Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASKEB V (PATOLOGI)

PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN


PERSALINAN
“ASMA”
Dosen Pengampu : Deisy Rumengan, S.ST

Disusun oleh :

1. Tri Dewi Susilowati


2. Riane M. Tinangon
3. Riri Regita Mangkat

AKADEMI KEBIDANAN BUNDA

KOTA KOTAMOBAGU

2011

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat
dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Asma” ini. Penulisan makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb Patologi. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari penulisan
makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami berharap saran dan kritik
untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberi manafaat bagi penulis sendiri dan pembaca (pihak yang memerlukan).

Kotamobagu, Maret 2011

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi ........................................................................ 3
B. Etiologi ......................................................................... 4
C. Faktor Predisposisi ...................................................... 5
D. Tanda dan Gejala ........................................................ 6
E. Komplikasi ................................................................... 6
F. Patofisiologi ................................................................. 8
G. Pemeriksaan Fisik ....................................................... 10
H. Penetalaksaan ............................................................. 12

BAB III. PENUTUP ................................................................................. 8

A. Kesimpulan ................................................................... 13
B. Saran ............................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 1

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma terdapat 3,4 – 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan
nafas sangat sering terjadi pada wanita hamil. Perjalanan asma
selama kehamilan sangatlah bervariasi bisa tidak ada perubahan,
bertambah buruk atau malah membaik dan akan kembali ke kondisi
seperti sebelum hamil setelah tiga bulan melahirkan. Pengaruh
kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita
tidaklah sama, bahkan pada seseorang penderita asma serangannya
tidak sama pada kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya.
Biasanya serangan muncul pada usia kehamilan 24 – 36 minggu,
dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pada asma yang tidak terkontrol selama kehamilan akan
mempunyai efek yang serius baik bagi ibu maupun bagi janin.
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah
kemungkinan pre-eklampsia, eklampsia, perdarahan vagina dan
persalinan premature, sedangkan komplikasi terhadap bayi adalah
intra uterine growth retardation, bayi premature dan meningkatkan
kemungkinan resiko kematian perinatal. Oleh karenanya pasien
hamil dengan asma harus dianggap sebagai pasien dengan
kehamilan resiko tinggi. Tujuan penatalaksanaan pasien asma dalam
kehamilan harus meliputi : pencegahan eksaserbasi akut,
mengontrol symptoms, mengurangi inflamasi saluran nafas,
memelihara fungsi paru rata- rata mendekati normal.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang sering dijumpai dalam klinik dalam mengobati
penderita asma, umumnya dapat digolongkan pada 3 hal :
1. Masalah diagnosis

4
Stellman 1982, mendapatkan sepertiga dari penderita asma
kronis tidak didiagnosis sebagai asma bronkial walaupun pada
sebagian kecil penderita ini sukar dibedakan satu sama lain.
2. Penilaian berat penyakit
Kesalahan menilai derajat dan beratnya penyakit yang berakibat
pengobatan tidak adekuat merupakan masalah terbesar.
Kebanyakan terjadi kurang penilaian dan undertreatment
dibandingkan dengan overtreatment.
3. Masalah pengobatan atau penatalaksanaan
Umumnya akibat kesalahan penilaian (asesmen) beratnya
penyakit, pengetahuan mengenai obat obat anti asma dan cara
pemakaian yang terutama pada ibu hamil

C. Tujuan Penulisan
Pada tinjauan pustaka ini kami akan mengulas terutama
tentang asma pada kehamilan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan
dengan obstruksi reversible dari spasme, edema, dan produksi
mucus dan respon yang berlebihan terhadap stimuli. (Varney, Helen.
2003).
Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa
penyempitan bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa di mana
ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang. (Sylvia Anderson
(1995 : 149)
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang
melibatkan sel eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag
yang ditandai dengan wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk,
dada terasa tertekan dapat pulih kembali dengan atau tanpa
pengobatan (Cris Sinclair, 1994)
Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan
napas terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala
periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk
yang ditemukan pada wanita hamil. Asma yang terkendali dengan
baik tidak memiliki efek yang berarti pada wanita yang hamil,
melahirkan ataupun menyusui. Asma mungkin membaik, memburuk
atau tetap tidak berubah selama masa hamil, tetapi pada
kebanyakan wanita gejala-gejalanya cenderung meningkat selama
tiga bulan terakhir dari masa kehamilan. Dengan bertumbuhnya bayi
dan membesarnya rahim, sebagian wanita mungkin mengalami
semakin sering kehabisan nafas. Tetapi ibu-ibu yang tidak menderita
asmapun mengalami hal tersebut karena gerakan diafragma/sekat
rongga badan menjadi terbatas. Adalah penting untuk memiliki

6
sebuah rancang tindak asma dan ini harus ditinjau kembali secara
teratur selama masa kehamilan.

B. Etiologi
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan
oleh semacam reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal
terhadap allergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi
kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada
orang-orang yang peka. Allergen menyebabkan otot saluran nafas
menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain
produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi
membengkok. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa
sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada
sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres
dan hamil merupakan salah satu stress secara psikis dan fisik,
sehingga daya tahan tubuh selama hamil cenderung menurun, daya
tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan
tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh.
Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu asma intrinsik dan asthma ektrinsik.
1. Asma ektrinsik (atopik) ditandai dengan reaksi alergik terhadap
pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti :
tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-
obatan serta bahan-bahan alergen yang lain.
2. Asma intrinsik (non atopik) ditandai dengan mekanisme non
alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik
seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat sebagai iritan
seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca,
aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-
faktor intrinsik lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 1991 ).

7
C. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
bronkiale atau sering disebut sebagai faktor pencetus adalah :
1. Alergen
Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat
menimbulkan serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau
debu rumah (Dermatophagoides pteronissynus) spora jamur,
serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan
sebagainya.
2. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga
penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh
infeksi saluran nafas (Sundaru, 1991).
3. Stress
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan
suatu keadaan stress yang akan merangsang HPA axis. HPA
axis yang terangsang akan meningkatkan adeno corticotropic
hormon (ACTH) dan kadar kortisol dalam darah. Peningkatan
kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA).
Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel
radang menurun yang direspon oleh tubuh sebagai suatu bentuk
inflamasi pada bronkhus sehingga menimbulkan asma
bronkiale.
4. Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan
serangan asthma bila melakukan olah raga atau aktifitas fisik
yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda paling mudah
menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena
kegiatan jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah

8
olah raga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang
serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.
5. Obat-obatan
Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap
obat tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan
sebagainya.
6. Polusi udara
Pasien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap
pabrik / kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil
pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan kerja
Diperkirakan 2 – 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya
adalah lingkunagn kerja (Sundaru, 1991).

D. Tanda dan Gejala


Keluhan yang biasanya dirasakan saat terjadi asma, yaitu :
1. Nafas pendek
2. Nafas terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma
adalah terdengar bunyi wising yang timbul saat menghembuskan
nafas.
3. Kadang-kadang batuk kering menjadi salah satu penyebabnya
4. Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pasa usia
kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu dan pada akhir
kehamilan serangan jarang terjadi.

E. Komplikasi
Asma sewaktu kehamilan terutama asma yang berat dan tidak
terkontrol dapat menyebabkan peningkatan resiko komplikasi
perinatal seperti preeklampsi, kematian perinatal, prematur dan berat
badan lahir rendah. Pada asma yang sangat berat dapat
mengakibatkan kematian ibu. Mekanisme yang dapat menerangkan

9
ini adalah hipoksia akibat dari asma yang tidak terkontrol, akibat
pengobatan asma, atau faktor patogenetis. Walaupun beberapa
mekanisme yang pasti belum diketahui tetapi dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa manajemen yang baik sewaktu kehamilan akan
memberikan hasil yang baik pada periode perinatal. Penelitian
Shiliang Liu terhadap 2193 wanita dengan asma dibandingkan
dengan 8772 wanita yang dipilih secara random sebagai kelompok
kontrol di Canada, menemukan bahwa asma pada ibu hamil secara
signifikan berhubungan dengan beberapa kondisi seperti kelahiran
preterm, bayi kecil atau besar dari usia kehamilan, preeklampsia,
hipertensi selama kehamilan, perdarahan antepartum,
korioamnionitis dan persalinan dengan seksio sesar. Kelainan
terhadap janin didapatkan bayi besar dari usia kehamilan 12,4%,
bayi kecil dari masa kehamilan 12,2% dan persalinan preterm 10%.
Efek pada ibu : Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak
terkontrol adalah kemungkinan :
1. Abortus
2. Perdarahan vagina
3. Persalinan premature
4. Solusio plasenta 2,5%
5. Korioamnionitis 10,4%
Efek pada janin :
Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
1. Menurunnya aliran darah pada uterus
2. Menurunnya venous return ibu
3. Kurva dissosiasi oksiHb bergeser ke kiri
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
1. Menurunnya aliran darah ke tali pusat
2. Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
3. Menurunnya cardiac output

10
Asma yang tidak ditangani dapat menyebabkan BBLR (Berat
badan Lahir rendah). Jika ibu sering mengalami serangan asama
selama hamil, maka dapat menyebabkan suplai oksigen ke janin
yang sangat diperlukan sel darah merah untuk mengangkut nutrisi ke
janin menjadi teganggu sehingga janin dapat mengalami hipoksia
dan pertumbuhannya menjadi terhambat (IUGR). Terhadap ibu
didapatkan juga beberapa keadaan seperti preeklampsia 3,3%,
hipertensi selama kehamilan 8%, solusio plasenta 2,5%,
korioamnionitis 10,4% dan persalinan dengan seksio sesar 26,4%.
Oleh karena itu diperlukan perhatian ekstra terhadap ibu dan janin
pada wanita hamil dengan asma.

F. Patofisiologi
Pada asma akut, obstruksi akut disebabkan oleh kontraksi otot
polos bronkus, meningkatnya sekresi lender, dan radang saluran
nafas serangan ini dipicu oleh stimulasi yang beragam misalnya
infeksi saluran nafas menghirup tepung sari atau bahan kimia, udara
dingin atau kelembapan. Penyempitan bronkus terjadi sebagai
respon terhadap infeksi yang diperantai saraf vagus atau akibat dari
kerja zat-zat yang dilepaskan oleh sel mast terhadap otot polos, atau
sebagai akibat kedua dari mekanisme itu penyempitan bronkiolus
meningjkatkan resistensi saluran nafas, menurunkan kecepatan
aliran gas, dan menyebabkan terperangkapnya udara.
Ketidaksesuaian ventilasi/perfusi yang diakibatkannya menimbulkan
hipoksemia, yang mula-mula merangsang pernafasan,
mengakibatkan hiperventilasi yang ditunjukan oleh suatu PaCO2
yang rendah dan alkalosis pernafasan akut.
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi
terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan
membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan.
Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan

11
lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen
presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC,
alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan
signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk
berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E
(IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai
pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru
menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali
atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat
oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil.
Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan
didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel.
Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-
mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of
anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of
anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan
timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos baik
saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan
menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang
berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah
semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar
mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut
menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak
merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas
ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan
asidosis pada tahap yang sangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen
B. 1994, William R.S. 1995 )

12
G. Pemeriksaan fisik
1. Riwayat
Pasien dengan riwayat asma yang telah berlangsung sejak lama
ditanya sejak kapan, derajat serangan-serangan sebelumnya.
Penggunaan kortikosteroid yang telah lalu, riwayat sering dirawat
di rumah sakit, riwayat ventilasi mekanik yang pernah dialami,
atau perawatan di ruang rawat darurat yang baru dialami dapat
memberikan petunjuk bagi adanya serangan lebih parah atau
membandel yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
2. Pemeriksaan Fisik
Serangan yang parah dicurigai dari adanya sesak nafas pada
waktu istirahat, kesulitan mengucapkan kalimat, diaforesis atau
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan. Kecepatan respirasi
lebih besar dari 30 kali/menit, nadi berdenyut lebih cepat dari 120
kali/menit dan pulsus paradoksus yang lebih besar dari 18 mmHg
menunjukkan serangan berat yang berbahaya. Gejala yang
ditemui : wheezing sedang sampai bronkokonstriksi berat.
Bronkospasme akut dapat bergejala obstruksi saluran nafas dan
menurunnya aliran udara. Kerja system pernafasan menjadi
meningkat drastis dan pada pasien dapat dilihat gerakan dada
yang tertinggal, wheezing atau kesukaran bernafas. Peristiwa
berikutnya pada refleks oksigen primer terjadi reflek ventilasi
perfusi yang tidak sepadan karena distribusi dari saluran udara
(bronchus) secara merata tidak terjadi.
3. Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan fungsi paru seringkali normal dalam masa remisi.
Selama masa serangan akut dan kadang-kadang ketika tidak ada
simptom, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1)
berkurang dan juga kapasitas vital paksa (FVC) mengalami
penurunan yang secara proporsional lebih kecil sehingga
perbandingan FEV1 terhadap FVC menjadi berkurang (< 0,75).

13
Dapat juga dijumpai hiperinflasi dengan kenaikan volume residual
(FRC).
4. Pemeriksaan-pemeriksaan Laboratorium
a. Spirometri
Pengukuran yang objektif terhadap aliran udara sangat
penting dalam evaluasi dan terapi terhadap serangan.
Perawatan di rumah sakit dianjurkan bila FEV1 inisial kurang
dari 30% dari harga normal atau tidak meningkat hingga
paling sedikit 40% dari harga normal setelah diberikan terapi
kuat selama 1 jam.
b. Gas-gas Darah Arteri (GDA)
Ketimpangan ventilasi dan perfusi (ketimpangan V/Q) akibat
obstruksi jalan nafas akan menimbulkan peningkatan selisih
tekanan oksigen alveolar-arterial [P(A-a) O2] yang berkorelasi
secara kasar dengan keparahan serangan. Tekanan oksigen
arterial (Pa O2) kurang dari 60 mmHg bisa merupakan tanda
suatu serangan akut atau keadaan yang menyulitkan. Hampir
semua pasien asma yang mengalami serangan ringan hingga
sedang-berat akan mengalami hiperventilasi dan mempunyai
tekanan CO2 arterial (Pa CO2) kurang dari 35 mmHg. Pada
serangan berat atau yang berlangsung lama Pa CO2 bisa
meninggi sebagai akibat dari kombinasi obstruksi berat jalan
nafas, perbandingan V/Q yang tinggi menyebabkan
peningkatan ventilasi, dan kelelahan otot-otot pernafasan. Pa
CO2 yang meninggi bisa merupakan tanda bagi kegagalan
pernafasan yang sedang mengancam. Pa CO2 lebih besar
dari 40 mmHg yang berkelanjutan dan disertai tanda-tanda
lain asma berat, hendaknya dikelola dalam unit perawatan
intensif dengan evaluasi yang seksama untuk mengetahui
perlu tidaknya diberikan intubasi atau ventilasi mekanik.

14
c. Foto Thorax
Foto Thorax perlu dilakukan ringan. Pertimbangkan usia
kehamilan

H. Penatalaksanaan
a. Mencegah timbulnya stress
b. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin semacamnya yang
dapat menjadi pencetus timbulnya serangan
c. Pada penderita asma ringan dapat digunakan obat local yang
berbentuk inhalasi atau peroral seperti isoproterenol
d. Serangan asma yang ringan diatasi dengan pemberian
bronkodilator hirup misalnya isoproterenol yang akan
memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru. Tetapi
obat ini tidak boleh terlalu sering digunakan.
e. Serangan asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infus
aminofilin. Serangan asma yang sangat berat (status asmatikus)
diatasi dengan pemberian infus kortikosteroid. Jika terdapat
infeksi, diberikan antibiotik.
f. Setelah suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung
teofilin untuk mencegah serangan lanjutan. Bronkodilator dan
kortikosteroid banyak digunakan oleh ibu hamil dan tidak
menimbulkan masalah yang berat.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma terdapat 3,4 – 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan
nafas sangat sering terjadi pada wanita hamil. Perjalanan asma
selama kehamilan sangatlah bervariasi bisa tidak ada perubahan,
bertambah buruk atau malah membaik dan akan kembali ke kondisi
seperti sebelum hamil setelah tiga bulan melahirkan.
Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik
jalan napas terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan
gejala periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan
batuk yang ditemukan pada wanita hamil

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
membantu penulis dalam memperbaiki penyusunan makalah sejenis
di waktu yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tampubolon GEM. Penatalaksanaan Asma yang Terkendali (online).


Available from:
http://members.fortunecity.com/bheru/referat/0012/gand2000.htm

Dahlan Z. Masalah Asma di Indonesia dan Penanggulangannya (online).


Available from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05MasalahAsma121.pdf/05Masa
lahAsma121.pdf

Setiawati L, Makmuri, Santosa G. Inhalasi pada Penatalaksanaan Asma


Anak (online). Available from:
http://www.pediatrik.com/buletin/20060220-2p9azx-buletin.pdf

Depkes RI. 2-5% Penduduk Indonesia Menderita Asma (online). Available


from:
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&si
d=2571&Itemid

Sundaru H. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Asma (online). Depkes RI.
Available from:.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&
artid=204&Itemid=3

http://johnrisapori.blogspot.com/2009/02/asma-bronkiale-pada-
kehamilan.html?zx=1fb11d95f86f78de

17

Anda mungkin juga menyukai