Makalah Kimia Bahan Galian
Makalah Kimia Bahan Galian
Oleh:
NIM: 20170111054009
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2019
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan Makalah Kimia Bahan Galian
yang berjudul “Batu Gamping atau Batu Kapur “. Makalah ini di susun berdasarkan
pengumpulan informasi baik dari makalah, media cetak maupun elektronik.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Kimia Bahan Galian Dr. Florida Doloksaribu, M.Si serta rekan kerja yang turut
memberikan masukan yang sangat membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan semua demi
penyempurnaan makalah ini, agar menjadi bahan diskusi yang menarik dan dapat
memberi manfaat bagi kami semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu Kapur atau calcium carbonate (CaCO3) terbentuk lebih dari dari 30
sampai 500 Juta Tahun yang lalu, yang berasal dari kerang, karang, ikan purba dan
kalsium yang mengendap dari dasar laut membentuk lapisan dari batuan kapur.
Tekanan dan panas dari Bumi selama Jutaan Tahun dapat memadatkan dan
mengkristalkan hal diatas menjadi batuan kapur, dimana tekanan yang lebih ekstrim
akan membatuk marmer. Batuan kapur (Limestone) dapat berubah menjadi “kapur
reaktif” apabila mendapatkan pemanasan sampai 900ᵒC, yang apabila dicampur
dengan air membentuk reaksi kimia menjadi Calcium Hidrokside (Ca(OH)2) an
apabila mengering akan kembali ke bentuk batu aslinya.
Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat
di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang.
Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan
hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum
ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan
mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit
(CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau
dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit
(Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3). Kalsium karbonat (CaCO3) dengan
kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak diperlukan dalam industri tapal gigi, cat,
3
farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain lain, baik sebagai bahan dasar maupun
bahan penolong.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Batu Gamping ?
2. Bagaimana proses pembentukan Batu Gamping ?
3. Apa manfaat Batu Gamping untuk kehidupan sehari-hari ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Batu Gamping
2. Untuk mengetahui proses pembentukan Batu Gamping
3. Untuk mengetahui manfaat dari Batu Gamping dalam kehidupan sehari-hari
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perngertian Batu Gamping (Batu Kapur)
Batu gamping ialah jenis batuan sedimen yang mengandung senyawa
korbonat. Secara umum batu gamping dikelompokkan berdasarkan mineral utama
pembentuk batu gamping yaitu kalsit (calcite (CaCO3)) atau dolomite (MgCa(CO3)2).
Pada umumnya batu kapur yang banyak terdapat adalah batu kapur yang mengandung
kalsit. Batu kapur memiliki warna putih, putih kekuningan, abu–abu hingga hitam.
Pembentukan warna ini tergantung dari campuran yang ada dalam batu kapur
tersebut, misalnya : lempung, kwarts, oksida besi, mangan dan unsur organik. Batu
kapur terbentuk dari sisa–sisa kerang di laut maupun dari proses presipitasi kimia.
Berat jenis batu kapur berkisar 2,6 -2,8 gr/cm3, dalam keadaan murni dengan bentuk
kristal kalsit (CaCO3), sedangkan berat volumenya berkisar 1,7 – 2,6 gr/cm3. Jenis
batuan karbonat dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu batu kapur (limestone)
dan dolomit(dolostone) (Boggs,1987).
Batu gamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya. Batu gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping non-klastik dan batu
gamping klastik.
Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain
dari Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batu gamping ini
sering juga disebut batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah
Koral.
Batu gamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-
klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir
sedimentasi.
Secara kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam
tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium . Kadar magnesium yang tinggi
mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia
CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga kini meyebutkan bahwa kadar Calsium
Oksida batu gamping di Jawa umumnya tinggi (CaO>50%). Selain magnesium batu
gamping kerapkali tercampur dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.
7
Pada umumnya batu gamping yang padat gamping yang padat dan keras
mempunyai berat jenis. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang
sarang (porus). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu -abu
tua, coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya disebabkan karena jumlah dan jenis
pengotor yang ada. Warna kemerahan disebabkan oleh mangan, oksida besi sedang
kehitaman karena zat organik. Batu gamping yang mengalami metamorfose berubah
menjadi marmer. Dibeberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya
didapatkan gua atau sungai bawah tanah yang terjadinya berkaitan erat dengan
kerjanya air tanah. Air hujan yang mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil
pembusukan zat organik dipermukaan setelah meresap kedalam tanah dapat
melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang rekahan. Reaksi kimia yang
berlangsung adalah :
Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadi rongga dalam bentuk gua atau
sungai bawah tanah.
Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium
karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, batu gamping sering
disebut juga dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut
"limestone". Batu gamping paling sering terbentuk di perairan laut dangkal. Batu
gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk
dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batu
gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan
kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut.
8
Batu gamping terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
1. Secara Organic
Sebagian besar batu gamping di alam terjadi secara organik, jenis ini
berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera
atau ganggang berasal dari kerangka binatang koral/kerang di bawah laut yang
bercampur dengan pasir atau lumpur sehingga terbentuk batu kapur.
2. Secara Mekanik
Untuk batu gamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya
tidak jauh berbeda dengan yang terjadi secara organic, yang membedakan
adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian
terbawa oleh arus dn biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
3. Secara Kimia
Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu gamping yang
terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut
ataupun air tawar.
Berdasarkan lokasi pembentukannya, batu kapur dibedakan menjadi 2 proses, yaitu:
1. Pembentukan batu kapur pada lingkungan laut
Kebanyakan batu gamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada
perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana
organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton
sebagai sumber bahan pembentuk batu gamping. Ketika organisme
tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk
sedimen yang selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batu gamping.
Produk sisa organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk
pembentukan sebuah massa sedimen. Batu gamping yang terbentuk dari
sedimen sisa organisme dikelompokan sebagai batuan sedimen biologis.
Asal biologis mereka sering terlihat oleh kehadiran fosil.
Beberapa batu gamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung
kalsium karbonat dari air laut. Batu gamping yang terbentuk dengan cara
ini dikelompokan sebagai batuan sedimen kimia. Batu gamping yang
terbentuk seperti ini dianggap kurang melimpah dibandingkan batu
gamping biologis.
9
2. Pembentukan batu kapur dilokasi gua (proses evaporasi)
Batu gamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit,
stalakmit dan formasi gua lainnya (sering disebut "speleothems") adalah
contoh dari batu gamping yang terbentuk melalui penguapan. Di sebuah
gua, tetesan air akan merembes dari atas memasuki gua melalui rekahan
ataupun ruang pori di langit-langit gua, kemudian akan menguap sebelum
jatuh ke lantai gua.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air
akan tersimpan di langit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini
dapat mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-
langit gua, deposit ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tetesan jatuh ke lantai
dan menguap serta tumbuh/berkembang ke atas (dari lantai gua)
depositnya disebut dengan stalakmit. Batu gamping yang membentuk
formasi gua ini dikenal sebagai "travertine" dan masuk dalam kelompok
batuan sedimen kimia.
10
ini mempunyai kesan butiran kurang dari 10 % dan pada batuan ini tidak
ditemukan adanya fosil.
Tekstur dari batuan ini adalah non kristalin, karena mineralnya
penyusunnya tidak berbentuk kristal, dengan memperhatikan tekstur
batuan ini dapat disimpulkan bahwa batuan ini terbentuk dari adanya
pelarutan batuan asal yang merupakan material–material penyuplai
terbentuknya batuan ini adapun batuan asal dari batuan ini adalah seperti
pelarutan terumbu karang.
Keterdapatan batuan ini biasanya dapat ditemukan disekitar pinggiran
pantai, adapun asosiasi dari batuan ini adalah batupasir karbonatan dan
packtone. Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai reservoir dalam
pencarian minyak bumi.
b) Wackestone
Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang
mengandung lebih dari 10% allochems dalam matriks lumpur karbonat. Ini
adalah bagian dari klasifikasi Dunham batuan karbonat. Dalam klasifikasi
banyak digunakan lain karena Folk ,deskripsi yang setara akan, misalnya,
oopelmicrite, dimana allochems yang dimaksud adala hooids dan peloids.
Wackstone merupakan lumpur didukung batu kapur yang mengandung
butiran karbonat lebih dari 10% (lebih besar dari 20 mikron)
"mengambang" dalam matriks lumpur halus-halus kapur.
c) Bounstone
Bounstone merupakan hubungan antar komponen tertutup yang
berhubungan dengan rapat (oolite). Karbonat batuan menunjukkan tanda-
tanda terikat selama pengendapan (Dunham,1962). Boundstone merupakan
batu kapur yang terikat oleh ganggang, karang, atau organisme uniseluler
lainnya ketika dia terbentuk. Boundstone ditemukan didaerah sekitar
terumbu karang, dan daerah yang terumbu karang 2,5-3 juta tahun lalu,
tapi mungkin dikelilingi lahan kering. Tergantung pada cara bahan organik
telah diatur dalam sedimen ketika batu itu terbentuk dan jenis bahan
organik itu, boundstone dapat diklasifikasikan sebagai framestone,
bindstone, atau bafflestone. Mereka memiliki tiga subdivisi:
11
Framestone
Organisme dari organik fosil, biasanya dalam karang laut, yang
terjadi berdekatan dengan spons ini terikat oleh kerak mikroba dan
pasir yangmengeras. Dan ruang antara bertahap diisi dengan pasir ,
sedimen, dan kristalkalsit. Dalam waktu yang lama, air surut dan
struktur itu terus menerus terkenaudara, dan penyemenan alami
dari padat sedimen diawetkan sisa-sisa bahan organik sebagai fosil.
Bindstone
Hasil organisme yang mengikat sedimen sehingga lepas
bersama-sama, ditandai dengan adanya dispersi. Yang mengikat di
bindstone pada umumnya adalah ganggang, yang bersama-sama
dengan lapisan lumpur dan kalsit dengan besar pori-pori yang
disebabkan oleh gelembung gas yang menjadi terperangkap dalam
sedimen selama pembentukan. Stromatolit, berupa gundukan fosil
alga berlapis dan sedimen, yang bentuk paling umum dari
bindstone. Bindstone kebanyakan berorientasi secara vertikal.
Bindstone merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dari
boundstone.
Bafflestone:
Terikat oleh sedimen berdinding tebal berupa karang
berbentuk paralel sehingga hanya sedimen halus yang
melewatinya. Akibatnya, komposisi bafflestone, selain karang
fosil, sebagian besar pasir alami-semen dan lumpur. Pasir ini terdiri
dari kalsit homogen dan lumpur terdiri dari campuran residu
tertinggal setelah lumpur karbonat yang disaring. Struktur unik dari
bafflestone yaitu terbentuk pada dan di sekitar koloni-vertikal
tumbuh karang, dan karena itu terbatas pada individu kecil.
d) Grainstone
Grainstone merupakan hubungan antar komponen-komponen tanpa
lumpur sehinggasering disebut batuan karbonat bebas lumpur, yang
didukung butir. Dunham(1962) , batuan ini berasal :
Grainstone terbentuk pada kondisi energ iyang tinggi, butiran
produktif lingkungan di mana lumpur tidak dapatterakumulasi,
12
terdapat pada arus yang putus butir dan melewati lumpur pada
lingkungan. Grainstones mempunyai tekstur berpori dan dikenal
sebagaikarbonat yang terdapat pada sekitar pantai.
e) Packstone
Packtone merupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah betolit. Butir-
bitirnyad idukung batuan karbonat berlumpur (Dunham, 1962). Lucia
(1999) dibagi packstones ke dalam lumpur yang didominasi (ruang pori
total dipenuhiumpur) dan yang didominasi (beberapa ruang pori antar butir
bebas darilumpur) packstones. Lumpur menunjukkan proses energi yang
lebihrendah , sedangkan kelimpahan butir menunjukkan proses energi
yang lebihtinggi . menurut Dunham (1962) asal packstones:
packstone berasal dariwackestones dipadatkan,
berasal dari proses akibat dari infiltrasi lumpur awal atau akhir dari
sebelumnya disimpan lumpur bebas sedimen,
terbentuk dalam air yang tenang, atau
hasil pencampuran dari berbagailapisan sedimen. Di mana butirnya
yang sangat besar, Embry dan Klovan(1971) contohnya karbonat
rudstones.
13
Menurut Embry dan Klovan (1971), batu gamping diklasifikasikan menjadi:
a. Allochthonus
Allochtonus berarti jika komponen atau material terlihat terikat secara
organis tidak selama proses deposisi. Dan pada batuan mengandung material-
material yang berukuran lebih dari 2 mm sebanyak lebih dari 10%, batuan
yang bersifat allochtonus oleh Embry & Klovan (1971) dibagi lagi menjadi 2,
yaitu :
Matrix supported
Yaitu jika batuan mengandung material-material yang berukuran lebih dari
2 mm namun masih bersifat matrix supported atau antar butiran fragmen
tidak saling bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya
adalah Mudstone (Floatsone)
Component supported
Yaitu jika batuan mengandung material-material yang berukuran lebih dari
2 mm lebih dari 10% dan bersifat somponent supported atau antar butiran
fragmennya saling bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya adalah
Wackedstone (Rudstone).
b. Autochtonus
Berbeda dengan allochtonus, Autochtonus merupakan material-
material yang terikat secara organis selama proses deposisi. Hal ini lebih
dikarenakan adanya aktivitas organisme pada saat proses deposisi sedimen
yang mengakibatkan material-material terikat dan terkompaksi menjadi
batuan.
14
adalah Bafflestone. Bafflestone adalah tekstur batuan karbonat yang terdiri
dari organisme penyusun yang cara hidupnya menadah sedimen yang jatuh
pada organisme tersebut.
Tekstur ini dijumpai pada daerah dengan energi sedang, batuan ini
biasanya terdiri dari kerangka koral yang sedang dalam posisi tumbuh
(branching and growth position of coral) dan diselimuti oleh lumpur
karbonat.
15
3) Klasifikasi Batu Gamping Menurut Folk (1959)
Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini
adalah bahwa proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan
batupasir, begitu juga dengan komponen-komponen penyusun batuannya, yaitu :
a. Allochem Analog hasil presipitasi kimia atau biokimia dengan pasir atau
gravel pada batupasir. Ada empat macam allochem yang umum dijumpai
yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet.
b. Microcrystalline calcite ooze Analog dengan matrik pada lempung atau
matrik lempung pada batupasir. Disebut juga micrite (mikrit) yang
tersusun oleh butiran berukuran 1- 4 pm.
c. Sparry calcite (sparit) Analog sebagai semen. Pada umumnya dibedakan
dengan mikrit karena kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan
pengisi rongga antar pori.
b) Coquina
Coquina merupakan sebuah batu gamping kasar yang tersemenkan, yang
tersusun oleh sisa-sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada
daerah pantai dimana terjadi pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran
16
yang sama oleh gelombang laut. Pada era 400 tahun lalu, coquina dipakai
sebagai bahan yang baik untuk membuat benteng, dikarenakan sifatnya yang
lembut mengakibatkan bola meriam tenggelam didalamnya. Material ini juga
digunakan sebagai paving material menjadi komponen shell atau karang
fragmen, terkadang digunakan sebagai hiasan lanscape. Coquina yang
mengandung fosfat dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
c) Fossiliferous Limestone
d) Lithographic Limestone
e) Oolitic Limestone
f) Travertine
17
deposit seperti stalaktit, stalakmit dan flowstone. Travetine sering digunakan
sebagai bahan bangunan. Bangsa Romawi menggunakan travetine sebagai
bangunan candi, saluran air, monumen, kompleks mandi, amphiteater dan
colosseum, bangunan terkenal di Italia juga sebagian besar dibangun dari
travetine. Travetine adalah salah satu dari batu alam yang digunakan sebagai
paving teras dan tanaman jalan, dan yang paling umum sebagai ukiran ubin
untuk instalasi lantai.
g) Tufa
Tufa merupakan sebuah batu kapur yang dihasilkan oleh pengendapan air
kalsium sarat dengan air panas, danau atau lokasi lainnya. Proses geotermal air
panas terkadang menghasilkan sejenis (kurang berpori) deposit karbonat
travetine atau disebut sebagai meteogene travetine. Tufa saat ini dibentuk
sebagai wadah tanaman. Konsitensi berpori yang membuat tufa ideal untuk
perkebunan alpine. Endapan modern dan fosil tufa yang berlimpah dengan
tanaman lahan basah ditandai dengan komponen macrobiological besar dan
berpori dapat berguna sebagai pembentukan saluran fluvial dan pengaturan
endapan fluvial.
18
3. Jenis-Jenis Batu Kapur Berdasarkan Hasil Produk:
Kapur kalsit (CaCO3)
Terdiri dari batu kapur kalsit. Proses pembentukannya yaitu batu kapur kalsit
ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.
Kapur dolomite [CaMg(CO3)2]
Terdiri dari batu kapur dolomite. Proses pembentukannya yaitu batu kapur
dolomite ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.
Kapur bakar, quick lime (CaO)
Merupakan batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk CaO.
CaCO3 + panas CaO + CO2
Kapur hidrat, slaked lime [Ca(OH)2]
CaO + H2O Ca (OH)2 + panas
(di beri air) kapur hidrat
19
Kapur hidrolis adalah kapur padam yang diaduk dengan air setelah
beberapa waktu campuran dapat mengeras baik didalam air maupun didalam
udara.
Terbentuk dari akumulasi dari cangkang, alga, karang dan sisa organisme lain.
Batu gamping dapat masuk dalam banyak tipe baik itu klastik, organik, maupun
kimia. Pada dasarnya, batu gamping adalah batuan yang tersusun oleh lebih dari 50%
mineral karbonat berupa mineral kalsit, aragonit, dan dolomit, sedangkan sisanya
dapat berupa mineral kuarsa, lempung dan mineral-mineral lainnya. Kebanyakan
orang awam menyebut batuan ini sebagai batu kapur. Sama seperti jenis batuan yang
lain, batu gamping ini juga memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan
jenis batuan lain.
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri batu gamping yang bisa dicermati.
Dengan memperhatikan ciri-ciri ini Anda bisa menyimpulkan apakah sebuah batu
termasuk sebagai batu kapur atau bukan.
1. Warna yang beragam
Jika beberapa jenis batuan lain memiliki warna yang kurang bervariasi,
maka tidak sama dengan batu gamping. Yang menjadi ciri khas dari batu ini
justru pada warnanya yang bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, hingga
coklat kemerahan bahkan kehitaman.
Warna ini timbul karena adanya mineral yang terkandung di dalam batuan
yang juga dikenal sebagai batu kapur ini. Variasi warna ini terutama
disebabkan oleh adanya pengotoran pada batuan tersebut.
20
seperti air hujan. Hasil pembusukan zat organik di permukaan tanah juga
menjadi salah satu cairan yang bisa menimbulkan reaksi pada batu ini.
21
3. Dalam bidang peternakan: Ayam membutuhkan kalsium karbonat untuk
menghasilkan kulit telur yang kuat, sehingga kalsium karbonat sering
ditawarkan kepada mereka sebagai suplemen makanan dalam bentuk "bubur
jagung ayam." Hal ini juga ditambahkan ke pakan dari beberapa sapi perah
yang harus mengganti sejumlah besar kalsium hilang saat hewan tersebut
diperah. Kapur juga digunakan untuk menghilangkan bau dan bakteri pada
kandang ternak.
4. Mine Safety: Juga dikenal sebagai "debu batu." Tumbuk kapur adalah bubuk
putih yang bisa disemprotkan ke permukaan batubara terbuka di tambang
bawah tanah. Lapisan ini meningkatkan pencahayaan dan mengurangi jumlah
debu batubara rilis ke udara. Hal ini dapat meningkatkan udara pada
pernafasan, dan juga mengurangi bahaya ledakan yang dihasilkan oleh partikel
debu batubara yang mudah terbakar di udara.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat
di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Prose pembentukan batu kapur berdasarkan letek pembentukan dibagi
menjadi 2 yaitu: 1. Pembentukann batu kapur dilingkungan laut akibat proses
sedimentasi binatang laut. 2. Pembentukan batu kapur di gua akibat proses evaporasi
karbonat.
Klasifikasi batu kapur memiliki 5 pendapat ahli mengenai batu kapur antara
lain:
1. Klasifikasi Batu Gamping Menurut Dunham (1962)
2. Klasifikasi Batu Gamping Menurut Folk (1959)
3. Klasifikasi Menurut Embry dan Klovan (1971)
4. Klasifikasi Batu Gamping Mount (1985)
5. Klasifikasi Batu Gamping Plumley et al (1962)
Jenis-jenis batu kapur memilliki beberapa nama menurut beberapa faktor
seperti:
1. Jenis batu kapur berdasarkan proses pembentukannya
2. Jenis-jenis batu kapur berdasarkan mineral pembentuknya
3. Jenis-jenis batu kapur berdasarkan hasil produk
4. Jenis-jenis batu kapur sebagai bahan bangunan
Kapur memiliki beberapa manfaat yang vital diberbagai bidang industri, hal
ini menjadi langkah strategis untuk mengembangkan kapur secara maksimal agar
penggunaannya nanti tidak hanya menjual barang mentah tetapi barang siap pakai.
23
DAFTAR ISI
https://dokumen.tips/documents/makalah-pertambangan-batu-kapur.html
http://www.academia.edu/7730372/Makalah-pembuatan-batu-kapur-yang-fix.pdf
24