Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN BETON PRATEGANG

Beton prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya ditarik/ditegangkan

terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan system kesetimbangan pada tegangan

dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton) yang akan meningkatkan kemampuan beton

menahan beban luar.

Karena beton cukup kuat dan daktail terhadap tekan dan sebaliknya lemah serta rapuh

terhadap tarikan maka kemampuan menahan beban luar dapat ditingkatkan dengan

pemberian pratekan (Collins & Mitchell, 1991).

Pengertian beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut:


a. Menurut PBI – 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan-
tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-
tegangan akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang yang dimana telah diberikan tegangan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban
yang bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar
dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu
tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.

B. PRINSIP DAN CARA KERJA BETON PRATEGANG

Untuk memberikan memberikan gaya konsentris pada beton prategang bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu :

a. Pre-tensioned Prestressed Concrete (pratarik), ialah konstruksi dimana tendon

ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton mengeras dan gaya
konsentris dipertahankan sampai beton cukup keras.Pada sistem penegangan

pratarik, sebelum beton dicor, baja pratarik terlebih dahulu ditarik diantara dua

dinding penahan dan diangkurkan pada ujung-ujung pelataran kerja. Kemudian

beton dicor dan setelah benar-benar mengeras (mencapai kekuatan beton yang

diinginkan), kabel-kabel diputuskan dari dinding penahan, sehingga gaya prategang

dipindahkan pada beton.

Tahap (A):

Kabel (tendon) prategang ditarik atau diberi gaya prategang kemudian diangker pada

suatu abutment tetap.

Tahap (B):

Beton dicor pada cetakan (formwork) dan landasan yang sudah disediakan

sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang dan

dibiarkan mengering.

Tahap (C):

Setelah beton mongering dan cukup umur dan kuat untuk menerima gaya prategang,

tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke beton.

Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton tersebut akan melengkung

ke atas sebelum menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok

beton tersebut akan rata.

b. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah konstruksi dimana

setelah betonnya cukup keras, barulah dberikan gaya konsentris dengan menarik

kabel tendon.Pada metode pascatarik, beton dicor terlebih dahulu, dimana

sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau tendon yang disebut duct.
Tahap (A):

Dengan cetakan (formwork) yang telah disediakan lengkap dengan

saluran/selongsong kabel prategang (tendon duct) yang dipasang melengkung sesuai

bisang momen balok, beton dicor.

Tahap (B):

Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang, tendon atau kabel

prategang dimasukkan dalam selongsong (tendon duct), kemudian ditarik untuk

mendapat gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang ini, salah satu ujung

kabel diangker, kemudian ujung lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi). Ada pula yang

ditarik di kedua sisinya dan diangker secara bersamaan. Setelah diangkur, kemudian

saluran di grouting melalui lubang yang telah disediakan.

Tahap (C):

Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang telah ditransfer

ke beton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya prategang tendon

memberikan beban merata ke balok yang arahnya ke atas, akibatnya balok

melengkung ke atas.

Karena alasan transportasi dari pabrik beton ke lokasi proyek, maka biasanya beton

prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental (balok

dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1 – 5 m),

kemudian pemberian gaya prategang dilaksanakan di lokasi proyek, setelah balok

segmental tersebut dirangkai.


C. TAHAP PEMBEBENAN

Tidak seperti beton konvensioanl, beton prategang mengalami beberapa tahap


pembebanan. Pada setiap tahap pembebanan harus dilakukan pengecekan atas kondisi
serat tekan dan serat tarik dari setiap penampang. Pada tahap tersebut berlaku tegangan
ijin yang berbeda-beda sesuai kondisi beton dan tendon. Ada dua tahap pembebanan pada
beton prategang, yaitu transfer dan service.

1. Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan dilakukan
penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya beban mati
struktur, yaitu berat sendiri struktur ditambah beban pekerja dan alat. Pada saat ini
beban hidup belum bekerja sehingga momen yang bekerja adalah minimum,
sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena belum ada kehilangan gaya
prategang.
2. Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton prategang digunakan sebagai
komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya prategang
dipertimbangkan. Pada saat ini beban luar pada kondisi yang maksimum sedangkan
gaya pratekan mendekati harga minimum.

D. MATERIAL BETON PRATEGANG

1. Beton adalah hasil dari pencampuran beberapa material berupa semen, air dan
agregat. dengan perbandingan berat campuran agregat kasar 44%, agregat halus 31%,
semen 18%, dan air 7%. setelah 28 hari beton akan mencapai kekuatan yang ideal
yang disebuta kuat tekan karakteristik. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang
telah melampaui 95% dari pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes
penekanan standar, yaitu dengan kubus ukuran 15x15 cm, atau siliner dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Beton yang digunakan untuk beton prategang
adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dengan nilai f’c minimal
30 Mpa.
2. Baja : material baja yang biasa digunakan dalam pembuatan beton prategang adalah
sebagai berikut K

 PC Wire, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan
sistem pratarik.
 PC Strand, biasanya digunakan untuk baja prategang untuk beton prategang dengan
sistem pascatarik.
 PC BAR, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan
sistem pratarik.
 Tulangan biasa, yaitu tulangan yang bisa dipakai untuk beton konvensional seperti
besi polos dan besi ulir

Beton Prategang memerlukan beton yang mempunyai kekuatan tekan yang lebih

tinggi pada usia yang cukup muda, dengan kekuatan tarik yang lebih tinggi

dibandingkan dengan beton biasa. Susut yang rendah, karakteristik rangkak minimum

dan nilai modulus yang tinggi pada umumnya dianggap perlu untuk batang prategang.

Kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan kubus 28 hari minimum yang

ditentukan dalam peraturan I.S. adalah 40 N/mm2 untuk batang pratarik dan 30 N/mm2

untuk batang pascatarik (N Krishna Raju, Beton Prategang Edisi Kedua, 1993). Kuat

tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan,

pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan.

Pemakaian beton berkekuatan tinggi dapat memperkecil dimensi penampang

melintang unsur-unsur struktural beton prategang. Dengan berkurangnya berat mati

material, maka secara teknis maupun ekonomis bentang yang lebih panjang dapat

dilakukan.

Baja Mutu Tinggi


Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum digunakan untuk menghasilkan gaya

prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Pemakaian baja mutu tinggi

ini dikarenakan tingginya kehilangan rangkak dan susut pada beton. Untuk

mendapatkan prategang efektif hanya dapat dicapai mengunakan baja mutu tinggi.

Tipe baja yang dipakai untuk beton prategang dalam prakteknya ada tiga macam, yaitu:

1) Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton

prategang dengan sistem pratarik (pre-tension).

2) Kawat untaian (strand), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton

prategang dengan sistem pasca tarik (post-tension).

3) Kawat batangan (bar), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton

prategang dengan sistem pratarik (pre-tension).

Untaian kawat (strand) untuk system prategang umumnya disesuaikan dengan

spesifikasi ASTM A-416. Yang digunakan adalah dua derajat, 1274 MPa dan 1860

MPa, dimana kata “derajat” menunjukan tegangan putus minimum yang dijamin. Pada

tabel di bawah akan ditunjukkan tipikal baja yang biasa untuk digunakan.

Table Strand stress relieved Standar dengan Tujuh kawat tanpa pelapis (ASTM-416)

Diameter Kekuatan Luas Beban


nominal Putus Nominal Minimum
Strand Pada
Pemuaian 1%
inchi mm kN mm2 kN
Derajat 250 (1720 MPa)
1/4 5,35 40 23,22 34
5/16 7,94 64,5 37,42 54,7
3/8 9,53 89 51,61 75,6
7/16 11,11 120,1 69,68 102,3
1/2 12,7 160,1 92,9 136,2
3/5 15,2 240,2 139,35 204,2
Derajat 270 (1860 Mpa)
3/8 9,53 102,3 58,84 87
7/16 11,11 137,9 74,19 117,2
1/2 12,70 183,7 98,71 156,1
3/5 15,24 260,7 140 221,5

E. KEUNGGULAN BETON PRATEGANG

Beton Prategang ( Prestressed concrete ) mempunyai beberapa keunggulan bila


dibandingkan dengan beton konvensional biasa, antara lain:

1. Kelebihan dari segi teknis :

 Terhindarnya retak terbuka didaerah tarik, sehingga beton prategang akan lebih
tahan terhadap korosi.
 Kedap air, bagus digunakan untuk proyek yang dekat dengan perairan.
 Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum beban rencana
bekerja, maka lendutan akhir setelah beban rencana bekerja, akan lebih kecil dari
pada beton bertulang biasa.
 Efisien karena dimensi penampang struktur akan lebih kecil atau langsing, sebab
seluruh luas penampang dipergunakan
 secara efektif.
 Jumlah penggunaan baja jauh lebih sedikit dari pada jumlah berat besi penulangan
pada konstruksi beton konvensional biasa.
 Ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap puntirnya meningkat.

kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk memproduksi beton
prategang itu sendiri, dan dari segi ekonomis beton prategang juga memiliki beberapa
kelebihan antara lain :

 Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang lebih sedikit
 Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton prategang sedikit.
 Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam jumlah besar
 beton prategang hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan, lebih tahan lama
karena, dapat membuat balok dengan bentang yang lebih panjang.
 Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu pelaksanaan
konstruksi.

Menurut T.Y. Lin dan Burns (1982), Ada tiga kosep dasar yang dipakai untuk

menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang, yaitu:

1) Sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis

sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis. Ini merupakan

buah pemikiran Eugene Freyssinet yang memvisualisasikan beton prategang pada


dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan

elastis dengan memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan

tersebut. Dari konsep ini lahirlah kriteria “tidak ada tegangan tarik” pada beton.

Dalam bentuk paling sederhana, balok persegi panjang yang diberikan prategang oleh

sebuah tendon yang melalui sumbu yang melalui titik berat dan dibebani oleh gaya

eksternal. Gaya tarik prategang P pada tendon menghasilkan gaya tekan P yang sama

pada beton yang bekerja pada titik berat tendon. Pada keadaan ini gaya berada pada

titik berat penampang beton. Akibat gaya prategang P, tegangan merata sebesar:

F = P/A

Dengan:

P = gaya prategang efektif

F = tegangan satuan

A = luas penampang

Akan timbul pada penampang seluas A. jika M adalah momen eksternal pada

penampang akibat beban dan berat sendiri balok, maka tegangan pada setiap titik

sepanjang penampang akibat M adalah:

F = (M × Y) / I

Dengan:

f = tegangan satuan

M = momen pada penampang

Y = jarak dari sumbu yang melalui titik berat

I = momen inersia pada penampang

Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:


F = (P / A) ± (M × Y) / I)

Di sini gaya resultan tekan P pada beton bekerja pada titik berat tendon yang berjarak e

dari c.g.c. Akibat gaya prategang yang eksentris, beton dibebani oleh momen dan beban

langsung. Jika momen yang dihasilkan oleh system prategang adalah P.e, dan tegangan-

tegangan akibat momen ini adalah:

F = (P × e × y) / I

Dengan, e = eksentrisitas titik berat tendon dari c.g.c (mm)

maka, distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:

F=P/A±P.e.y/A±M.y/I

F = P / A (1 ± e / k) ± M / Ak

2) Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton mutu tinggi

Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton. Konsep ini

mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja dan

beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton menahan

tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan

momen eksternal.

Pada beton prategang, baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton

bertulang biasa, beton di sekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan

baja digunakan. Oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap

beton. Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan

pada baja.
Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan ekonomis dari kedua bahan

dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya ditanamkan dalam bentuk seperti

pada beton bertulang biasa.

3) Sistem Prategang untuk mencapai keseimbangan beban

Sistem prategang untuk mencapai keseimbangan beban. Konsep ini terutama

menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat keseimbangan gaya-gaya

pada sebuah balok. Penerapan dari konsep ini menganggap beton diambil sebagai

benda bebas dan menggantikan tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada sepanjang

beton.

Suatu balok beton di atas dua perletakan (simple beam) yang diberi gaya prategang F

melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang

yang terdistribusi secara merata ke arah atas dinyatakan:

Wb = (8.F.h)/L²

Dimana:

w_b = Beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F

H = Tinggi parabola lintasan kabel prategang

L = Bentangan Balok

F = Gaya prategang

Jadi beban merata akibat beban (mengarah ke bawah) diimbangi oleh gaya merata

akibat prategang w_b yang mengarah ke atas.


Perbedaan Beton Prategang dan Beton Bertulang

Beton Bertulang Konvensional Beton Prategang

Beton dan tulangan baja normal Beton dan baja mutu tinggi

Penampang tidak efektif Penampang efektif bekerja

Mengalami retak Tanpa retak

Sengkang tidak menentukan > dapat dipikul


Gaya geser yang besar > sengkang
oleh kelengkungan kabel

Penampang gemuk / lebar > berat Penampang ramping > ringan

Struktur lebih berat Berat menjadi lebih ekonomis

Beton mutu tinggi & baja mutu tinggi


Penggunaan beton mutu tinggi > menghasilkan
menghasilkan struktur yang ekonomis akibat
tulangan yang banyak
berat yg berkurang

Gaya prategang memberikan kontribusi


Tulangan tidak memberikan kontribusi terhadap
terhadap perlawanan lendutan akibat beban
lendutan
mati dan hidup

Korosi terjadi akibat retak beton Tanpa retak >> tidak terjadi korosi

Beban repetisi tidak mempengaruhi tulangan Beban repetisi mempengaruhi tulangan


pada umur struktur prategang dan umur struktur

Proses produksi >> metoda khusus / rumit,


Proses produksi >> konvensional, lebih murah,
lebih mahal, penggunaan alat dan skill pekerja
penggunaan alat serta pekerja lebih sedikit dan
khusus dan supervisi yang ketat, tingkat
supervisi yang konvensional
ketelitian yang tinggi

Keruntuhan struktur sebelum batas runtuh


Keruntuhan struktur tanpa peringatan
dapat terdeteksi
Mengapa digunakan Beton Prategang

Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia karena


penggunaan struktur beton prategang dinilai mempunyai banyak keuntungan antara lain :

1. Strukur lebih ringan, langsing dan kaku.


2. Gaya prategang dapan mencegah atau mengurangi retak yang selanjutnya dapat
mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga struktur lebih tahan terhadap
lingkungan yang korosif.
3. Lintasan tendon dapat diatur agar berkontribusi dalam menahan gaya lintang.
4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang yang akan lebih
ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa dan struktur baja.
5. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan kualitas
yang lebih baik kemudian dan kecepatan dalam pelaksanaan konstruksi serta biaya
awal yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai