DISUSUN OLEH:
ADE WULAN RAMADHANI
19728251020
PENDIDIKAN KIMIA C
B. DASAR TEORI
Asam didefinisikan sebagai zat apa pun yang menghasilkan ion hidrogen,
H+. Kita dapat menulis H+ sebagai H3O+ untuk menunjukkan bahwa ia terlarut. Basa
didefinisikan sebagai zat apa pun yang menghasilkan OH− dalam larutan berair.
Dengan demikian, HCl adalah asam, karena reaksinya menghasilkan H3O+,
HCl + H2O →H3O+ + Cl-
serupa dengan HCl, NH3 adalah basa, karena reaksinya menghasilkan ion OH-,
NH3 + H2O ⇆ NH4+ + OH-
Dalam teori ini ditemukan kelemahan yaitu tidak berlaku pada gas, dan
menurut Arrhenius menurut teori Arrhenius, sifat-sifat asam terbatas pada sifat-sifat
H3O+ dan sifat-sifat basa terbatas pada sifat-sifat OH− kemudian tidak bisa
menjelaskan tentang garam yang bersifat netral (House and Kattlen, 2010).
Kemudian pada tahun 1932, kimiawan Denmark Johannes Bronsted Lowry
menyatakan bahwa asam sebagai donor proton dan basa sebagai akseptor proton.
Maka zat-zat yang berperilaku seperti definisi tersebut dapat dikatakan sebagai asam
bronsted dan basa bronsted (Chang, 2005)
Sifat keasaman dan kebasaan suatu zat dapat diketahui melalui perhitungan
yang dikenal dengan pKa (konstanta disosiasi asam) dan pH (derajat keasaman).
Konstanta disosiasi asam berbanding terbalik dengan tingkat keasaman suatu zat.
Semakin besar nilai pKa maka zat tersebut semakin lemah sifat keasamannya,
begitupun sebaliknya. Derajat keasaman (pH) merupakan sebuah metode untuk
mengetahui derajat keasaman suatu zat. pH merupakan deskripsi sifat dari
konsentrasi ion hidrogen yang dapat diubah dalam larutan. pH berbanding lurus
dengan nilai pKa. Nilai pH untuk zat asam bekisar dari 1 sampai 6, dan 8-14
menggambarkan sifat kebasaan, dan pH 7 merupakan zat netral. Prinsip kerja pH
meter terletak pada elektron yang dilepaskan oleh zat (sampel). Semakin banyak
elektron yang dilepaskan zat makan nilai yang ditunjukkan pH meter semakin besar.
Alat yang digunakan untuk mengukurnya yaitu pH meter dan pH universal,
disajikan pada Tabel 1.
Tabel. Ahrga Ka Beberapa Ion Logam
Ion Logam Ka Ion Logam Ka
Fe3+ 6,7 x 10 -3
Fe2+
5,0 x 10-9
Cr3+ 1,6 x 10-4 Cu2+ 5,0 x 10-9
Al3+ 1,1 x 10-5 Ni2+ 5,0 x 10-10
Sc3+ 1,1 x 10-5 Zn2+ 2,5 x 10-10
(Miessler & Tarr, 2003)
Penentuan nilai pKa untuk tiap ion terhidrat dapat dilihat pada persamaan 1 dan 2
M(H2O)x+ + H2O ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H3O+ ……pers (1)
[M(H2O)6]x+ ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H+ ……pers (2)
Berdasarkan reaksi tersebut, dapat ditentukan pKa untuk masing-masing ion
terhidrasi (Grzybkowski, 2006). Semakin besar nilai pKa, keasaman semakin kecil.
Persamaan kesetimbangan reaksi di atas dapat digunakan untuk menentukan
besarnya pKa ion logam terhidrasi. Persamaan untuk menentukan pKa adalah
sebagai berikut:
Dalam kesetimbangan Konsentrasi [M(H2O)5(OH)](x-1)+ = konsentrasi H+ ,maka
[H+ ]²
Ka =
[M(H2 O)]x+
6
Bahan
1. Aluminium(III) Nitrat nanohidrat, Al(NO3).9H2O
2. Kobalt(II)Nitrat heksahidrat, Co(NO3).6H2O
3. Tembaga(II) Nitrat trihidrat, Cu(NO3).3H2O
4. Akuades
D. PROSEDUR KERJA
Preparasi sampel
sebelumnya dapat menentukan nilai pKa dan Ka, maka menentukan asam
terlebih dahulu,
Massa 1000 1,5190 1000
Casam = x = x = 0,0405 M
Mr V (mL) 375,13 100
sebelumnya dapat menentukan nilai pKa dan Ka, maka menentukan asam
terlebih dahulu,
Massa 1000 0,9681 1000
Casam = x = x = 0,0333 M
Mr V (mL) 291.04 100
sebelumnya dapat menentukan nilai pKa dan Ka, maka menentukan asam
terlebih dahulu,
Massa 1000 1,1084 1000
Casam = x = x = 0,0459 M
Mr V (mL) 241,62 100
pKa = -log Ka dan pH = -log [H+], maka:
pKa = 2 pH + log Casam
pKa = 2 (3,9) + log 0,0459
pKa = 7,8 + (-1,3382)
pKa = 6,4618
Selanjutnya, nilai Ka diperolah menggunakan rumus:
pKa = -log Ka
6,4618= -log Ka
Ka = 3,453x10-7
F. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa ion
metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta
keasaman yang tergantung pada suasana lingkungan dan derajat oksidasi kation
logam berdasarkan metode pH-metri. Percobaan ini menggunakan tig aion terhidrat
yaitu Aluminium(III) Nitrat nanohidrat Al(NO3).9H2O, Kobalt(II)Nitrat
heksahidrat, Co(NO3).6H2O, dan Tembaga(II) Nitrat trihidrat, Cu(NO3).3H2O.
Percobaan dengan menggunakan tiga sampel untuk mengukur ion logan,
pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel dengan menimbang krital logam
terhidrat menggunakan neraca analitik sebanyak 1,5190 gram Al(NO3).9H2O,
0,9681 gram Co(NO3).6H2O, dan 1,1084 gram Cu(NO3).3H2O. masing-masing
sampel dimasukkan kedalam gelas beker 50 mL dan dilarutkan dengan akuades.
Kemudian di masukkan kedalam labu ukur 100 mL yang sudah diberi tanda dengan
label tiap sampel, ditambahkan akuades sampai tanda batas dan di gojog hingga
larutan menjadi homogen. Selanjutnya dilakukan pengukuran pH dengan
menggunakan pH meter analog. Masing-masing larutan di masukkan sebanayak 50
mL kedalam gelas beker.
Sebelum pengukuran, pH meter analog dihidupkan, dicuci dengan akuades
lalu dikalibrasi terlebih dahulu tujuannya adalah agar pengukuran lebih valid.
Kalibrasi pH meter menggunakan larutan penyangga (buffer). Penggunaan larutan
Buffer karena larutan ini dapat mempertahan harga pH asam/basa sehingga pH tetap
konstan/stabil ketika dilakukan standarisasi di range pH tersebut. pH meter
dicelupkan ke dalam larutan buffer hingga posisi jarum menunjuk pada angka 7,
kemudian diukur pH larutan sampel. Diulangi perlakuan yang sama untuk larutan
sampel yang lain agar lebih akurat hasilnya. Kemudian catat pH yang diperoleh dari
setiap masing-masing larutan pada tabel pengamatan.
Secara kualitatif tiap larutan sampel membetuk warna berbeda. Larutan
kristal Al(NO3).9H2O tetap membentuk warna bening, larutan kristal
Co(NO3).6H2O membentuk warna merah bata dan larutan kristal Cu(NO3).3H2O
membetuk warna biru muda. Adapun perbedaan warna yang dihasilkan dari
senyawa-senyawa ini merupakan pengaruh dari adanya bilangan oksidasi dari
senyawa golongan transisi tersebut. Pada sub kulit 3d yang belum terisi penuh,
sehingga pada orbital elektronnya mengalami (splitting) menjadi dua tingkat energi.
Dengan adanya splitting, terbentuklah celah energi yang dapat menyerap energi
pada panjang gelombang sinar tampak atau visible. Warna yang serap akibat dari
adanya perbedaan celah energi merupakan warna komplemennya.
Larutan Al(NO3)3.9H2O mempunyai warna bening (tidak berwarna).
Persamaan reaksi yang terjadi pada Al(NO3)3.9H2O sebagai berikut:
[Al(H2O)6]3++ H2O ⇋ [Al(H2O)5(OH)]2+ + [H3O]+
[Al(H2O)6]3+ ⇋ [Al(H2O)5(OH)]2+ + H+
larutan Co(NO3)2.6H2O menghasilkan warna merah bata. Persamaan reaksi yang
terjadi sebagai berikut:
[Co(H2O)6]2++ H2O ⇋ [Co(H2O)5(OH)]+ + [H3O]+
[Co(H2O)6]2+⇋ [Co(H2O)5(OH)]+ + H+
Sampel ketiga yaitu larutan Cu(NO3)2.3H2O menghasilkan warna biru muda,
dengan persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2++ H2O ↔ [Cu(H2O)5(OH)]+ + [H3O]+
[Cu(H2O)6]2+↔ [Cu(H2O)5(OH)]+ + H+
Sesuai teori Bronsted-Lowry asam adalah donor proton, dapat diasumsikan
bahwa kekuatan asam ditentukan oleh seberapa mudah suatu spesies untuk
mendonorkan protonnya. Semakin mudah suatu spesies mendonorkan protonnya
maka keasamannya akan semakin kuat begitu juga dengan sebaliknya. Mudah
tidaknya suatu spesies asam untuk mendonorkan protonnya dapat dilihat dari
seberapa besar harga Ka dan seberapa besar asam tersebut terionisasi dalam larutan.
Berdasarkan hasil pengukuran pH, maka diperoleh pH masing-masing ion
logam terhidrat Aluminium(III) Nitrat nanohidrat Al(NO3).9H2O, Kobalt(II)Nitrat
heksahidrat Co(NO3).6H2O, dan Tembaga(II) Nitrat trihidrat Cu(NO3).3H2O
dengan masing-masing konsentrasi 0,0424 M, 0,0333 M, dan 0,0459 M berturut-
turut pH 3,3, 4,6, dan 3,9. Dari hasil data tersbut, maka disimpulkan ketiga larutan
tersebut bersifat asam karena mengahsilkan pH <7. Adapun perbadingan antara tiga
pH larutan ion logam terhidrat dapa dituliskan Al(NO3).9H2O < Cu(NO3).3H2O <
Co(NO3).6H2O.
Dari hasil analisis data harga pKa diperoleh masing-masing ion loagam
terhidrat Al(NO3).9H2O, Co(NO3).6H2O, dan Cu(NO3).3H2O berturut-turut 5,2274,
7,7224, dan 6,4618 dapat dinotasikan yaitu Al(NO3).9H2O < Cu(NO3).3H2O <
Co(NO3).6H2O. Sedangkan nilai Ka Al3+, Co2+, dan Cu2+ yang diperoleh dalam
percobaan berturut-turut 5,923x10-6, 1,894x10-8, 3,453x10-7 dapat dinotasikan
Al(NO3).9H2O > Cu(NO3).3H2O > Co(NO3).6H2O. Data hasil pengukuran dan
perhitungan ini, menunjukkan ada hubungan antara pKa dengan kekuatan asam.
Semakin kecil pKa maka kekuatan asam dari larutan garam akan semakin besar.
Suasana lingkungan yang asam memperkecil nilai pKa berbanding terbalik dengan
nilai Ka dimana semakin besar nilai Ka maka kekuatan asam semakin besar.
Menurut teori yang ada, bahwasanya salah satu kecenderungan keasaman
dapat ditinjau dari jari-jari ion. Dimana jari-jari ion Al3+, Cu2+, dan Co2+ berturut-
turut adalah 68, 87, dan 89 untuk bilangan koordinasi 6 sehingga dapat ditulis jari-
jari ion Al3+ < Cu2+ < Co2+. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara jari-jari
ion dengan kukuatan asam. Semakin kecil jari-jari ion maka kekuatan asam semakin
besar yang diindikasikan dengan pH yang semakin rendah artinya memiliki sifat
keasaman yang kuat, dan sebaliknya. Hasil percobaan sesuai denhan teori yang
menunjukkan bahwa ion Al3+ dari logam terhidrat Al(NO3).9H2O memiliki
kecenderungan lebih asam karena memiliki kemampuan polarisasi yang lebih besar
dibandingkan Cu2+ dan Co2+.
Ion Al3+ memiliki muatan positif yang besar dan jari-jari ion kecil sehingga
memiliki sifat keasaman yang kuat. Al(NO3)3.9H2O yang dilarutkan dalam H2O
mengalami polarisasi ikatan O-H dari molekul H2O yang terikat. Semakin tinggi
muatan kation dan semakin kecil jari-jari ion maka kecenderungannya akan semakin
polar sehingga kation akan bersifat semakin asam. Pada ion Cu2+ dan ion Co2+
memiliki muatan yang lebih kecil dari pada ion Al3+ dan memiliki jari-jari yang
lebih besar dari ion Al3+ sehingga ion Al3+ memiliki keasamaan yg lebih kuat.
Sedangkan ion Co2+ memiliki muatan yang lebih kecil dari pada ion Cu2+ dan
memiliki jari-jari yang lebih besar dari ion Cu2+ sehingga ion Cu2+ memiliki
keasamaan yg lebih kuat dari ion Co2+. Pemaparan antara muatan dan jari-jari dari
masing-masing ion terhidrat diatas sudah sesuai dengan hasil percobaan yang sudah
dilakukan.
Menunjukkan bahwa rasio muatan juga dapat mempengaruhi keasaman
suatu larutan. Jika rasio muatan semakin besar maka polarisasi ikatan O-H juga
semakin besar. Kation yang bermuatan besar dan jari-jari yang kecil akan memiliki
tingkat keasaman yang kuat. Hal ini disebabkan karena polarisasi ikatan O-H dari
molekul H2O yang terikat. Selain itu, kation yang bermuatan besar akan semakin
polar, semakin bertambah polarisasi ikatan maka kation akan semakin asam.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ion
terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dapat terlihat dari
kecenderungan keasaman berikut ini:
1. Nilai pH Al(NO3)3.9H2O sebesar 3,3; pH Co(NO3)2.6H2O sebesar 4,6 dan pH
Cu(NO3)2.3H2O sebesar 3,9.
2. Nilai pKa Al(NO3)3.9H2O sebesar 5,2274; pKa Co(NO3)2.6H2O sebesar
7,7224 dan pKa Cu(NO3)2.3H2O sebesar 6,4618. Harga pKa garam semakin
kecil, maka tingkat keasaman makin besar.
3. Kation logam terhidrat dengan muatan positif semakin besar dan memiliki
ukuran jari-jari semakin kecil memiliki daya polarisasi ikatan O-H makin besar
sehingga harga pKa makin kecil.
H. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimanakah hubungan pKa dengan kekuatan asam, jelaskan?
Jawaban:
pKa dengan kekuatan asam memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Jika
nilai pKa semakin besar, maka kekuatan asam larutan akan semakin berkurang/
kecil (asam lemah).
Chang, R., (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
House, J.E dan Kathleen, A.H. (2010). Descriptive Inorganic Chemistry (2sd Ed).
Illinois Wesleyan University Bloomington, Illinois: Academic Press Elsevier
Miessler, G.A. & Tarr, D.A. (2003). Inorganic Chemistry (3rd Ed.). New Jersey:
Prentice Hall.
Persson, I. (2010). Hydrated Metal Ions In Aqueous Solution: How Regular Are Their
Structures? Pure Appl. Chem.
Sugiyarto, K.H.,(2009). Dasar-dasar kimia anorganik transisi. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Sugiyarto, K., & Suyanti, R. (2010). KImia Anorganik Logam. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
LAMPIRAN 1