ciri-ciri pendekatan makroskopik dan mikroskopik


Pendekatan makroskopis Pendekatan mikroskopis
Pijakan Mulai dengan besaran makroskopis Mulai dari deskripsi mikroskopis untuk mencari
Awal (tanpa harus mengaitkannya dengan pejelasan atas sifat makroskopis
model mikroskopis)
Masukan Hasil pengukuran Model mikroskopis
(yaitu suatu asumsi yang diyakini kebenarannya)
Luaran Hubungan antar besaran makroskopis Prediksi sifat dan perilaku makroskopis
Kelebihan Pendekatannya sederhana Keberhasilan suatu model (dalam arti kesesuaian
antara hasil yang diturunkan dari model dengan
hasil eksperimen) memungkinkan kita
menerapkan model mikroskopis yang sama untuk
sistem yang belum diketahui sifat
mikroskopisnya

Lebih detail, ruang lingkup fisika statistik adalah:


• Menerangkan sifat-sifat makroskopik suatu sistem melalui sifat-sifat mikroskopik
partikel penyusunnya tanpa merinci secara mendalam sifat masing-masing penyusun,
melainkan dari aspek statistiknya
• Mengembangkan lebih mendalam masalah informasi sistem banyak partikel
(biasanya disebut gas), yang tidak dapat diterangkan dengan hukum I dan II
termodinamika, seperti gas foton (buntelan cahaya pada radiasi elekteromagnetik),
gas fonon (atom atau molekul dalam kisi atom), serta gas elektron (dalam logam
penghantar)
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 4

• Menerangkan arti fisis besaran makroskopis yang bersifat abstrak, seperti entropi
• Memberi pemahaman tentang kinetika (laju perubahan fisika) bila suatu wujud
berubah dari satu fase ke fase yang lain.

1.2. Perlunya Fisika Statistik

Karena banyak gejala dalam dunia fisis melibatkan banyak partikel, maka nilai
strategis dari pendekatan fisika statistik jelas terlihat. Beberapa ilustrasi berikut
dimaksudkan untuk menunjukkan kemustian penggunaan metode statistik dalam
menangani permasalahan fisis.
Pertama, Kemustahilan kita untuk memahami perilaku tiap partikel dalam suatu
sistem yang terdiri atas banyak partikel. Misalkan ditinjau 1 mol gas O2. Dalam sistem
tersebut terdapat sejumlah bilangan Avogadro (6,02x1023) molekul O2. Jika dipakai
hukum kedua Newton untuk memerikan keadaan masing-masing molekul, akan
diperoleh 1023 persamaan diferensial yang saling terkait. Bisa dibayangkan tingkat
kesulitan yang harus dibayar jika kita memaksa untuk memecahkan persamaan tersebut.
Pendekatan secara statistik adalah alternatif terbaik untuk memecahkan kasus tersebut.
Kedua, adanya sistem fisis yang tidak bisa dianalisis secara satu lawan satu.
Misalkan dimiliki partikel yang terdiri atas 1000 partikel. Bila ke dalam sistem tersebut
diberikan energi 1000 eV, tidak berarti tiap partikel akan mendapatkan tambahan energi
sebesar 1 eV. Dari pada memerinci pertambahan energi tiap partikel, kita lebih terbiasa
untuk mengatakan bahwa tiap partikel memperoleh tambahan energi rata-rata sebesar 1
eV.

 Contoh 1.1
Suatu sistem terdiri atas 6 partikel dengan energi total 0. Misalkan kita berikan energi
sebesar 6 eV ke dalam sistem tersebut, bagaimanakah susunan yang mungkin terjadi?

Penyelesaian
Dalam permasalahan ini N = 6 dan E = 6 eV. Tugas kita adalah menduga bagaimana
energi sebesar 6 eV dibagi di antara 6 partikel. Bagaimanapun cara energi tersebut dibagi,
sebuah partikel hanya mungkin memiliki energi antara 0 sampai dengan 6 eV. Tentunya
ada 2 kondisi ekstrim, yaitu (i) ketika energi dibagi rata di antara partikel sehingga masing-
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 5

masing partikel mendapat tambahan energi sebesar 1 eV, atau (ii) ketika energi hanya
diambil satu partikel sehingga energi partikel tersebut 6 eV, sedang partikel yang lain
4
energnya 0 eV. Katakan setiap susunan yang mungkin terjadi kita sebut dengan makrostat,
maka susunan makrosatat lengkapnya disajikan pada diagram di bawah ini.

makrostat ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

ε7 = 6 eV ♥

ε6 = 5 eV ♥

ε5 = 4 eV ♥ ♥

ε4 = 3 eV ♥♥ ♥ ♥

ε3 = 2 eV ♥ ♥ ♥♥ ♥
♥♥
♥ ♥♥ ♥♥♥
ε2 = 1 eV ♥ ♥♥ ♥ ♥♥
♥♥ ♥♥ ♥♥♥
♥♥ ♥♥ ♥♥ ♥ ♥♥ ♥ ♥
ε1 = 0 eV ♥♥ ♥♥ ♥
♥♥♥ ♥♥ ♥♥ ♥♥ ♥♥ ♥♥ ♥♥

Ketiga, adanya fluktuasi pada sistem mikroskopik. Salah satu bentuk fluktuasi
adalah fluktuasi energi partikel, seperti ditunjukkan pada contoh 1.1. Pada contoh di
atas, distribusi partikel bisa berubah dari konfigurasi 1 ke konfigurasi 2, melalui suatu
tumbukan, di mana partikel dengan energi 6 eV menumbuk dan memberikan energi
sebesar 1 eV kepada partikel yang semula energinya 0 eV. Secara mikroskopis
konfigurasi partikel bisa berubah di antara ke 11 konfigurasi yang mungkin, sekalipun
keadaan makroskopisnya tetap, yaitu N = 6 dan E = 6 eV.
Contoh lain adalah tekanan gas. Sebagaimana diketahui, tekanan gas pada
dinding bejana diakibatkan oleh tumbukan molekul gas pada dinding tersebut. Untuk
suatu gas dalam keadaan tertentu, tekanannya juga konstan pada nilai tertentu, baik
secara empirik maupun menurut teori kinetik gas. Namun bila luas permukaan yang
diamati semakin kecil, terlihat fluktuasi kecil di sekitar nilai yang diharapkan. Ini
disebabkan karena gerak molekul gas yang bersifat acak, seperti teramati pada gerak
Brown.
Keempat, Adanya partikel fisis yang saling pengaruh (cooperative). Untuk
memahami sifat tersebut, kita tinjau spektrum yang dipancarkan oleh benda hitam.
Radiasi tersebut berasal dari radiasi yang diserap dan kemudian dipancarkan kembali

4
Pengertian tentang makrostat akan dibahas pada Bab 3 .
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 6

oleh atom-atom pada dinding rongga. Sebuah atom -secara terpisah- memiliki tingkat
energi yang khas sehingga kita berharap akan mendapatkan spektrum yang tak
kontinyu. Namun, dalam wujud padatnya, jarak antar atom sangat dekat sehingga
spektrum tak kontinyu yang dipancarkan suatu atom terpengaruh cukup mencolok oleh
atom tetangganya sehingga dihasilkan spektrum yang kontinyu.
Di samping ilustrasi di atas, kemustian pemakaian statistik juga bersumber dari
sifat obyek yang ditangani. Obyek yang ditangani dalam fisika statistik umumnya
memiliki sifat
• Tidak dapat diisolasi, sehingga tidak diketahui posisi dan momentum awalnya
dengan serempak. Akibatnya tidak mungkin dipakai hukum Newton untuk
menangani obyek tersebut.
• Berukuran sangat kecil, sehingga kadang muncul sebagai partikel dan kadang
sebagai gelombang, sehingga lebih mudah bila ditangani dengan mekanika kuantum
yang bersifat probabilistik.
• Berada dalam jumlah yang besar, sehingga prosesnya memiliki pilihan arah waktu
tertentu atau bersifat time irreversible.

F m m

m m F

Gambar 1.1 Perbandingan proses terbalikkan pada sebuah benda tunggal (gambar kiri) dan proses tak
terbalikkan pada sistem gas (gambar kanan).

Keseluruhan ilustrasi dan sifat obyek di atas menunjukkan bahwa memerinci


keadaan masing-masing partikel dalam suatu sistem yang besar hampir merupakan
pekerjaan yang mustahil. Hal tersebut juga menjadi kurang berguna karena informasi
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 7

yang dibutuhkan sering kali hanya dalam bentuk keadaan rata-ratanya. Di sini fisika
statistik mampu menunjukkan bahwa sifat-sifat makroskopik (yang kasat indera /
instrumen pengamatan) adalah hasil rata-rata dari sifat mikroskopik (pada tingkat atom).
Di samping itu fisika statistik diharapkan dapat menjelaskan bagaimana obyek yang
time reversible berubah menjadi time irreversible jika jumlahnya sangat besar.
Lalu proses fisis apakah yang terkait dengan fisika statistik? Berikut disajikan
sejumlah peristiwa dalam fisika di mana pemakaian metode statistik tak terelakkan.
Beberapa aspek fisis yang membutuhkan telaah satatistik antara lain:
• Proses berkurangnya tekanan udara dengan bertambahnya ketinggian
• Sifat elektrik dan magnetik bahan
• Sifat termal bahan (padat, cair, gas), transisi fase, dan konduksi termal
• Proses radioaktif dan reaksi nuklir
• Proses kuantum dalam semikonduktor dan superkonduktor
• Fisika energi tinggi dan reaksi dalam akselerator partikel
• Senyawa logam
• Difusi dan perlokasi
• Teori medan kuantum elektromagnetik (elektron, foton) dan gaya nuklir kuat
(quark, gluon)
• Teori string dan gravitasi kuantum
• Kimia kuantum (struktur interaksi molekul), dan lain-lain

1.3. Penggolongan Partikel

Misalkan ditinjau sekumpulan N obyek sejenis (identik) yang membentuk suatu


sistem. Dalam fisika statistik, obyek tersebut dapat berupa partikel elementer yang
sederhana (seperti elektron, foton, ataupun proton), atau berupa sesuatu yang lebih
kompleks (seperti atom atau molekul gas). Pada saat tertentu, obyek tersebut mungkin
lebih menampakkan sifat partikel, sedang pada saat yang berbeda mungkin lebih
menampakkan sifat gelombangnya. Meskipun demikian, akan dipakai istilah partikel
untuk sebarang jenis obyek yang ditinjau.
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 8

Wujud fisis dari suatu sistem dikenal sebagai asembel (dari kata Inggris asembly
yang berarti kumpulan). Sifat lain yang perlu ditambahkan, bahwa partikel tersebut
tidak saling berinteraksi sesamanya, baik melalui interaksi Coulumb maupun interaksi
gravitasi. Interaksi yang terjadi hanyalah interaksi yang cukup lemah antar partikel serta
antara partikel dan dinding. Interaksi ini memungkinkan asembel mencapai
kesetimbangan termal, tetapi tidak cukup kuat untuk menyebabkan gerak partikel
berkorelasi kuat. Asembel dengan sifat semacam ini dinamakan gas.5
Selanjutnya, bayangkan sejumlah N partikel dengan energi total E, seperti pada
contoh 1.1. Kita tahu bahwa jika N = 6 dan E = 6 eV, akan diperoleh 11 konfigurasi.
Pertanyaannya adalah, jika pada waktu tertentu kita mengamati sistem tersebut,
konfigurasi manakah yang akan kita temui? Pertanyaan ini setara dengan pertanyaan:
konfigirasi manakah yang memiliki peluang terbesar untuk diamati. Jawaban atas
pertanyaan tersebut tergantung pada, konfigurasi manakah yang bisa menghasilkan
jumlah konfigurasi yang lebih rinci dengan jumlah paling banyak. Pada akhirnya, hal
tersebut tergantung pada sifat-sifat partikelnya, yaitu (i) apakah partikel tersebut
terbedakan satu dengan yang lain, serta (ii) apakah ada batasan jumlah partikel yang
boleh menempati suatu keadaan energi tertentu. Pertanyaan pertama terkait dengan
keterbedaan (dishtingushabilty) dari partikel, sedang pertanyaan kedua terkait dengan
sifat simetrinya. Berturut-turut kita akan membahas keduanya. 6
Ada dua cara untuk melihat sifat keterbedaan partikel. Yang pertama adalah
dengan melihat sifat intrinsiknya, seperti massa, muatan, atau spinnya. Cara yang kedua
adalah dengan melihat lintasannya atau kemungkinan kita untuk mengukur posisi dan
lajunya secara tepat. Ketika metode fisika statistik mula-mula dikembangkan pada abad
19 (antara lain oleh L. Boltzmann dan J.C. Maxwell), satu-satunya pendekatan
mekanika yang dikenal adalah mekanika klasik. Dalam mekanika klasik, dimungkinkan
untuk mengamati lintasan partikel secara individual. Dalam konteks ini partikel klasik
dikatakan bersifat terbedakan. Dalam fisika klasik juga dimungkinkan bagi dua artikel
yang berbeda untuk memiliki energi yang sama. Dengan kata lain, tidak ada batasan

5
Pengertian gas di sini tidak sama dengan pengertian fase gas. Gas di sini dibataskan sebagai kumpulan
partikel sejenis yang tidak saling berinteraksi antar sesamanya. Dalam konteks ini dikenal istilah gas
elektron dalam logam, gas fonon dalam zat padat, gas foton dalam benda hitam, dan sebagainya.
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 9

tentang jumlah partikel yang boleh menempati kedaan energi tertentu, yang berarti
partikel klasik mau berkedaan sama. Kita ulangi sekali lagi: partikel klasik adalah
partikel identik yang terbedakan satu sama lain serta mau berkeadaan sama.
Dalam perkembangan berikutnya, berkembanglah mekanika kuantum, sehingga
merupakan suatu keharusan bagi fisika statistik untuk mengadopsi prinsip mekanika
kuantum.7 Menurut mekanika kuantum, keberadaan suatu partikel disimbolkan oleh
suatu fungsi gelombang. Seiring berjalannya waktu fungsi gelombang tersebut menjalar
ke seluruh ruang dan bertumpangan (overlap) dengan fungsi gelombang dari partikel
lain. Sekali hal tersebut terjadi, kita tidak bisa menentukan posisi partikel secara tepat.
Dengan kata lain, kita katakan bahwa kita tidak bisa membedakan satu partikel dari
yang lain. Dengan demikian, kita katakan bahwa partikel kuantum bersifat tak
terbedakan.
Lalu apakah partikel kuantum mau berkeadaan sama? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, bayangkan kita mempunyai dua partikel kuantum. Jika partikel 1
berada di posisi i sedang partikel 2 di posisi j, maka fungsi gelombangnya dapat ditulis
sebagai
Ψ = Ψs1, s 2 (Q1 , Q2 ) = Ψ (Qi , Q j ) . (1-1)

Misalkan sekarang kita tukar posisi kedua partikel sehingga partikel 1 berada di j dan
partikel 2 berada di i. Karena partikel kuantum tak terbedakan, maka peluang untuk
mendapatkan sistem pada konfigurasi tersebut tentu saja tidak berubah, atau

Ψ(Q j , Qi ) = Ψ (Qi , Q j ) .
2 2
(1-2)

Sekalipun peluangnya tidak berubah, tetapi tidak ada jaminan bahwa fungsi
gelombangnya tidak berubah, karena kita memang tidak dapat mengamatinya. Secara
matematis, konsekuensi dari persamaan (1-2) adalah
Ψ(Q j , Qi ) = AΨ (Qi , Q j ) , (1-3)

6
Di sini kita hanya akan membahas penyebab munculnya kedua sifat tersebut, sedangkan konsekuensi
dari sifat-sifat tersebut terhadap konfigurasi sistem akan dibahas pada Bab 3.
7
Dalam konteks ini dikenal istilah fisika / mekanika statistik klasik dan fisika / mekanika statistik
kuantum. Yang kedua merupakan generalisasi dari yang pertama. Bagaimanapun juga fisika statistik
klasik cukup berhasil untuk kedaan tertentu, seperti kedaan dengan suhu yang tinggi atau kerapatan yang
rendah
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 10

Misalkan, kita lakukan pertukaran sekali lagi, sehingga diperoleh konfigurasi awal, di
mana partikel 1 berada di posisi i sedang partikel 2 di posisi j. Dalam hal ini kita peroleh
Ψ(Qi , Q j ) = AΨ(Q j , Qi ) = A 2 Ψ (Qi , Q j ) , (1-4)

Yang berarti bahwa A 2 = 1 atau A = ±1 .


Dari uraian di atas kita kenal dua jenis partikel kuantum, yaitu (i) partikel
kuantum yang simetris terhadap pertukaran partikel yang memenuhi
Ψ(Q j , Qi ) = + Ψ (Qi , Q j ) , (1-5)

dan (ii) partikel kuantum yang anti-simetris terhadap pertukaran partikel yang
memenuhi
Ψ(Q j , Qi ) = −Ψ (Qi , Q j ) . (1-6)

Asembel terdiri atas N partikel identik


pada volume V dan temperatur setimbang T

Apakah partikel tersebut tidak berinteraksi ?

Y T

Apakah fungsi gelombangnya Persamaan


saling terpisah? Transport
Boltzmann
(PTB)
T
Y
Apakah fungsi
gelombangnya
simetris?

Y T

Gunakan Statistik Gunakan Statistik Gunakan Statistik


Maxwell Boltzmann Bose – Einstein Fermi – Dirac
(Klasik) (Kuantum) (Kuantum)

Termodinamika

Gambar 1.2 Pembagian wilayah kerja fisika statistik.


Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 11

Tabel 1.2. Deskripsi sifat partikel klasik, boson, dan fermion

Partikel Klasik Boson Fermion


• Mematuhi hukum • Mematuhi hukum • Mematuhi hukum
mekanika klasik mekanika kuantum mekanika kuantum
• Energi partikel kontinyu • Energi partikel tak • Energi partikel tak
Sifat Partikel • Spin bernilai sembarang kontinyu kontinyu
(Berkaitan sifat • Partikel berjarak cukup • Spin bilangan bulat • Spin bilangan bulat
mekanis partikel) berjauhan sehingga fungsi • Fungsi gelombangnya ditambah setengah
gelombangnya tidak tumpang tindih dan • Fungsi gelombangnya
bertumpangan simetris terhadap tumpang tindih dan
pertukaran label antisimetris terhadap
pertukaran label
Sifat Partikel • Terbedakan • Tidak terbedakan • Tidak terbedakan
(Berkaitan sifat • Mau berkeadaan sama • Mau berkeadaan sama • Tidak mau berkeadaan
statistik dan sama (taat asas Pauli)
penyusunan
konfigurasi)
Contoh Molekul gas Lihat contoh 1.2 Lihat contoh 1.3
Nama Partikel Boltzon / partikel klasik Boson Fermion
Fungsi Distribusi Maxwell – Boltzman (MB) Bose - Eintein (BE) Fermi - Dirac (FD)
Penggagas Ludwig Boltzman Satyendra Nath. Bose Enrico Fermi
(Austria, 1844-1906) (India, 1894-1974) (Italia, 1901-1954)
dan James C. Maxwell dan Albert Einstein dan Paul A.M. Dirac
(Inggris, 1831-1879) (Jerman, 1879-1955) (Inggris, 1902-1984)

Sekarang kita bisa menuliskan fungsi gelombang untuk konfigurasi dua partikel
kuantum (yang tak terbedakan i dan j) sebagai
Ψ ∝ Ψ (Qi , Q j ) + Ψ (Q j , Qi ) = C (Ψ (Qi , Q j ) ± Ψ (Qi , Q j )) , (1-7)

di mana C adalah konstanta normalisasi, sedangkan tanda ± tergantung pada simetri


partikelnya. Jika kedua partikel tersebut simetris (yang dikenal sebagai boson) dan
keduanya berada pada keadaan yang sama i, maka fungsi gelombangnya adalah
Ψ = C (Ψ(Qi , Qi ) + Ψ(Qi , Qi )) ≠ 0 . (1-8)
Persamaan di atas menunjukan bahwa ada peluang bagi dua boson untuk berada pada
keadaan yang sama, atau boson adalah partikel yang tak terbedakan dan mau
berkeadaan sama. Sebaliknya, jika kedua partikel tersebut anti simetris (yang dikenal
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 12

sebagai fermion) dan keduanya berada pada kedaan yang sama i, maka fungsi
gelombangnya adalah
Ψ = C (Ψ (Qi , Qi ) − Ψ(Qi , Qi )) = 0 . (1-9)
Persamaan di atas menunjukan bahwa tidak ada peluang bagi dua fermion untuk berada
pada keadaan yang sama, atau fermion adalah partikel yang tak terbedakan dan tidak
mau berkeadaan sama. Sifat ketiga jenis partikel tersebut disajikan pada tabel 1.2.
Pada tahun 1940, W. Pauli dapat mendemonstrasikan bahwa partikel akan
bersifat simetris jika spinnya bernilai bilangan bulat 0, 1, 2, dan seterusnya. Di sisi lain,
partikel akan bersifat anti-simetris jika spinnya adalah bilangan bulat plus setengah atau
½, 3/2, 5/2, dan seterusnya.

 Contoh 1.2
Jelaskan penggolongan partikel boson.

Penyelesaian
Secara umum, boson bisa dikategorikan atas
(i) Partikel dasar. Termasuk dalam golongan ini adalah
- Foton (γ, spin 1) yang bertanggung jawab atas gaya elektromagnetik
- Boson W and Z (spin 1) yang bertanggung jawab atas gaya nuklir lemah
- Gluon (g, spin 1) yang bertanggung jawab atas gaya nuklir kuat
(ii) Partikel hipotetik. Termasuk dalam golongan ini adalah
- Graviton (spin 2) yang bertanggung jawab atas gaya gravitasi
- Boson Higgs (spin 0) yang bertanggung jawab atas mekanisme Higg
(iii) Kuasipartikel Termasuk dalam golongan ini adalah Fonon (spin 0), yaitu kuasi partikel
yang merepresentasikan kuantisasi modus getaran kisi dari kristal zat padat
(iv) Partikel gabungan, yaitu suatu partikel yang terdiri atas gabungan fermion, tetapi secara
keseluruhan spinnya merupakan bilangan genap. Contoh boson gabungan adalah
- Meson, yang terdiri atas satu kuark dan satu anti kuark
- Inti carbon-12 , yang terdiri atas 6 proton and 6 neutron
- Inti helium-4, yang terdiri atas 2 proton and 2 neutron
- Atom helium-4, yang terdiri atas 2 proton, 2 neutron, dan 2 elektron

 Contoh 1.3
Jelaskan penggolongan partikel fermion.
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 13

Penyelesaian
Secara umum, fermion bisa dikategorikan atas
(i) Partikel dasar. Termasuk dalam golongan ini adalah

- 12 kuark, yang meliputi 6 partikel (u, d, s, c, b, dan t) dan 6 anti partikel ( u , d , s ,

c , b , dan t )
- 12 lepton, yang terdiri atas 6 partikel (e− , µ−, τ−, νe, νµ, dan ντ) dan 6 anti partikel

(e+ , µ+ , τ+ , ν e , ν µ , dan ν τ ).

(ii) Partikel gabungan, yaitu suatu partikel yang terdiri atas gabungan fermion, dan secara
keseluruhan spinnya merupakan bilangan genap plus setengah. Contoh fermion
gabungan adalah
- barion, seperti proton dan netron, yang masing-masing terdiri atas 3 kuark
- inti carbon-13, yang terdiri atas 6 proton dan 7 netron
- atom helium-3 (3He) yang terdiri atas 2 proton, sebuah netron, dan 2 elektron

p(N)

x (N)

Gambar 1.3 : Gerak sebuah titik dalam ruang fase 6N, arah anak panah menunjukkan arah perubahan
menurut waktu.

1.4. Ruang Fase

Keadaan suatu partikel pada suatu waktu tertentu dapat didefinisikan dengan
menentukan posisi dan momentumnya. Jika dipilih koordinat kartesian, maka keadaan
suatu partikel dapat dinyatakan dalam 6 koordinat, yaitu 3 koordinat posisi (x,y,z) dan 3
koordinat momentum (px, py, pz). Ruang yang menggambarkan keadaan suatu partikel
dengan cara tersebut dikenal sebagai ruang fase, yang memiliki 6 koordinat yang saling
tegak lurus. Untuk suatu asembel yang terdiri atas N partikel, diperlukan 6N koordinat.
Dikatakan kita bekerja dalam ruang fase 6N (Γ6N).
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 14

Jika masing-masing partikel dalam suatu asembel diberi label i=1 sampai
dengan i=N, maka elemen volume dalam ruang 6N dinyatakan sebagai berikut:

dΓ = dx dy dz dp dp dp ...dx dy dz dp dp dp
6N 1 1 1 x1 y1 z1 N N N xN yN zN
N N (1-10)
= ∏ dx dy dz dp dp dp = ∏ (dΓ )i
i =1 i i i xi yi zi i =1

Dengan (dΓ)i adalah elemen volume dalam ruang 6 dimensi untuk partikel ke-i. Ruang
dimaksud adalah ruang yang dibatasi oleh x→ x+dx, y→ y+dy, z→ z+dz, px→ px+dpx,
py→ py+dpy, serta pz→ pz+dpz.

Pz

volume kulit
dp
bola adalah
4πp2 dp

Py

Px

Gambar 1.4: Representasi momentum dalam koordinat bola. Banyaknya keadaan momentum yang bisa
dimiliki partikel dengan momentum yang besarnya antara p dan p+dp berbanding lurus dengan volume
kulit bola dalam ruang momentum yang berjari-jari p dan tebal dp.

Dalam situasi fisis yang sebenarnya, kerapatan partikel tidak bergantung pada
ruang spasialnya, sehingga kita dapat mengintegralkan komponen spasial dan
menyatakan ruang fase dari partikel ke-i dalam komponen kecepatannya (dengan
membuang indeks bawah i)

dΓ = V dp dp dp , (1-11)
x y z
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 15

di mana V adalah volume ruang spasial. Dengan memanfaatkan hubungan p=mv, kita
dapatkan elemen ruang fase dalam komponen kecepatan sebagai berikut

dΓ = V m 3 dv dv dv (1-12)
x y z
Untuk satu pertimbangan praktis, sering dipilih koordinat bola untuk menyajikan
momentum. Pendekatan ini sama dengan mencari elemen volume kulit bola yang jari-
jarinya p dan tebalnya dp. Dengan mengintegrasikan seluruh variabel dan
menyisakannya untuk p, elemen volume untuk partikel ke-i yang momentumnya antara
p dan p+dp dapat disajikan sebagai berikut:

dΓ = V dp p dθ p sin θ dϑ . (1-13)
Selanjutnya, dengan mengintegrasikan komponen angulernya, akan diperoleh
V
∆Γ( p ) = ∫ dΓ = 4π p 2 V dp . (1-14)
0
Bentuk terakhir adalah penyajian elemen volume ruang 6 dimensi yang dinyatakan
dalam momentum. Dengan memanfaatkan hubungan p=mv dan p=(2mε)1/2, diperoleh
elemen volume dalam bentuk laju v dan energi ε, sebagai berikut:

∆Γ (v ) = 4π m 3 V v 2 dv (1-15)
3 / 2 1/ 2
∆Γ (ε ) = 2π V (2m ) ε dε (1-16)
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 16

Ringkasan

1. Ada 3 pendekatan untuk memahami sistem banyak partikel, yaitu pendekatan termodinamika,
pendekatan teori kinetik, dan pendekatan fisika/mekanika statistik. Pada fisika statistik, sifat-
sifat makroskopik suatu sistem seperti temperatur T, tekanan p, energi E, dan lain-lain
diturunkan dari pengetahuan mengenai keadaan partikel-partikel penyusunnya. Kata sifat
statistik menunjukkan bahwa hasil-hasil dalam metode ini diperoleh dengan jalan mengambil
nilai rata-rata dari keadaan banyak partikel. Keberhasilan fisika statistik dalam menurunkan
hukum-hukum termodinamika dan teori kinetik menempatkan kedua ilmu tersebut sebagai
cabang fisika statistik.

2. Pentingnya pendekatan fisika statistik dapat dilihat dari alasan berikut, (i) kemustahilan kita
untuk memahami perilaku tiap partikel dalam suatu sistem yang terdiri atas banyak partikel, (ii)
adanya sistem fisis yang tidak bisa dianalisis secara satu lawan satu, (iii) adanya fluktuasi pada
sistem mikroskopik., serta (iv) adanya partikel fisis yang saling pengaruh.

3. Ada dua sifat individual partikel yang mempengaruhi perilaku statistik sistem banyak
partikelnya, yaitu keterbedaan antar partikel serta mau tidaknya berkeadaan sama. Berdasarkan
kedua sifat tersebut, dikenal tiga jenis partikel, yaitu partikel 1 klasik, yaitu boltzon, serta 2
partikel kuantum, yaitu boson dan fermion. Partikel klasik adalah partikel identik yang
terbedakan satu sama lain serta mau berkeadaan sama, boson adalah partikel identik yang tak
terbedakan satu sama lain serta mau berkeadaan sama, sedang fermion adalah adalah partikel
identik yang tak terbedakan satu sama lain serta tidak mau berkeadaan sama.

4. Keadaan suatu partikel pada suatu waktu tertentu dapat didefinisikan dengan menentukan posisi
(3 koordinat) dan momentumnya (3 koordinat), sehingga secara keseluruhan sebuah partikel
dinyatakan dalam 6 koordinat. Dengan demikian, suatu sistem yang terdiri atas N partikel dapat
diinyatakan dalam 6N koordinat. Biasanya distribusi partikel tidak tergantung pada posisinya
sehingga, jika dipakai koordinat bola dan dalam variabel momentum p, ruang fasenya dapat
V
dinyatakan sebagai ∆Γ( p) = ∫ dΓ = 4π p 2 V dp .
0
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 17

Soal Latihan

1. Sebutkan persamaan dan perbedaan antara pendekatan termodinamika dan pendekatan fisika statistik.
Apakah kelebihan dan kekurangan masing-masing metode? Metode mana yang lebih tepat bagi
fisikawan?
2. Fisika statistik dimulai dengan membuat anggapan tentang sifat-sifat partikel penyusun materi.
Bagaimana kebenaran anggapan tersebut dapat dinilai?
3. Termodinamika membahas keadaan setimbang sedang fisika statistik memabahas keadaan dengan
peluang maksimum. Jelaskan bagaimana keadaan dengan peluang maksimum dapat dihubungkan
dengan keadaan setimbang.
4. Mengapa partikel klasik diasumsikan memiliki sifat terbedakan dan mau berkeadaan sama? Mengapa
boson dianggap tak terbedakan dan mau berkeadaan sama? Mengapa pula fermion tak terbedakan
dan tidak mau berkeadaan sama?
5. Mengapa tidak ada partikel dengan sifat terbedakan dan tidak mau berkeadaan sama?
6. Mengacu pada soal no. 8, partikel manakah yang memiliki kemungkinan susunan terbesar (bila
jumlah partikel dan jumlah keadaan yang tersedia sama)?
7. Dalam fisika statistik dikenal dikenal tiga jenis distribusi, yaitu distribusi Maxwell-Botzman (MB),
Bose-Einstein (BE), dan Fermi-Dirac (FD). Jika masing-masing distribusi dinamakan menurut
penggagasnya, distribusi manakah yang lebih dahulu dikenal? Mengapa muncul dalam urutan
demikian?
8. Pada umumnya, lebih mudah -bila memungkinkan- untuk menggunakan statistik klasik dibanding
statistik kuantum. Di bawah syarat apakah suatu partikel kuantum dapat diperikan dengan baik oleh
statistik MB?
9. Inti atom seringkali diperikan sebagai aliran meson pi yang dipertukarkan secara sinambung antar
nukleon. Jenis statistik apakah yang dipenuhi oleh meson pi?
10. Termasuk partikel apakah deuteron?
Abdurrouf Sistem Banyak Partikel -- 18

Anda mungkin juga menyukai