Anda di halaman 1dari 19

Tugas Kelompok

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN POST OP DIABETES


MELLITUS
DI RUANG MENUR RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

Disusun untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1

Silvia Salwa I4B019047


Mega Angraeni I4B019040
Hanifa Humanisa I4B019020
Nur Ahmad Yanu Saputra I4B019014
Tiana Dwi I4B019015
Labaryo Sihite I4B019030

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang
kemudian disertai dengan adanya berbagai kelainan metabolik yang dapat
diakibatkan oleh adanya gangguan hormonal sehingga dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi kronik pada berbagai macam organ yaitu mata,
saraf, ginjal, pembuluh darah yang disertai lesi pada membrane basalis 2 dengan
menggunakan pemeriksaan dalam mikroskop (A. Mansjoer dkk, 2005).
Indonesia menurut International Diabetes Federation (2017) memiliki
kecenderungan meningkat pada epidemic diabetesnya. Indonesia sendiri
memasuki peringkat ke enam di dunia dengan jumlah penderita Diabetes usia
antara 20-79 tahun yaitu sekitar 10,3 juta orang setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko.
Gejala klinis yang khas pada Diabetes Melitus yaitu terdiri dari poliuria,
polidipsia, polifalgia, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan gejala klinis tidak khas pada penyakit Diabetes Melitus yaitu di
antaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, penglihatan kabur,
disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita. Pemeriksaan glukosa
darah abnormal dilakukan satu kali pada pasien yang memiliki gejala klinis khas
penyakit diabetes mellitus, sedangkan 2 kali pemeriksaan glukosa darah
abnormal dilakukan apabila pasien tidak di memiliki gejala klinis khas penyakit
diabetes mellitus. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga kriteria yaitu jika
keluhan klasik ditemukan maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200
mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM, jika keluhan klasik
ditemukan, dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL, bila ada
keraguan perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan mengukur
kadar glukosa darah 2 jam setelah minum 75 g glukosa (Purnamasari, 2009).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk
mengetahui asuhan keperawatan yang dapat di gunakan terhadap pasien post op
Diabetes Mellitus.
BAB II. ISI

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS

Tanggal : 24 September 2019 Alamat : Brakas Rt/03, Rw/01


Jam : 14.30 WIB No RM : 00754386
Nama : Ny. T Diagnosa Medis : Post op dekubitus
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Pekerjaan Suami : Petani

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien dengan keluhan nyeri post operasi terasa cenat-cenut pada bagian
kaki kiri dengan skala nyeri 4 dan hilang timbul.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan bahwa keluhan sudah dirasakan sejak satu minggu yang
lalu. Pasien mengatakan bahwa bermula karena luka saat memasak, namun
luka tersebut melebar. Pasien sempat dirawat ke puskesmas dan dirujuk ke
rumah sakit lalu di bawa ke IGD Rumah Sakit Goeteng Tarunadibrata pada
tanggal 19 September 2019. Setelah dicek hasil laboratorium, pasien
dijadwalkan untuk operasi pada tanggal 23 September 2019 pukul 10:00-
10.30.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengatakan tidak ada penyakit dimasa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit.
Genogram Ny.T

Keterangan :
Laki-laki
42 th 40 th Perempuan
25 th 23 th ........ Tinggal bersama
Pasien
Meninggal

C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Persepsi kesehatan & pola manajemen kesehatan
Sebelum sakit : Pasien menganggap bahwa dengan kebiasaan rutin ibu
rumah tangga dan pekerjaan sudah cukup tidak harus
berolahraga seperti jalan santai maupun senam.
Tidak mengkonsumsi alkohol atau tidak merokok
Pada saat sakit : Aktivitas rumah tangga pasien terganggu, pasien
mengatakan lebih sering didalam rumah, pasien tidak
berolahraga, tidak mengkonsumsi alcohol dan tidak
merokok dan pasien mengkonsumsi obat yang telah
diresepkan dokter

2. Pola Nutrisi – Metabolik


Sebelum sakit : Pasien mengatakan kurang mengkonsumsi sayuran, buah-
buahan dan sedikit daging. Pasien mengatakan sering
memakan makanan manis dan dingin. Pasien mengatakan
makan 3 kali sehari dengan porsi nasi setengah piring dan
minum sebanyak 2 botol air mineral sebanyak 250ml
Pada saat sakit : Pada saat sakit hanya minum air putih sebanyak 5 aqua
gelas setiap harinya. Pasien hanya mengkonsumsi makanan
yang diberikan oleh ahli gizi. Pasien tidak mengalami
penurunan nafsu makan sebelum dan sesudah sakit. Pasien
tidak mengalami kesulitan dalam menelan dan tidak
menggunakan gigi palsu.

3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Sebelum sakit psaien buang air besar sebanyak dua kali
sehari dan tidak keras
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami muntaber
dan masuk ke IGD
Pada saat sakit : Pasien mengatakan belum buang air besar selama satu
minggu. Saat pengkajian pasien terpasang kateter, warna
urin pekat, dan sejumlah 100cc.

4. Pola Aktivitas Latihan


Pasien mengatakan aktivitas yang dilakukan saat sebelum sakit
mulai dari mandi, memakai baju, memasak, makan dan membersihkan
rumah mampu mengerjakannya sendiri tanpa memerlukan bantuan
oranglain. Pasien sebelum sakit dapat melakukan ibadah dengan lancar
dan mengikuti pengajian di lingkungan sekitar rumah. Namun, setelah
post op segala aktivitasnya memerlukan bantuan oranglain bahkan
kesulitan dalam bergerak, ibadah terganggu, dan tidak mengikuti
pengajian di lingkungan sekitar rumahnya.
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit pasien tidak mengalami masalah tidur dan tidur
cukup 6-10 jam setiap harinya dari pukul 22.00-06.00 WIB, tidak tidur
siang, dan tidak mengkonsumsi obat tidur. Namun pada saat sakit pasien
tidur siang dari pukul 10.00-12.00 siang, tidur malam hanya dua jam dan
tidak bisa tidur kembali, serta lampu tetap harus di nyalakan. Ketika
pasien mengalami sulit tidur, hal yang dilakukan adalah duduk sampai
merasa ngantuk. Pasien tidak mengonsumsi obat tidur.
6. Pola Persepsi Kognitif
Sebelum sakit pengambilan keputusan di rumah adalah suami,
sedangkan pada saat sakit yang mengambil keputusan adalah anak
pertama dengan usia 25 tahun. Pengambilan keputusan diambil oleh anak
pertama karena anaknya sangat mementingkan kondisi kesehatannya
ibunya. Pasien tidak mendengarkan saran suami karena takut untuk
melakukan cek kesehatan. Pasien tidak mengalami gangguan alat indera.
Pasien menngatakan tidak nyaman karena nyeri post op pada bagian kaki
kiri.
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Pasien pertama kali mengalami luka pada awal bulan Agustus
tahun 2018 dan tidak langsung pergi ke klinik kesehatan, karena pasien
menganggap bahwa luka yang dialaminya adalah luka biasa. Sebelum
sakit pasien mengatakan sering mengikuti kegiatan sosial seperti
pengajian dilingkungan rumahnya. Pasien mengatakan menerima dengan
kondisi yang sedang dialaminya dan menginginkan untuk sembuh.
8. Pola Peran Hubungan
Peran sebagai istri dilakukan secara mandiri pada saar sebelum
sakit, sedangkan pada saat sakit peran tersebut diambil oleh suaminya.
Sebelum sakit pasien rutin untuk mengikuti pengajian di lingkungan
rumahnya, sedangkan pada saat sakit pasien tidak melakukan kegiatan
tersebut. Pasien mengatakan tinggal bersama anak beserta suami. Saat
dilakukan pengkajian terlihat beberapa keluarganya sedang menunggu
pasien. Pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan dalam
keluarga dibicarakan dengan musyawarah. Pasien juga mengatakan
banyak teman, tetangga dan saudaranya datang mengunjungi. Pada saat
sakit pasien berharap untuk cepat sembuh.
9. Pola Seksualitas Reproduksi
Pasien melakukan aktivitas seksual sebelum sakit ketika pasien
tidak merasa lelah dan tidak melakukan aktivitas seksual pada saat sakit
dikarenakan rasa sakit yang dirasa. Pasien mengatakan tidak
menggunakan alat kontrasepsi
10. Pola koping-toleransi stress
Pasien tidak pernah melakukan cek kesehatan sebelum sakit dan
tidak pernah mencari informasi terkait penyakit. Pada saat sakit, pasien
melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan yang mencari informasi
terkait penyakitnya adalah anak pertamanya. Pasien melakukan dzikir
pada saat sebelum sakit dan pada saat sakit untuk mengurangi rasa
gelisah yang sedang di rasa. Pasien mengatakan kesulitan untuk bergerak
dan mendapat dukungan dari suami beserta keluarga. Pasien tidak merasa
bersalah kepada keluarganya akibat sakitnya tersebut.
11. Pola nilai kepercayaan
Pasien berasal dari suku jawa. Pasien mengatakan bahwa agama,
keluarga dan kesehatan merupakan penting bagi pasien. Pasien rutin
untuk melakukan ibadah dan mengikuti pengajian di lingkungan
rumahnya, sedangkan pada saat sakit pasien mengatakan bahwa
mengalami keterbatasan untuk melakukan ibadah. Pasien merasa bahwa
sakit yang diberikan merupakan cobaan dan teguran dari yang Maha
Kuasa, sehingga pasien berpasrah diri kepada yang Maha Kuasa.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
1. GCS : E4M6V5 (Composmentis) 3. Tekanan Darah 130/90
2. BB/TB :70kg/ 155cm mmHg
4. Suhu 36 ⁰C
5. Respirasi 19 x/menit
6. Nadi 80x/menit
Head to toe
1. Kepala
a. Kepala bulat, rambut lepek, berkeringan banyak
b. Kondisi mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, dan tidak nyeri pada saat di tekan
c. Hidung simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada obstruksi dan inflamasi
d. Telinga simetris, tidak ada serumen dan tidak ada luka maupun nyeri
saat ditekan.
e. Bibir pucat, lidah tidak kotor, tidak menggunakan kawat gigi, dan
nafas tercium bau.
2. Toraks
a. Tidak ada retraksi dinding dada, simetris, tidak ada lesi, tidak ada
krepitasi, tidak ada nyeri tekan, sonor di kedua lapang paru dan
pernafasan vesikuler.
b. Terdapat suspect kardiomegali pulmo, perkusi terdengar pekak dan
suara jantung lub dub tidak ada bunyi tambahan.
3. Abdomen
Tidak ada jejas, suara bising usus normal 12x/menit, saat perkusi timpani,
tidak ada nyeri tekan dan tidak hepatomegali.
4. Ekstermitas
Terdapat luka pada bagian kaki kiri post op, tampak pucat, luka berbau,
akral teraba hangat, CRT <3 detik
5. Genitalia
Pasien terpasang kateter dan terdapat keputihan pada saat pelepasan
kateter.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Sinus Takikardi
2. Foto Torax : Pre operasi (Suspek kardiomegali pulmo)
3. Laboratorium : 24 September 2019 pukul 08:18 WIB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN Metode


Gula Darah 243.0 Mg/dL 100-150 Hexokinase
Sewaktu

F. TERAPI
Injeksi : Indikasi : Infus :
Ceftriaxone 2x1 Antibiotik NaCL, Asering
Ondansenton 2x1 Mual, muntah 20 tpm
Ketorolac 2x1 Nyeri Tranfusi :
Novarapid 3x10 unit Obat gula PRC 1 Kantong
Omeprzole 2x1 am Nyeri perut

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Analisis Data
Data Etiologi Problem
DS :
- Pasien mengatakan terdapat luka di kaki sebelah kiri Faktor mekanik Kerusakan
akibat ulkus DM (tindakan invasif) integritas kulit
DO:
- Terlihat luka bekas operasi dekubitus diarea kaki
sebelah kiri
DS:
- Pasien mengatakan belum Buang Air Besar (BAB) Perubahan Konstipasi
selama seminggu kebiasaan makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak kurang minum
- Bising usus 12x permenit
DS: Agen cidera Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri post operasi biologis
Pengkajian nyeri
P: Post operasi
Q: Nyeri seperti cenat-cenut
R: Nyeri pada kaki sebelah kiri
S: Skala nyeri 4
T: Nyeri yang dirasakan berupa hilang timbul (muncul
jika diberi obat injeksi atau ganti infus)
- Pasien tampak lemas dan pucat
- Terdapat luka di bagian kiri
DS: Pola tidur tidak Gangguan pola
- Pasien mengatakan tidur malam hanya 2 jam menyehatkan tidur
- Pasien mengatakan sulit untuk tidur kembali
- Pasien mengatakan tidur harus drngan lampu menyala
- Pasien mengatakan sulit untuk tidur karena sakitnya
- Pasien mengatakan tidak puas dengan tidurnya dan
tidak merasa puas dengan istirahatnya
DO :
- Pasien tampak pucat, lemas, dan tampak gelap pada
daerah bawah mata
DS: Asupan cairan kurang Defisiensi
- Pasien mengatakan selama sakit menjadi kurang volume cairan
minum
DO:
- Urin tampak berwarna coklat pekat kehitaman
- Pasien tampak lemas

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan berdasarkan hasil pengkajian yaitu:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
(prosedur invasif).
2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pola tidur yang
tidak menyehatkan.
5. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang
III. Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1. Kerusakan NOC : Skin surveillance
integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Inspeksi kondisi luka insisi bekas operasi 1. Untuk mengetahui kondisi luka
1x24 jam, diharapkan integritas kulit pasien dan luka dekubitus akibat bedrest dan operasi dan luka decubitus akibat
meningkat. Dengan indikator sebagai berikut: imobilitas fisik bedrest dan mobilitas fisik
Indikator awal akhir
Penyatuan luka 4 3 2. Observasi warna, suhu, edema, dan 2. Untuk mengetahui warna, suhu,
adekuat tekstur kulit diarea luka edema dan tekstur kulit diarea
Temperatur 4 3 luka
kulit area luka
normal 3. Monitor tanda-tanda infeksi terutama 3. Untuk mengetahui apakah ada
Tidak terdapat 4 3 diarea luka bekas insisi dan luka dekubitus tanda-tanda infeksi pada daerah
pus diarea luka luka

Keterangan : Wound care


1 : tidak ada 1. Catat karakteristik luka 1. Untuk mengetahui karakteristik
2 : terbatas luka
3 : sedang
4 : besar 2. Bersihkan luka dengan menggunakan 2. Untuk mengurangi bakteri yang
5 : sangat besar NaCl ada di luka

3. Keluarkan pus jika terdapat pus diarea 3. Untuk mempercepat


luka penyembuhan luka

4. Pelihara kesterilan area luka ketika 4. Untuk mengurangi terpaparnya


melakukan perawatan luka mikroorganisme

5. Berikan antiseptik (betadine) pada luka 5. Untuk mempercepat


bekas operasi dan luka dekubitus untuk penyembuhan luka
mencegah infeksi serta berikan obat
topikal pada luka dekubitus untuk
mempercepat pengeringan luka 6. Untuk mengurangi terpaparnya
mikroorganisme
6. Lakukan penutupan luka pada luka bekas
operasi dengan menggunakan kasa steril

2. Konstipasi NOC : fungsi gastrointestinal NIC :


A. Manajemen nutrisi (1100)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan berkurangnya keparahan 1. Menentukan status gizi 1. Untuk mengetahui status gizi
efek gangguan yang diamati atau dilaporkan dari
fungsi gastrointestinal terhadap fungsi sehari- 2. Mengajarkan mengenai kebutuhan 2. Menambahkan pengetahuan
hari. Dengan indikator sebagai berikut: nutrisi terkait kebutuhan nutrisi
Indikator awal akhir
Nafsu makan 2 4 3. Pastikan diet tinggi serat untuk 3. Meningkatkan pengetahuan
Frekueni BAB 3 3 mencegah kontipasi terkait diet tinggi serat
Warna feses 2 3
4. Menganjurkan untuk memantau kalori 4. Untuk mengetahui seberapa
Konsistensi 2 3 dan intake makanan banyak intake makanan yang
feses sudah masuk ke dalam tubuh
Jumlah feses 2 3 B. Manajemen saluran cerna (0430)
Bising usus 2 3
Warna cairan 2 3 1. Memonitor buang air besar termasuk 1. Untuk mengetahui frekuensi,
lambung frekuensi, konsistensi, bentuk, volume konsistensi, bentuk, volume dan
Glukosa darah 1 2 dan warna warna feses

Keterangan : 2. Memonitor bising usus 2. Untuk mengetahui bising usus


1 : sangat terganggu normal/tidak
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu 3. Memasukkan supositoria rektal sesuai 3. Untuk melancaran pengeluaran
4 : sedikit terganggu dengan kebutuhan feses
5 : tidak terganggu
4. Mejelaskan makanan tinggi serat. 4. Menambahkan pengetahuan

3. Nyeri akut NOC: tingkat nyeri NIC : Manajemen nyeri (1400)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan 1. Untuk mengetahui sejauh mana
3x24 jam diharapkan level nyeri pasien karasteristik nyeri. tingkat nyeri dan merupakan
berkurang dengan kriteria hasil sebagai berikut: indiaktor secara dini untuk
Indikator Awal Akhir dapat memberikan tindakan
Melaporkan nyeri 3 4 selanjutnya
Ekspresi nyeri 4 4
2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab 2. Informasi yang tepat dapat
Mengeluarkan 2 4 nyeri. menurunkan tingkat kecemasan
keringat pasien dan menambah
Kehilangan nafsu 3 4 pengetahuan pasien tentang
makan nyeri
Keterangan:
1: sangat berat
2: berat 3. Ajarkan tehnik untuk pernafasan 3. Napas dalam dapat menghirup
3: sedang diafragmatik lambat / napas dalam. O2 secara adequate sehingga
4: ringan otot-otot menjadi relaksasi
5: tidak ada sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri

4. Observasi tanda-tanda vital (tekanan 4. Deteksi dini terhadap


darah). perkembangan kesehatan pasien

5. Ajarkan metode farmakologi untuk 5. Mengurangi nyeri dengan cara


menurunkan nyeri. minum obat.

4. Gangguan NOC : tidur (0004) NIC : peningkatan tidur


pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan gangguan pola tidur yang 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang 1. Memberikan informasi untuk
diamati atau dilaporkan terhadap fungsi sehari- cukup selama sakit meningkatkan pengetahuan
hari. Dengan indikator sebagai berikut: pasien
Indikator awal akhir
Jam tidur 1 4 2. Mencatat pola tidur pasien dan jumlah 2. Untuk mengetahui pola tidur
Pola tidur 2 4 jam tidur pasien dan jam tidur pasien
Kualitas tidur 2 4
Efiiensi tidur 2 4 3. Mencatat kondisi fisik pasien 3. Untuk mengetahui kondisi fisik
Perasaan segar 1 4 (nyeri/ketidaknyamanan dan frekuensi dan frekuensi buang air kecil
setelah tidur buang air kecil) pada saat tidur.
Keterangan :
1 : sangat terganggu 4. Anjurkan pasien untuk menghindari 4. Untuk mengurangi gangguan
2 : banyak terganggu makanan dan minuman sebelum tidur pada saat tidur
3 : cukup terganggu yang dapat mengganggu tidur
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu 5. Menentukan efek dari obat yang 5. Untuk mengetahui apakah obat
dikonsumsi pasien memberikan efek mengganggu
Indikator awal Akhir tidur pasien
Tidur yang 2 4
terputus 6. Mengajarkan relaksasi otot (mengurangi 6. Untuk meningkatkan
ketegangan otot) kenyamanan dan memberikan
Buang air kecil 3 4
ketenangan bagi pasien
dimalam hari
Keterangan :
7. Anjurkan pasien untuk tidur siang 7. Untuk menambahkan frekuensi
1 : berat
tidur supaya terpenuhi
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan 8. Mengatur pencahayaan lingkungan 8. Memberikan kenyamanan pada
5 : tidak ada untuk mempertahankan siklus tidur. pasien saat tidur

5. Defisiensi NOC : eliminasi urin (0503) NIC : manajemen cairan (4120)


volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan eliminasi urin yang 1. Menjaga intake dan asupan yg akurat 1. Supaya intake dan asupan
diamati atau dilaporkan terhadap fungsi sehari- dan catat tetap terjaga
hari. Dengan indikator sebagai berikut:
Indikator awal akhir 2. Untuk mengetahui keadaan
Bau urin 2 3 2. Monitor status hidrasi pasien
Jumlah urin 2 3
Warna urin 2 3 3. Meningkatkan kebutuhan akan
Intake cairan 2 4 3. Berikan cairan dengan tepat cairan yang dibutuhkan pasien

Keterangan :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
IV. Implementasi
No Hari/Tgl Jam Dx Implementasi Respon Paraf
1. Senin siang Konst Mejelaskan kepada pasien agar lebih banyak Subyektif :
ipasi mengkonsumsi makanan tinggi serat. Pasien mengatakan akan mulai mengkonsumsi
makanan tinggi serat, misalnya sayuran dan
buah-buahan yaitu pepaya.
Obyektif :
Pasien kooperatif saat di berikan penkes
mengenai makanan tinggi serat yang harus di
konsumsi.
Senin siang Nyeri Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri. Subyektif :
Akut - P : luka post op
- Q : cenut-cenut
- R : di kaki sebelah kiri
- S:4
- T : kadang-kadang
Obyektif :
Pasien terlihat menahan sakit jika kaki sebelah
kirinya di gerakkan.
2. Selasa pagi Kerus Menginspeksi kondisi luka insisi bekas operasi dan luka Subjektif :
akan dekubitus akibat bedrest dan imobilitas fisik Pasien mengatakan tidak nyaman pada kaki yang
Integr ada lukanya.
itas Obyektif :
Kulit Luka tampak

Kerus Memberikan antiseptik (betadine) pada luka bekas Subyektif :


akan operasi dan luka dekubitus untuk mencegah infeksi serta Pasien menahan nyeri saat perawatan luka
Integr berikan obat topikal pada luka dekubitus untuk Obyektif :
itas mempercepat pengeringan luka Luka tampak
Kulit
Nyeri Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / Subyektif :
Akut napas dalam. Pasien mengatakan bahwa dapat melakukan
teknik nafas dalam secara mandiri
Obyektif :
Pasien kooperatif saat di ajarkan teknis nafas
dalam.
Konst Memonitor bising usus pada pasien Obyektif :
ipasi Bising usus terdengar 12x/menit
3. Rabu pagi Kerus Memberikan antiseptik (betadine) pada luka bekas Subyektif :
akan operasi dan luka dekubitus untuk mencegah infeksi serta Pasien menahan nyeri saat perawatan luka
Integr berikan obat topikal pada luka dekubitus untuk Obyektif :
itas mempercepat pengeringan luka Luka tampak
Kulit
V. Evaluasi

No. Waktu Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


1 Rabu, 25 Kerusakan integritas Subjektif:
september Obyektif:
kulit berhubungan
2019 A:
Pukul dengan faktor mekanik Indikator Awal Akhir Tujuan
(prosedur invasif). Penyatuan luka adekuat 4 3 3
Temperatur kulit area luka normal 4 3 3
Tidak terdapat pus diarea luka 4 3 3
P : Lanjutkan intervensi selanjutnya dengan perawatan penggantian balut serta control ke instansi
kesehatan
2 Selasa, 24 Konstipasi berhubungan dengan Subyektif:
September faktor mekanik (prosedur invasif). Obyektif:
2019 A:
Pukul Indikator Awal Akhir Tujuan
Nafsu makan 2 4 4
Frekueni BAB 3 3 3
Warna feses 2 3 3
Konsistensi feses 2 3 3
Jumlah feses 2 3 3
Bising usus 2 3 3
P : Lanjutkan pemberian asupan makanan yang mengandung tinggi serat
3 Selasa, 24 Nyeri akut berhubungan dengan Subyektif:
september agen cidera biologis Obyektif:
2019 A:
Pukul Indikator Awal Akhir Tujuan
Melaporkan nyeri 3 4 4
Ekspresi nyeri 4 4 4
Mengeluarkan keringat 2 4 4
Kehilangan nafsu makan 3 4 4
P : Lanjutkan intervensi selanjutnya dengan beristirahat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang kemudian disertai
dengan adanya berbagai kelainan metabolik yang dapat diakibatkan oleh adanya gangguan
hormonal. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga kriteria yaitu jika keluhan klasik
ditemukan maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM, jika keluhan klasik ditemukan, dilakukan pemeriksaan glukosa
darah puasa ≥ 126 mg/dL. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny.T antara lain
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (prosedur invasif), konstipasi
berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal, nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis, gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pola tidur
yang tidak menyehatkan, defisiensi volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang.
Oleh sebab itu, tindakan keperawatan yang dapat diberikan diantaranya mejelaskan kepada
pasien agar lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat, mengkaji tingkat nyeri, lokasi
dan karasteristik nyeri, menginspeksi kondisi luka insisi bekas operasi dan luka dekubitus
akibat bedrest dan imobilitas fisik, memberikan antiseptik (betadine) pada luka bekas operasi
dan luka dekubitus untuk mencegah infeksi serta berikan obat topikal pada luka dekubitus
untuk mempercepat pengeringan luka, mengajarkan tekhnik untuk pernafasan diafragmatik
lambat / napas dalam, serta memonitor bising usus pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai