Tugas Manajemen
Tugas Manajemen
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Disusun Oleh:
Kelompok 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas rahmat dan
kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Makalah ini sebagai
tugas untuk memenuhi kompetensi dan kemampuan mahasiswa dari Mata Kuliah
Manajemen Keperawatan di Semester VII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan pada
khususnya dan masyarakat luar pada umumnya. Penyusun berharap makalah ini dapat
mengembangkan wawasan mahasiswa keperawatan dalan dunia pendidikan Ilmu
Keperawatan.
Tidak pernah penyusun menganggap tulisan ini sempurna karena manusia memang
tidak ada yang sempurna, ibarat sebuah pepatah “tiada gading yang tak retak”. Maka,
biarlah ini menjadi awal dari masukan-masukan yang bermanfaat bagi penyusun nantinya.
Banyak bantuan dalam bentuk riil dan moriil yang penulis terima. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kesuksesan sebuah manajemen tergantung pada jenis dan kualitas tanggapan yang
berkembang pada para pekerja dimana upaya-upaya manajemen diterapkan. Oleh
karenanya, manajemen keperawatan sangat perlu untuk dipandang dari sudut teori
system secara umum. Manajemen keperawatan digambarkan sebagai rangkaian kejadian
yang saling berhubungan, yang meliputi tenaga, bahan dan informasi.
Tujuan dari adanya Pola Manajemen dalam suatu institusi kesehatan diantaranya adalah;
1. Untuk membuat persiapan rutin tujuan diantara pekerja di tingkat yang berbeda
dalam hierarki organisasi.
1.4 MANFAAT
3) Perawat yang sudah terorganisir pekerjaannya akan lebih cepat mencapai tujuan
yang diinginkan.
4) Moral perawat lebih tinggi dalam institusi yang memakai manajemen dibandingkan
dengan institusi yang otokratis karena pekerja sedikit mengalami sedikit kekesalan
yang dibebankan pada diri sendiri dibanding lewat tekanan yang berasal dari luar.
5) Staff yang diatur melalui sasaran lebih mudah dipantau disbanding pekerja dalam
lembaga yang diatur secara tradisional.
Metode yang digunakan penulis dalam menyelesaikan tugas ini adalah dengan
menggunakan metode analisis deskripsi dengan pemecahan masalah dari berbagai
sumber referensi, baik itu internet maupun text book.
BAB II
TINJAUAN TEORI
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Intensive = 2 x 4 = 8 jam
125% pada formula ini diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat di Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak ke arah
tindakan non keperawatan sehingga perlu ditambahkan jumlahnya, selain itu
diasumsikan bahwa kinerja keperawatan oleh perawat Indonesia masih 75%.
Mutu asuhan kesehatan sebuah RS akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan
outcome system pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji
dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan
tingkat efisiensi RS.Ada beberapa aspek penting yang perlu dikaji jika ingin
membahas indikator mutu pelayanan RS.
1. Aspek Struktur
Struktur adalah semua masukan (input) untuk system pelayanan sebuah RS yang
meliputi tenaga, peralatan,dana,dsb. Ada sebuah asumsi yang mengatakan bahwa
jika struktur system RS tertata dengan baik, akan lebih menjamin mutu
asuhannya. Baik tidakya struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas,
biaya (efisiensi), mutu dari masing-masing komponen struktur.
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnuya yang
mengadakan interaksi secara professional dengan pasiennya. Interaksi ini diukur
antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakkan
diagnose, rencana dan tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakit dan prosedur pengobatan.
Dalam hal ini dianut asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi
menjalankan “standards of a good practice” yang diterima dan diakui akan
semakin tinggi pula mutru asuhan terhadap pasien. Baik tidaknya pelaksanaan
proses pelayanan di rumah sakit dapat diukur dari tiga aspek yaitu, relevan
tidaknya proses itu bagi pasien, efektifitas prosesnya, dan kualitas interkasi
asuhan terhadap pasien.
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap
pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan medis
meliputi :
Presentase pemakain tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.Indikator ini
memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit.
Rumus :
Rumus :
Frekuensi pemakain tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya pertahun)
tempat tidur RS. Indikator ini akan memberikan gambaran tentang tingkat
pemakain tempat tidur di sebuah RS.
Rumus :
4. Turn Over Interval (TOI)
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi
berikutnya.Indikator ini juga memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur.
Rumus :
Angka kematrian diatas 48jam setelah dirawat di rumah sakit untuk tiap-tiap 100
penderita yang keluar dari RS.
Rumus :
Angka kematian umum penderita keluar rumah sakit. Standar nasional GDR
<3%
Rumus :
Rumus :
Rumus :
BAB III
ANALISA KASUS
Sebuah rumah sakit swasta bernama “X” berkapasitas 250 tempat tidur yang terletak di Kota
Bandung telah berdiri sejak 15 tahun yang lalu, dipimpin oleh seorang direktur utama, ahli
administrasi lulusan Universitas Technology of Sydney (UTS). Rumah sakit (RS) ini
memiliki 12 spesialisasi bidang keilmuan kedokteran, namun belum terakreditasi, dan
memperkerjakan 327 tenaga perawat, 156 non keperawatan (administrasi dan lain-lain), 16
dokter umum, 2 dokter bedah, 1 dokter anesthesia, dan 30 dokter spesialis (berbagai
spesialisasi) terdaftar di RS ini.
Pada lima tahun terakhir, kondisi ketenagaan (SDM) dan pelayanan yang diberikan makin
memprihatinkan, turn over tenaga perawat mencapai 19%, dokter-dokter spesialis banyak
yang pindah ke RS lain. Sedangkan yang masih terdaftar pun hanya bertahan dengan
memperlihatkan kinerja yang buruk, sering datang terlambat atau sangat terlambat dalam
menangani pasien-pasiennya, serta yang paling mencemaskan adalah mereka tidak memiliki
waktu yang cukup untuk mendengarkan keluhan pasien dengan baik. Akibatnya tingkat
hunian (BOR) pada tiga tahun terakhir ini menurun drastis hingga 47%.
Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam dewasa, dengan kapasitas 35 tempat tidur. BOR
(Tingkat HUnian) dalam 3 bulan terakhir 75%; sebaran tingkat ketergantungan sebagai
berikut : Tingkat ketergantungan mandiri 30%, ketergantungan sebagian 50%, dan
ketergantungan total 20% dari BOR.
Dalam tahun 2010 jumlah libur hari nasional adalah 16 hari, hari minggu 52, perawat
mendapat hak cuti selama 12 hari kerja pertahun, dan kemungkinan sakit diperhitungkan
sekitar 7 hari dalam satu tahun, dan cuti karena hal lain sekitar 3 hari dan jam kerja
produktif adalah 7 jam selama 6 hari.
Untuk memperbaiki pelayanan kepada pasien, saat ini direncanakan ruangan tersebut akan
dibentuk dalam bentuk model keperawatan profesional yang akan dipilih yaitu metode tim,
fungsional, atau MPKP.
Data ketenagaan yang ada adalah : kualifikasi pendidikan 2 orang perawat ners,, 13 orang
dengan ahli madya keperawatan.
Learning Objective :
PEMBAHASAN
1. Analisis SWOT
Ket :
Ket :
Ket :
(365-90) x 7
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di suatu unit atau ruangan harus
ditambah 20% untuk antisipasi kekurangan atau cadangan :
22 orang+20% = 26 orang
Perhitungan PPNI :
Jadi total jam asuhan adalah 26 jam+55,25 jam+36,25 jam = 117,5 jam
41 minggu x 40 jam
Ket :
TP = Tenaga Perawat
A = Rata-rata jam asuhan
TT = Tempat Tidur
125% pada formula ini diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukann
oleh perawat di Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak ke arah
tindakan non keperawatan sehingga perlu ditambahkan jumlahnya. Selain itu,
diasumsikan bahwa kinerja perawat oleh perawat Indonesia masih 75%.
41 x 40
a. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swanburg, 1990, h 71).
- Shift pagi = 47% x 17 = 7,99 8 orang
- Shift sore = 36% x 17 = 6,17 6 orang
- Shift malam = 17% x 17 = 2,89 3 orang
b. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Helath Care Inc :
- S1 keperawatan = 58% x 17 = 9,86 10 orang
- D3 keperawatan = 26 % x 17 = 4,42 4 orang
- SPK = 16% x 17 = 2,72 3 orang
(Total care)
Pagi = 7 orang
Sore = 5 orang
Malam = 11 orang +
23 orang
86 x 23 = 6,66 7 orang
297
Jadi, jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas per hari ;
= 23+3+7
= 33 orang
Pada kenyataannya, jumlah ketenagaan yang ada adalah 2 orang perawat ners dan
13 orang ahli madya. Maka untuk memenuhi kekurangan tenaga diperlukan perekrutan
tenaga keperawatan baru.