PENGANTAR
Setiap organisme dalam suatu ekosistem memiliki kemampuan untuk melaporkan
kesehatan pada lingkungan Hidupnya.
Bioindikator digunakan untuk: mendeteksi perubahan di lingkungan alami, memonitor
adanya polusi dan pengaruhnya terhadap ekosistem di mana organisme hidup,
memantau kemajuan pembersihan lingkungan dan bahan uji, seperti air minum, untuk
adanya kontaminan.
2) INDIKATOR TANAMAN –
Ada atau tidak adanya tanaman tertentu atau lainnya kehidupan vegetatif dalam suatu
ekosistem dapat memberikan petunjuk penting tentang kesehatan lingkungan Hidup.
Lumut, sering ditemukan di bebatuan dan batang pohon, adalah organisme yang
terdiri jamur dan ganggang. Mereka menanggapi perubahan lingkungan di hutan,
termasuk perubahan struktur hutan, kualitas udara, dan iklim. Hilangnya lumut di
hutan dapat mengindikasikan tekanan lingkungan, seperti tingkat sulfur dioksida yang
tinggi, polutan berbasis sulfur, dan nitrogen;
3) INDIKATOR HEWAN
Peningkatan atau penurunan populasi hewan dapat terjadi menunjukkan kerusakan
ekosistem yang disebabkan oleh polusi. Misalnya, jika penyebab polusi menipisnya
sumber makanan penting, spesies hewan bergantung pada makanan ini sumber juga
akan berkurang jumlahnya. Selain memantau ukuran dan jumlah spesies tertentu,
mekanisme indikasi hewan lainnya termasuk pemantauan konsentrasi racun dalam
jaringan hewan, atau memantau laju kelainan bentuk muncul pada populasi hewan.
Misalnya, invertebrata dapat menjadi bioindikator. Invertebrata air hidup di bagian
dasar perairan. Mereka juga disebut makroinvertebrata bentik, atau benthos (bentik =
bawah, makro = besar, invertebrata = hewan tanpa tulang belakang) dan buat
indikator kesehatan DAS yang baik karena: mudah diidentifikasi di laboratorium,
sering hidup lebih dari satu tahun, memiliki mobilitas terbatas dan integrator kondisi
lingkungan.
Selain itu, katak dapat menjadi pendorong kualitas dan perubahan lingkungan: Katak
mungkin dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di habitat darat dan air tawar, dan
menjadi terpapar kontaminan di udara, sedimen dan air. Ini membuat mereka
potensial bioindikator kualitas dan perubahan lingkungan. Alasan mengapa katak
khususnya dipengaruhi oleh perubahan dan kontaminasi meliputi: sebagian besar
katak menghabiskan waktu di air tawar telur dan larva air, sebagian besar katak
menghabiskan waktu di luar air saat makhluk darat belum dewasa dan dewasa, katak
bertelur telanjang dan katak memiliki kulit semi permeable. Beberapa bioindikator
yang tinggi pada rantai makanan paling sebanding dengan manusia dan paling sensitif
terhadap stresor, tetapi seringkali jarang dan sulit untuk dipelajari. Lainnya ada di
perantara tingkat trofik dapat dikonsumsi oleh manusia, maka secara langsung
relevan dengan manusia paparan.Indikator spesies yang lebih rendah pada rantai
makanan dapat digunakan untuk menunjukkan potensi kerusakan pada organisme
tingkat trofik yang lebih tinggi di dalam ekosistem, dan juga manusia yang
mengkonsumsinya. Tiga spesies yang bisa digunakan untuk memeriksa keduanya
kesehatan ekologis dan manusia termasuk Mourning Doves, Raccoons, dan ikan
(Burger et al.1997, 1998, Kennamer et al.1998, Gaines et al.ms). Ini berguna karena
memang demikian umum, luas, menarik bagi publik, dan dikonsumsi oleh manusia
KESIMPULAN
Bioindikator dapat berupa ukuran, indeks ukuran, atau model yang mencirikan suatu
ekosistem atau salah satu komponen kritisnya. Mereka juga merupakan metode
pemantauan atau mendeteksi dampak negatif aktivitas industri terhadap lingkungan.
Ini informasi membantu mengembangkan strategi yang akan mencegah atau
menurunkan efek dan dampak tersebut industri lebih berkelanjutan. Peran bioindikator
dalam pembangunan berkelanjutan akan membantu memastikan bahwa industri
meninggalkan jejak sekecil mungkin pada lingkungan.